Pedoman Pelayanan Ruang Isolasi.docx

  • Uploaded by: Muya Saroh
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelayanan Ruang Isolasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,313
  • Pages: 22
PEDOMAN PELAYANAN RUANG ISOLASI DI RSU MUHAMMADIYAH METRO

Di Susun Oleh : Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro

Alamat

: Jl. Soekarno Hatta No.42 Mulyojati 16 B Metro Barat, Kota Metro 34125

Telp/Fax

: (0725) 7008000, 7850378 Fax.(0725)47760

Wabsite

: www.rsum.co.id

Email

: [email protected]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Penyakit infeksi/menular selalu menjadi masalah kesehatan di tanah air kita. Hal ini dikarenakan belakangan ini telah terjadi peningkatan penyakit infeksi paru seperti TB. Kemajuan transportasi dan komunikasi membuat penyakit dapat berpindah dari suatu daerah atau negara ke negara lain dalam waktu relatif singkat serta tidak mengenal batas wilayah administrasi. Sehubungan dengan hal tersebut, RSU Muhammadiyah Metro melaksanakan pembangunan baik bidang sarana dan prasarana fisik khususnya bidang pelayanan perawatan terhadap penyakit menular dan telah dibangun ruang perawatan atau bangsal khusus isolasi. Ruangan isolasi tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan infeksi nasokomial. Artinya pasien yang dirawat dapat diamati secara intensif dan pasien tidak dapat menularkan penyakitnya kepada dokter, perawat, dan pasien lain serta pengunjung Rumah Sakit.

Berdasarkan hal diatas, pelayanan rawat inap di ruang isolasi RSU Muhammadiyah Metro perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan, pengobatan, dan perawatan pasien dengan penyakit menular.

Standar praktik sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. Standar sangat membantu keperawatan untuk mencapai asuhan yang berkualitas. Standar digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri sendiri, inspeksi dan akreditasi di RSU Muhammadiyah Metro.

B. Ruang Lingkup 1. Penggunaan ruang isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya. 2. Pelaksana panduan ini adalah elemen Rumah Sakit beserta pasien dan keluarga. C. Batasan Operasional 1.

Ruang isolasi Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.

2.

Pasien TB a. Berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan bakteriologis adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. 1) Pasien TB Paru BTA positif 2) Pasien TB Paru hasil biakan TB positif 3) Pasien TB paru hasil tes cepat TB positif 4) Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis 5) TB anak terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis b.

Pasien TB terdiagnosis secara klinis Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB. 1) Pasien TB paru BTA negatif dengan foto toraks mendukung TB 2) Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinik maupun laboratoris tanpa konfirmasi bakteriologis.

D. Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi 1. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding tekanan di koridor. 2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam 3. Udara harus dibuang keluar,atau diresirkulasi denganmenggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air) 4. Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. 5. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus memakai masker N95. 6. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. 7. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

E. Landasan Hukum a. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya. d. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit

BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi SDI

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDI ISOLASI adalah :

Nomor

Nama Jabatan

Kualifikasi

Keterangan

Formal 1

Kasie ISOLASI

DIII Keperawatan

Bersertifikat : BTCLS/ TOSS TB

2

PJ ISOLASI

DIII Keperawatan

Bersertifikat : BTCLS/ TOSS TB

3

Perawat Pelaksana

D III Keperawatan

ISOLASI

Bersertifikat :BTCLS/ TOSS TB

B. Distribusi Ketenagaan Pola pengaturan ketenagaan Ruang Isolasi yaitu : 1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat BTCLS Kategori : 1 orang Kasie 1 orang PJ 1 orang Pelaksana perawat 2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BTCLS Kategori : 1 orang PJ 1 orang Pelaksana

