Pedoman Pelayanan Radiologi (baru)fix.docx

  • Uploaded by: Dita
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelayanan Radiologi (baru)fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,537
  • Pages: 32
PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGU KOJA Jl WALANG PERMAI NO.39 JAKARTA UTARA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1 B. TUJUAN PEDOMAN .................................................................................... 1 C. RUANG LINGKUP PELAYANAN. ................................................................ 1 D. BATASAN OPERASIONAL. ......................................................................... 2 E. LANDASAN HUKUM. ................................................................................... 2 BAB II STANDAR KETENAGAAN......................................................................... 3 A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.................................................... 3 B. DISTRIBUSI KETENAGAAN. ....................................................................... 4 C. PENGATURAN JAGA .................................................................................. 5 BAB III STANDAR FASILITAS .............................................................................. 6 A. DENAH RUANG. .......................................................................................... 6 B. STANDAR FASILITAS.................................................................................. 7 BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN................................................................. 9 A. PENDAFTARAN PEMERIKSAAN. ............................................................... 9 B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN. ..................................................................... 10 C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ................................................................ 11 D. PROCESSING FILM ................................................................................... 11 E. PEMBERIAN EKSPERTISE ......................................................................... 11 F. PENYERAHAN HASIL .................................................................................. 12 G. PENGARSIPAN ........................................................................................... 12 H. PROTEKSI RADIASI .................................................................................... 12 I. PROSEDUR KERJA ...................................................................................... 12 BAB V MANAJEMEN LOGISTIK RADIOLOGI ...................................................... 14 A. PENGERTIAN. ............................................................................................. 14 B. TUJUAN MANAJEMEN LOGISTIK............................................................... 14 C. DAFTAR KEBUTUHAN LOGISTIK............................................................... 15 D. PELAKSANAAN LOGISTIK RADIOLOGI ..................................................... 16 BAB VI KESELAMATAN PASIEN ......................................................................... 17 A. PENGERTIAN .............................................................................................. 17 B. TUJUAN ....................................................................................................... 17 C. TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN .................................................. 18 BAB VII KESELAMATAN KERJA .......................................................................... 19 A. KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA DI UNIT RADIOLOGI .................. 19 B. PROTEKSI RADIASI .................................................................................... 23 BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ........................................................................ 27 A. PENGERTIAN. ............................................................................................. 27 B. TUJUAN PENGENDALIAN MUTU. .............................................................. 27 C. MONITORING MUTU ................................................................................... 27 D. INDIKATOR MUTU....................................................................................... 28 BAB IX PENUTUP................................................................................................. 29

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang sangat pesat, maka

tidak dapat dipungkiri bahwa peralatan radiologi pun ikut berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Karena pelayanan radiologi merupakan salah satu pelayanan yang sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, maka penyelenggara kesehatan sudah seharusnya menyediakan peralatan radiologi yang dibutuhkan oleh pasien untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya pelayanan radiologi yang adekuat maka kebutuhan pasien akan diagnosa dari penyakit yang dideritanya dapat ditegakan. Pelayanan radiologi yang handal tidak lepas dari tersedianya peralatan yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang memadai, dengan berpedoman kepada standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, maka pelayanan radiologi dapat terlaksana secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan. Unit Radiologi RSUD Tugu Koja adalah unit penunjang yang memiliki tanggung jawab terhadap pelayanan diagnostik yang profesional yang dapat menegakan dignosa yang akurat dan sangat dibutuhkan pasien akan kesembuhan penyakit yang dideritanya.

B.

TUJUAN PEDOMAN Tujuan dari pedoman pelayanan unit Kerja dibuat supaya sumber daya yang ada

dapat mengoptimalkan penggunaan peralatan yang ada sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Bekerja sesuai dengan kompetensi dan profesional sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

C.

RUANG LINGKUP PELAYANAN. Pelayanan radiologi yang ada di RSUD Tugu Koja saat ini adalah pelayanan

radiologi yang berbasis sinar-x , dan ultrasonografi (USG). Dengan ketersediaan peralatan antara lain : Pesawat X-Ray Konvensional, Pesawat X-Ray Dental, dan Ultra Sonografi (USG). Dengan peralatan tersebut maka Unit Radiologi RSUD Tugu Koja dapat melayani berbagai macam pemeriksaan radiologi yang sangat dibutuhkan pasien, diantaranya: 1. Radiologi Konvensional Non Kontras. 2. Radiologi Konvensional Dengan Kontras. 3. Radiologi Dental Periapical 4. Ultrasonografi biasa dan Doppler.

D.

