Pedoman Pelayanan Radiologi Ap 6.docx

  • Uploaded by: Reza Mardany
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelayanan Radiologi Ap 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,250
  • Pages: 32
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS KARTIKA PULO MAS NOMOR : TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pembangunan dalam bidang kesehatan menurut Undang-undang No. 23 tahun 1997, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Optimalisasi derajat kesehatan masyarakat tersebut memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia, sehingga masyarakat Indonesia yang sedang membangun ini dapat hidup wajar dan produktif. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, bidang radiologi merupakan salah satu bidang yang berkembang sangat pesat.Hal in ditandai dengan berkembangnya pelayanan radiologi diberbagai sentra pelayanan kesehatan dengan menggunakan peralatan radiodiagnostik, imaging diagnostik, radioterapi. Dengan teknologi modern seperti halnya CT Scan, ultrasonografi, MRI, Linear Accelerator dan pesawat radioterapi modern lainnya. Dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang radiologi tersebut diharapkan pelayanan radiologi mutunya semakin tinggi dan keakurasiannya semakin meningkat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, sesuai dengan nilai yang tertuang dalam undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Pelayanan unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi merupakan bagian integral dari pelayanan penunjang medic bersama dengan sarana penunjang medik lainnya, dimana memerlukan perhatian khusus. Unit radiologi sebagai salah satu penunjang diagnostic memiliki peranan yang besar dalam menentukan diagnose suatu penyakit, disamping adanya resiko bahaya karena penggunaan sumber radiasi pengion dan atau sumber radiasi aktif lainnya, baik terhadap pekerja pasien maupun lingkungan. Oleh karena itu pelayanan unit radiologi Diagnostik imaging terintegrasi harus dikelola secara professional oleh mereka yang benar-benar professional dibidangnya demi keselamatan kerja.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

1

Dalam upaya memperbaiki pelayanan unit radiologi Diagnostik imaging terintegrasi, maka perlu disusun suatu Pedoman Pelayanan Radiologi sebagai pegangan, sehingga didalam perencanaan pembinaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana pelayanan dapat memenuhi standar yang berlaku. B. Tujuan 1. Tujuan umum a. Sebagai pedoman penyelenggaraan Pelayanan radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi. b. Meningkatkan mutu Pelayanan radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi. c. Untuk menerapkan konsep Pelayanan unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi. d. Untuk memperluas fungsi dan peran staff unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi. e. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional. 2. Tujuan Khusus a. Melangsungkan pelayanan Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia. b. Meyelenggarakan kegiatan pelayanan radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi yang professional berdasarkan prosedur keamanan dan prinsip proteksi radiasi. c. Menyelenggarakan pelayanan Radiologi Diagnostik Imaging yang terintegrasi dengan unit lain yang menggunakan modalitas imaging RS berdasarkan aspek teknis, meliputi: penggunaan Computer Radiografi, penyelenggaraan pemeriksaan radiodiagnostik konvensional, intervensional, CT Scan, MRI, USG, CArm, Angiografi denah ruangan dan standar fasilitas. d. Menyelenggarakan pelayanan Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi berdasarkan aspek manajerial, meliputi, analisa dan distribusi tenaga kerja, prosedur pendaftaran, prosedur pembayaran, kontrol mutu, prosedur proteksi radiasi dan prosedur keselamatan kerja serta nosokomial. e. Menyelenggarakan pelayanan Radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi berdasarkan aspek hukum, meliputi : landasan dasar hukum penyelenggaraan pelayanan radiologi diagnostik. C. Ruang Lingkup Pelayanan Radiologi Pelayanan radiologi meliputi : 1. Pelayanan Radiologi Diagnostik. 2. Pelayanan Imejing Diagnostik. Pelayanan Radiologi Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan x-ray konvensional, Computed Tomografi (CT Scan) dan Mammografi.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

2

Pelayanan Imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan Radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Magnetik Resonance Imejing/MRI, USG/Ultra Sonografi. Pelayanan Radiologi Diagnostik adalah pelayanan medic yang memanfaatkan Radiasi Pengion dan Non Pegion untuk menunjang diagnose penyakit.Radiasi pengion adalah pemeriksaan Radiologi konvensional berupa : 1. Radiologi konvensional non kontras: a. Thorax foto/foto dada. b. Foto tulang dan jaringan. c. Foto tulang-tulang kepala (cranium umum) d. Foto abdomen polos (BNO, Abdomen 3 posisi). 2. Radiologi Diagnostik non pengion: a. USG Thorax. b. USG Abdomen. c. USG Traktus urinarius. d. USG Organ reproduksi. D. Batasan Operasional Pelayanan Radiologi diselenggarakan untuk pasien rutin dan cito selama 24 jam untuk semua unit yaitu Rawat jalan / poli, Rawat Inap dan IGD. E. Landasan Hukum Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku yaitu: 1. UUNo. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan. 2. UU No. 10 tahun 1997 Tentang Ketenaga Nukliran. 3. UU No. 29 tahun 2004 TentangPraktik Kedokteran. 4. PP No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. 5. PP No. 33 Tahun 2007Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. 6. PP No. 29 Tahun 2008 Tentang Perizinan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir. 7. Permenkes No.920/Menkes/Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik. 8. Permenkes No. 357/ Menkes/Per/V/2006 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Radiografer. 9. Permenkes No. 512/ Menkes/Per/VI/2007 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. 10. Permenkes No. 375/ Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Radiografer. 11. Permenkes No. 780/ Menkes/Per/VIII/2008 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi. 12. Permenkes No. 366 Tahun 1997 Tentang Pelayanan Radiologi di Sarana Kesehatan 13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 357/ Menkes/8K/IH/2007 Tentang Standar Profesi Radiografer. 14. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1014/ Menkes/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan. PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

3

BAB II STANDAR KETENAGAAN A.

Kualifikasi Sumber Daya Manusia Unit Radiologi merupakan salah satu unit penunjang medic yang bertujuan : “Menjadikan Unit Radiologi yang berkualitas (mampu melakukan tindakan radiologi secara optimal dengan mengoptimalkan peralatan dan sumber daya manusia yang dimiliki), mandiri ( semua tindakam radiologi dapat dilakukan dengan peralatan dan oleh sumber daya manusia sendiri), efektif dan efisien dengan pengelolaan yang professional”. Pelayanan radiologi harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh/memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan di bidang yang sudah menjadi tugas atau tanggungjawabnya.Secara fungsional, pekerja Instalasi Radiologi dibagi dalam delapan kelompok profesi masing-masing tugas dan tanggungjawabnya : No

Kelompok Profesi

Tanggungjawab Fungsional

1

Penata Rontgen

Bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan radiografi dan imaging.

