Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil.docx

  • Uploaded by: lase
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,095
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan adalah sebuah proses yang dialami setiap wanita yang telah Tuhan tentukan untuk bisa mempunyai anak serta buah hati. Bagi wanita pada umumnya yang tidak mengalami kesulitan mempunyai keturunan tentunya juga harus banyak bersyukur atas nikmat sehat tersebut. Dan salah satu cara mensyukuri nikmat sehat bagi ibu hamil adalah dengan memeriksakan kehamilannya secara rutin. Karena manfaat pemeriksaan kehamilan itu sendiri banyak baik itu untuk sang ibu hamil itu sendiri atau pun janin yang sedang dalam kandungannya. Bagi tiap ibu hamil yang menginginkan kehamilan sehat maka pemeriksaan kehamilan ini adalah salah satu poin pentingnya. Pentingnya pemeriksaan kehamilan itu sendiri adalah karena dalam proses pemeriksaan kehamilan itu sendiri akan bisa memonitoring secara keseluruhan keadaan kesehatan, kondisi ibu hamil dan juga janinnya. Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Pemeriksaan kehamilan juga bermanfaat untuk mengetahui asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi agar semua kebutuhan nutrisinya selama dalam kandungan bisa tercukupi dengan baik dan optimal. Pemeriksaan kehamilan juga berfungi untuk bisa mendeteksi adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan masa kehamilan yang sering muncul selama masa kehamilan, dan juga untuk bisa menghindari kehamilan resiko tinggi. Lantas macam pemeriksaan kehamilan apa saja yang biasanya dilakukan pada seorang ibu hamil, atau jenis pemeriksaan kehamilan apa saja yang dilakukan tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan atau tenaga kesehatan yang kompeten dalam bidang obstetri dan ginekologi. Selain itu pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan

pada ibu hamil,

pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan

1

pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali. 1.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.

Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan pada ibu hamil dan definisi pemeriksaan fisik

2.

Memahami tujuan pemeriksaan pada ibu hamil

3.

Mengetahui metode dan langkah pemeriksaan-pemeriksaan pada ibu hamil

4.

Mengetahui tentang pemeriksaan tanda-tanda vital pada ibu hamil dan pemeriksaan lainnya

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. PEMERIKSAAN FISIK Pentingnya pemeriksaan kehamilan itu sendiri adalah karena dalam proses pemeriksaan kehamilan itu sendiri akan bisa memonitoring secara keseluruhan keadaan kesehatan, kondisi ibu hamil dan juga janinnya. Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). 2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN PADA IBU HAMIL Secara umum pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk: 1.

Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

2.

Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.

3.

Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

4.

Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.

5.

Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan. Hal– hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik pada ibu hamil :

1.

Selalu meminta kesediaan atau ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan.

2.

Menjaga privasi pasien.

3.

Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis.

4.

Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa).

5.

Beri instruksi spesifik yang jelas.

6.

Berbicaralah yang komunikatif.

7.

Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan

3

2.3 KOMPONEN PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan fisik umum a.

Tinggi Badan

b. Berat badan c.

Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu

2. Kepala dan leher a.

Edema diwajah

b. Ikterus pada mata c.

Mulut pucat

d. Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid 3. Tangan dan kaki a.

Edema di jari tangan

b. Kuku jari pucat c.

Varices vena

d. Reflek – reflek 4. Payudara a.

Ukuran simetris

b. Putting menonjol / masuk c.

Keluarnya kolostrom atau cairan lain

d. Retraksi e.

Massa

f.

Nodul aksila

5. Abdomen a.

Luka bekas operasi

b. Tinggi fundus uteri (jika>12 minggu) c.

Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika>36 minggu)

d. Denyut jantung janin (jika>18 minggu) 6. Genetalia luar (externa) a.

varises

b. perdarahan c.

luka

4

d. cairan yang keluar e.

pengeluaran dari uretra dan skene

f.

kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar

7. Genetalia dalam (interna) a.

servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi,

mobilitas, tertutup atau terbuka b. vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah c.

uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada

trimester petama. 2.4 PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL Pemeriksaan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan secara umum, meliputi pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik khusus. Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi. a.

Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu

1.

Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan

bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, scoliosis atau pincang . Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak lemah 2. Pengukuran tinggi badan dan berat badan Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak tersedia timbangan, perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Yang sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Jelaskan bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan janinnya tumbuh dengan baik

5

bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk. Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai. 3. Pemeriksaan tekanan darah Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit. b. Pemeriksaan Fisik Khusus Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien. Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki. 1. Lihatlah wajah atau muka pasien Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih

6

lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mencegah kurang darah. Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta direncanakan persalinannya dirumah sakit. Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera mata adakah sclera kuning atau ikterus. 2. Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat. 3. Lihatlah kelenjar gondok Adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran limfe 4. Lihat dan raba payudara Pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola mammae adakah hiperpigmentasi areola mammae. 5. Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin. Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai berikut :

7

1) Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya bila perlu 2) Bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan bahunya. Fleksikan tangan dan lutut. Jika ia gelisah bantulah ia untuk santai dengan memintanya menarik nafas panjang. 3) Cucilah tangan anda sebelum mulai memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan perawat cukup hangat. Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Tentukan apakah pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang panggul. Pada kehamilan 24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis pubis dalam sentimeter dengan pedoman sebagai berikut : Umur Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri

20 minggu

20 cm

24 minggu

24 cm

28 minggu

28 cm

32 minggu

32 cm

36 minggu

34 - 46 cm

Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari

8

tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar. 6. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu a.

Leopold I

Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus. Cara pelaksanaannya adalah: 1) Pemeriksa menghadap pasien 2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur beberapa tinggi fundus uteri. 3) Meraba bagian apa yang ada didalam fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar, lunak, tidak melentingdan susah digerakkan maka itu adalah bokong. b.

Leopold II

Leopold II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut. 1) Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu. 2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri kea arah kanan. 3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian yang kecil, menonjol dapat bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lutut sedangkan bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur) c.

Leopold III

9

Leopold III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah uterus. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Tangan kiri menahan fundus uteri. 2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin dalam letak melintang. 3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan). 4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk panggul. d.

Leopold IV

Leopald IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Cara pelaksanaannya sebagai berikut. 1) Pemeriksa menghadap ke kaki pasien 2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah 3) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanan di bagian bawah 4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk ke panggul 5) Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk ke panggul

10

7. Pemeriksaan denyut jantung janin Untuk mendengarkan denyut jantung janin umumnya dengan menggunakan stetoskop monoaural. Denyut jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu. Sejak kehamilan 12-20 minggu denyut jantung janin sudah bisa didengarkan. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak, katakan pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Bila sampai umur kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janin berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk karena kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur. 8. Pemeriksaan punggung dibagian ginjal Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya. 9. Pemeriksaan genetalia Cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva. Pada vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung tangan yang masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali lagi cucilah tangan dengan sabun. 10. Distansia tuberan Yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber iskhiadikum kanan dan kiri dengan ukuran normal 10,5-11cm.

11

11. Konjugata eksterna (Boudeloge) Yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, dengan ukuran normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16 cm, kemungkinan besar terdapat kesempitan panggul. 12. Pemeriksaan panggul Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara melakukan pemeriksaan panggul yaitu dengan pemeriksaan pandang (inspeksi) dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul, misalnya pasien sangat pendek, berjalan pincang, terdapat kelainan seperti kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidak simetris. Dengan pemeriksaan raba, pasien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bila pada pemeriksaan raba pasien. Alat untuk mengukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka panggul. Ukuran-ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai keadaan panggul adalah: a.

Distansia spinarum

Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23-26 cm. b. Distansia kristarum Yaitu jarak antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26-29 cm. bila selisih antara distansi kristarum dan distansia spinarum kurang dari 16 cm, kemungkinan besar adanya kesempitan panggul. 13. Pemeriksaan ektremitas bawah Memeriksa adanya edema yang paling mudah dilakukan didaerah pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti edema positif. Edema positif pada tungkai kaki dapat menendakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya keadaan preeklamsi sudah lebih berat. 14. Pemeriksaan reflek lutut (patella)

12

Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.

13

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.

3.2 SARAN Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

14

DAFTAR PUSTAKA 1.

Saminem. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.

2.

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

3.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

15

BARANG BUKTI

16

17

18

Related Documents


More Documents from "yolanda zulfendry"