BATASAN OPERASIONAL. Unit Radiologi RSUD Tugu Koja dapat melayani beberapa macam pemeriksaan

umum antara lain: 1. Radiologi Konvensional Non Kontras adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan pesawat sinar-x

yang bertujuan untuk memperoleh citra gambar

yang dapat menegakkan diagnosa dari suatu penyakit yang diderita oleh pasien. 2. Radiologi Konvensional Dengan Kontras adalah pemeriksaan yg dilakukan dengan menggunakan

pesawat

sinar-x

dan

menggunakan

bahan

kontras

untuk

memperoleh citra gambar yang dapat menegakkan diagnosa dari suatu penyakit yang diderita oleh pasien. 3. Radiologi gigi geligi juga dapat dilayani yaitu Dental x-ray Periapical secara digital.

E.

LANDASAN HUKUM. Landasan hukum yang digunakan dalam melakukan pelayanan Unit Radiologi RSUD Tugu Koja , adalah:

1. PP No. 33/ Tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif. 2. PP No. 138 Tahun 2014 tentang tunjangan bahaya radiasi. 3. Kepmenkes No. 1014/MENKES/PER/VIII/2008 tentang standar

pelayanan

radiologi. 4. Permenkes No. 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang penyelenggaraan pelayanan radiologi. 5. Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional. 6. Peraturan Kepala BAPETEN 4 TAHUN 2013 Proteksi dan Keselamatan radiasi. 7. PERMENPAN No29 Tahun 2013 Jabatan Fungsional Radiografer 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014/ MENKES/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan 9. PERMENPAN NO. 29 TAHUN 2013 Tentang Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kredit maka kualifikasi Radiografer.

2

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A.

KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA. Untuk beroperasinya pelayanan radiologi maka dibutuhkan kualifikasi sumber daya

manusia yang memadai guna menunjang kebutuhan akan pelayanan. Sumber daya manusia yang ada di unit Radiologi dikelompokan berdasarkan dengan pendidikan dan profesi yang dibutuhkan unit dan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Karena unit radiologi memiliki beberapa kualifikasi maka sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014/ MENKES/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, maka kualifikasi disesuaikan dengan tipe dari rumah sakit yang bersangkutan.

RSUD Tugu Koja merupakan jenis rumah sakit kelas D. Standar ketenagaannya meliputi : JENIS TENAGA

PERSYARATAN

JUMLAH

Spesialis Radiologi

Memiliki SIP

1 Orang

Radiografer

Minimal DIII Memiliki STR & SIKR

2 Orang / Alat

Tingkat II Memiliki SIB

1 Orang

Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Medik Tenaga

DIII ATEM

Elektromedik

1 orang / sarana yankes

Tenaga Unit Radiologi yang ada di RSUD Tugu Koja sebagai berikut : JENIS TENAGA

PERSYARATAN

JUMLAH

Spesialis Radiologi

Memiliki SIP

1 Orang

Radiografer

Minimal DIII Memiliki STR & SIKR

5 Orang

Petugas Proteksi

Medik Tingkat II Memiliki SIB

1 Orang

Radiasi (PPR)

Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah : 1. Dokter Spesialis Radiologi a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medis radiodiagnostik, imaging diagnostik serta melakukan revisi bila perlu b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imaging diagnostik sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP c. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imaging diagnostik 3

d. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan e. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien f. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik g. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya h. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis i.

Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi

2. Radiografer a. Mempersiapkan pasien dan peralatan untuk pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. d. Melakukan kegiatan processing film e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-X g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin

3. Tenaga PPR a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan memantau pemakaiannya d. Meninjau secara sistematik dan periodic, program pemantauan di semua tempat di mana pesawat sinar-x digunakan e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan radiasi f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi g. Memelihara Rekaman h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan i.

Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal kedaruratan

j.

Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi kecelakaan radiasi 4

k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh Pemegang Izin untuk dilaporkan kepada kepala BAPETEN

B.

DISTRIBUSI KETENAGAAN Sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga Radiologi dirumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan tenaga Radiologi dapat dihitung berdasarkan beban kerja. Angka kebutuhan tenaga Radiologi ini dapat dihitung oleh masing-masing unit pelayanan Radiologi dirumah sakit masing-masing. Berikut adalah kebutuhan tenaga Radiologi di RSUD Tugu Koja.

KEBUTUHAN TENAGA RADIOLOGI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGU KOJA KATEGORI TENAGA

C.