2

Spesialis Radiologi

Bertanggungjawab atas instalasi radiologi,tindakanmedis dan penilaian foto diagnostic radiologi (ekspertise).

3

PPR

Bertanggungjawab penuh atas proteksi radiasi.

Adapun kualifikasi SDM Radiologi adalah : Profesi Spesifikasi

Jumlah tenaga yang ada

Spesialis Radiologi

S2 Spesialis Radiologi (Sp.Rad)

1

Penata Rontgen Radiodiagnostik PPR

D-III Teknik Radiologi

2

D-III Teknik Radiologi

0

B. Distribusi Ketenagaan Distribusi ketenagaan disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya dan dilakukan penjadwalan rotasi kerja pada bidang tertentu untuk pemerataan kompetensinya.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

4

C. Pengaturan Jaga Profesi Spesialis Radiologi

Jenis Dinas 1 x seminggu

Jumlah 1 Orang

Pengaturan Dinas Dilakukan penjadwalan praktek sesuai hari dinasnya

Penata Rontgen Diagnostik

Non shift

1 Orang

Penanggungjawab

PPR

Non shift Dinas Harian

1 Orang : 07.00– 14.00 (pagi) 14.00 – 21.00 (Sore) 21.00 – 07.00 (On Call)

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

Penanggungjawab

5

BAB III STANDAR FASILITAS A.

Denah Ruang Radiologi

B. Standar Fasilitas 1. Desain dan paparan di ruangan radiasi standarnya a. Ukuran Ruangan Radiasi 1) Ukuran minimal ruangan radiasi sinar – x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter. 2) Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operaror dan kamar ganti pasien. b. Tebal dinding 1) Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar – x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm. 2) Tebal didnding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm. 3) Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm. c. Pintu dan Jendela 1) Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

6

2) Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja control pesawat dihidupkan. d. Tujuannya 1) Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi. 2) Sebagai indicator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangana karena ada bahaya radiasi di dalam ruangana tersebut. 3) Sebagai indicator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif. 4) DIharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertututp rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain disekitar ruangan pemeriksaan rontgen. 5) Jendela di ruangana radiasi letaknya minimal meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara 2 mm timbal dn jendel tersebut harus ditutp ketika penyinaran sedang berlangsung. 6) Jendela pengamat di rungan operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal. 2. Ruang Pemeriksaan Radiologi . a) Ruang Pemeriksaan Luas : 4,2 x 3.15 Cm Tinggi : 3,0 m Dinding : Batu bata 22 cm Lantai : Keramik Langit-langit : Gypsum tahan api Fasilitas :  Gantungan apron.  Shielding/tabir : Luas : 90 x Pb 2 Mm b) Ruang Ultrasonografi (USG ) Luas : 3,5 x 2,5 m Tinggi : 3,3 m Dinding : Batu bata diplester dilapisi wallpaper Lantai : Keramik Eternit : Gypsum tahan api Fasilitas :  AC split.  Telepon lokal.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

7

c) Ruang Kamar Gelap (Dark Room) : Luas : 1,7 m X 1,2 m. Tinggi : 2,66 m Dinding : Beton Lantai : Keramik Langit-langit : Triplek Pintu : Hordeng warna hitam Fasilitas :  Manual Processor yang terdiri dari tangki developer, fixer  Drum Developer dan Fixer  Tangki developer dan fixer manual  Save Ligh  Hanger  Film ukuran 35x35 cm  Film ukuran 30x40 cm  1 buah Kaset ukuran 30x40 cm  1 buah Kaset ukuran 35x35 cm d) Ruang Baca foto : Terdapat di koridor Luas : 3,23 m x1,6 m Fasilitas :  Perangkat Komputer  Viewing Box 3. Sistem Penyediaan Listrik a. Tolok Ukur Sistem penyediaan listrik menggunakan saluran kabel langsung jenis NYY atau NYFGBY (kabel tanah empat inti) dari panel induk utama rumah sakit ke panel gedung radiologi (panel radiology). Catu daya listrik yang tersedia adalah sebagai berikut : 1) Catu dari PLN sebagai suplai utama. 2) Catu dari generator set sebagai suplai cadangan apabila terjadi gangguan PLN dengan selang waktu maksimal 15 menit. 3) Catu dari perlatan Uniteruptible Power Supply (UPS) atau No Break Set (NBS) sebagai back up power selama generator set belum berfungsi. b. Sistem Penyaluran / Distribusi Listrik Sistem penyaluran listrik menggunakan system radial pada tegangan 400 volt dengan tegangan jatuh (voltage drop) tidak melebihi 5%, sedangkan breaking capacity dari breaker yang dipakai adalah pada nilai diatas arus hubungan singkat (Isc). Jika memungkinkan jarak dari panel induk utama ke panel gedung radiologi tidak melebihi 50 meter. Penyaluran listrik ke peralatan radiologimenggunakan kabel jenis NYFGBY (jika ditanam dalam tanah) atau jenis NYY (jika tidak ditanam) dengan ukuran PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

8

yang sesuai dengan kapasitas daya yang diperlukan peralatan dari panel induk ke panel radiologi dan dari panel radiologi ke panel alat. Sedngkan catu daya listrik ke penerangan terpadu, film processor, computer dan data system imaging mendapat catu daya listrik UPS/NBS. c. Sistem Pengamana Penggunaan Daya Listrik Untuk Peralatan 1) Pengamanan Jaringan Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas daya yang terpasang tergantung dari besar daya pesawat x-ray, system tegangan yang digunakan 3 phase 220 volt / 380 volt dengan frekuensi 50 Hz atau 1 phase 220 volt. Kerugian tegangan yang ditimbulkan sebagai akibat dari jarak jaringan atau pengaruh induksi diukur dimulai dari titik sekunder trafo yang ada di rumah sakit / sekitar rumah sakit sampai dengan panel peralatan radiologi. Toleransi jatuh tegangan yang diijinkan untuk peralatan rdaiologymaksimum 6,8 %. Untuk mengamankan jaringan dari kerugian : memperpendek jarak-jarak peralatan radiologi dengan trafo / meter PLN., menyediakan saluran / line khusus kabel untuk peralatan radiology, memperbesar diameter / ukuran kabel yang digunakan untuk peralata radiologi. 2) Pengaman Peralatan Untuk mengamankan peralatan radiology dari arus bocor, system pembumian menggunakan kabel BC dengan diameter minimal 16 mm2 dan pada ujung kabel dipasang elektroda. Kabel BC dan elektroda dimasukkan ke dalam pipa galvanis yang terlebih dahulu disolder dan kemudian dicor untuk mencegah korosi. Pastikan nilai tahanan sesuai dengan ketentuan, dengan mengukur besaran nilai pembumian yang diijinkan. Resistensi antara alat dan titik pembumian maksimum 0,15 OHM.Untuk menjamin nilai resistensi pembumian sesuai table / ketentuan, agar pihak rumah sakit melaksanakan pengukuran nilai pembumian secara berkala setiap tahun sekali. Untuk mencapai nilai resistensi tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa elektroda apabila 1 (satu) buah elektroda tidak dapat mencapai nilai yang diinginkan.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

