PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS PGI CIKINI
TAHUN 2015
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
1
DAFTAR ISI
Surat Keputusan Direktur Tentang PPI BAB I
BAB II
3
PENDAHULUAN ..………………………………………………………
6
A. Latar Belakang ………………………………………………………
6
B. Tujuan ………………………………………………………………...
8
C. Ruang Lingkup ………………………………………………………
8
D. Batasan Operasional …………………………………………………
9
E. Jenis Penyakit Menular ………………………………………………
12
1. AIDS ………………………...……………………………………
12
2. FLU BURUNG …………………………...………………………
14
3. TBC …………..………………...…………………………………
17
4. MRSA ……………………….....…………………………………
19
F. Kegiatan PPIRS ……………….………………………………………
22
1. Surveilans ………………………...………………………………
22
2. Kebersihan Tangan ………………………...……………………
41
3. APD ………………..…………...…………………………………
45
4. CSSD …………………………...…………………………………
52
5. Dekontaminasi ……………...……………….……………………
61
6. Kewaspadaan Standar dan Berdasarkan Transmisi ……….………
61
7. Management Risk PPI ……...…….………….……………………
63
8. Kohorting ……….……………...…………………………………
66
9. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan ……………………………..
71
10. Pengelolaan Linen ……………...…………………………………
75
11. Antibiogram ………….………...…………………………………
79
12. Upaya Kesehatan Karyawan ..…….………………………………
79
13. Pemeriksaan Swab Dan Kultur ..….………………………………
90
STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………
92
A. Kualifikasi Ketenagaan ………..……………………………………...
92
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
2
B. Uraian Tugas …………………..……………………………………...
93
C. Distribusi Ketenagaan ………………………………………………...
98
BAB III STANDAR FASILITAS …………………………………...……………
99
A. Fasilitas bagi Petugas ………………………………………………...
99
B. Fasilitas bagi Pelayanan ………………………………………….…...
107
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN …………………….………………...
108
BAB V
LOGISTIK ………………………………………………………………...
109
BAB VI KESELAMATAN KERJA ………………………………………………..
112
BAB VII KESELAMATAN PASIEN ……………………………………….………
113
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………………….
115
BAB IX PENUTUP ………………………………………………………………...
122
Lampiran-lampiran Lamp 1. Gambar penanganan tumpahan darah Lamp 2. Tabel desinfeksi Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin Lamp 4. Tabel ASA score Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
3
SURAT KEPUTUSAN DIREKSI RS PGI CIKINI
NOMOR: ........ Tentang PEDOMAN PELAYANAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS PGI CIKINI
DIREKSI RS PGI CIKINI
Menimbang
:
a.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit PGI CIKINI maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
b.
bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RS PGI CIKINI yang harus mendukung pelayanan
rumah sakit
secara
keseluruhan maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi. c.
bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direksi tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS PGI CIKINI sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi Rumah Sakit PGI CIKINI
Mengingat
:
Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
4
MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
Pertama
:
KEPUTUSAN
DIREKSI
PGI
CIKINI
Tentang
PEDOMAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS PGI CIKINI. Kedua
:
Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS PGI CIKINI sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga
:
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh DIREKSI
Keempat
:
Kepala
pelayanan
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi. Kelima
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta tanggal ........ RS PGI CIKINI
dr.Boy Eduard Wajong, MKes, MMR Direktur Ketua RS PGI CIKINI
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
5
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit. Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat. Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran risiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung RUMAH SAKIT PGI Cikini. Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit PGI CIKINI bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
6
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain. 2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi. 3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana 4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai. 5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain. 1.2
Tujuan 1. Tujuan Umum Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit PGI CIKINI melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko, clinical governace, serta kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Tujuan Khusus 1) Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas 2) Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien 3) Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna 4) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS PGI CIKINI
1.3
Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi meliput : 1. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi 2. Pelayanan surveilens PPI 3. Hand Higiene sebagai barrier protection
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
7
4. Penggunaan APD 5. Pelayanan CSSD 6. Pelayanan Linen 7. Pelayanan Kesehatan karyawan 8. Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien 9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS 10. Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan 11. Pelayanan manajemen risiko PPI 12. Antibiogram dan pola kuman RS PGI Cikini 13. Penggunaan bahan single use yang di re-use
1.4
Batasan Operasional Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Konsep dasar penyakit Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia, ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari Community Acquaired Infection atau berasal dari Hospital Acquired infecion. Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial Hospital
Acquired infeksi diganti HAIs yaitu Healthcare –Assosiated Infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan. 1. Batasan/definisi a) Kolonisasi : Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier). [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
8
b) Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik c) Penyakit Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organism) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik d) Penyakit Menular Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung e) Inflamasi Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa f) SIRS (Sistem Inflammatory Response Syndroma) Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia, (3) takipneu sesuai usia, (4) leukositosi atau lelukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis atau gangguan metabolic. SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis 2. Rantai penularan Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan a) Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat b) Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
9
umum adalah manusia, binatang, tumbuhan, tanah, air dan bahan bahan organik pada manusia sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina merupakan reservoir yang umum c) Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin, kulit, membran mukosa, trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya. d) Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan, minuman, darah, (5) vektor biasanya binatang pengerat dan serangga e) Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan atau luka f) Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia, status gizi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter, implantasi), dilakukan tindakan operasi 3. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi a) Peningkatan daya tahan pejamu Dengan pemberian imunisasi (vaksin Hepatitis B), promosi kesehatan nutrisi yang adekuat b) Inaktivasi agen penyebab infeksi Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang. Kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi c) Memutus rantai penularan Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi d) Tindakan pencegahan paska pajanan Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya Hepatitis B, C dan HIV. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
10
1.5
Jenis Penyakit Menular 1. AIDS Pengertian Adalah penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) Penyebab Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe, tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2) Klasifikasi Infeksi AIDS 1) INFEKSI AKUT a) hampir 30-50% pasien sudah terinfeksi HIV b) pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak c) pathogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkiln terjadi reaksi imunitas terhadap masuknya HIV. Saat ini pemeriksaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih (-) tetapi pemeriksaan Agp24 sudah (+) sangat infeksius. 2) INFEKSI KRONIK ASIMPTOMATIK a) lamanya dapat bertahun-tahun b) tanpa gejala, kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi 3) PGL (PERSISTENT GENERALIZED LYMPADENOPATHY) a) terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang simetris. Sering terjadi pembesaran limpa di leher posterior dan anterior. Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira-kira 10-30% dalam jangka waktu 24-60 bulan. Cara Penularan HIV 1. penularan melalui hubungan seksual 2. penularan melalui darah 3. penularan secara perinatal Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu :
cairan vagina
ASI
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
11
air mata
air liur
air seni
air ketuban, dan
cairan cerebrospinal
Gejala dan Tanda Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukkan gejala-gejala seperti :
diare yang berkelanjutan
penurunan berat badan secara drastic
pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak
batuk terus menerus
2. Flu Burung Dibagi menjadi 4 sebagai berikut : 1) Seseorang dalam Penyelidikan diputuskan
oleh
pejabat
berwenang
untuk
dilakukan
penyelidikan
epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1, misal orang sehat namun kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal di daerah flu burung, adapun gejala yang ditimbulkan :
batuk
sakit tenggorokan
pilek
sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini : a) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) seperti merawat, berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek,
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
12
probabel atau konfirm) seperti memasak, menyembelih atau membersihkan bulu) b) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) seperti membersihkan kotoran, bahan atau produk lain c) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna d) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1 e) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirm) atau binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing) f) Ditemukan leukopeni g) Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe h) Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto
infeksi selaput mata
diare atau gangguan pencernaan
fatigue
2) Kasus Suspek 3) Kasus Probabel flu burung Dengan kriteria : 1. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 minimal 4 kali dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
13
2. hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke lab rujukan)
4) Kasus flu burung terkonfirmasi Dengan kriteria : 1. isolasi virus H5N1 positif 2. hasil PCR H5N1 positif 3. peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibody netralisasi untuk H5N1 dari spesimen 4. konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil ≤ 7 hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula ≥1/80 5. titer antibodi mikronetralisasi H5N1 ≥1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke ≥ 14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda ≥1/160 atau western blot spesifik H5 positif. Pencegahan 1. menghindari kontak dengan benda terkontaminasi atau burung terinfeksi 2. menghindari peternakan unggas 3. hati-hati ketika menangani unggas 4. memasak dengan suhu 60C selama 30 menit, atau 80C selama 1 menit 5. menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
setelah memegang unggas
setelah memegang daging unggas
setelah memasak
sebelum memasak
Pengobatan Obat antivirus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
14
Macam obat : 1. Amantadine 2. Rimatadine 3. Oseltamivir (tamiflu) 4. Zanavir (relenza)
3. TUBERKULOSIS (TBC) Penyebab TBC disebabkan oleh kuman/basil tahan asam (BTA) yakni micobactpi derium tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis micobakterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik). Hampir semua organ tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit, otak, ginjal, tulang dan paling sering paru. Epidemiologi Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan Cina, diperkirakan penduduk dunia terinfeksi TB secara laten. Di Indonesia diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian setiap tahun. Faktor risiko TB : HIV, DM, Gizi kurang, kebiasaan merokok. Cara Penularan Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak. Masa Inkubasi Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif memerlukan waktu antara 2-10 minggu. Risiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek. Masa Penularan Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA, penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama minimal 2 minggu, sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
15
pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama. Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman, terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin, dan tindakan medis berisiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopi. Gejala Klinis
batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu/lebih
batuk berdahak
sesak napas
nyeri dada
sering demam
nafsu makan menurun
penurunan berat badan
BTA (+)
Pengobatan
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberkulosis (OAT) dengan metoda DOTS (Directly Observed Treatment Shortcore) diawasi oleh pengawas minum obat
untuk pasien baru TB BTA (+), WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif, inh, pza dan etambutol diikut inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan
Pencegahan
penemuan dan pengobatan TB
imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi
perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi
4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcus Aureus) Adalah salah satu tipe bakteri Staphylococus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika. Jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
16
