Rumah Sakit
PANDUAN SURVEILANS HAIs PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT PGI CIKINI JALAN RADEN SALEH NO 40 JAKARTA PUSAT JAKARTA, 2015 1
BAB I PANDUAN IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN SURVEILANS HEALTHCARE ASSOSIATED INFEKSIONS
I.
PENGERTIAN Surveilans adalah suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus-menerus terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya risiko terjadinya penyebaran penyakit :
pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda-tanda dalam masa inkubasi infeksi tersebut
inkubasi terjadi 2x24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Apabila tanda-tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat, makan perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut
infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda
II.
infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit
TUJUAN 1. Memperoleh data dasar infeksi rumah sakit. 2. Menurunkan laju infeksi rumah sakit. 3. Identifikasi dini kejadian luar biasa (KLB) infeksi rumah sakit. 4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan penanggulangan. 5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS. 6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan. 7. Salah satu pendukung untuk memenuhi akreditasi RS.
2
III.
METODE SURVEILANS
Metode-metode surveilans infeksi yang dilakukan di RS PGI Cikini adalah : 1. Berdasarkan cakupannya Surveilans target adalah surveilans yang terfokus pada ruangan, kelompok pasien, atau tindakan dengan risiko infeksi spesifik yang meliputi surveilans di ruang perawatan intensif (ICU,Unit Stroke,HCU), surveilans pada pasien dengan kateter vena sentral,surveilans infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemakaian kateter urin, ,surveilans infeksi pneumonia tanpa dilakukan intubasi (HAP) dan dengan intubasi(VAP) dan surveilans infeksi luka operasi pada ruangan bedah. Adapun tujuan dari surveilans target akan memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit. 2. Berdasarkan jenis rawat Surveilans pasca rawat adalah surveilans yang dilakukan sesudah pasien keluar dari rumah sakit, ini dapat mendeteksi IRS yang tidak langsung timbul, seperti ILO yang bisa timbul 30 hari (tanpa implan) sampai 1 tahun sesudah operasi
(dengan implan),
surveilans ini memerlukan follow up yang ketat dari pasien baik melalui pemeriksaan langsung waktu pasien datang kontrol atau melalui kunjungan ke rumah pasien atau secara tidak langsung yaitu melalui kontak telepon atau surat.
IV.
JENIS –JENIS INFEKSI RUMAH SAKIT
INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER A. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung kesistem pembuluh darah. Infeksi aliran darah ini timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Kriteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laborat dengan gejala / tanda berikut :
3
Klinis 1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan. Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain : - Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika. - Hipotesi, sistolik < 90 mmHg. - Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini : - Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain. - Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain : - Demam > 380C - Hipotermi < 370C - Apnea - Bradikardi < 100x/mnt
Dan semua gejala / tanda di bawah ini : - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain. - Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala berikut : - Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan sklerema. - Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk. - Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan 4
hepatomegali. - Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea. - Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi. - Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan Semua gejala / tanda di bawah ini : - Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman. - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain. - Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
Laboratorik Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan. Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut : 1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain. 2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut : - Demam > 380C. - Menggigil - Hipotensi - Oliguri
Dan satu diantara tanda berikut : -
Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
-
Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba
-
yang sesuai dengan sepsis.
5
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejala berikut : -
Demam > 380C
-
Hipotermi < 370C
-
Apnea
-
Bradikardi < 100/mnt
Dan satu diantara tanda berikut : -
Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain)
-
Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi
B. Faktor Risiko IADP Risiko IADP adalah semua pasien yang dipasang kateter vaskuler. Risiko infeksi dan hasil pemeriksaan tergantung dari :
Lama Pemasangan : berapa hari peralatan dipasang
Jenis jalur intravascular : vena sentral, vena perifer, dialisa
Lokasi Pemasangan :subclavia, femoral, internal jugular, perifer
Tehnik Pemasangan : keahlian petugas, tehnik aseptik, jenis antiseptik, jenis dan bahan peralatan yerpasang ( polyethylene, polyurethane, silicon )
Perawatan : ruang perawatan, perawatan peralatan, frekuensi manipulasi.