9

4. Sistem Pencahayaan Radiologi Pencahayaan ruangan untuk pelayanan radiodiagnosis dinyatakan dalam lux.Kriteria pencahayaan untuk masing-masing ruangan sebagai berikut : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nama Ruangan Ruang Pemeriksaan Ruang Loket Ruang pemeriksaan Ruang Pemeriksaan Ruang pemeriksaan Ruang Pemeriksaan Ruang pemeriksaan Ruang Pemeriksaan

Kategori Pencahayaan (Lux) 500-700-1000 100-150-200 100-150-200 100-150-200 202-30-50 100-150-200 100-150-200 50-75-100

Pengukuran dilakukan dengan lux meter, pada tiga tempat/lokasi, kemudian diambil rata-rata.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

10

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Ketentuan Umum pelayanan Untuk tertib penyelenggaraan pelayanan di Unit radiologi Rumah Sakit Kartika Pulo Mas menetapkan ketentuan umum pelayanan sebagai berikut : 1. Rumah Sakit Kartika Pulo Mas menerapkan pelayanan Radiologi dan Diagnostik Imaging yang adequate teratur dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan pasien. 2. Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Kartika Pulo Mas beroperasi non stop selama 24 jam / hari dalam 7 hari seminggu, termasuk pelayanan gawat darurat. a. Kegiatan operasional Radiologi rutin dari Senin – Minggu non stop selama 24 jam. b. Pelayanan Radiologi cito 24 jam diluar jam kerja untuk pasien IGD dan Rawat Inap. 3. Untuk pelayanan luar unit radiologi, seperti pelayanan USG, pelayanan diatur oleh unit yang bersangkutan, sesuai kebijakan masing-masing unit kerja. 4. Pada hari dan jam kerja, Radiologi melayani semua pasien baik dari rawat inap, IGD, rawat jalan / poliklinik, maupun rujukan dari luar. 5. Pada hari libur resmi , pelayanan radiologi diutamakan untuk melayani pasien dari rawat inap, emergency. 6. Setiap permintaan pemeriksaan Radiologi harus dengan rujukan dari dokter klinikus dengan mencantumkan nama pasien, no. RM, umur, nama dokter pengirim dan keluhan / tanda-tanda klinis diagnose yang ditemukan serta pemeriksaan Radiologi yang diminta. 7. Pemeriksaan Radiologi yang ditujukan kepada dokter tertentu / permintaan dokter tertentu, akan diupayakan sesuai dengan jadwal praktek dokter yang bersangkutan, sesuai dengan kekhususan spesialistik. Dan rumah sakit dapat menghubungi para ahli diagnostic spesialistik bila diperlukan. 8. Pelayanan bagi pasien rawat jalan diberikan berdasarkan nomor urut kedatangan atau pendaftaran, namun dalam keadaan atau situasi tertentu yang dianggap mendesak, petugas Radiologi boleh mendahulukan pelayanan bagi pasien bayi, balita dengan sebelumnya memberi penjelasan kepada pasien lain yang sedang menunggu giliran. 9. Untuk pemeriksaan karena alasan dan pertimbangan tertentu belum atau tidak dapat dilakukan di Radiologi, maka akan dirujuk ke Radiologi atau Rumah Sakit atau Institusi lain yang berkompetensi melakukan pemeriksaan tersebut. 10. Atas permintaan khusus dari dokter yang mempertimbangkan kondisis medis tertentu dari pasien, pengerjaan pemeriksaan bisa disegerakan atau diprioritaskan tanpa mengikuti urutan. Kondisi tersebut disebut denagan “cito”. 11. Untuk Permintaan radiologi dalam kategori “CITO”, ketepatan waktu pelaporan hasil pemeriksaan kasus cito diukur.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

11

Deskripsi

Cito pada jam kerja

Konvensional dengan di 60 menit radiologi USG Rutin 90 menit

Cito diluar jam kerja 100 menit 240 menit

B. Ketentuan Khusus pelayanan 1. Petugas Radiologi akan menjadwal pemeriksaan meliputi: hari, tanggal dan waktu pemeriksaan.”USG” 2. Bila pasien setuju petugas radiologi akan memberikan penjelasan mengenai persiapan pemeriksaan.”USG” 3. Pasien datang sesuai jadwal perjanjian yang telah ditentukan. 4. Untuk wanita usia subur bila dalam keadaan hamil dimohon untuk memberitahu kepada petugas unit radiologi. 5. Untuk kepentingan patient safety petugas Radiologi akan melakukan indentifikasi positif mengacu pada Panduan Identifikasi Positif RS sebelum melakukan prosedur pemeriksaan dan juga memastikan bahwa pasien tidak hamil pada wanita usia subur dengan cara bertanya kepada pasiennya. C. Persiapan pemeriksaan. Persiapan pemeriksaan diperlukan pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi seperti :USG Abdomen. D. Penyerahan hasil. Penyerahan hasil foto adalah semua hasil film x-ray dan hasil ekspertise dari pasien yang telah diperiksa dimasukkan ke dalam satu amplop yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. 1. Untuk pasien yang berasal dari rujukan luar, hasil pemeriksaan radiologi akan diambil oleh pasien/keluarga pasien di bagian pendaftaran radiologi. Petugas melakukan pengecekan ulang (Nama, No. RM ditambah Tanggal lahir, No.X-ray, Tanggal pemeriksaan, Dokter pengirim, Jenis pemeriksaan) sebelum hsil diberikan kepada pasien. Dan pasien atau keluarga pasien tanda tangan di buku pengambilan hasil. 2. Untuk pasien yang berasal dari unit emergency, rawat inap, hasil pemeriksaan radiologi diberikan melalui petugas unit yang bersangkutan. Petugas radiologi mencatat nama petugas pada buku pengambilan hasil.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