Saat ini ada 2 tipe : 1. Health Care Associated (HA-MRSA) Biasanya ditemukan di fasilitas kesehatan terutama rumah sakit. 2. Community Associated (CA-MRSA) Yang baru-baru ini ditemukan di tempat-tempat umum, fitness, loker-loker, sekolah dan perabotan rumah tangga. Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah, jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala. Bakteri yang dibawa si pasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuk barang yang terkontaminasi. Staphylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit, jerawat, bisul, abses atau gigitan serangga, ini bisa menyebabkan bengkak, merah dan nyeri. Bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi di tulang, sendi, aliran darah, jantung dan paru yang bisa mengancam jiwa. Penyebaran MRSA 1. menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA 2. berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang MRSA 3. kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersin 4. menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan Gejala : 1. infeksi luka 2. bisul 3. folikel rambut yang terinfeksi 4. impetigo 5. kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnosa : Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laboratorium dan di kultur untuk S aureus. Jika S aureus yang diisolasi (tumbuh di piring pantry) [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
17
bakteri tersebut kemudian terkena antibiotic yang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di Meticilin dalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA (screening untuk carrier) tetapi sampel kulit atau selaput lender hanya di swab tidak di biopsi. Pengobatan MRSA Minor infeksi MRSA kadang-kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar infeksi ke jaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotik banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotik berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang. Tindakan Pencegah : 1. kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung Anda 2. bila batuk terapkan etika batuk 3. jika Anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti verban sesering mungkin terutama jika basah 4. bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juga melalui feses dan urin 5. isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA 6. jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi lainnya 7. isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengan sabun dan klorin 0,5%
1.6
Kegiatan Pelayanan PPIRS
1.6.1
Surveilans Pengertian Suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran penyakti pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya risiko terjadinya penyebaran penyakit :
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
18
pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda-tanda dalam masa inkubasi infeksi tersebut
inkubasi terjadi 2x24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Apabila tanda-tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat, makan perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut
infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda
infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit
Ada dua keadaan yang bukan disebut HAIs 1. infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu masuk rumah sakit 2. infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui plasenta (missal toxoplasmosis, sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran Ada dua keadaan yang bukan disebut infeksi : 1. Kolonisasi yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit, selaput lendir, luka terbuka) yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis 2. Inflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi seperti zat kimia
HAIs mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain : 1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak daripada tempat lain 2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular 3. Di rumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasif mulai dari yang paling sederhana seperti pemasangan infus sampai tindakan operasi 4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotika, akibat penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
19
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien, petugas ke lingkungan yang dapat menularkan kuman pathogen 6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman
Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari : 1. Petugas rumah sakit 2. Pengunjung pasien 3. Antar pasien itu sendiri 4. Peralatan yang dipakai di rumah sakit 5. Lingkungan
Jenis-jenis HAIs 1. HAP (Hospital Acquired Pneumonia) adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat di rumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah. HAP dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma, tidak sadar, tracheostomi, reflux gaster) 2. VAP (Ventilator Associated Pneumonia) adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas. Kriteria Pneumonia 1. Bunyi pernapasan yang menurun/pekak, ronchi basah pada daerah paru 2. Produksi sputum banyak dan purulen 3. Hasil X-ray adanya densitas paru (infiltrate) 4. Demam > 38C dan batuk 5. Pemeriksaan sediaan sputum ditemukan peningkatan leukosit (>25/LPK) Pada orang dewasa dan anak > 12 bulan didapatkan : 1. Bunyi napas menurun pekak, ronchi basah pada daerah paru
Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum
Biakan kuman dan biakan darah (+)
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
20
Isolasi kuman pathogen atau aspirasi trakea
2. Hasil X-ray ada infiltrasi paru, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura baru secara progresif, ditambah salah satu ini :
Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum
Isolasi kuman dan biakan darah (+)
Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea, sikatan bronkus atau biopsi (+)
Titer IgM atau IgG spesifik meningkat
Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan
Pada umur kurang dari 12 tahun : Didapatkan dua atau sama dengan apneu, takipneu bradikardia, wheezing, ronchi basah, batuk ditambah satu diantaranya sbb : 1. Produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen 2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+) 3. Isolasi kuman aspirasi trakea/brokus/biopsi (+) 4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan 5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4 x 6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi Faktor Penyebab : 1. Lingkungan
Legionella, klebsiella, Psudomonas aerogenesa, Amuba baumi
Makanan, muntahan
2. Peralatan
NGT
ETT
Suction catheter
Peralatan bronkoskopi
Peralatan pernapasan
3. Manusia
Haemofilus influenza
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
21
Staphylococcus aureus
Staphylococcus pneumonia
MDR stains
Faktor-faktor Risiko 1. Kondisi pasien sendiri
Usia > 70 tahun
Pembedahan (thorakotomi, abdomen)
Penyakit kronis
Penyakit jantung kongestif
Penyakit paru obstruksi kronis
Perokok
Koma
CVD
2. Faktor pengobatan
Sedasi
Anestesi umum
Intubasi trakea
Pemakaian ventilator mekanik yang lama
Penggunaan antibiotika
Penggunaan immunosupresif dan sitostatika
Prinsip Dasar Pencegahan 1. Pasien
Bila memungkinkan obati penyakit paru nya baru melakukan tindakan operasi
Tinggikan posisi kepala 30-45
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction catheter
Lakukan oral hygiene menggunakan chlorxedine 0,2% setiap ganti shift
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
22
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsan batuk dan mengeluarkan lendir
Mobilisasi dini setelah operasi
2. Peralatan ventilator
Bersihkan permukaan alat secara rutin dengan menggunakan detergen netral
Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor
Breathing circuit, humidifier dan bacterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor
Termovent hepafilter diganti setiap hari
Populasi Berisiko HAP 1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit 2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan 3. Denominator adalah jumlah lama hari rawat pasien tirah baring Insiden rate HAP =
Numerator
X 1000 = ..... ‰
Denominator kasus HAP perbulan
x 1000= ..... ‰
Hari rawat tirah baring perbulan
Populasi Berisiko VAP 1.
Terfokus spesifik diruang ICU
2.
Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik
3.
Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan
4.
Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
23
Insiden rate VAP =
Numerator
X 1000 = ..... ‰
Denominator kasus VAP perbulan
x 1000= ..... ‰
Hari rawat tirah baring perbulan Cara Insiden rate VAP =
Numerator
x 1000 = ..... ‰
Denominator kasus VAP perbulan
x 1000 =.......‰
Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan
3.PLEBITIS Plebitis harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb: 1. Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi 2. Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti hispatologik 3. Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lainnya :
Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikroba
Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif
4. Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat 5. Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lain :
Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C), apneu, bradikardia,l etargia,atau nyeri, atau panas pada vaskular yang terlibat dan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
24
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikroba
Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk Pelaporan 1. Infeksi purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan sebagai phlebitis bukan sebagai IADP 2. Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh 3. Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP 4. Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali Kebijakan 1. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan 2. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey 3. Survei dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi 4. Golden standard penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah, setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan Cara Menghitung Insiden rate plebitis =
Numerator
x 1000 = .......... ‰
Denominator
Jumlah kasus plebitis
x 1000 = ........ ‰
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer Populasi Berisiko 1.
Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
25
2.
Lama hari pemakaian kateter periper, pasien dengan immunocompromise, malnutrisi, luka bakar atau luka operasi tertentu
Pencegahan 1.
Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan
2.
Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan
3.
Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau kotor)
4.
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak diperlukan lagi
4.ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH) Pengertian Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih pada pasien masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat Kebijakan 1.
Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan
2.
Jika pasien terpasang kateter urin dari luar rumah sakit tidak dilakukan survei
3.
Survei dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan : 1. Endogen : Perubahan flora normal 2. Eksogen : Prosedur yang tidak bersih/steril Tidak mencuci tangan sebelum prosedur dilakukan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
26
Tanda dan Gejala Klinis ISK (infeksi saluran kemih)
4.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik. Dengan salah satu kriteria dibawah ini : * Salah satu gejala ini : -Demam > 380C - Disuria - Nikuria ( urgency ) - Polakisuria - Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme : * Dua dari gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik * dan salah satu tanda : - Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit. - Piuria ( >10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifugasi. - Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentrifugasi. - Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril. - Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
27
dan pasien diberi antibiotik yang sesuai. - Diagnosis oleh dokter. - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
4.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik Dengan salah satu kriteria dibawah ini : * Memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri suprapubik
Dan biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.
* Tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik
4.3. Infeksi Saluran Kemih lain. ( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik ) dengan salah satu kriteria dibawah ini : • Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai. • Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis. • Dua dari gejala : - Demam 380C
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
28
- Nyeri lokal pada daerah yang dicurigai. - Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan. • Dan salah satu dari tanda : - Drainase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif - Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai • Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala : - Demam 380C - Hipotermia - Apneu - Bradikardi - Disuria - Letargi - Muntah • Dan salah satu dari tanda : - Drainase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif - Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
4.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus - Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama dengan sepsis ). - Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
29
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.
4.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak - Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas. - Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diare atau kencing yang sangat berbau. -Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol. -Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, Sakit waktu kencing atau nyeri pinggang. -Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli. -Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda. -Diagnosis : Klinik dan laboratorik. -Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila Jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin. - Pemeriksaan lainnya : sedimen urin terdapat piuria
Populasi berisiko ISK 1. Semua pasien yang terpasang kateter urin dirumah sakit. 2. Numerator adalah jumlah kasus ISK perbulan. 3. Denominator adalah jumlah lama hari pemakaian kateter urin perbulan. Insiden rate ISK = Numerator x 1000=.....‰ Denominator Kasus ISK
x 1000=.......‰
Lama hari pemakaian kateter urin [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
30
4.
Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP ) Pengertian : Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung kesistem pembuluh darah. Infeksi aliran darah ini timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.
Kriteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laborat dengan gejala / tanda berikut : Klinis 1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan. Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain : - Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika. - Hipotesi, sistolik < 90 mmHg. - Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam Dan semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini : - Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain. - Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN : - Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam, - Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain : - Demam > 380C - Hipotermi < 370C - Apnea - Bradikardi < 100x/mnt
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
31
Dan semua gejala / tanda di bawah ini : - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain. - Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala berikut : - Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan sklerema. - Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk. - Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali. - Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea. - Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi. - Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan Semua gejala / tanda di bawah ini : - Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman. - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain. - Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
Laboratorik Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan. Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut : 1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain. 2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut : - Demam > 380C.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
32
- Menggigil - Hipotensi - Oliguri
Dan satu diantara tanda berikut : -
Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
-
Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba
-
yang sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejala berikut : -
Demam > 380C
-
Hipotermi < 370C
-
Apnea
-
Bradikardi < 100/mnt
Dan satu diantara tanda berikut : -
Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain)
-
Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi
CATATAN : Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila : 1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari. 2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman. 3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infus.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
33
Cara penghitungan : Insiden rate IADP = Numerator x 1000 = .......... ‰ Denominator x 1000 = ........ ‰
Jumlah kasus IADP Jumlah hari pemakaian kateter vena central
5. ILO (Infeksi Luka Operasi) Pengertian SSI a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan ) b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan lapisan otot) c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh. Kategori operasi : 1) Operasi bersih adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra bedah
tidak
terdapat
peradangan
dan
tidak
membuka
traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup. 2) Operasi bersih terkontaminasi : luka operasi yang memasuki/ membuka traktus respiratorius, pencernaan/ billiard, appendiks, vagina dan orofaring (sectio caesarea diklasifikasikan sebagai bersih terkontaminasi kecuali membran ruptur > 6 jam) 3) Terkontaminasi : luka operasi yang membuka semua sistem traktus kecuali ovarium dan nyata terjadi pencemaran (peforasi) baru dan luka trauma dan insisi yang akut < 6 jam- inflamasi non purulen 4) Luka kotor : luka traumatic > 6 jam dengan hilangnya jaringan dan tampak infeksi atau perforasi viseral
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
34
Kriteria ILO a. Kriteria ILO superfisial : - Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi. - Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan) - Ditemukan salah satu dari kriteria dibawah ini :
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptik dari tempat insisi superficial.
Sekurang kurangnya terdapat : -
Satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan atau hangat pada perabaan.
-
Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
b.
Diagnosis ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut. ILO Profunda -
Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
-
Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat insisi
-
Ditemukan salah satu keadaan dibawah ini:
Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau rongga dalam tempat operasi
Insisi dalam terbuka atau sengaja dibuka oleh dokter dengan terdapatnya tanda & gejala : demam (.380C),nyeri abdomen
Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatogi (PA) atau radiologi
-
Diagnosis ILO profunda oleh dokter bedah atau dokter jaga.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
35
c. ILO Organ/Rongga Tubuh -
Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
-
Infeksi mengenai semua bagian dari tubuh,kecuali insisi kulit, fascia dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama prosedur
-
Ditemukan salah satu tanda dan gejala dibawah ini:
Drainase cairan purulen melalui “stab wound” kedalam organ/rongga tubuh
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari organ/rongga tubuh.
Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatogi (PA) atau radiologi
Diagnosis ILO organ/rongga tubuh oleh dokter bedah atau dokter jaga.
Faktor Risiko ILO - Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA, lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan. - Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi bila diperlukan, jenis tindakan, antibiotik profilaksis, lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, -
Jenis operasi : operasi bersih, operasi bersih terkontaminasi, operasi kotor
-
Perawatan paska infeksi : tempat perawatan, tindakan-tindakan keperawatan ( pergantian verban),lama perawatan
Kebijakan infeksi luka operasi. c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan. d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
36
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Kategori risiko : 1. Jenis luka
Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
Luka kontaminasi dan kotor skor : 1
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit. Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
ASA 1-2,skor :0
ASA 3-5, skor :1
Insiden rate ILO = X/Y x 100 = ........% X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu. Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO : 1. Pra bedah.. a. Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda -tanda infeksi sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
37
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam sebelum operasi. b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga saat dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.
2. Intra Bedah. a. Ventilasi .
Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasi untuk mencegah ILO.
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit kemudian bersihkan cairan tadi .
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergent normal.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
38
c. Sterilisasi instrumen bedah.
Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi berjalan .
Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO
Ganti gaun bila tampak kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP, kateter anestesi spinal / epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif, minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh yang terpisah dari insisi tubuh,lepas drain sesegera mungkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian verban.
Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
39
1.6.2
Kebersihan Tangan Pedoman kebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990). Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan melakukan kebersihan tangan masih kurang, yaitu: Iritasi kulit Inaccessible handwashing supplies Being too busy No thinking abut it Kepatuhan melakukan kebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan melakukan kebersihan tangan tersebut :
Individu Dokter Perawat Tenaga kesehatan lainya Mahasiswa perawat
Patuh %
Tidak Patuh %
33 36 43 0
67 64 57 100
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak. Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
40
dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : S.auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencuci memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu
Flora transien dan flora residen pada kulit Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas lain,atau permukaan lingkungan (meja, tensi, stetoskop atau toilet), organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan. Flora residen tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalir. Untungnya pada sebagian kasus, flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung. Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S.aureus, batang gram negatif.
Sabun Produk pembersih yang berguna untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang menempel sementara di tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik di samping membersihkan juga dapat membunuh kuman
Agen antiseptik Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik yang transien atau residen
Emolient
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
41
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit
Air mengalir Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan merupakan air bersih bebas mikroorganisme, memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak berbau)
Tujuan 1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran 2. Mereduksi jumlah microorganisme transient Jenis kebersihan tangan ada 4 macam 1. Kebersihan tangan surgical 2. Kebersihan tangan aseptik 3. Kebersihan tangan sosial 4. Kebersihan tangan handrub Lima moment kebersihan tangan : 1. Sebelum menyentuh pasien 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik 3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien 4. Setelah menyentuh pasien 5. Setelah menyentuh lingkungan di sekitar pasien Menggunakan 6 area kebersihan tangan 1. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya sebanyak 4 kali 2. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4 kali 3. Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci sebanyak 4 kali 4. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4 kali 5. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari– jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya sebanyak 4 kali 6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari– jari di telapak tangan kiri dan [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
42
sebaliknya sebanyak 4 kali Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan: 1. Kuku harus seujung jari tangan 2. Tidak diperkenankan menggunakan cat kuku 3. Bila tangan luka atau tidak intak, harus diobati dan dibalut dengan balutan yang kedap air 4. Jam tangan dan cincin tidak diperkenankan dipakai
1.6.3
Alat Pelindung Diri Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi staf. Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker/respirator, alat pelindung mata (pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun, apron, dan pelindung lainnya. Pelindung paling baik adalah terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain ( darah atau cairan tubuh). Topi atau masker yang terbuat dari kertas tidak boleh digunakan ulang karena tidak ada cara untuk membersihkannya dengan baik. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.
Jenis Alat Pelindung Diri 1. Masker [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
43
Jenis masker: a. Masker bedah Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK Di ganti bila basah atau selesai pembedahan Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja, bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut. b. Masker khusus Digunakan pada saat penanganan pasien, airbone disease,
pasien yang
mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk. Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1, TBC di ruang isolasi. Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap dua. c. Masker biasa Digunakan dalam keiatan sehari-hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat pengelolaan sampah, kamar mandi,ipal dll) Digunakan saat menderita batuk pilek Digunakan saat tindakan perawatan yang menimbulkan bau (personal higiene, membantu BAB, BAK,perawatan luka)
2. Sarung tangan Tujuan Memakai Sarung Tangan Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan tubuh, secret, eksekreta, mukosa, kulit yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi Jenis Sarung Tangan a) Sarung tangan steril:
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
44
Digunakan di kamar bedah, poli gigi atau poli bedah, rawat inap dalam melakukan prosedur steril Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif Penggunaanya sekali pakai b) Sarung tangan tidak steril Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan berbahaya c) Sarung tangan rumah tangga
Digunakan di linen, gizi, IPAL, ruang perawatan (pembersihan spoelhok, toilet)
Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus (piring yang licin, mencuci linen yang tebal, dll)
Tiga Saat Petugas Menggunakan Sarung Tangan 1) Sebagai barier protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak utuh 2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda–benda yang terkontaminasi 3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain (saat penggunaan sarung tangan yang benar,karena sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil) Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Sarung Tangan
Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan
Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien
Hindari jamahan pada benda-benda lain
Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami
3. Pelindung mata (pelindung wajah, kaca mata) [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
45
Tujuan Melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata . Jenis alat
Masker
Kaca mata
Face shield
4. Topi (Penutup Kepala)
Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindungi kepala petugas dari bahan–bahan berbahaya dari pasien
Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas (operasi, pemasangan kateter vena sentral)
5. Apron/celemek
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang berisiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien
Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen, dapur, IPAL, Laboratorium, VK
Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen, urinal, pispot, bemgkok dll)
6. Pelindung Kaki Tujuan
Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan
Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan
Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari: [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
46
Cairan atau bahan kimia yang berbahaya
Bahan atau peralatan yang tajam
7. Gaun pelindung Tujuan Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju Jenis Gaun
Gaun pelindung tidak kedap air
Gaun pelindung kedap air
Gaun steril
Gaun non steril
Indikasi penggunaan gaun
Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran/kontaminasi pada pakaian petugas seperti : -
Seperti membersihkan luka bakar
-
Tindakan drainage
-
Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau toilet
-
Menangani pasien perdarahan masif
-
Tindakan bedah
-
Perawatan gigi
Gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien
8. Helm
Terbuat dari plastik
Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan
Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan ? No
Kegiatan
Cuci
Sarung Tangan
Jubah/
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Masker/
47
Tangan Perawatan umum 1. Tanpa luka Memandikan /bedding Reposisi 2. Luka terbuka Memandikan /bedding Reposisi 3. Perawatan perianal 4. Perawatan mulut 5. Pemeriksaan fisik 6. Penggantian balutan Luka operasi Luka dekubitus Central line Arteri line Cateter intravena Tindakan Khusus 7. Pasang kateter urine 8. Ganti bag urine / ostomil 9. Pembilasan lambung 10. Pasang NGT 11. Mengukur suhu axilia 12. Mengukur suhu rectal 13. Kismia 14. Memandikan jenazah Perawatan Saluran Nafas 15. Tubbing ventilator 16. Suction 17. Mengganti plaster ETT 18. Perawatan TT 19. PF dengan stethoscope 20. Resusitasi 21. Airway management Perawatan Vasculer 22. Pemasangan infus 23. Pengambilan darah vena
Steril
Biasa
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ K/P
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√ √ √ K/P √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
Lebih baik Lebih
Celemek
Google
K/P K/P √ K/P
K/P
K/P K/P K/P K/P K/P
K/P K/P K/P K/P K/P
K/P K/P K/P
K/P K/P K/P √ K/P
K/P K/P
K/P K/P
K/P K/P K/P K/P
√ √ √√
K/P √ √
√ √
√√
√
K/P
K/P
√
K/P
K/P
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
48
baik Lebih baik
24. Punksi arteri
√
√
25. Penyuntikan IM / IV / SC 26. Penggantian botol infus 27. Pelepasan dan penggantian selang infus 28. Percikan darah / cairan tubuh 29. Membuang sampah medis 30. Penanganan alat tenun.