RUMAH SAKIT KELAS D

JUMLAH TENAGA

Spesialis Radiologi



1

PPR



1

D3 - Radiologi



5

PENGATURAN JAGA Tujuan utama pengaturan jaga adalah untuk optimalisasi pelayanan demi kepuasan pelanggan. Semua pasien atau pengguna jasa bisa mendapatkan layanan Radiologi RSUD Tugu Koja diatur waktu dan petugasnya, diselaraskan dengan volume pekerjaan. Jam kerja shift petugas radiologi RSUD Tugu Koja Shift Pagi

: 07.30 – 14.00

Shift Sore

: 14.00 – 20.30

Shift Malam : 20.30 – 07.30

5

BAB III STANDAR FASILITAS

DENAH RUANG UNIT RADIOLOGI RSUD TUGU KOJA 600 cm 5

1

1

1

2

A

1 6

7

1

1

B

1

220 cm

1

7

1 440 cm

A.

3

4 1

8

C

1

11

1

1

9

1

220 cm

1

1

10

D

1 300 cm

300 cm

Denah Ruang Pemeriksaan X-Ray Konvensional

6

400 cm 2 1 3 1 1 1

4 1

600 cm

5 1

6 1

1200 cm

7 1

9 1

320 cm

8 1

h

101

280 cm

111

121 141

131

Denah Ruang Pemeriksaan Dental X-Ray

B.

STANDAR FASILITAS. Standar fasilitas ruang radiologi disesuaikan dengan jenis kelas rumah sakit. Untuk RSUD Tebet fasilitas disesuaikan dengan tipe kelas D, kelengkapan alat dan jumlah standarnya sebagai berikut :

7

No

Alat

. USG

Kelengkapan Multipurpose

Transducer

Jumlah linier

dan

curve/sektoral 2.5 – 10 mHz Monitor dan

1.

1 unit

printer USG X-ray Fixed Unit Multipurpose radiografi fungsional (dapat dan atau Digital

untuk

segala

konvensional digital

atau

jenis

radiografi) manual

pemeriksaan control High

table tension

transformer/ generator X-ray tube dengan

2.

kapasitas 30 – 150 KV dan minimal 100

1 unit

mA Meja stationer dengan bucky dan bucky stand.

Expose time : 0.01 – 2

detik High X-ray voltage generator

30 –

150 KV Generator Peralatan proteksi Lead apron, tebal 0.25 - 0,5 mm Pb, radiasi 3.

Kacamata Pb, 1 mm Pb Pelindung gonad Pb, 0.25 – 0.5 mm Pb Tabir mobile

Sesuai

minimal 200 cm (t)x100 cm (l) setara 2

kebutuhan

mm Pb + kaca Pb, ukuran kaca sesuai kebutuhan, tebal 2 mm Pb Perlengkapan

Film badge/TLD, jumlah sesuai jumlah

proteksi radiasi

pekerja

Viewing box

Double atau single screen

Sesuai kebutuhan

4

5

6

7

Sesuai kebutuhan

Emergency kit

Peralatan dan obat-obatan untuk RJP sesuai dengan standar anestesi

Quality Assurance Alat pengukur suhu dan kelembaban dan Quality Control ruangan

Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

Adapun fasilitas peralatan dan perlengkapan radiodiagnostik yang ada di instalasi radiologi RSUD. Tebet sebagai berikut :

8

No

Peralatan

Kelengkapan

Jumlah

keterangan

1

tersedia

1

tersedia

3

tersedia

4

tersedia

Prlindung Thyroid

1

tersedia

Kacamata Pb

1

tersedia

7

tersedia

2

tersedia

1

tersedia

1

tersedia

1

USG

Multi purpose

2

Analog X-ray

Multipurpose Radiografi

unit

fungsional (pemeriksaan konvensional) Lead apron 0,25 -0,5 mm Pb

3

4

Peralatan proteksi radiasi

Personal

Pelindung gonad 0,25 -0,5 mm Pb

TLD

Monitor 5

6

Termometer

Alat pengukur suhu dan

Ruangan

kelembaban ruangan digital

Workstation

Komputer DR unit

Processing Film 7

Viewing box

X Ray Film Viewer

9

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pemeriksaan Pendaftaran pemeriksaan radiologi dilakukan di loket pendaftaran sesuai dengan protap-protap alur pemeriksaan pasien yang meliputi : 1. Alur pelayanan radiologi pasien Rawat Jalan yang terdiri dari : a. Pasien umum b. Pasien BPJS/ASKES 2. Alur pelayanan radiologi pasien Rawat Inap 3. Alur pelayanan Radiologi pasien IGD

Alur Pelayanan Radiologi Pasien Rawat Jalan : Prosedur Pasien Umum Non BPJS : 1. Pasien datang ke loket pendaftaran dengan membawa surat permintaan pemeriksaan dari polklinik, dokter umum, atau dokter puskesmas. Lalu dibuatkan rincian biaya pemeriksaan radiologi yang harus dibayarkan di kasir 2. Setelah menyelesaikan proses administrasi, pasien ke unit radiologi lalu petugas radiologi menerima surat permintaan pemeriksaan, mencatat identitas pasien, nomor registrasi dan jenis pemeriksaan 3. Petugas

radiologi

melakukan

pemeriksaan

radiologi

sesuai

dengan

permintaan 4. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh dokter radiologi diberikan ke pasien satu hari setelah pemeriksaan