12

E. Waktu Pelaporan Hasil pemeriksaan Radiologi di Instalasi radiologi Deskripsi Rawat jalan Rawat Inap Cito pd Jam Cito diluar Kerja Kerja Konvensional 120 menit 120 menit 60 menit 100 menit tanpa kontras USG Rutin 120 menit 120 menit 90 menit 150 menit

Jam

Pada pemeriksaan USG Reguler diperlukan persiapan pasien puasa 6 jam dan tahan kencing. F. Pelaporan nilai kritis Nilai kritis adalah hasil pemeriksaan radiologi yang abnormal dan mengindikasikan kelainan atau gangguan yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan perhatian/tindakan. Pelaporan Nilai Kritis adalah mekanisme pelaporan hasil radiologi yang berpotensi mengancam jiwa yang dilaporkan oleh petugas yang bertanggung jawab. 1. Rawat Jalan/IGD Apabila pasien berasal dari rawat jalan, maka nilai kritis harus dilaporkan kepada dokter yang meminta pemeriksaan 2. Rawat inap Petugas radiologi segera melaporkan ke perawat ruangan atau dokter jaga.Dokter jaga/perawat yang menerima laporan nilai kritis langsung menghubungi DPJP yang merawat pasien.Petugas radiologi harus mendokumentasikan informasi yang telah disampaikan, nama dokter petugas yang menerima informasi tersebut, tanggal dan jam pemberitahuan, catat di buku pelaporan nilai kritis. DAFTAR NILAI KRITIS RADIOLOGI RUMAH SAKIT KARTIK PULO MAS no 1

Anatomi Cranium Thorax

2

Extermitas 3 4 5

Abdomen Vertebra

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

Nilai kritis Fraktur basis cranii Fractur costae Efus pleura TB paru Massa Edema pulmonal Fraktur extermis Dislokasi sendi OA Ileus obstruksi HNP Fraktur compresi

13

BAB V LOGISTIK A. Pengaturan 1. Unit radiologi menetapkan jumlah kebutuhan film x-ray dan perbekalan penting untuk menunjang proses pemeriksaan radiologi. 2. Unit radiologi menjamin ketersediaan x ray film,dan perbekalan penting lainnya. 3. Persedian x-ray film dan cairan diminta berdasarkan jumlah persediaan yang telah mencapai batas minimal. 4. Pemesanan x-ray film dan cairan kebutuhan lainnya tidak boleh lebih dari batas maksimal. 5. Pemesanan harus di tulis dengan lengkap nama barang,jumlah,satuan dan kode barang. 6. Pastikan pengukur suhu tempat penyimpanan terjaga dengan baik,melalui pengecekan. 7. Pastikan kartu stok tidak habis. 8. Pastikan x-ray film dan cairan kebutuhn lainnya diterima dari bagian KSO sesuai dengan surat pemesanan dan barang pengeluaran(sppb). 9. Penyimpanan harus sesuai FIFO (first in first out) atau FEFO (first expired first out). 10. Setiap hari suhu dan kelembaban penyimpanan film x-ray di catat. 11. Pemberian label untuk semua perbekalan dilakukan secara lengkap dan akurat. B. Pemesanan 1. Tulis permintaan x-ray film dan cairan kebutuhan lainnya sesuai dengan stok minimal dan maksimal barang. 2. Permintaan x-ray film dan cairan kebutuhan lainnya staf radiologi yang telah disetujui oleh kepala unit pelaksana dan manager clinical support. 3. Permintaan yang telah di setujui diserahkan ke bagian KSO yaitu film x-ray dan cairan. Jika barangnya berupa ATK (alat tulis kantor) surat permintaan pengadaan barang ditunjukan kebagian gudang umum. 4. Jika x-ray film dan cairan media dan kebutuhan lainnya belum pernah diminta maka harus diproses dahulu Formulir Permintaan Barang atau alkes yang baru , yang di buat oleh unit dan setujui oleh Koordinator. C. Penyimpanan 1. Proses penyimpanan semua perbekalan instalasi radiologi di sesuaikan dengan peraturan yang di tetapkan oleh manufaktur. 2. X-ray film dan cairan dan kebutuhan lainnya yang diterima dari bagian farmasi atau gudang umum harus diperiksa fisik, jumlah dan kemasannya sebelum di tanda tangani bukti serah terima barang. 3. Setelah dihitung x-ray film dan cairan kebutuhan lainnya disimpan dalam lemari yag terkunci. 4. Penyimpanan x-ray film dan cairan dan kebutuhan lainnya dicatat di kartu stok. 5. Penyimpanan harus sesuai dengan FIFO (first in first out) atau FEFO (first expired first out) PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

14

6. Setiap hari suhu dan kelembaban penyimpanan film x–ray dicatat. 7. Suhu untuk menyimpan film x-ray dan cairan diatur dan dikontrol setiap hari sesuai dengan prosedur. 8. Setiap kali pengambilan film x-ray kebutuhan lainnya harus dicatat dikartu stok. D. Distribusi 1. Proses distribusi perbekalan unit radiologi sesuai dengan ketentuan dari rumah sakit, untuk mendukung proses pelayanan radiologi. 2. Setiap dinas pagi perawat menghitung kebutuhan alkes dan obat-obatan untuk standar minimal dan maksimal trolley. 3. Perawat mengambil obat dan alkes sesuai dengan kebutuhan dengan mencatat di kartu stok. 4. Pastikan obat-obatan yang didistribusikan diperiksa expire date nya dan kondisis fisiknya. 5. Jika rusak atau sudah expire maka dilaporkan ke kepala unit pelaksana radiologi untuk ditindaklanjuti. 6. Perawat mendistribusikan obat-obatan tersebut di trolley setiap ruangan sesuai standar minimal dan maksimal. E. Laporan Logistik Unit radiologi Pelaporan dilakukan agar pemesanan, pemakaian dan distribusi barang di Unit Radologi tercatat dan terkontrol dengan baik, yaitu: 1. Laporan pencatatan jumlah order barang. Adapun nama satuan yang dipakai antara lain piece, box, roll, botol, vial, kg, tablet, supp, ampul, tube, buku, lembar, liter dan lainnya. 2. Laporan pencatatan jumlah order barang dalam nilai rupiah untuk pemakaian barang. F. Evaluasi Logistik Evaluasi dilakukan setiap bulan terhadap ketersediaan barang yang terpakai harus disesuaikan dengan jumlah pasien yang menggunakan barang tersebut. Fisik dari barang harus diperiksa apakah ada yang rusak baik label merk dan isinya. Tanggal kadaluarsa di data dan diperiksa apakah ada barang yang mendekati tanggal kadaluwarsa.Jika barang tersebut mendekati kadaluwarsa minimal 3 bulan harus segera diserahkan ke KSO untuk dikembalikan dan dibuat berita acara.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