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √
K/P
K/P
√ √ √
K/P
√
1.6.4 Sterilisasi Pengertian 1.
Membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial
2.
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap non elektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.
Kondisi Standar Sterilisasi Panas Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus. Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
49
Panas kering:
170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau
160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam)
Ingat:
Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target
Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alatalat individual
Kegiatan di Unit CSSD : 1) Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi 2) Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
Senin- Sabtu pagi
: Pukul 07.00-14.00 WIB
3) Ruangan CSD terdiri dari 4 area, yaitu : a) Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”, Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan. Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki: -
sebuah konter penerimaan;
-
dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas) dengan suplai air bersih; dan
-
sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan
b) Area Kerja ”bersih” Di area kerja bersih, peralatan bersih: -
diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
-
dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
-
dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.
Area kerja bersih harus mempunyai: [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
50
c)
-
meja besar;
-
rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
-
sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
Area Penyimpanan Peralatan Bersih Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSSD juga harus memasuki CSSD melalui area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan: -
rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih dan ruangan tersendiri.
d) Area Penyimpanan Steril atau DTT Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat. - Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol) - Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler. - Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit dan 15-20 cm dari dinding luar - Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan (Kardus melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga) - Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas - Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan - Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka - Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
51
Sistem Shelf Life:
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivitas pak tersebut.
Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban dan kontaminasi udara.
Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah, terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum digunakan.
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah kerusakan dan kontaminasi.
Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani tiga kali: (1) ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak penyimpanan, (2) ketika mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.
Lima
faktor
yang
kemungkinan
besar
menghancurkan
sterilitas
atau
membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak adalah:
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
52
Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya
Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau menyimpan peralatan ini bersama-sama
Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk mencegah kontaminasi
Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja CSSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area ini)
Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di CSSD dengan tong sampah tertutup dan anti bocor
Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong sampah tertutup dan anti bocor
(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan peralatan yang akan dibuang)
Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi : 1. Indikator mekanik 2. Indikator Kimia 3. Indikator biologi 4. Indikator mikrobiologi Sumber : Perkins 1983
1.6.5
Dekontaminasi Merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
53
menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986). Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan bendabenda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko infeksi.
Proses desinfeksi barang use yang di reuse Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi : Tingkat Risiko Kritis
Penerapan
Proses
Penyimpanan
Alat yang masuk, penetrasi dalam jaringan steril, rongga, aliran darah
Sterilisasi steam, sterad atau DDT
Sterilisasi harus dijaga: Bungkusan alat harus kering. Kemasan tidak robek Bungkusan harus dibuat dengan menghambat bioefektif selama penyimpanan. Simpan alat steril pada area steril guna melindungi dari kontaminasi lingkungan. Alat steril yang tidak dibungkus harus segera
Contoh Alat
Alat yang digunakan untuk tindakan invasif
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
54
Tingkat Risiko
Penerapan
Proses
Semi kritis
Alat yang kontak dengan selaput lendir
Sterilisasi steam/termal dan dengan cairan desinfektan tingkat tinggi
Non kritis
Alat yang kontak dengan kulit
Bersihkan alat dengan menggunakan detergent dan air. Jika menggunakan desinfektan gunakan yang kompatibel
Penyimpanan
Contoh Alat
dipakai Simpan pada daerah Alat yang berhubungan bersih dan kering guna dengan respiratori : melindungi dari LM laringeal mask kontaminasi Vaginal speculum lingkungan Endotrakeal non kinkin Probe invasif ultrasonic (trans vaginal probe) Fleksible *colonoscope Breast pump Simpan dalam keadaan bersih ditempat yang kering
Alat non invasif equipment: * Bedpan dan urinal * Manset tekanan darah * bed * Termometer * Tourniket * Tensi meter
Desinfeksi lingkungan rumah sakit
Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, troli di desinfeksi dengan detergen netral
Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfeksi tingkat menengah
1.6.6
Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996 meliputi hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan universal precaution dab body substance isolasi (BSI) menjadi kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
55
Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan pasien yang mengunjungi fasilitas layanan kesehatan, meliputi : a) Kebersihan tangan b) Penggunaan APD (alat pelindung diri ) c) Peralatan perawatan pasien d) Pengendalian lingkungan e) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen f) Kesehatan karyawanan/perlindungan petugas kesehatan g) Penempatan pasien h) Higiene respirasi/etika batuk i) Praktek menyuntik yang aman j) Praktek untuk lumbal punksi.
Komponen Utama Dan Penggunaannya Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat dalam
Tabel 2-1.
Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai penyebaran penyakit).
Contohnya, tindakan
berikut memberikan perlindungan bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang baru:
Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi menularkan infeksi
Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang)
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif
1.6.7
Manajemen Risiko PPI
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
56
Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan ,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik. Oleh sebab itu kita harus tahu dulu : I.
Risiko adalah : Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004) Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009) Management Risiko adalah : Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang –peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan (AS/NZS 4360:2004) Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko (ISO 3100:2009)
II.
Identifikasi Risiko Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan risiko. Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola risiko
adalah mengidentifikasi, identifikasi ini juga
dibagi 2 secara Proaktif dan Reaktif. a.
Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang dikakukan proaktif mencari risiko yang menghalangi rumah sakit mencapai tujuan. Jika faktor risikonya belum muncul dan bermanifestasi metoda yang dapat dilakukan dengan cara, audit, brainstorming, pendapat ahli, FMEA, analisa SWOT
b.
Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan. Metoda yang digunakan adalah pelaporan insiden.tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi proaktif karena belum menimbulkan kerugian
III. Analisa Risiko Adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko, analisa dilakukan dengan cara menilai : [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
57
1. Seberapa sering peluang risiko muncul 2. Berat ringannya dampak yang ditimbulkan Tabel Deskripsi
1
2
3
Jarang
Intermediate Sering
4 Selalu terjadi
Frekuensi Probability Dampak Occurence
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas penangannnya. Tabel. Peringkat Risiko . 1. Ekstrim ( 15-25) 2. Tinggi (8-12) 3. Sedang (4-6) 4. Risiko rendah (1-3) IV. Evaluasi Risiko Adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/besarnya dapat diterima atau ditolelir. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi. Dengan evaluasi risiko ini setiap risiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai denga risiko,dengan demikian tidak ada risiko yang terlewat. 6.
Penanganan Risiko Adalah proses memodifikasi Risiko : 1. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
58
2. Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapatkan peluang (lebih baik, baik) 3. Mengubah kemungkinan 4. Menghilangkan sumber infeksi 5. Mengubah konsekuensi 6. Berbagi risiko dengan pihak lain 7. Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan
1.6.8
Ruang Isolasi (Kohorting) Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian infeksi nosokomial Tujuan Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme patogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution sangat diperlukan. 1.
Airborne Precaution a. Penempatan pasien Tempatkan pasien di kamar tersendiri, bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohort yang mempunyai persyaratan sebagai berikut:
Pertukaran udara menggunakan exhaust fan
Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda
b. Respiratory Protection
Gunakan perlindungan pernapasan (masker bedah rangkap 2) ketika memasuki rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
59
Orang yang rentan tidak dibenarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai respiratory protection (masker bedah rangkap) respirator
Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai perlindungan pernafasan
c. Transportasi pasien
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang penting saja
2.
Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien
Droplet Precaution a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 feet dengan pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bedah bila bekerja dengan jarak 3 feet
c. Pemindahan pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk tujuan yang perlu
Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien dianjurkan pakai masker
3.
Contact Precaution a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohort
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
60
Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain
c. Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi bahwa pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau peratalan pasien di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare, fleostomy, colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak
mungkin kontak dengan
permukaan lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan lain d. Transportasi pasien
Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk mencegah dan meminimalkan risiko transmisi mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan dan peralatan
Peralatan Perawatan Pasien
Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri, atau secara kohort
Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
61
Recommendation Isolation Precaution “administrative Controls” 1. Pendidikan Mengembangkan sistem pendidikan tentang pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan) 2. Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung.