Kondisi pasien : usia, penyakit yang mendasari
Tehnik pengambilan kultur
C. Data surveilans IADP Data-data utama yang dikumpulkan dalam survelains IADP adalah data-data yang berhubungan dengan faktor risiko diatas (lama pemasangan, jenis jalur intravascular, lokasi pemasangan kateter intravascular dan manipulasi-manipulasi yang dilakukan saat
6
intravascular terpasang ) dan data-data yang diperlukan untuk diagnosis (keadaan klinis dan hasil-hasil laboratorium). Pada perhitungan laju infeksi IADP, yang digunakan sebagai numerator adalah jumlah penderita yang terinfeksi akibat penggunaan kateter intravaskuler, sedang denominator adalah jumlah hari penggunaan alat intravaskuler. D. Petunjuk Pelaporan IADP
Phlebitis purulen dikomfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah, maka dilaporkan sebagai phlebitis, bukan sebagai IADP.
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh.
E. Kriteria Penentuan Terdapat pertumbuhan mikroorganisme 15 cfu dari segmen kateter disertai gejala lokal seperti eritema,pembengkakan,nyeri tekan dalam batas 2 cm dari tempat insersi kateter dan purulensi (pus) PLEBITIS A. Definisi Plebitis adalah radang pada dinding vena B. Tanda dan Gejala
Nyeri
Kemerahan pada tempat penusukan
Rasa panas
Kemerahan sepanjang vena yang ditusk
Timbul pus pada tempat penusukan
C. Skala flebitis 0
: Tanpa tanda flebitis
1
: Merah dan/atau sakit bila ditekan 7
2
: Merah,sakit bila ditekan dan edema
3
: Merah,sakit,edema dan vena mengeras
4
: Merah,sakit,edema,vena mengeras dan timbul pus
HEALTHCARE
ASSOCIATED
PNEUMONIA
(HAP)
dan
VENTILATOR
ASSOCIATED PNEUMONIA(VAP) A. Definisi HAP adalah Infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat di rumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran napas bawah. HAP diakibatkan tirah baring lama ( koma, tidak sadar, trakeostomie, refluks gaster, Endotrakeal Tube / ETT ) VAP adalah Infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas B. Kriteria Diagnosis Pneumonia Kriteria Pneumonia 1. Bunyi pernapasan yang menurun/pekak, ronchi basah pada daerah paru 2. Produksi sputum banyak dan purulen 3. Hasil X-ray adanya densitas paru (infiltrate) 4. Demam > 38C dan batuk 5. Pemeriksaan sediaan sputum ditemukan peningkatan leukosit (>25/LPK)
I.
Pada Dewasa dan anak > 12 bulan
Pneumonia ditentukan berdasarkan kriteria klinis, radiologi dan laboratorium Ditemukan minimal 1 dari tanda dan gejala berikut : 1. Bunyi pernapasan : ronchi basah ditambah salah satu
Sputum purulen/perubahan sputum 8
Isolasi kuman biakan darah (+)
Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea atau sikatan bronkus/biopsi (+)
2. Foto thorax : infiltrat,konsolidasi,kavitasi,efusi pleura baru/progresif ditambah salah satu
II.