15

BAB VI KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan pasien adalah suatu system dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak menjalankan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. B. Tujuan Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negative / merugikan bagi pasien, baik fisik atau psikis akibat dari ketidak siapan secara teknis di lingkungan kerja Instalasi radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi ataupun kecerobohan petugas saat memberikan pelayanan. C. Identifikasi Risiko Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang dan nilai batas dosis yang diterima pasien. Resiko Keselamatan Pasien (Patient Safety) 1. Pasien Jatuh. 2. Terpapar radiasi. 3. Terpapar radiasi untuk masyarakat umum 5mSv(500Rem) dalam setahun. 4. Tindakan yang salah / dilakukan pada pasien yang salah. 5. Penanganan terlambat. D. Manajemen Risiko Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri. E. Tata Laksana Keselamatan Pasien Tata laksana keselamatan pasien adalah proses teknis mengenai tata cara dan upayaupaya untuk mencegah terjadinya kexelakaan pelayanan yang dapat mengakibatkan dampak negative dan merugikan bagi pasien, baik fisik dan psikis yang diakibatkan oleh ketidaksiapan teknis di lingkungan kerja Unit atau akibat kecerohona petugas, sehingga diharapkan tidak terjadinya kecelakaan yang merugikanpasien selama mendapatkan pelayanan di Instalasi radiologiDiagnostik Imaging terintegrasi. 1. Kesiapan Lingkungan Kerja Instalasi radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi a. Peralatan X-Ray dan Imaging 1) Melakukan warming up dan kalibrasi perlatan setiap hari secara rutin untuk mengetahui kesiapan peralatn, baik segi pergerakan mekanik ( fungsi hard ware) atau soft ware. 2) Melakukan pengecekan teknik antara lain on / off, tutup/buka diafragma kolimator dan lain-lain yang ada disetiap ruangan. 3) Mengecek masa berlakunya sertifikat kelayakan kebocoran tabung, jika masa berlakunya habis maka berkoordinasi dengan BPFK atau vendorlain yang mempunyai kemampuan hal tersebut diatas melalui unt

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

16

4) Mengecek masa berlakunya sertifikat kalibrasi Survey meter dan dosimetri baca langsung, jika masa berlakunya habis maka berkoordinasi dengan BATAN untuk dilakukan kalibrasi ulang. b. Peralatan pelindung keselamatan di unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi 1) Apron, digunakan untuk menutupi organ disekitar objek yang diperiksa, sehingga diharapkan menerima paparan dosis radiasi minimal. c. Pencegah Kebocoran / kelalaian petugas dalam bekerja di unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi 1) Menerapkan prosedur identifikasi pasien dengan benar sebelum melakukan tindakan, dengan menjalankan prosedur Identifikasi positif sesuai panduan identifikasi positif RS. 2) Melakukan prosedur checklist disetiap langkah pemeriksaan. 3) Meningkatkan komunikasi verbal yang efektif dengan pembacaan ulang (Read Back) sesuai dengan panduan Read Back RS. 4) Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil test yang kritikal oleh petugas yang menerima instruksi secara lisan /telepon. Pada saat pembacaan ulang indivisu yang mnerima instruksi atau hasil test mendengarkan informasi yang diberikan, mencatatnya ke dalam catatan medic pasien dan kemudian membaca ulang catatan tersebut kepada orang yang memberi informasi dan mengkonfirmasikan bahwa penerima instruksi menerima informasi yang telah dicatat ke dalam catatan medic dengan tepat. Staf rumah sakit diminta untuk membacakan ulang setiap melakukan komunikasi hasil test yang kritikal secara lisan termasuk melalui telepon dan staf medic diharapkan untuk menerima pembacaan ulang tersebut. Semua hasil test yang dilaporkan per telepon akan dinyatakan sebagai hasil test yang kritikal. 5) Termasuk hasil cito test, laporan nilai kritikal dan hasil pemeriksaan diagnostic lainnya yang memerlukan tanggapan segera. Merujuk pada Panduan test Kritikal dan hasil test yang kritikal. 6) Proses penerimaan instruksi lisan dan per telpon; penerima instruksi akan mencatat instruksi tersebut kedalam formulir yang telah disetujui. Penerima instruksi akan membaca ulang instruksi tersebut kepada dokter yang memberi instruksi. Dokter yang memberi instruksi akan melakukan verifikasi bahwa instruksi yang diberikan telah diterima dan dicatat dengan tepat atau melakukan klarifikasi sehingga pembacaan ulang harus dilakukan kembali. Penerima instruksi kemudian mencatat di dokumen pembacaan ulang dilakukan sebelum ditandatangani untuk catatan tertulis atau sebelum sesi selesai untuk tandatangan secara elektronik.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

17

F. Infection Control Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit, infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan disetiap tempat di rumah sakit.Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ke tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial.Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter / perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsur / profesi yang ada di rumah sakit. Unit radiologi menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS. 1. Sumber infeksi a. Bersumber dari petugas 1) Petugas rumah sakit (perilaku). 2) Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit. 3) Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan. 4) Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik. 5) Menderita suatu penyakit. 6) Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah tindakan. b. Bersumber Alat-alat yang dipakai 1) Kotor atau kurang bersih / kurang steril. 2) Rusak atau tidak layak dipakai. 3) Penyimpanan yang kurang baik. 4) Dipakai berulang-ulang. 5) Lewat batas pemakaian. 6) Pasien menderita penyakit tertentu. c. Bersumber dari lingkungan 1) Tidak ada sinar matahari yang masuk. 2) Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik. 3) Ruangan lembab. 4) Banyak serangga. 2. Mengurangi resiko infeksi dengan melakukan cuci tangan yang benar. a. Kedua tangan harus dicuci derdasarkan 5 momen cuci tangan. b. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan pembersih tangan yang mengandung alkohol, sabun cair atau cairan antiseptic. Pilihan cairan tergantung aktivitas yang dilakukan. c. Semua staf harus sesuai kebijakan dan panduan mencuci tangan, semua jam tangan dan perhiasan harus dilepaskan saat mencuci tangan. d. Kuku harus dipotong pendek (< 0.5cm). Kuku palsu dan pewarna kuku tidak boleh dipakai saat kontak langsung dengan pasien. e. Luka sayat dan luka lecet harus ditutup dengan plester kedap air. f. Lima kesempatan / momen untuk kebersihan tangan harus dilakukan sebagai berikut : PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

18

1) 2) 3) 4) 5)

Sebelum melakukan tindakan bersih / aseptik. Sebelum menyentuh pasien. Sesudah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang berisiko. Sesudah menyentuh pasien. Sesudah menyentuh benda-benda disekeliling pasien.