Prosedur Pasien dengan BPJS : 1. Pasien datang ke loket administrasi dengan membawa surat permintaan ke rujukan BPJS 2. Pasien diminta mendaftarkan ke loket BPJS apabila belum terdaftar di loket BPJS 3. Apabila sudah terdaftar maka langsung dibuatkan berkas-berkas

pasien

dengan melengkapi syarat-syarat sebagai berikut : a. Rujukan asli + foto kopi rujukan b. Foto kopi kartu peserta BPJS 4. Pasien datang ke unit radiologi untuk menyerahkan berkas permintaan pemeriksaan radiologi 5. Petugas radiologi menerima berkas permintaan pemeriksaan, mencatat identitas pasien, nomor registrasi dan jenis pemeriksaan 10

6. Petugas

radiologi

melakukan

pemeriksaan

radiologi

sesuai

dengan

permintaan 7. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh dokter radiologi diberikan ke pasien satu hari setelah pemeriksaan

Alur Pelayanan Radiologi Pasien Rawat Inap : 1. Perawat ruangan datang unit radiologi bersama pasien dengan membawa surat perintah pemeriksaan radiologi dari dokter yang merawat 2. Petugas radiologi menerima berkas permintaan pemeriksaan, mencatat identitas pasien, nomor registrasi dan jenis pemeriksaan 3. Petugas

radiologi

melakukan

pemeriksaan

radiologi

sesuai

dengan

permintaan 4. Setelah selesai pemeriksaan radiologi pasien dapat langsung dibawa ke ruang rawat inap kembali sementara hasil foto bisa dipinjam basah langsung atau untuk hasil expertise bisa diambil setelah dokter spesialis radiologi selesai membaca foto radiologi atau keesokan paginya oleh petugas ruangan tempat perawatan pasien

Alur Pelayanan Radiologi Pasien IGD : 1. Perawat UGD / Pengantar pasien / pasien datang ke unit radiologi dengan membawa surat perintah pemeriksaan radiologi dari dokter yang menangani 2. Petugas radiologi menerima berkas permintaan pemeriksaan, mencatat identitas pasien, nomor registrasi dan jenis pemeriksaan 3. Petugas

radiologi

melakukan

pemeriksaan

radiologi

sesuai

dengan

permintaan 4. Setelah selesai pemeriksaan radiologi pasien dapat langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat kembali sementara hasil foto bisa dipinjam basah langsung atau untuk hasil expertise bisa diambil setelah dokter spesialis radiologi selesai membaca foto radiologi

B. Persiapan Pemeriksaan Persiapan pemeriksaan di radiologi meliputi persiapan pasien dan persiapan peralatan. Pada pasien dengan pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan USG

maka perlu dilakukan persiapan pasien seperti contoh

berikut : Persiapan Pemeriksaan USG 

Untuk USG Abdomen pasien puasa makan 6 jam sebelum pemeriksaan.

11



Untuk USG Renal dan vesika urinaria satu jam sebelum pemeriksaan USG, pasien minum air putih ± 600 ml dan tidak boleh buang air kecil ( tahan kencing ) sampai dengan pemeriksaan USG selesai.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan Surat permintaan pemeriksaan radiologi yang telah diregistrasi diterima petugas radiologi. Kemudian petugas radiologi memastikan data pasien yang akan difoto sesuai dengan surat permintaan foto. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan, dicatat terlebih dahulu pada buku register yang ada di kamar pemeriksaan. Setelah itu menyiapkan kaset dan asesoris yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Kemudian menyiapkan pasien dengan baju pemeriksaan. Bila pemeriksaaan mengharuskan pasien berganti baju. Melepas perhiasan atau benda yang dapat mengganggu foto dan memberitahu kepada pasien apa yang akan difoto. Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu kemudian melakukan posisioning sesuai dengan jenis pemeriksaan foto. Kemudian mengatur faktor eksposi ( kV, mA, S ) dan siap diekspose. Setelah selesai ekspose, pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan menunggu diruang tunggu untuk pasien yang dari poliklinik dan untuk pasien rawat inap kembali ke ruangan. Selama pemeriksaan petugas memperhatikan aspek proteksi radiasi, sebagai perlindungan keselamatan radiasi bagi pasien dan petugas pekerja radiasi.