Sputum purulen/perubahan sputum
Isolasi kuman biakan darah (+)
Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea atau sikatan bronkus/biopsi (+)
Antigen/virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan
Titer IgM atau IgG spesifik meningkat
Anak < 12 bulan Ditemukan minimal 2 dari tanda dan gejala sebagai berikut :
Apnea,tachipnea,bradikardia,wheezing,ronchi basah,batuk ditambah 1 diantara : a. Produksi sputum/sekresi saluran napas meningkat dan purulen b. Isolasi kuman biakan darah (+) c. Isolasi kuman pathogen aspirasi trachea/sikatan bronkus/biopsi (+) d. Antigen/virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan e. Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4x
Faktor Penyebab : 1. Lingkungan
Legionella, klebsiella, Psudomonas aerogenesa, Amuba baumi
Makanan, muntahan
2. Peralatan
NGT
ETT 9
Suction catheter
Peralatan bronkoskopi
Peralatan pernapasan
3. Manusia
Haemofilus influenza
Staphylococcus aureus
Staphylococcus pneumonia
MDR stains
Faktor-faktor Risiko 1. Kondisi pasien sendiri
Usia > 70 tahun
Pembedahan (thorakotomi, abdomen)
Penyakit kronis
Penyakit jantung kongestif
Penyakit paru obstruksi kronis
Perokok
Koma
CVD
2. Faktor pengobatan
Sedasi
Anestesi umum
Intubasi trakea
Pemakaian ventilator mekanik yang lama
Penggunaan antibiotika
Penggunaan immunosupresif dan sitostatika
Prinsip Dasar Pencegahan 1. Pasien
Bila memungkinkan obati penyakit paru nya baru melakukan tindakan operasi
Tinggikan posisi kepala 30-45 10
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction catheter
Lakukan oral hygiene menggunakan chlorxedine 0,2% setiap ganti shift
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsan batuk dan mengeluarkan lendir
Mobilisasi dini setelah operasi
2. Peralatan ventilator
Bersihkan permukaan alat secara rutin dengan menggunakan detergen netral
Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor
Breathing circuit, humidifier dan bacterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor
Termovent hepafilter diganti setiap hari
Populasi Berisiko HAP 1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit 2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan 3. Denominator adalah jumlah lama hari rawat pasien tirah baring
Populasi Berisiko VAP 1.
Terfokus spesifik diruang ICU
2.
Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik
3.
Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan
4.
Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan
11
C. Data surveilans Pneumonia Data-data utama yang dikumpulkan dalam surveilans Pneumonia perlu diperhatikan, apakah data tersebut mendukung kearah terjadinya HAP atau VAP.Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan faktor risiko maupun data-data yang diperlukan untuk diagnosis yang memerlukan aspek klinis, radiologis dan laboratoris. Petunjuk Pelaporan dan ketentuan –ketentuan Umum Pneumonia 1. Hospital Aquired Pneumonia (HAP) tidak dapat ditegakkan berdasar diagnosis dari dokter 2. Pneumonia terkait ventilator (VAP, yaitu pneumonia pada pasien yang menggunakan alat untuk membantu napas atau mengontrol pernapasan secara terus-menerus melalui trakeostomi atau intubasi endotrakeal dalam jangka waktu 48 jam sebelum terjadi infeksi, termasuk periode penyapihan ) harus disertakan pada waktu pelaporan data. 3. Pada waktu melakukan asesmen untuk menetapkan pneumonia, penting dibedakan perubahan keadaan klinis yang disebabkan keadaan lain seperti infark miokard, emboli paru, sindrom gawat napas, atelectasis, keganasan, PPOK, penyakit membrane hialin, dispalasia bronkopulmoner, dll. Pada waktu melakukan asemen pasien-pasien yang diintubasi, juga perlu dibedakan antara kolonisasi trakea, infeksi saluran atas ( trakeobronkitis). 4. HAP dapat ditandai dari onsetnya : awal atau lambat. Pneumonia awal timbul 4 hari pertama perawatan dan sering disebabkan oleh Moraxella Catarrhalis, H influenza dan S pneumoniae. Penyebab pneumonia late onset sering berupa kuman gram negative atau S aureus, termasuk methicillin-resistent S aureus (MRSA). Virus ( misalnya influenza A dan B atau RSV) dapat menyebabkan early dan late onset pneumonia nosokomia, sedangkan kapang, jamur, legionellae, dan Pneumocystis carinii umumnya merupakan pathogen late onset pneumonia 5. Pneumonia yang disebabkan aspirasi hebat ( misalnya pada waktu intubasi diruang darurat atau dikamar operasi) dianggap HAP jika memenuhi kriteria spesifik manapun dan jelas tidak didapati atau sedang dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit. 12
6. HAP berulang dapat terjadi pada pasien- pasien yang sakit berat dan tinggal dirumah sakit untuk waktu yang lama.
D. Penatalaksanaan Penatalaksanaan infeksi sesuai instruksi DPJP
INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) A. Definisi Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih pada pasien masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat Infeksi saluran kemih dapat disebabkan : 1.