G. Observasi dan Konsultasi Petugas radiografer menanyakan / observasi kepada pasien mengenai organ dan daerah tubuhnya yang dirasakan sakit ( area keluhan ) untuk dicocokkan apakah sesuai dengan klinis dan objek yang diminta untuk diperiksa, jika menemui keraguan sebaiknya berkonsultasi ke dokter Spesialis Radiologi atau dokter klinikus. H. Mobilitas dan Pergerakan pasien 1. Meminta bantuan staff lainnya untuk memindah pasien dengan kondisi tidak kooperatif dari tempat tidur ke meja pemeriksaan atau sebaliknya, terutama pasien dengan kondisi fracture, post op, atau trauma kecelakaan lalu lintas. 2. Lakukan prosedure yang minimal pergerakan pasien dan minimal perpindahan pasien namun tetap memperhatikan hasil diagnosa yang optimal.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

19

BAB VII KESELAMATAN KERJA A. Pengertian Pedoman Kesehatan dan keselamatan Kerja di unit radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi adalah upaya-upaya untuk mencegah terjadinya dampak negatif dan merugikan bagi kesehatan pekerja, baik fisik atau psikis akibat dari lingkungan kerja.Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja antara lain meliputi K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) Nosokomial, K3 Cairan Limbah kimia dan K3 Penanggulangan Kebakaran. B. Tujuan Bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak negatif dan merugikan bagi kesehatan pekerja di Unit, baik fisik atau psikis akibat dari lingkungan kerja. C. Tata laksana Tata laksana keselamatana kerja adalah proses teknis mengenai tata cara dan upayaupaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan dampak negatif dan merugikan bagi kesehatan pekerja, baik fisik atau psikis. Sehingga diharapkan tidak terjadinya kecelakaan kerja yang merugikan petugas selama memberikan pelayanan di Instalasi radiologi.Risiko Keselamatan Staf (Staff Safety): a. Karyawan jatuh. b. Tertusuk jarum suntik atau benda tajam lainnya. c. Terpapar bahan kimia atau cairan tubuh pasien. d. Terpapar radiasi(untuk petugas radiologi seluruh tubuh 50mSv pertahun) e. Terpapar Infeksi. f. Low Back Pain karena proses mengangkat yang tidak tepat akibat pemakaian apron. 1. Prosedur Keselamatan kerja Unit radiologi Diagnostik Imaging Terintegrasi a. Prosedur penangan needle Stick injury dan cairan tubuh lainnya. b. Penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri termasuk apron. c. Pembuatan signage.vc;p65oldxstk.ygvtfhrdesw d. Pelatihan teknik safety lifting. e. Memastikan kecukupan tenaga. f. Monitoring paparan radiasi baik personil monitoring maupun device monitoring lainnya. g. Medical Check Up bagi karyawan pekerja radiasi. h. Pemberian extra fooding (telur dan bubur kacang ijo) i. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan sesuai prosedur. j. Penanaman budaya safety, safety meeting dan Awareness. 2. Mencuci tangan a. Tujuan : pencegahan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada seseorang. b. Tata cara teknik mencuci tangan yang efektif dengan menggunakan sabun. c. Teknik mencuci tangan sesuai dengan standar mencuci tangan RS. PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

20

d. Memakai Sarung Tangan :mencuci tangan lalu mengambil sarung tangan (hand schoen) hingga lipatan jari-jari terlepas. Memakaikan secara tepat jari-jari tangan sampai dengan jari-jari sarung tangan. Bila pemakaian sudah selesai, bukan sarung tangan kemudian dibuang langsung ketempat sampah medik (kantong plastik warna kuning). 3. Penanganan Linen kotor a. Tujuan : Untuk menempatkan linen kotor sebagaimana mestinya sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi nasokomial yang merugikan baik bagi pasien, petugas maupun lingkungan. b. Tata cara : 1) Linen kotor dikumpulkan menjadi satu dimasukkan kedalam keranjang linen kotor, kecuali baju pasien yang dimasukkan kedalam poly bag kuning. 2) Untuk kain pembungkus instrumen dikembalikan bersamaan dengan instrumen yang telah dipakai kebagian CSSD untuk disteril kembali. 3) Apabila keranjang telah terisi penuh linen kotor, maka telepon ke bagian laundry untuk segera diambil. 4) Keranjang linen kotor dalam keadaan kosong dan siap untuk dipakai kembali. 4. Penanganan instrumen steril. a. Tujuan : Untuk menjaga tingkat sterilitas instrumen sebelum digunakan dan sebelum masa kadaluwarsa. b. Tata cara : 1) Instrumen diambil dan dibawa ke bagian CSSD, hindari kontaminasi dan hitung jumlahnya dengan teliti. 2) Pisahkan kom dan tromol. 3) Susun pada trolley sesuai dengan kelompoknya secara rapih. 4) Hndari pengecekan yang berulang-ulang. 5) Sisihkan instrumen yang sudah kadaluwarsa masa sterilnya, tetapi belum digunakan untuk disteril kembali. 5. Kebersihan ruangan a. Tujuan : Untuk menjaga agar ruagan selalu dalam keadaan bersih dan terjaga sanitasinya sehingga memberi kenyamanan dan keamanan bagi pasien yang lainnya. b. Tata cara : 1) Kebersihan ruangan adalah tanggungjawab masing-masing radiografer yang dinas diruangan tersebut. 2) Ruangan yang kotor akibat adanya pemeriksaan pasien yang tingkat kekotorannya masih dapat diatasi oleh radiografer, terutama yang berkaitan dengan tempat / meja pemeriksaan dan juga penunjang lainnya dapat dikerjakan sendiri.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