D. Processing Film Processing film dapat dilakukan dengan CR (Computed Radiography). Sebelum digunakan terlebih dahulu peralatan pemrosesan film harus dinyalakan terlebih dahulu sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Langkah- langkah pemrosesan film rontgen dengan CR : 1. Lakukan registrasi pasien yang difoto 2. Ambil kaset khusus CR yang belum diekspose 3. Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan rontgen 4. Tunggu sampai gambar muncul di komputer 5. Lakukan pengeditan dan pencetakkan gambar rontgen

E. Pemberian Expertise Pemberian expertise atau bacaan rontgen dilakukan oleh dokter spesialis radiology setiap hari sesuai dengan jam kerja yaitu dari jam 08.00 s/d 12.00. Diluar jam kerja expertise dapat dilakukan pinjam foto basah khusus untuk pasien yang segera membutuhkan hasil radiograf (cito), seperti pasien dari ruangan, IGD, maupun rawat inap. 12

F. Penyerahan Hasil Hasil radiograf dan USG rawat jalan adalah milik pasien sepenuhnya dan dapat diambil setelah hasil radiograf dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Pada pasien IGD dan Rawat inap hasil bisa langsung diambil oleh perawat atau pengantar pasien. Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi setiap pasien harus membawa kwitansi / bukti pembayaran atau membawa kartu BPJS dan hasil pemeriksaan radiologi bisa diambil dibagian radiologi 

Untuk pasien rawat jalan / poliklinik, hasil radiologi diambil setelah expertise selesai (maks 2 x 24 jam) atau ketika ingin kembali kontrol ke dokter pengirim. Untuk USG maks 1 x 24 jam.



Untuk pasien rawat inap, hasil radiologi diambil setelah expertise selesai (maks 2 x 24 jam) oleh petugas / perawat. Untuk USG maks 1 x 24 jam.



Untuk pasien IGD, hasil radiologi diambil basah setelah dilakukan pemeriksaan dan pencetakan, namun jika hasil foto ingin disertai ekspertise harus dikembalikan kembali ke petugas radiologi.

G. Pengarsipan Pengarsipan di unit radiologi berupa buku register dan pengambilan hasil baca foto radiologi dan USG disusun berdasarkan tanggal pemeriksaan dan bulan pemeriksaan, nomer urut pasien. laporan kegiatan radiologi di Unit radiologi dilakukan perbulan, laporan ini meliputi kunjungan pasien, jumlah pemeriksaan, jumlah pemakaian film dan kerusakan film. 

Hasil ekspertise untuk pemeriksaan rontgen dibuat 2 rangkap



Hasil ekspertise untuk pemeriksaan USG dibuat 2 rangkap



Surat pengantar pemeriksaan, kwitansi pembayaran dan hasil ekspertise di arsipkan perbulan

H. Proteksi Radiasi Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi perlu diperhatikan sesuai proses pemeriksaan, baik terhadap petugas, pasien, ataupun pendamping serta lingkungan sekitar.

I. Prosedur Kerja Setiap petugas pada saat melakukan pemeriksaan / pekerjaan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Memakai alat monitoring personil (TLD) 2) Selalu teliti dan hati - hati dalam mengerjakan pemeriksaan pasien 13

3) Berdiri sejauh mungkin dari sumber radiasi 4) Berlindung dibalik tabir pelindung 5) Bekerja sesingkat mungkin dan hindari kesalahan / pengulangan foto 6) Lampu merah menyala pada saat pemeriksaan

14

BAB V MANAJEMEN LOGISTIK RADIOLOGI

A.

Pengertian Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk

merencanakan,

melaksanakan

dan

mengendalikan

keefesienan

dan

keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik konsusmsi dalam tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penyiapan logistik untuk pelayanan radiologi menjadi sangat penting tanpa adanya logistik yang memadai baik dari jumlah, spesifikasi barang dan ketepatan distribusi maka sudah dapat dipastikan pelayanan akan terganggu. Oleh sebab itu perencanaan jumlah pemakaian film, serta peralatan medik lainnya untuk setiap bulan pemakaian harus diperhitungkan dengan cermat dan akurat. Teknik dan prosedur pengambilan barang / alat harus dibuat sederhana tanpa mengurangi efektifitas dan efesiensi dan evaluasi / pengawasan dan pelaporan pemakaian alat dan barang harus dibuat pada saat semua pemeriksaan radiologi selesai Bidang logistik bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang logistik di Unit radiologi, peralatan dan rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan bahan-bahan keperluan dan peralatan radiologi dalam

rangka

pemeliharaan

pelaksanaan peralatan

di

tugas

pelayanan

radiologi,

menyusun

unit

radiologi,

menyiapkan

rencana

program-program

pengembangan pelayanan radiologi menyusun laporan secara berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan peralatan Unit, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan / perlengkapan dan peralatan (efesiensi, efektifitas dan menyimpan, mengelola bahan atau peralatan dan barang inventaris perkantoran di Unit radiologi.