Endogen : Perubahan flora normal
2.
Eksogen :
Prosedur yang tidak bersih/steril
Tidak mencuci tangan sebelum prosedur dilakukan
B. Tanda dan gejala klinis ISK 1. ISK Simptomatis Dengan salah satu kriteria dibawah ini : * Salah satu gejala ini : -Demam > 380C - Disuria - Nikuria ( urgency ) - Polakisuria - Nyeri Suprapubik
13
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme : * Dua dari gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik Dan salah satu tanda : o Tes carik celup( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit. o Piuria ( >10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifugasi. - Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentrifugasi. o Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > o 100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril. o Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml o dan pasien diberi antibiotik yang sesuai. - Diagnosis oleh dokter. - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai 2. ISK Asimptomatis * Memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri suprapubik Dan biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis
14
kuman. * Tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala : - Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik 3. Infeksi saluran kemih lain ( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik ) dengan salah satu kriteria dibawah ini : • Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai. • Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis. • Dua dari gejala : - Demam 380C Nyeri lokal pada daerah yang dicurigai. - Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan. Dan salah satu dari tanda : - Drainase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif - Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai • Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala : - Demam 380C - Hipotermia - Apneu - Bradikardi 15
- Disuria - Letargi - Muntah Dan salah satu dari tanda : - Drainase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif - Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter - Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai. 4. Infeksi saluran kemih pada neonates -
Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh (gejala sama dengan sepsis)
-
Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
-
Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik.Biakan urine positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml
5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak -
Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
-
Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diareatau kencing yang sangat berbau.
-
Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol.
-
Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, Sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.
-
Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
-
Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
-
Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
-
Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila
-
Jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin. 16
-
Pemeriksaan lainnya : sedimen urin terdapat piuria
C. Faktor Risiko ISK Faktor risiko untuk terjadinya ISK adalah penderita yang terpasang kateter, sedang factor-faktor lain berkaitan dengan : -
Kondisi pasien ( factor instrisik) : komorbiditas penderita ( missal DM ), kondisi penurunan daya tahan tubuh (misalnya nutrisi), kondisi organic ( missal ostruksi, disfungsi kandung kemih, refluks )
-
Prosedur pemasangan : tehnik pemasangan, ukuran kateter
-
Perawatan : perawatan meatus uretra, jalur kateter, pengosongan kantong urin, manipulasi ( pengambilan sample )
D. Data surveilans ISK Populasi utama surveilans ISK adalah penderita yang terpasang kateter menetap. Datadata lain adalah data-data yang berhubungan dengan factor risiko, data-data dignostik dan lama pemasangan kateter, yang nanti akan dijadikan denominator dalam penghitungan laju infeksi.