21

3) Untuk tingkat kekotoran yang jauh diluar jangkauan kemampuan dan bukan wewenang radiografer harus segera menghubungi petugas cleaning service untuk segera dibersihkan. 6. Penanganan dan pembuangan bahan yang dapat menular dan berbahaya a. Penanganan dan pembuangan limbah medis dan non medis dilakukan oleh Vendor / cleaning service 1) Limabah medis dan non medis ditampung pada bak sampah yang berbeda, bak sampah dengan plastik warna kuning untuk sampah medis dan bak sampah denagn plastik warna hitam untuk sampah non medis. 2) Setiap harinya sampah medis dan non medis diangkut oleh petugas cleaning service ke tempt pemnbuangan sementara, untk selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan akhir sesuai denagn jenis limbah. 3) Untuk limbah tajam dimasukkan ke dalam wadah khusus yang tertutup. Apabila isi botol sudah penuh, telepon ke petugas cleaning service untuk diambil dan selanjutnya dikirim ke unit enginering untuk penanganan lanjut/dimusnahkan. 7. K3 Kebakaran a. Tujuan untuk kesiapsiagaan menghadapi terjadinya kebakaran di rumah sakit khususnya di instalasi radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi. b. Tata cara Bila terjadi kebakaran di instalasi radiologi Diagnostik Imaging terintegrasi maka: 1) Berusaha mematikan api dengan menggunakan APAR yang tersedia di lantai tersebut dengan teknik : a) P :Pull (tarik). b) A :Aim (arahkan). c) S :Squeeze (semprot). d) S :Sweep (sapu). Atau disingkat PASS dan memberitahukan teman jika ada untuk meminta bantuan meng-informasikan ke sentral monitor dan posko satpam dengan kode 555, red code, Instalasi radiologi. 2) Bila usaha pemadaman api awal tidak berhasil karena api sudah cukup besar, segera berlari menuju break glass alarm dan manual call point dengan memecahkan kacanya lalu menekan break glass alarm tersebut. 3) Petugas sentral monitor sewaktu mengetahui alarm bekerja, segera menginformasikan kepada regu pemadam, keamanan dan komandan fire serta pimpinan umum. 4) Usaha pemadaman kebakaran diambil alih oleh regu penadam kebakaran dan petugas satpam, petugas radiologi ikut dalam upaya-upaya pemadaman dan memberi laporan kepada Kepala Pelaksana pada kesempatan pertama dan membuat laporan pada lembaran insiden report kepada managemen.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

22

D. MANAJEMEN RISIKO 1. PENDAHULUAN Didalam setiap kegiatan pelaksanaan pelayanan radiologi, keselamatan terhadap kemungkinan akibat sinar-x menjadi hal utama secara terus menerus kita lakukan.Dalam upaya menjalankan proteksi radiasi kami bekerja menggunakan prinsip proteksi radiasi yang mengupayakan penerimaan dosis yang seminimal mungkin yang dapat diterima oleh pasien dan operator tetapi tetap menghasilkan gambar radiografi yang baik dan bernilai diagnostik yang tinggi. Atau biasa juga disebut dengan ALARA (As Low As Reasonable Achievable). Prinsip proteksi radiasi yang digunakan adalah “ JARAK, WAKTU DAN PENGHALANG (SHIELDING)”. Prinsip Pertama. Prinsip jarak yang ideal (90cm-150cm) bertujuan agar dosis yang diterima pasien sekecil mungkin. Karena pada jarak kurang dari 90 cm maka kemungkinan radiasi dengan energy tinggi masih dapat mengjangkau pasien dan itu tidak diinginkan walaupun semua pesawat telah menggunakan filter dan apabila menggunakan jarak diatas 150 cm maka akan terjadi peningkatan faktor eksposi. Peningkatan faktor eksposi baik kV maupun mAS menyebabkan dosis paparan ke pasien meningkat pula. Dosis radiasi yang diterima oleh pasien berbanding terbalik dengan kuadrant jarak. Prinsip Kedua. Penggunaan waktu yang sesingkat mungkin dari radiasi yang diterima berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan.Makin cepat waktu eksposi, makin kecil dosisnya. Prinsip Ketiga. Penggunaan penghalang (shielding) sehingga radiasi dapat ditahan oleh suatu bahan penghalang. Misalnya menggunakan Apron Pb, Kaca Pb, Kaca mata Pb, sarung tangan Pb, Tiroid shield dan gonad shield. Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.Keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.Program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi adalah rencana yang harus disusun dan dilaksanakan oleh pemegang izin. 2. LATAR BELAKANG Pemanfaatan sumber radiasi diatur dalam Undang-Undang melalui peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keaman Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Tahun 2007 No. 74, Tambahan lembaran Negara No. 4730). Serta berdasarkan hukum PP 29 tahun 2008 – bahwa dalam pemanfaatan sumber radiasi pengion dan bahan nuklir di perlukan persyaratan dan tata cara perizinan yang lebih ketat, transparan, jelas, tegas dan adil dengan mempertimbangkan resiko bahaya radiasi

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

23

dan keamanan sumber radioaktif dan bahan nuklir yang mampu menjamin keselamatan pekerja, anggota masyarakat dan perlindungan terhadap lingkungan juga tertuang dalam : a. UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009, dalam Pasal 3 point b, mengenai Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit yang bertujuan memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. b. Pasal 11 tentang Prasarana Rumah Sakit yang tertuang dalam ayat (1) yang berbunyi harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah sakit. c. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Bab XII mengenai kesehatan kerja pasal 164. 3. TUJUAN 3.1. Umum Terhindarnya petugas, pasien dan masyarakat sekitar dari risiko yang ditimbulkan oleh dampak dari bahaya radiasi. 3.2. Khusus a. Tercapainya keselamatan petugas, pasien dan masyarakat sekitar dari bahaya radiasi. b. Terlaksananya pemantauan kesehatan bagi petugas radiasi. c. Terlaksananya penggunaan APD bagi petugas dan pasien. d. Terlaksananya pemantauan dosis radiasi hambur yang diterima oleh petugas. 4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 4.1. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding / tembok ruangan pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah sebesar 100mR/minggu sedangkan pada ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi sebesar 10 mR/minggu. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran pada daerah : a. Disekitar ruangan operator. b. Dibelakang pintu, sekitar lubang kunci / handle. c. Pada sekitar dinding yang dicurigai adanya kebocoran. d. Diruangan ganti baju pasien. e. Disekitar kaca Pb. 4.2. Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / Pesawat sinar-x. Yang dikenal juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksana dari uji kesesuaian ini adalah suatu badan yang telah ditunjuk oleh Badan pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Ketentuan uji kesesuaian : a. Sertifikat lolos Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X berlaku selama 4 (empat) tahun. b. Khusus dalam hal pesawat sinar-x Mamografi, Sertifikat lolos Uji kesesuaian berlaku selama 3 (tiga) tahun. c. Masa berlaku notisi Lolos uji kesesuaian dengan perbaikan adalah sejak tanggal penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa berlaku Izin Penggunaan Pesawat Sinar X dari kepala BAPETEN.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

24

d.

e.