B.

Tujuan Manajemen Logistik Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaan barang pada pihak perusahaan atau organisasi, secara umum kegiatan logistik memiliki tujuan, yaitu: a. Tujuan operasional : agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadahi. b. Tujuan keuangan

: dapat melaksanakan tujuan operasional dengan biaya

serendah-rendahnya. c. Tujuan pengamanan: agar persedian tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainya. 15

C.

Daftar Kebutuhan Logistik a. Alkes dan Barang Habis Pakai Perbulan No

Nama Obat / Alkes

min

max

ket

1

Handscoon M

1

2

box

2

Film CR Medium

2

4

box

3

Film CR Large

2

4

box

4

Film USG

2

4

roll

5

Masker

1

2

box

6

Gel USG

2

4

botol

7

Hand Soap

1

2

botol

8

Hand Rub

2

4

botol

b. Perlengkapan Kantor Perbulan No

Perlengkapan

min

max

1

Ballpoint

3

6

2

Spidol Permanent

3

6

3

Stapless

1

2

4

Isi Stapless

3

5

5

Penggaris

1

2

6

Gunting

1

2

7

Buku Folio HVS

0

1

8

Buku Folio Kecil

0

1

9

Kertas A4

2

4

11

Amplop USG

1

2

12

Amplop Rontgen Kecil

300

500

13

Amplop Rontgen Besar

200

400

14

Tissue Towel

4

6

15

Tinta Printer

1

4

16

Alat Pembolong Kertas

1

1

17

Paper Clip

2

4

16

D.

Pelaksanaan Logistik Radiologi 1)

Perencanaan dan pengadaan a. Perencanaan dilakukan berdasarkan jumlah pemakaian Alat Kesehatan dan Barang Habis Pakai Perbulan b. Setiap akhir bulan petugas membuat stock opname c. Jumlah stock cadangan sebesar 10% dari rata-rata pemakaian setiap bulan

2)

Permohonan kebutuhan rutin disampaikan kepada bagian gudang farmasi dan gudang barang (untuk ATK) dengan menggunakan blangko isian permintaan rutin setiap awal bulan.

3)

Pendistribusian obat dan alat kesehatan dilakukan oleh petugas gudang farmasi setelah permintaan lengkap.

4)

Alat kesehatan dan Barang Habis Pakai selanjutnya disimpan di Unit radiologi sesuai dengan sifat kimia dan fisika yang disyaratkan/direkomendasikan tentang masing-masing dan jenis obat dan alat kesehatan dengan system FIFO (First In First Out).

17

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Pengertian Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah system (tatanan) pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien agar pasien menjadi lebih aman. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan pengolahan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko. (Rochmanadji Widayat, 2009,hal:80).

B. Tujuan Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, Menurunnya Kejadian Tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya

program-program

pencegahan

sehingga

tidak

terjadi

pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Dengan meningkatnya jumlah sentra dan fasilitas pelayanan radiologi maka dimungkinkan semakin meningkatnya jumlah pasen yang dilakukan pemeriksaan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak jumlah pasien yang menerima radiasi dan kemungkinan semakin besar peluang terjadinya KTD. Oleh sebab itu diharapkan petugas kesehatan harus semakin hati-hati untuk tidak menambah penderitaan pasien dengan terjadinya KTD. Kejadian tidak diinginkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan radiologi antara lain dapat disebabkan oleh : 1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi a. Kurang / tidak teliti dalam mengidentifikasi pasen b. Kurang paham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto c. Tidak bertanya apakah pasen hamil atau tidak (wanita usia subur) 2. Pada saat dilakukan pemeriksaan. a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan terlalu banyak memanipulasi obyek b. Pengulangan pemeriksaan 

Salah penyudutan arah sinar



Salah sentrasi



Under dan upper eksposure



Tidak ada marker



Salah positioning 18

c. Kesalahan pesawat yang disebabkan 

Tidak dikalibrasi secara rutin



Tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi.



Tidak memiliki alat-alat QC radiodiagnostik

C. Tata laksana Keselamatan Pasien 1. Modalitas dengan sumber Radiasi Sinar-X a. Hindari manipulasi pasien pada saat posisioning Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur Columna Vertebralis, trauma tumpul abdomen dan thoraks. Begitu pula pasien dengan fraktur ekstrimitas dengan pemakaian peralatan traksi. b. Minimalisasi dosis radiasi 

Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sedemikian rupa sehingga cukup seluas obyek yang diperiksa.