3. Untuk Dinas Malam yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BTCLS Kategori : 1 orang PJ 1 orang Pelaksana

C. Pengaturan Jaga 1. Pengaturan Jaga Perawat UGD a. Pengaturan jadwal dinas perawat Ruang Isolasi dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kasie Ruang Isolasi dan disetujui oleh Kasie Ruang Isolasi. b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana Ruang Isolasi setiap satu bulan. c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan blangko tukeran shift. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui). d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun. e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti dan Lt ( libur tambahan ). f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu kasie Ruang Isolasi : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kasie Ruang Isolasi, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka kasie Ruang Isolasi akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau perawat Ruang Isolasi yang sedang berdinas saat itu.(Dobel dinas) g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka kasie Ruang Isolasi akan mencari perawat

pengganti yang hari itu libur atau perawat Ruang Isolasi yang sedang berdinas saat itu. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat Ruang Isolasi sesuai SOP terlampir).

BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruangan ISOLASI PINTU MASUK RUANG ISOLASI

Ruang Ganti Perawat

Ruang Perawat

Ruang Tindakan

KM perawat Pintu Masuk Pasien

KM pasien

Ruang perawatan kelas III Ruang perawatan kelas IB

Ruang perawatan kelas IA

C. Standar Fasilitas 1. Fasilitas dan Sarana Ruang Isolasi RSU Muhammadiyah Metro berlokasi di lantai I yang terdiri dari ruangan perawat, ruang perawatan pasien kelas I dan kelas III , ruang ganti perawat. Ruangan perawatan pasien kelas I terdiri dari 2 (dua) tempat tidur dan perawatan pasien kelas III terdiri dari 5 tempat tidur.

2. Peralatan Peralatan yang tersedia di Ruang Isolasi meliputi: 1) Mesin suction (1 set) 2) Oxigen lengkap dengan flowmeter (7 buah) 3) Spuit semua ukuran ( masing – masing 2 buah ) 4) Infus set (2 buah ) 5) Ambu bag ( 1 buah ) 6) Stetoskop ( 2 buah ) 7) Tensi meter ( 1 buah ) 8) Tiang Infus ( 7 buah ) 9) Nebulizer ( 1 buah ) 10) Bengkok (2 buah) 11) Bak instrumen (2 buah) 12) Gunting (1 buah) 13) Masker bedah dan masker N95 14) Spirometer (1 buah) 15) Senter

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN 1. Petugas Penanggung Jawab a. Perawat UGD b. Petugas Admission

2. Perangkat Kerja a. Status Medis

3.Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD a. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian admission. b. Bila keluarga tidak ada,petugas UGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari identitas pasien c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status

untuk diisi oleh dokter UGD yang bertugas.

d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian admission

B. TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI UGD 1. Petugas Penanggung Jawab a. Petugas Operator b. Dokter / perawat UGD 2. Perangkat Kerja a. Pesawat telepon 3. Tata Laksana Sistim Komunikasi UGD a. Antara UGD dengan unit lain dalam RSU Muhammadiyah Metro adalah dengan nomor extension masing-masing unit.

b. Antara UGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telepon langsung dari UGD dengan meminta bantuan operator central. c. Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan pesawat telepon. d. Dari luar RSU Muhammadiyah Metro dapat langsung melalui operator

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE 1. Petugas Penanggung Jawab a. Dokter jaga UGD 2. Perangkat Kerja a. Stetoscope b. Tensimeter c. Status medis

3. Tata Laksana Pelayanan Triase UGD a. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission office b. Dokter jaga UGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan prioritas penanganan. c. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi d. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah e. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang non bedah.

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT 1. Petugas Penangung Jawab a. Dokter jaga UGD 2. Perangkat Kerja a. Formulir Persetujuan Tindakan 3. Tata Laksana Informed Consent a. Dokter UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat b. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat. c. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY a. Petugas Penanggung Jawab a. Perawat Admission b. Dokter jaga UGD b. Perangkat Kerja a. Stetoscope b. Tensi meter c. Alat Tulis c. Tata Laksana Pelayanan False Emergency a. Pasien / keluarga pasien mendaftar di bagian admission b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan ke bagian admission office. f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM a. Petugas Penanggung Jawab a. Petugas Rekam Medis b. Dokter jaga UGD

b. Perangkat Kerja a. Formulir Visum Et Repertum c. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum a. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang menangani pasien terkait d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli diberikan pada pihak kepolisian.