Setiap Pesawat Sinar-X yang telah memiliki Sertifikat Lolos Uji Kesesuaian atau Notisi Lolos Uji Kesesuaian dengan perbaikan harus diuji ulang paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakhirnya masa berlaku sertifikat atau notisi tersebut. Tata cara Uji Kesesuaian kembali sebagaimana dimaksud dengan ketentuan sebagaimana tata cara Uji Kesesuaian awal. Setiap alat yang sudah lolos uji kesesuaian diberi tanda atau sticker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.

4.3. Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD yang telah dikalibrasi diberi sticker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku. Jenis APD yang digunakan adalah : a. Apron. Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb. Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara dengan o,35 mm Pb atau 0,5 mm Pb. Yang ditulis secara permanen dan mudah terlihat pada apron tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan cara digantung b. Tabir pelindung 4.4. Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan. Peralatan yang digunakan adalah: a. Termo Luminisensi Dosimeter (TLD) TLD yang disediakan oleh balai pengamanan fasilitas kesehatan (BPFK) – Deparemen Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

TLD

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

25

b.

c.

Pendos (Pen Dosimeter) Peralatan dosimeter perorangan pembacaaan langsung secara analog atau digital. Alat ini digunakan selama berada dalam medan radiasi yang nilai nya akan langsung bisa terlihat langsung namun tidak bisa di akumulasikan. Dimana petugas harus membuat daftar perolehan dosis yang diterima setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah yang banyak mengeluarkan radiasi. Sedangkan kelemahannya setiap pekerja harus rajin dan teliti dalam melakukan pencatat dosis Survey meter Tersedianya survey meteruntuk pengguna pesawat interventional.Agar setiap saat dapat mengukur paparan radiasi disekitar lokasi pemeriksaan.

4.5. Memasang tanda – tanda radiasi pada daerah kerja, seperti: a. Memasang lampu merah pada ruangan pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar –X, disertai adanya tulisan “ DILARANG MASUK JIKA LAMPU MERAH MENYALA”

b. Memasang stiker tanda bahaya radiasi di depan pintu ruangan pemeriksaan yang menggunakan sinar-x dan Poster peringatan bahaya Radiasi haru di pasang di dalam ruangan pesawat sinar-X, yang memuat tulisan “ WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER DAN SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK SERTA BAHAYA RADIASI”

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

26

4.6. Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi: a. Pemeriksaan kesehatan umum, dilakukan disaat sebelum bekerja, selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja/pensiun. b. Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi serta bagi pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melebihi nilai ambang batas.

No

KEGIATAN PEMANTAUAN Pengukuran kebocoran radiasi pada ruangan pemriksaan Melakukan Kalibrasi pesawat - X Melakukan Kalibrasi APD Melakukan pengukuran dosis radiasi perorangan (TLD) Memasang rambu rambu tanda bahaya radiasi Melakukan pemeriksaan berkala

Tahun 2018

Jan

Feb Mar

Ap r

Mei

Jun

Jul

Agu Sep

Ok t

Nov Des

5. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENCATATAN a. Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi pesawat sinar – x dan peralatan APD b. Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis radiasi perorangan (TLD) c. Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada sekitar ruangan pemeriksaan d. Melkukan pencatatan inventaris data-data pesawat sinar –x. e. Melakukan Peng arsipan hasil – hasil pemeriksaan kesehatan. f. Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

27

6. PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Membuat laporan akhir tahun yang diserahkan ke direktur utama rumah sakit serta ke komite keselamatan rumah sakit (KKK.RS).Serta melakukan evaluasi terhadap program proteksi radiasi.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

28

BAB IX PENGENDALIAN MUTU Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap radiologi untuk menjamin mutu dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3 RS ) yang meliputi : 1. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan. 2. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim pengendalian bahaya radiasi. A. Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan 1. Input : tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan data. 2. Proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf radiologi. 3. Lingkungan : Kebijakan, organisasi, manajemen. 4. Standar-standar yang digunakan (SPM yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang atau institusi lain yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan). B. Tahap Program Pengendalian Mutu 1. Mendefinisikan kualitas pelayanan radiologi yang diinginkan dalam bentuk kriteria. 2. Penilaian kualitas pelayanan radiologi yang sedang berjalan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 3. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan. 4. Penilaian ulang kualitas pelayanan radiologi. 5. Up date kriteria. C.

Langkah - Langkah Dalam Aplikasi Pengendalian Mutu 1. Memilih subyek dari program. 2. Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan radiologi sesuai dengan kualitas pelayanan yang diinginkan. 3. Mensosialisasikan kriteria pelayanan radiologi yang dikehendaki. 4. Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua personil serta menjalin konsensus dan komitmen bersama untuk mencapainya. 5. Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan menggunakan kriteria. 6. Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebut. 7. Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan. 8. Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan. 9. Re-evaluasi dari mutu pelayanan radiologi.

D. Indikator dan Kriteria Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu alat/ tolak ukur yang hasilnya menunjukkan pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya. Indikatornya dibedakan menjadi : 1. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur terpenuhi atau tidaknya standar masukan, proses dan lingkungan.

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

29

2. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar penampilan minimal yang diselenggarakan. Indikator yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Sesuai dengan tujuan. 2. Informasinya mudah didapat. 3. Singkat, jelas, lengkap dan tidak menimbulkan berbagai interpretasi. 4. Rasional. Indikator mutu bagian radiologi : Kegiatan

Tujuan

Waktu tunggu pengambi lan hasil Foto dan riject film

Meningk atkan Mutu Pelayana n

Langkahlangkah kerja

Rencana anggaran

1. Metode No Tes Budgetin 2. Pengawasa g n Harian 3. Pengumpul an Data Indikator 4. Perbaikan 5. Pendokum entasian

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

Target waktu Pengumpul an 3 bulan sekali

Tempat pelaksana an Radiologi

Pelaksana

PJ Radiologi

30

BAB X PENUTUP Buku pedoman pelayanan radiologi ini disusun berdasarkan pustaka dan pedoman-pedoman yang mengatur tentang standar pelayanan radiologi rumah sakit.Buku ini merupakan panduan bagi radiografer untuk menjalankan kegiatan radiologi sehari – hari.Segala yang berkaitan dengan pelayanan radiologi harus mengacu dan menyesuaikan buku pedoman ini.

Rumah Sakit Kartika Pulo Mas Direktur Utama,

dr. Atmadhilla Rafitasari,B.Med.Sci.,MARS

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

31

PEDOMAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI

32

Related Documents


More Documents from "Hakiki Akbari"