Pengaturan Faktor eksposi yang tepat (dicatat pada lembar permintaan pemeriksaan radiologi untuk mudah menghitung dosis permukaan yang diterima pasien)



Pada setiap pasien wanita usia subur sebelum dilakukan pemeriksaan harus ditanya apakah sedang hamil atau tidak bila hamil diminta petimbangan dokter radiologi apakah perlu atau tidak dilakukan. Jadi pada hakekatnya semua pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan apabila ada permintaan dari dokter yang mengirim dan dilengkapi dengan klinis yang jelas

dan dikerjakan

sesuai

dengan standar operational

Prosedur dan dilakukan olehtenaga kesehatan yang kompeten 2. Ultrasonografi Sampai saat ini pemeriksaan USG masih dikatagorikan sebagai pemeriksaan yang paling aman bagi pasien. Belum ditemukan gejala-gejala KTD selama pemeriksaan maupun sesudah pemeriksaan.

19

BAB VII KESELAMATAN KERJA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Unit Radiologi Bekerja pada bagian radiologi haruslah memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan spesifikasinya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan apabila peraturan dan ketelitian tidak menjadi etos kerja. Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Keselamatan arus listrik 1. Arde listrik peralatan sinar- x Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam pada pesawat sinar-x ke tanah melalu konduktor tembaga. Konduktor ini biasanya berupa : Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, transformator dan control consoul dan menghubungkannya ke tanah. Perhatikan betul bahwa lempeng logamnya benarbenmar menempel. Satu konduktor bumi yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak ( mobile unit ) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam colokan listrik ( pulg socket ). Ingat, penggunaan kabel penyambung (extention cable) atau adaptor akan menghambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternative lain. Tetapi jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik. PERIKSALAH SECARA TERATUR KABEL DAN SAMBUNGAN PADA KEDUA UJUNG dengan kondisi seperti di bawah ini : Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti. Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik. Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera diganti. Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknis listrik atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini , jika colokannya putus maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman. Catatan : Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan kebelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan. 20

2. Sekering / Fuse Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang benar nilainya. Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta diperbaiki. JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan “hanya sinar-x”. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.

3. Colokan dan soket listrik Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan dilepaskan. INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik kabelnya. Dengan cara mematikan penghubungnya adalah lebih baik, hal itu akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik. Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang mengalir. Jika peralatan kamar gelapseperti tabung illuminator- membutuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang bekerja. Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam colokannya atau soketnya akan menjadi panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya harus diganti walaupun sebenarnya disebabkan oleh ukuran kabel yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir. Atau panggillah tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.

4. Pelindung / pembungkus peralatan Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung. Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas dan bias tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik “diputus”, dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel pada bagian lain. 21

Jika terdapat kerusakkan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan tidak ada arus listrik. INGAT, periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki

5. Pembersihan peralatan Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah dapat dibeli di pasar.

6. Perbaikan peralatan Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan mempunyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut

7. Konsleting (electrical fire) Peralatan listrik-karena kesalahan- bias terjadi konsleting atau kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bias mengakibatkan kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya dengan segera. Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api. JANGAN pernah menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan dekat dengan pintu. Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian yang mengandung listrik. Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.

b. Keselamatan Peralatan Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiographer dan pekerja lainnya. Periksalah apakah : 1. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap 2. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik 3. Tombol

dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada posisinya

sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiographer yang tersentuh luka akibat 22

keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran yang sama 4. Periksalah konus dan pembatas sinar- x, apakah tersambung dengan baik ke tabung sinar

c. Keselamatan Radiasi 1. Periksalah karet Pb, yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang dekat organ/ daerah sensitive). Jika karet timbale yang digunakan tidak cukup tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada film hasil. 2. Apron / pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran radiasi.

Proteksi Radiasi Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi,jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi. Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara : a) Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman. b) Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup. c) Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi. d) Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi. e) Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.

23

a) Desain dan paparan di ruangan radiasi 1.

Ukuran Ruangan Radiasi

Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter. Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien. 2.

Tebal Dinding

Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm. Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm. Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm. 3.

Pintu dan jendela

Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal. Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan. Tujuannya adalah : Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen. Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung. Jendela pengamat diruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal. 4.