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA ) 1. Petugas Penanggung Jawab a. Dokter jaga UGD b. Petugas Satpam 2. Perangkat Kerja a. Senter b. Stetoscope c. EKG d. Surat Kematian 3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA ) a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah c. Dokter jaga UGD membuat surat keterangan meninggal d. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum / keamanan

I.

TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT 1. Petugas Penanggung Jawab a. Perawat UGD 2. Perangkat Kerja a. Ambulan b. Telepon

3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat UGD RSU Muhammadiyah Metro. Isi informasi mencakup : a. Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital ) b. Peralatan yang diperlukan di UGD ( suction, monitor, defibrillator ) c. Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care d. Perawat UGD melaporkan pada dokter jaga UGD & PJ Shift serta menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima.

J.

TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN 1. Petugas Penanggung Jawab a. Dokter UGD b. Perawat UGD

2. Perangkat Kerja a. Ambulan b. Formulir persetujuan tindakan c. Formulir rujukan 3. Tata Laksana Sistim Rujukan UGD a. Alih Rawat 1) Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk 2) Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan mengenai keadaan umum pasien. 3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD menghubungi bagian kendaraan / ambulan sesuai kondisi pasien b. Pemeriksaan Diagnostik 1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent 2) Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan 3) Perawat UGD menghubungi petugas ambulan RSU Muhammadiyah Metro

c. Spesimen 1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan spesimen 2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent 3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium 4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

BAB V LOGISTIK

Logistik Unit Gawat Darurat meliputi : A. Barang Habis Pakai (BHP) B. Alat Rumah Tangga (ART) C. Alat Tulis Kantor (ATK)

Mekanisme permintaan barang habis pakai : A. Permintaan obat-obatan dilakukan pada jam kerja (08.00 s/d 14.00 WIB) B. Permintaan obat / alkes yang sudah diambil di gudang farmasi menjadi tanggung jawab masing-masing unit C. Pengambilan obat di gudang farmasi harus ditandatangani oleh PJ & Kasie Ruang Isolasi. D. Pengamprahan dilakukan tiap hari selasa, kamis dan sabtu.

Mekanisme permintaan barang ATK dan ART : A. Permintaan barang ATK dan ART dibuat oleh Kasie Ruang Isolasi/ PJ B. Permintaan barang ATK dan ART yang sudah diambil di gudang logistik menjadi tanggung jawab masing-masing unit C. Pengamprahan dilakukan tiap hari rabu.

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN 1. Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : a. Asesmen resiko b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien c. Pelaporan dan analisis insiden d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) 1. ADVERSE EVENT : Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

E. KTD YANG TIDAK DAPAT DICEGAH 1. Unpreventable Adverse Event : Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

F. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) 1. Near Miss : Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi : a. Karena “ keberuntungan” b. Karena “ pencegahan ” c. Karena “ peringanan ”

G. KESALAHAN MEDIS 1. Medical Errors: Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

H. KEJADIAN SENTINEL 1. Sentinel Event : Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

I.

TATA LAKSANA 1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien 2. Melaporkan pada dokter jaga UGD 3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga 4. Mengobservasi keadaan umum pasien 5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

BAB VII KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll). Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala. Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani

dan melakukan kontak

langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan 1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. 2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan 1. Cuci tangan yang kurang benar. 2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. 3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. 4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman. 5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. 6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu : 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain. 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Sasaran mutu yang digunakan di RSU Muhammadiyah Metro dalam memberikan pelayanan adalah waktu tanggap pelayanan dokter terhadap kasus gawat darurat di UGD ≤ 5 menit. Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan

Related Documents


More Documents from "siti nur habsyah"

Kusta.docx
June 2020 17
Lap P2 Ardin.xlsx
December 2019 32
Blangko Lplpo Kosong.xlsx
December 2019 31