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara penularannya : 1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang kamar tersendiri. 2. Saat ini rumah sakit PGI Cikini belum memiliki ruang isolasi, kedepannya akan direncanakan untuk pengadaan ruang isolasi pasien menular yang sesuai ketentuan, untuk merawat pasien, RS PGI Cikini menggunakan cara pengelompokan (kohorting ) pasien menular TBC, diare berat, varicella perdarahan tak terkontrol, luka lebar dengan cairan keluar 3. Setiap pasien harus memakai masker bedah rangkap 2 pada saat petugas berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai – gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable) 4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan dengan hati-hati dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi dengan laundry bag yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di dekat pintu keluar ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan tangan di dalam ruang isolasi 5. Setiap ruang kamar tersendiri harus dilengkapi dengan peralatan:
Termometer
Stetoskop
Tensimeter
Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
Tempat pembuangan limbah infeksius:
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
62
o Jas o Instrumen o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
1.6.9
Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
Barrier atau penghalang
APD yang sesuai
Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah : mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien, tamu, staf, dan masyarakat sekitar, mengurangi risiko kecelakaan, dan mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan untuk pasien dan staf Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh tubuh lain, tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0,5% atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO 1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air dianjurkan pula di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang perawatan intensif.
Peralatan yang single use yang di Re-use Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety, maka peralatan yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi keselamatan pasien. Hal ini terkait kontaminasi yang ditimbulkan jika digunakan kembali, oleh sebab itu dilakukan aturan peralatan yang use dan re-use sbb : 1.
Peralatan yang use (sekali pakai) Berupa benda tajam
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
63
Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien Yang penggunaannya dilakukan secara septik Dibagi menjadi peralatan kritikal, semi kritikal dan non kritikal
Kategori Alat-alat medis : Tingkat Risiko Kritis
Semi kritis
Penerapan
Proses
Penyimpanan
Contoh Alat
Sterilisasi harus dijaga: Alat yang digunakan untuk Bungkusan alat harus kering tindakan invasif Kemasan tidak Endoskopi dan robek aksesoris yang dipakai dalam Bungkusan harus tindakan invasif : dibuat dengan alat ERCP menghambat Laparoskopi bioefektif selama Broncoskopi penyimpanan instrument simpan alat steril bedah/operasi pada area steril guna melindungi dari kontaminasi lingkungan Alat steril yang tidak dibungkus harus segera dipakai Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada daerah Alat yang dengan selaput steam/termal bersih dan kering guna berhubungan dengan lendir atau dengan melindungi dari respiratori : cairan kontaminasi lingkungan LM laringeal desinfektan mask chlorine 0,5 % Vaginal speculum Endotrakeal non kinkin Probe invasif ultrasonic (trans vaginal probe) Fleksible endocopes: Alat yg masuk, penetrasi dalam jaringan steril, rongga, aliran darah
Sterilisasi steam, sterad atau DDT
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
64
Tingkat Risiko
Non kritis
Penerapan
Proses
Penyimpanan
Contoh Alat
*colonoscope *sigmoideskope - Breast pump Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam keadaan -alat non invasif dengan kulit dengan bersih ditempat yang equipment: menggunakan kering * Bedpan dan urinal. detergent dan *Manset tekanan air. Jika darah. menggunakan * bed desinfektan * Termometer gunakan yang * Tourniket kompatibel * Tensi meter * Pot obat pasien * kontainer darah Batas penggunaan alat medis
Alat medis
Frekuensi penggunaan ulang dan proses
Laringeal mask
40x steam
Nasal spray
5x steam
Endotracea tube non kinkin
40x steam
Respiratory valve
30x steam
Dengan melihat
Proses kontrol 1. Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan 2. Setelah 40x alat langsung dibuang 3. Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang 4. Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan 5. Setelah 40x alat langsung dibuang 6. Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang 7. Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan 8. Setelah 40x alat langsung dibuang. 9. Bila alat rusak sebelum waktunya segera dibuang 10. Catat jumlah re-use pada kartu pemeliharaan 11. Setelah 30x alat langsung dibuang 12. Bila alat rusak sebelum
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
65
waktunya segera dibuang Breast pump
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi 1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah : a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis kotoran biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia dengan pelarut atau zat pembersih d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur dengan pencatatan pemakaian alat tersebut 2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN) RSPB untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah demi langkah untuk proses ulang 3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi
1.6.10 Pengelolaan Linen Memproses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau membungkus), kemudian menyimpan dan mendistribusikannya. Memroses linen secara aman dari berbagai sumber adalah suatu proses yang rumit. Prinsip-prinsip [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
66
dan
langkah-langkah
utamanya
tercantum
dalam
Staf
yang
ditugasi
untuk
mengumpulkan, membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-hati. Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah tangga untuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda tajam, termasuk pecahan gelas. Staf yang bertanggung jawab terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan utiliti, alat pelindung mata dan apron plastik atau karet.
1.6.11 Pengelolaan Lingkungan dan Bangunan Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di rumah sakit dengan cara :
Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dengan mempertimbangkan cost effective
Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
Ruang Lingkup Pengelolaan Lingkungan 1. Konstruksi bangunan 2. Udara 3. Air 4. Pembersihan lingkungan rumah sakit 5. Pembersihan lingkungan di ruang gizi 6. Pembersihan di ruang laundry Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan 1. Pengertian Cara melakukan bentuk, penambahan ruangan pada lokasi tertentu yang meliputi disain
interior,
eksterior,
civil
dan
medical.
Definisi dari kegiatan konstruksi [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
67
Tipe kegiatan renovasi ada 4 tipe : 1) Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum. Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapusan ubin langit-langit untuk inspeksi visual (terbatas pada 1 genteng per 5m2), lukisan (tetapi tidak pengamplasan); mencakup instalasi dinding; kerja trim listrik; pipa kecil; setiap kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi visual 2) Tipe B skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu sedikit. Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan. 3) Tipe C kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat tinggi. Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pembongkaran atau penghapusan komponen bangunan built-in atau rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan atau mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai/wallpaper, ubin dan casework langit-langit, konstruksi dinding baru, ductwork kecil atau pekerjaan listrik di atas langit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama 4) Tipe D penghancuran besar dan proyek konstruksi. Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem plafon yang lengkap dan konstruksi baru 2. Tujuan Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan renovasi bangunan 3. Kebijakan a.
Identifikasi Kelompok Risiko Renovasi Bangunan
Kelompok 1 Rendah
Kelompok 2 Sedang
Kelompok 3 Sedang Tinggi
Kelompok 4 Tinggi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
68
Area kantor Tanpa pasien/area risiko rendah yang tidak terdaftar dimanapun
b. Kelas I
UGD Radiologi Recovery Rooms Ruang Maternitas/VK Kamar bayi Lab Microbiologi Farmasi
Area klinis Kamar Operasi Kamar prosedur invasif pasien rawat jalan Area Anestesi dan pompa jantung Semua Intensive Care Unit (kecuali yang tertulis di Grup 4)
Pedoman Kontrol Infeksi -
Kelas II
Perawatan pasien dan tidak tercakup dalam Grup 3 atau 4 Laundry Kantin Manajemen Material Penerimaan/Pemula ngan Laboratorium tidak spesifik seperti Grup 3 Koridor Umum (yang dilewati pasien, suplai dan linen)
-
Jalankan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan peningkatan debu dari operasi konstruksi Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual secepatnya Penyediaan aktif berarti untuk mencegah debu udara menyebar ke atmosfir Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban. Konstruksi yang mengandung limbah sebelum ditransportasi harus dalam wadah tertutup rapat Pel basah/atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter Tempatkan lap kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja dan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses kerja Isolasi sistem HVAC didaerah mana pekerjaan yang sedang dilakukan/kohort dengan tekanan negatif Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek selesai.
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
69
Kelas III
Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi dimulai Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara Jangan menghilangkan barriers dari area kerja sampai proyek lengkap dibersihkan. Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode kegiatan konstruksi atau sesuai yang diperlukan dalam rangka untuk meminimalkan jejak Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan konstruksi. Bahan barrier harus diusap basa, Vakum dengan menggunakan HEPA atau berikan kabut air agar lembab sebelum disingkirkan. Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup rapat sebelum di transportasi Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja dan diganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi aktifitas kerja Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek telah selesai
Kelas IV
-
-
-
Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran. Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi dimulai. Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara Beri segel pada lubang, pipa, saluran dan tusukan untuk mencegah migrasi debu Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA anteroom tiap hari. Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu atau bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus dipakai dan dibuang di anteroom ketika meninggalkan area kerja Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga selesai proyek dibersihkan Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan konstruksi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
70
1.6.12 Antibiogram Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang telah kadaluwarsa
1.6.13 Upaya Pencegahan Dan Kesehatan Karyawan Petugas
kesehatan berisiko
terinfeksi
bila
terekspos
saat
kerja,
juga dapat
menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya, imunisasi yang dianjurkan hepatitis B, bila memungkinkan haemophilus influenza, campak,tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV. Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit, meliputi : 1. Monitoring dan support kesehatan petugas 2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS 3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan 4. Menyediakan antivirus profilaksis. 5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manuasia 6. terapi dan follow up 7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran risiko bila terkena infeksi. 8. upayakan support psikososial Tujuan 1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit 2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan 3. Mencegah KLB [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
71
Unsur yang dibutuhkan : 1. petugas yang berdedikasi 2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik 3. Koordinasi yang baik antar unit 4. Penanganan pasca pajanan infeksius 5. Pelayanan konseling dan privasi Pelaksanaan : a.
Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi
b.
Manajemen pasca pajanan - tes pada pasien sebagai sumber pajanan - tes HBS Ag dan Anti HBs petugas. - pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam
Evaluasi 1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan 2. Status imunisasi 3. Riwayat kesehtan yang lalu. 4. Terapi saat ini 5. Pemeriksaan fisik 6. Pemerisaan lab dan radiologi 7. Edukasi :
SPO PPI
Kewaspdaan isolasi
Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
Informasi risiko ekspos.
Alur mangemen dan tindak lanjut.
Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan : 1. Virus H5N1 [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
72
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari 2. Virus HIV Risiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutannya 3. Virus Hepatitis B Risiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg atau HbeAg Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
73
Penyakit
Abses
Acinetobacter baumanii
Adenovirus type 1-7 Aspergilosis
Masa inkuba si
Menular selama/ virus shedding Selama luka mengeluarkan cairan tubuh Luka bakar yang di hydroterapi
6-9 hari Sekret saluran nafas Infeksi jar luas dengan cairan berlebihan
Cara transmisi
kontak
Chlamidia C trachomatis
Sampai umur 1 tahun
Masa petugas diliburkan/ tindakan
Kontak dengan bahan nasofaring dan urin
Standar, kontak Standar, kontak, termasuk seksual Standar, kontak
Tindakan
konservatif
Flora N kulit Standar manusia, mukus dan kontak menbran dan tanah. Bertahan di tempat lembab dan kering sampai berbulan, menular melalui peralatan rawat respirasi, tangan petugas, humidifier, stetoscop, termometer, matras, bantal, prmk TT, mop, gorden, tempat mandi luka terbuka Droplet, kontak Inhalasi stadium Kontak dan airbone, conidia airbone
candidiasis
Congenital rubella
Kewaspad aan yang perlu dijalankan Kontak
Konserfatif
Restriksi 7 hari
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
74
Conjungtivitis *adenovirus type 8 Campak
5- 12 hari
14 hari stl onset
5-21 hari
3-4 hr stl bercak timbul mel nasofaring
Campilobacter Closrtidium difficile Cytomegalo Tidak virus diketah ui
Kontak dengan tangan, alat terkontaminasi Droplet yang besar (kontak dekat) & udara
Kontak standar Transmisi udara
Standar hand hygiene
Difteria
Sekresi dr mulut mengandung c difteriae
Droplet, kontak
Gastroenteritis *salmonella *shingella *yenterocoliti ca
Kontak px, konsumsi makanan/ air terkontaminasi
Glardia lambilia
Feses
15- 50 hari
Pengobatan
Pengobatan simtomatik
Standar kontak Kontak dg sekresi &eksresi : saliva dan urin
Hepatitis A
Sampai mata tidak kluar kotoran Restriksi 7 hari setelah bercak merah timbul (yg imun) 5hr stl ekspos- 21 hr stl ekspos
Tahan di lingkungan dlm wkt pendek
2 minggu, kadang2 sp 6
Tidak perlu
Sampai terapi antibiotika telah lengkap dan sampai 2 kultur berjarak 24 jam dinyatakan negatif, perlu imunisasi tiap 10 tahun Standar Tidak atau kontak mengolah makanan sp 2x jarak 24jam kultur feses negatif Kontak
Fekal oral melalui Standar feses
Libur di area perawatan/
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Pengobatan simtomatik dan virus. Minum eritromicin 3x 1 tb sampai 7 hari
Vaksinasi hepatitis a
75
bulan (prematur)
Hepatitis B,D
B:624mgg D: 3-7 mgg
Akut atau kronik dg HbsAg positif
Hepatitis C,F,G
Herpes simplex
HIV
2-14 hr
Asiptomatik dpt mengeluarkan virus
Perkutaneus Standar mukosa, kulit yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain
Perkutaneus mukosa kulit yg tdk utuh kontak gdn darah, semen, cairan vagina, cairan tubuh yg lain Kontak dgn ludah karier mengandung virus langsung/ lwt sekresi luka aberasi/ cairan vesikel Perkutaneus mukosa, kulit yg tdk utuh kontak dgn darah, semen, cairan vagina, cairan yubuh yg lain
Standar
Standar, kontak tangan
pengolahanma kanan,i minggu setelah sakit kuning imunisasi paksa ekspos Tidak perlu dibatasi smp HbeAg negatif.
-segera periksa HbsAg atau HbeAg,tidak perlu divaksin bila petugas telah mengandung Anti HBs ≥ 10 mliu/ml
Restriksi sampai kondisi membaik / sampai HceAg negatif Retriksi tidak perlu, tp dibatasi kontak dgn px
Standar
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Kurang dari 4 jam paska pajanan -diberikan arv,azt dan 3 tc. -dilakukan pemeriksaan
76
HIVserologi dan menitor setelah 3 bln,9bln,11 bln Helicobacter pylori MDRO (MRSA, VRE, VISA, ESBL, Srep pneumonia Influensa 1-5hr
Standar
Infeksius pd 3hr pertama sakit.Virus dpt dikeluarkan sblm gejala timbul smp 7hr stlh dimulai sakit, lebih panjang pd anak dan orang
Kontak luka
Kontak
Airbone, kontak langsung/ droplet dgn sekresi saluran napas
kontak
Hemophilus Influenzae Dewasa Anak
Vaksinasi pd petugas yg rentan. Amantadin untuk kontak dgn influensa A
Standar droplet
Human Metapneumo virus (HMPV)
Novirus
12-48 jam
N meningitis
2-10 hr
Batuk non produktif, kongesti nasal whezing, bronkhiolitis, pneumonia pada anak + 11,5 tahun Diare, KLB
Droplet sekret respirasi
Kontak Droplet
Makanan, air terkontamibasi feses Kontak dgn sekret
Kontak, makanan, air Trasmisi
Libur spm
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
-perlu
77
saluran napas
mel droplet
Parotitis, Mumps
16-18hr Community (12acquired, virus 25hr) berada dlm saliva 6-7hr sbl parotitis sp 9hr stl onset Px immunokompr omls
Kontak dengan droplet atau langsung dgn sekret sal napas, yi saliva, hidung dan mulut
Trasmisi droplet
Parvovirus/B1 9
6-10hr
Kontak dgn droplet besar, muntahan
Transmisi drolpet
Pertusis
7-10 hr
Menular sblm bercak merah sp 7hr stlh onset F catarrhal sangat menular
Kontak dgn sekresi sal napas, droplet besar kontak dekat
Transmisi droplet sp 5 hr menerima antibiotik
Pollomyelitis
Nonpar alitik: 3-6hr;
Sal napas 1mgg stlh gejala muncul,
Kontak cairan sal napas, benda terkontaminasi
Transmisi kontak
24jam stlh terapi paska ekspos. Rifampin2x60 0mg, 2hr; ciprofloxacin1 x500mg atau ceftriaxon250 mg IM Vaksinasi efektif, MMR Restriksi sp 9hr stlh onset parotitis. Petugas renyan : 12hr paska ekspos pertama sp 25 hr stlh ekspos terakhir Tidak perlu restriksi
profilaksis dgn Rif2x600 mg selama 2 hari ,dan dosis tunggal cipro1x1,atau ceftriaxone 250 mg IM
Vaksin direkomen umur 11-64 th petugas dgn pertusis: restriksi fase catarrhal sp mg 3 stl onst / 5 hr stlh tx antibiotik kontak saja tidak perlu retriksi Imunisasi direkomendas ikan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
78
Rubella
RSV (infeksi virus respiratorik)
paraliti k 712hr 1223hr, bintik merah timbul 14-16hr stlh ekspos
2-8hr (terseri ng 4-6hr)
dlm feses bbrp mgg-bulan stlh gejala muncul Sangat menular saat bintik merah keluar, virus lepas 1mgg sblm smp 57hr stl onset, congenital rubella bisa melepas virus berbulanbertahun2 Orang sakit dapat mengeluarkan virus selama 38hr. Tp pd bisa anak 3-4mgg
MRSA
Kontak dengan petugas, mungkn karier nares anterior, tangan, axilla, perineum, nasofaring, orofaring
Streptococ A
Kontak sisi terinfeksi & mensekresi
fese
Kontak dgn Transmisi droplet nasofaring droplet dan px kontak dgn cairan sal napas
5hr stlh bintik keluar : petugas rentan 7hr stl ekspos pertama sp 21hr stl ekspos terakhir
Tangan terkontaminasi saat merawat pasien atau menyentuh benda mati, transmisi RSV bila menyentuh mata atau hidung
Transmisi kontak erat dhn droplrt atau aerosol partikel kecil
Batasi kontak dgn pasien rawat dan lingkungan bila ada KLB RSV Restriksi sampai gejala akut hilang
Strandar transmisi kontak, dapat airbone
Retriksi perawatan pasien dan pengolahan makanan bila petugas dengan lesi kulit basah tidak perlu retriksi bila kolonisasi Retriksi perawatan pasien & pengolahan makanan sp
Kulit, faring rektum, vagina
Standar berdasar transmisi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
79
24 jam stl mendapat antibiotik Tidak perlu retriksi petugas dg kolonisasi Salmonella, Shingella
Sypilis
Tuberkolosis
Sp 1 bl minum OAT
Varicella
Sp lesi kering & berkusta
Vibrio kolera Zoster
Orang- orang lewat fekal oral air/ makanan terkontaminasi Kontak langsung dg lesi primer atau sekunder sypilis Inhalasi droplet nuklei
Kontak
Airbone, Sampai kontak terbukti non (mengeluar infeksius kan c tubuh infeksius)
Airbone, kontak, standar
8 hari pasca kontak sp 21 hari paska kontak, beri imuno globulin IV paska kontak, imunisasi petugas paska pajanan dalam 4 hari
-petugas yg terexpose perlu tes mantoux bila indurasinya> 10 mm perlu profilaksis INH sesuai rekomendasi lokal Vaksinasi varicella
Kontak feces Tutupi lesi,
Retriksi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
80
*lokal
jangan kontak dg pasien rawat
* menyeluruh atau orang immuno kompromais
Jangan kontak dg pasien
* paska pajanan (person yang rentan)
Jangan kontak dg pasien rawat
sampai lesi mengering dan mengelupas Retriksi sampai semua lesi kering dan mengelupas Dari hr ke 10 paska pajanan pertama sp hari ke 21 atau hr 28 bila di beri lagi atau sampailesi kering dan mengelupas
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
81
A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh. 1. Pada mata
: Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
2. Pada Kulit
: Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut
: segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas Orang yang terkena
Sumber HbsAg (+)
Sumber HbsAg (-)
Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin
HIBG 1x dan
Beri vaksinHB
Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB
risiko tinggi,dapat diperlakukan sebagai sumber HBsAg
Pernah diberi vaksin
Tes untuk HBs:
Tidak ada
tapi tidak diketahui
1.jika titernya cukup
pengobatan
serokonversinya
tidak perlu perlu
Tidak ada pengobatan
terapi. 2.jika tidak cukup titernya beri boosster HB dalam waktu 7 hari. Diketahui non
HBIG 1x(dalam
Tidak ada
Jika sumbermerupakan
serokonversinya
waktu 72 jam)+ 1x
pengobatan
risiko tinggi dapat
dosis vaksin
diperlakukan sebagai sumber
HB(dalam waktu 7
HbsAg (+)
hari) Tidak diketahui
Tes untuk HBs :
Tidak ada
Tes untuk anti HBs :
serokonversinya
1.jika (-) obat seperti
pengobatan
1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi.
serokonversi.