Paparan Radiasi

Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut. Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu. Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.

b) Perlengkapan Proteksi Radiasi 1. Pakaian Proteksi Radiasi (APRON) Setiap ruangan radiasi disesiakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal 24

2. Sarung tangan timbal Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal 3. Alat monitor radiasi a. TLD Setiap pekerja radiasi dan/ atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai TLD setiap memulai pekerjaannya setiap hari. TLD dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan 4. Pesawat radiasi a. Kebocoran tabung Tabung pesawat rontgen ( tube ) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari focus pada tegangan maksimum b. Filter Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen c. Diafragma berkas radiasi Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik Ketebalan diafragma minimal setara dengan 2 mm timbal Posisi berkas sinar diafragma harus berhimpit dengan berkas radiasi 5. Pemeriksaan kesehatan Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun 6. Kalibrasi pesawat rontgen Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 7. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi : D = 5 ( N – 18 ) rem D : dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya . N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun 18 : usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1, 25 rem. Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem. 25

Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem 8. Ekstra Fooding Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra fooding yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi 9. Prosedur kerja di ruangan radiasi a. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan b. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa c. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan, sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan fluoroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi d. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai kebutuhan e. Tidak menyalakan fluoroskopi apabila sedang ada pergantian kaset f. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto g. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield h. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan i.

Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbale serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama

j.

Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter

26

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

A.

Pengertian Mutu pelayanan radiologi dilaksanan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan radiologi, perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.

B.

Tujuan Pengendalian Mutu a.

Umum Meningkatkan mutu pelayanan Radiologi Diagnostik Imajing RSUD Tugu Koja dengan mengenalkan dan meningkatkan budaya pelayanan yang profesional, manusiawi, tepat waktu dan tepat guna.

b.

Khusus Setiap Staf Unit Radiologi Diagnostik Imajing RSUD Tugu Koja selalu mengupayakan tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien

C.

Monitoring Mutu a. Data Monitoring Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan di radiologi., untuk itu, Maka ditetapkan beberapa indikator baik klinis maupun manajerial yaitu: 1) Tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien pada pelayanan Unit Radiologi Pencapaian lama waktu tunggu hasil foto Thorax Cito ≤ 3 jam 2) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan keahlian staf Unit Radiologi Diagnostik Imajing b. Proses Monitoring Proses

peningkatan

mutu

pelayanan

radiologi

diagnostik

imajing

dilaksanakan dengan cara: 1) Untuk sasaran waktu tunggu hasil foto pengumpulan data di ambil melalui: a) Pengumpulan waktu foto thorax cito dan waktu hasil yang ada di formulir pemeriksaan b) Waktu foto diisi oleh radiografer di buku registrasi setelah selesai melakukan pemrosesan film c) waktu hasil foto diisi di buku registrasi setelah selesai di expertise (ekspertise hasil di komputer) 27

d) Melalui jumlah tersebut data akan direkap dan dihitung rata-rata waktu hasil. e) Frekuensi 1 bulan sekali 2) Melakukan peningkatan mutu pelayanan radiologi staf unit rediologi diagnostik imajing a) Pendidikan dan pelatihan internal (Inhouse Training) Pendidikan dan pelatihan di dalam RSUD Tugu Koja oleh bagian diklat RSUD Tugu Koja. b) Pendidikan dan pelatihan eksternal (Out House Training) c) Pendidikan dan pelatihan di luar RSUD Tugu koja oleh ikatan profesi (PARI). 3) Kegiatan evaluasi dan pengendalian mutu dilaksanakan pada acara : a) Rapat rutin bulanan unit b) Laporan tertulis c) Koordinasi dengan Unit lain yang terkait

D.

Indikator Mutu Indikator mutu unit radiologi radiologi RSUD Tugu Koja adalah sebagai berikut :

Indikator Waktu tunggu hasil pelayanan thorax cito Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen

High Risk

High Cost

High Volume

Bad Performance















28

BAB X PENUTUP

Pelayanan radiologi RSUD Tugu Koja merupakan bagian integral sistem pelayanan rumah sakit. Upaya peningkatan mutu radiologi berarti upaya peningkatan mutu rumah sakit. Mutu pelayanan dimulai dengan penyusunan program mutu tiap unit, termasuk Unit radiologi. Namun suatu program mutu pelayanan tidak akan berarti bila tidak ada evaluasi secara baik.parameter yang digunakan dalam evaluasi yaitu antara lain : a. Tersedianya fasilitas radiologi dalam keadaan baik dan standard. b. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO) c. Kecilnya angka pebolakan dan pengulangan film d. Tingginya kepercayaan pasien dan dokter pengirim e. Makin singkatnya respon time f. Makin meningkatnya kunjungan radiologi g. Makin menurunnya complain terhadap pelayanan radiologi h. Makin meningkatnya jasa pelayanan / kesejahteraan pegawai radiologi Pedoman

pelayanan

radiologi

ini

diharapkan

menjadi

acuan

bagi

pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pelayanan pasien, sehingga indikator mutu out put dapat dicapai. Sedang bagi manajemen pedoman pelayanan ini dapat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya sehingga indikator mutu input dapat tercapai juga.

Mengetahui, Direktur RSUD Tugu Koja

dr.Nailah NIP.197710212006042025

29

Related Documents


More Documents from "Hakiki Akbari"