2.jika titer tidak
2.jika titer tidak cukup
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
82
cukup HBIG 1x +
booster vaksin HB.
booster vaksin HB
3.jika tter cukup tidak perlu
dan ulangi
diobati.
pemeriksaan setelah 4 minggu. 3.Jika titer cukup,tidak perlu diobati -HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit. -Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml
C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :
Orang yang terkena
Sumber positif HIV
Sumber
Sumber tidak diketahui
negatif HIV HIV(-)
Rujuk ke dokter
Tidak ada
Konsultasi dengan spesilais
internis aagar
pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan
diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat.
risiko tinggi.
Setelah kejadian diketahui dari pasien HIV (+) staf harus dirujuk kefasilitas post exposur propilaksis(PEP) dalam waktu 2 jam setelah pajanan. Tes ulang saat itu 6 minggu,3,6dan 12 [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
83
bulan .
Saran : Lakukan pencegahan penularan .
Tunda proses kehamilan selama 3 bulan.
Jangan memberikan donor darah .
Suntikan zidovudine selama 4 minggu (250 mg 3x/hari) atau 150 mg 2x/hari(untuk tablet)
Tidak perlu pemberian pengobatan propilaksis
HIV (+)
Tidak
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
84
perlu diobati
D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C Orang yang terkena
Sumber HbsAg (+)
Sumber
Sumber tidak diketahui
HbsAg (-) Hepatitis C negatif
Berikan nasehat
Tidak
Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan
perlu
internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati bln pemeriksaan HVC dengan PCR dan diperiksa LVT untuk mengetahui status infeksinya
Sarankan untuk meminalkan penularan
Tidak ada chemopropilaksis tersdia ,rujuk pada dokter penyakit menular [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
85
E. . Petunjuk penggunaan ARV 1.
ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV. 3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan. F. . Status HIV pasien. Pajanan
Tidak diketahui
Positif
Positif Risiko
Rejimen
tinggi Kulit utuh
Tidak perlu PPP
Tidak perlu PPP
Tidak perlu PPP
-
Mukosa/kulit
Pertimbangkan
Berikan rejimen
Berikan rejimen
AZT 300mg/12
tidak utuh
rejimen 2 obat
2 obat
2 obat
jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28 hari
- Tusukan benda
Berikan rejimen 2
Berikan rejimen
Berikan rejimen
AZT 300mg/12
tajam solid
obat.
2 obat.
3 obat
jam x 28 hari,3TC 150 mg/12 jam 28
- Tusukan benda
Berikan rejimen 2
Berikan rejimen
Berikan rejimen
hari,Lop/r
tajam berongga
obat
3 obat
3 obat
400/100mg/12 jam x28 hari.
XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada a. lantai,dinding dan ,AC b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap. c. Kultur darah pada surveilens ILI
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
86
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
87
BAB II STANDAR KETENAGAAN
2.1
Kualifikasi Ketenagaan Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan No
Jenis tenaga
Pendidikan formal
sertipikat
Jumlah
1
Dokter spesialis
Anak
PPI dasar
1
2
IPCN
D-3
PPI
1/150 TT
SKM
dasar,lanjut,IPCN
3
Perawat
D-3
CSSD
1
4
Linen-laundri
D-3
Management linen
1
5
Gizi
D-3
Management Gizi
1
6
farmasi
D-3
7
Laboratorium
D-3
1
Kualifikasi ketenagaan PPI
2.2
1.
Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.
2.
Minimal pendidikan D3
3.
Mempunyai sertipikat PPI (dasar dan lanjut)
4.
Bekerja purna waktu
Uraian Tugas 1. Direktur. Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan Bertanggung
jawab
dan
memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
penyelenggaraan upya PPI Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
88
Menentukan kebijakan PPI Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS. Mengesahkan SPO untuk PPIRS 2. IPCO ketua komite PPI Kriteria IPCO Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI memiliki kemampuan leadership Tugas IPCO sbb
Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi
Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens
Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika
Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi dan deteksi dini KLB
Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan prosedur terapi
Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien
3. IPCN Kriteria IPCN
Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
Memiliki komitmen di bidang PPI
Memiliki pengalaman sebagai kepala ruangan atau setara
Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
Bekerja purna waktu
Uraian tugas :
Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi di ruang perawatan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
89
Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dalam menjalankan kewaspaan isolasi
Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS
Melaksanakan pelatihan PPIRS
Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI memperbaiki kesalahan
Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas
Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi PPI
Audit PPI termasuk pentalaksanaan limbah, laundry, Gizi dengan menggunakan daftar tilik
Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
Membuat laboran surveilens
Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman penggunaannya.
Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan
Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan SDM PPIRS
Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur
Berkoordinasi dengan unit terkait lain melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB
Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit
Membuat SPO PPI
Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut
4. IPCLN Kriteria IPCLN :
Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
90
Memiliki komitmen di bidang PPI
Memiliki kemampuan leadership
Tugas IPCLN :
Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang
Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB
Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standar isolasi
Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO
Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB
Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB (HAIs)
Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI
Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit
5. Tugas Anggota laboratorium
Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laborat
Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial
6. Tugas Anggota linen- laundri:
Memisahkan linen infeksius dan non infeksius
Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih
Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan
Memantau kegiatan hand higiene diruang linen
7. Tugas Anggota gizi :
Memantau kegiatan hand higiene di ruang gizi
Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas gizi
Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
91
8. Tugas Anggota IPSRS :
2.3
Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS
Memantau penggunaan bahan desinfektan
Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang tertentu
Memantau proses pembakaran incenerator
Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium
Distribusi Tenaga Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit :
IGD, Poli rawat jalan, Instalasi Rawat Inap, Sekretariat, keuangan, IPSRS,Gizi, linen, farmasi, SMF, laborat, Kamar bedah
ICU, House Keeping (CS)
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
92
BAB III STANDAR FASILITAS
3.1
Fasilitas Bagi Petugas 1. Denah Ruangan PPIRS berada di gedung dasar
2. Standart Fasilitas. No A
Fasilitas Fisik /bangunan Gedung perkantoran lantai 1
B
3.2
Jumlah
1
Peralatan 1
Meja
3
2
Kursi
7
3
Komputer
2
4
Line internet
2
5
Almari kaca
2
6
Peralatan tulis
2
7
Buku perpustakaan PPI
1
Fasilitas Pelayanan 1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan, petugas laboratorium, mahasiswa praktek, peserta PPSDM dan pihak lain 2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan biologis (APD) 3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas tersebut telah ditetapkan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
93
4. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi (complience kebersihan tangan ) 5. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan awal , identifikasi sebagai pengobatan darurat, pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaan selanjutnya
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
94
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di masing-masing unit kerja sbb : 1.
Tata laksana pelayanan unit surveilens a. Penanggung jawab
IPCN
IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
Petugas laboratorium
b. Perangkat kerja
Status medis
Catatan perawatan
Catatan hasil pemeriksaan penunjang
Form survei harian PPI
Form survei bulanan PPI
Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
IPCN melakukan surveilans harian sesuai ruangan
IPCN melakukan dokumentasi pada form surveilans harian
IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan divalidasi oleh dokter penanggungjawab pasien
2.
IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN
IPCN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI
Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke QMR
Dan dilaporkan kepada DKK setempat
Tata laksana pengambilan swab dan kultur a. Penanggungjawab
IPCN
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
95
Petugas Laboratorium
Petugas yang dilakukan survei (swab tangan petugas)
Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
Status medis
Form permintaan swab
Ruangan perawatan
AC
Pasien
c. Tata laksana pelayanan
IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas laborat
IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab/ kultur
3.
Mendampingi petugas laboratorium dalam melaksanakan swab atau kultur
Jika hasil sudah ada maka petugas laboratorium melaporkan kepada komite PPI
Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan a. Penanggung jawab
IPCN, IPCLN
Petugas kebersihan (cleaning services)
b. Perangkat kerja
Buku pedoman pembersihan
Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
IPCN dan sanitasi lingkungan melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf (cleaning services)
Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
96
4.
Memberikan pengarahan penggunaan APD
Tatalaksana Pelayanan CSSD a. Penanggung jawab
IPCN, petugas ruangan
Petugas CSSD
Administrasi CSSD
b. Perangkat kerja
Kalibrasi autoclave
Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
Kertas indikator bouwie dict tes
Indikator mekanik
Kertas indikator kimia
Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi di buku ekspedisi diruangan yang bersangkutan dan buku ekspedisi di CSSD
Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan yang mensterilkan
Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave)
Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
Petugas CSSD melakukan pensterilan sesuai SPO
Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan buku ekspedisi ruangan dan CSSD
Setiap 6 bulan sekali petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap hasil sterilisasi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
97
5.
Tatalaksana Linen a. Penanggung jawab
Petugas linen
Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
Linen
Buku penyerahan linen kotor
Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan klorin 0,5% dan deterjen selama 10 menit
6.
Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai
Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit
Swab linen bersih
Tatalaksana formularium antibiogram a.
b.
Penanggung jawab
Komite PPI
Komite farmasi
SMF
Petugas laborat
Perangkat kerja
Pasien yang akan dilakukan kultur
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
98
c.
Form surveilens PPI
Tata laksana
Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan
IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab
Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien
Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai SPO kultur
Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kopian kepada IPCN
7.
IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan
Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF
Pelayanan kesehatan karyawan. a. Penanggung jawab
Komite PPI
SDM
b. Perangkat kerja
Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di SDM
Data kesehatan karyawan
c. Tata laksana
Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan Ruang Kamar Bedah dan ICU/HCU,Haemodialisa,petugas laboratorium
:
petugas dilakukan pemeriskasaan TB, Hepatitis B setiap tahun sekali Unit Gizi
: pemeriksaan swab dubur 1x setahun
Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
Hasil diidentifikasi
Bersama SDM melakukan analisa dan pencatatan kesehatan
Komite PPI dan SDM melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada Direktur dan SMF
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
99
8.
Pelayanan renovasi bangunan a. Penanggung jawab
Ketua komite PPI
IPSRS
b. Perangkat kerja
Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan dilakukan renovasi bangunan
Bersama mengidentifikasi dampak : kebisingan, debu Lokasi risiko ( rendah, sedang, tinggi) renovasi
Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi, alat penghalang disekeliling area renovasi
Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti
Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes kesiapan bangunan, selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding ruangan, jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan Selesai renovasi
Diamkan selama 1 bulan dan uji swab
Hasil baik
Hasil tak baik
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
100
Ruangan siap digunakan
Desinfeksi dinding dan lantai dengan larutan chlorine 0,5 %
Lakukan swab ulang
Hasil baik ruangan siap digunakan
9. Pelayanan pembuatan ruang kohort a. Penanggung jawab
Ketua komite PPI
IPSRS
b. Perangkat kerja
Ruangan bertekanan negatif (exhaust fan dan ventilasi)
APD ( terutama masker bedah rangkap 2)
c. Tata laksana
Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada Direktur
Setelah ada disposisi kepada Tim pembangunan (IPSRS)
Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
Syarat dan denah terlampir
10. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL 11. Kebersihan tangan a. Penanggung jawab
Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
Alkohol handrub
Air mengalir
Wastafel
Towel
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
101
Sabun
Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang, dokter baru, staf pelaksana
Laporan audit kebersihan tangan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
102
BAB V LOGISTIK
Tata cara logistik PPIRS 1.
Perencanaan barang a.
Barang rutin -
Kertas HVS, tinta printer, bolpoint, form survei harian, form survei bulanan, form SPO surveilens, buku tulis
b.
Bahan disinfeksi
Barang tidak rutin -
Proposal pemeriksaan kultur dan swab
-
Pengadaan leaflet dan banner,poster, kebersihan tangan, etika batuk, pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab bersama
2.
Permintaan barang a.
Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rutin rumah sakit
b.
Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada Direktur untuk dimintakan persetujuan
3.
Penditsribusian
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
103
BAB VI KESELAMATAN KERJA
1.
Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi : a. Pencegahan dan Pengendalian PPI b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
2.
Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi : a. Pemeriksaan kesehatan prakerja b. Pemeriksaan kesehatan berkala c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit berisiko :
CSSD, Kamar Bedah, ICU, laboratorium, Radiologi, sanitasi, gizi, linenlaundri
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas). e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi 3.
Pengelolaan bahan dan barang berbahaya a. Monitoring kerjasama pengendalian hama. b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya. c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
4.
Kesehatan lingkungan kerja melakukan monitoring kegiatan : a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman c. Penyehatan air d. Pengelolaan limbah e. Pengelolaan tempat pencucian f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu g. Disinfeksi dan sterilisasi h. Kawasan Tanpa Rokok
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
104
5. Sanitasi rumah sakit melakukan monitoring terhadap kegiatan : a. Penatalaksanaan Ergonomi b. Pencahayaan c. Pengawaan dan pengaturan udara d. Suhu dan kelembaban e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman f. Penyehatan air g. Penyehatan tempat pencucian 6.
Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan melakukan pemantauan terhadap : a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan non medis b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
7.
Pengelolaan limbah padat, cair dan gas a. Limbah padat yang meliputi
Limbah medis/klinis
Limbah domestik/sampah non medis
Limbah infeksius
b. Limbah cair c. Limbah gas 8.
Pendidikan dan pelatihan PPI a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana
Pelatihan penanggulangan bencana
Simulasi penanggulangan bencana
Pelatihan penggunaan APD
Pelatihan surveilens
Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
Pelatihan pemadaman api dengan APAR
Pelatihan bagi regu pemadam
Pelatihan training of trainer spsesialis penanggulangan kebakaran
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
105
Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3
Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi lain bagi personil K3 c. Upaya promotif dan edukasi Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya di semua unit pelayanan. Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya Surveilens -
IADP
-
ILO/IDO
-
ISK
-
VAP
-
HAP
-
Kepatuhan kebersihan tangan.
Upaya promotif PPI : -
Pemasangan 5 saat melakukan kebersihan tangan disetiap ruangan publik dan ruang rawat inap,ruang rawat jalan
-
Pemasangan petunjuk melakukan kebersihan tangan pada wastafel
-
Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD
-
Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya
-
Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktik
-
Pemasangan gambar etika batuk
Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi . -
Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
-
Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
Pembuatan ruang kohort : -
Kohort kontak infeksi
-
Kohort droplet infeksi
-
Kohort airborne infeksi
-
Kohort imunosupresif
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
106
Peningkatan kewaspadaan standar di semua unit pelayanan 9.
Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan, meliputi : a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI d. Mendokumentasikan setiap kegiatan e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
107
BAB VII KESELAMATAN PASIEN
Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah : 1. Ketepatan Identifikasi Pasien Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO. 2. Peningkatan Komunikasi Efektif 1) Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
Komunikasi antar perawat
Komunikasi perawat dengan dokter
Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah Sakit PGI Cikini
2) Menggunakan komunikasi SBAR :
Saat pergantian shift jaga
Saat terjadi perpindahan rawat pasien
Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien
Saat melaporkan hasil pemeriksaan, efek samping terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai 1)
Melaksanakan SPO Independent Double Check, Obat kewaspadaan tinggi pada obatobat yang termasuk dalam daftar obat HAM
2)
Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi 5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan 1) Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
Infeksi luka infus (phlebitis)
Infeksi saluran kemih akibat pemakaian kateter urin menetap
Infeksi luka operasi (ILO)
VAP (Ventilator aquired pneumonia)
HAP (Hospital aquired pneumonia)
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
108
Kepatuhan kebersihan tangan
2) Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi 3) Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi 4) Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi 5) Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi 6.
Pengurangan Risiko Pasien Jatuh 1)
Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat
2)
Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi
3)
Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing unit pelayanan
4)
Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
109
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
A. PENERAPAN INDIKATOR KLINIK 1. Standar Mutu Klinik: RS PGI Cikini harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien,keluarga,pengunjung maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan. 2. Indikator Mutu Klinik PPI: 1). Pelayanan Non Bedah a. Insiden rate dekubitus b. Insiden rate IADP (infeksi aliran darah primer) c. Insiden rate Infeksi saluran kemih akibat pemakaian kateter urin menetap d. Insiden rate VAP (ventilator asossiated pneumonia) e. Insiden rate HAP (hospital acquired pneumonia) f. Insiden rate phlebitis g. Angka kepatuhan kebersihan tangan h. Target surveilens HAIs ? i. Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi lingkungan. j. Dilakukannya kegiatan pemantauan
Hasil swab : tangan
Hasil kultur : Pus,darah dan urin kateter,sputum
2) Pelayanan Bedah a. Insiden rate ILO/IDO 3) Unit CSSD a. Indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan tiap 6 bulan dan hasilnya baik b. Indikator mekanik,kimia,biologi 4) Upaya kesehatan
:
a. Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas. [RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
110
b. Tersedianya petunjuk kebersihan tangan disetiap ruangan ,wastafel dan ruangan publik. c. Terlaksananya poster 5 saat melakukan kebersihan tangan d. Terlaksananya pemasangan poster etika batuk pada lokasi public dan display disetiap ruangan e. Terlaksananya pemasangan standing banner kebersihan tangan pada daerah publik f. Orientasi & edukasi PPI pada calon karyawan . g. Edukasi & sosialisasi PPI pada karyawan terkait dengan kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar & kewaspadaan berdasarkan transmisi) h. Edukasi pada mahasiswa praktek i. Hasil surveilans menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui sistem informasi rumah sakit j. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala k. Terlaksananya ruangan kohort l. Tersediannya APD yang diperlukan m. Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada perawat dan dokter n. Penyehatan lingkungan o. Ruangan dan lingkungan yang bersih p. Sampah dibuang sesuai jenisnya q. Terlaksananya formularium antibiotika.
4). Indikator mutu lingkungan a.
Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda)
b.
Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
c.
Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
d.
Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
e.
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
111
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut Insiden rate plebitis
:
x 1000 = ........ ‰
Jumlah kasus plebitis
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer
Insiden rate IADP
:
x 1000 = ........ ‰
Jumlah kasus IADP
Jumlah lama hari pemakaian kateter vena central
Insiden rate VAP
:
Jumlah kasus VAP
x 1000=.......‰
Jumlah lama hari pemakaian ETT
Insiden rate HAP
:
Jumlah kasus HAP
x 1000=.......‰
Jumlah lama hari rawat
Insiden rate ISK
:
Kasus ISK
x 1000 =.......‰
Lama hari pemakaian kateter urin
Insiden rate ILO/IDO :
Jumlah Kasus ILO x100 =......% Jumlah kasus operasi
Insiden rate dekubitus
:
Kasus ISK
x 1000=.......‰
Lama hari pemakaian kateter urin
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
112
BAB IX PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit PGI Cikini. Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit, sehingga dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan sarana dan prasarana PPI. Uupaya pencegahan dan pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh dari manajemen rumah sakit. Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit PGI Cikini, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Jakarta, November 2015
Direktur
dr.Boy Eduard Wajong, MKes, MMR
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
113
Landasan Hukum 1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang Standar Minimal Pelayanan Rumah Sakit 3. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit 4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang Tenaga Kesehatan 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah sakit 7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
[RS PGI CIKINI] | PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
114