INFEKSI LUKA OPERASI A. Definisi Infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi akibat tindakan pembedahan dapat mengenai lapisan jaringan tubuh,superficial atau dalam ILO Superficial :infeksi yang hanya mengenai pada kulit dan jaringan bawah kulit ( subkutan)pada tempat insisidan terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan pembedahan
17
ILO Profunda : Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
ILO Organ / Rongga tubuh :Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
B. Kategori Operasi 1. Operasi bersih adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra bedah
tidak
terdapat
peradangan
dan
tidak
membuka
traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup. 2. Operasi bersih terkontaminasi : luka operasi yang memasuki/ membuka traktus respiratorius, pencernaan/ billiard, appendiks, vagina dan orofaring (sectio caesarea diklasifikasikan sebagai bersih terkontaminasi kecuali membran ruptur > 6 jam) 3. Terkontaminasi : luka operasi yang membuka semua sistem traktus kecuali ovarium dan nyata terjadi pencemaran (peforasi) baru dan luka trauma dan insisi yang akut < 6 jam- inflamasi non purulen 4. Luka kotor : luka traumatic > 6 jam dengan hilangnya jaringan dan tampak infeksi atau perforasi viseral
C. Kriteria ILO 1. Infeksi Superficial -
Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
-
Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)
-
Ditemukan salah satu dari kriteria dibawah ini :
Drainase bahan purulen dari insisi superficial
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptik dari tempat insisi superficial. 18
Sekurang kurangnya terdapat :
-
Satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan atau hangat pada perabaan.
-
Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
Diagnosis ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
a. Petunjuk pencatatan dan pelaporan ILO superficial
Jangan melaporkan “stitch abscess” ( inflamasi minimal dan adanya keluar cairan pada tempat penetrasi / tusukan jarum atau tempat jahitan ) sebagai suatu infeksi
Jangan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir sebagai ILO, tetapi infeksi kulit atau jaringan lunak (ST) tergantung dari kedalamannya infeksi
Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir sebagai CIRC.Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi
Laporkan operasi pada luka bakar sebagai BURN
Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai kefascia dan jaringan otot, laporkan sebagai ILO profunda
Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda.
2. ILO Profunda -
Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
-
Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat insisi Ditemukan salah satu keadaan dibawah ini: 19
Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau rongga dalam tempat operasi
Insisi dalam terbuka atau sengaja dibuka oleh dokter dengan terdapatnya tanda & gejala : demam (.380C),nyeri abdomen
Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatogi (PA) atau radiologi
-
Diagnosis ILO profunda oleh dokter bedah atau dokter jaga.
a. Petunjuk pencatatan dan pelaporan ILO profunda Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda 3. ILO Organ / Rongga tubuh -
Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan pembedahan tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi
-
Infeksi mengenai semua bagian dari tubuh,kecuali insisi kulit, fascia dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama prosedur
-
Ditemukan salah satu tanda dan gejala dibawah ini:
Drainase cairan purulen melalui “stab wound” kedalam organ/rongga tubuh
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari organ/rongga tubuh.
Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatogi (PA) atau radiologi
Diagnosis ILO organ/rongga tubuh oleh dokter bedah atau dokter jaga.
20
a. Petunjuk pencatatan /pelaporan ILO Organ/rongga tubuh
Organ atau rongga tubuh meliputi semua bagian/organ tubuh manusia kecuali kulit, fascia atau lapisan otot, yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama tindakan operasi. Tempat atau nama organ tubuh yang spesifik harus dicantumkan pada ILO organ/rongga tubuh untuk mengidentifikasi tempat terjadinya infeksi
Secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/rongga tubuh.Sebagai contoh, pada tindakan apendiktomi yang kemudian terjadi abses sub-diafragma, akan dilaporkan sebagai ILO organ/rongga tubuh dengan tempat spesifiknya pada “intra-abdominal”
Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar (drain) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut umumnya tidak memerlukan re-operasi dan dianggap sebagai komplikasi dari insisi, sehingga keadaan tersebut harus diklasifikasikan sebagai suatu ILO profunda.
D. Faktor Risiko ILO Faktor risiko terjadinya ILO dapat berasal dari :
Kondisi pasien sendiri (usia, obesitas, penyakit berat,ASA Score, Karier MRSA, lama rawat pra operasi, malnutrisi,DM,penyakit keganasan.
Prosedur operasi: cukur rambut sebelum operasi, lamanya operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum operasi, operasi emergensi, drain.
Jenis operasi : operasi bersih, operasi bersih terkontaminasi, operasi kotor
Perawatan paska infeksi : tempat perawatan, tindakan-tindakan keperawatan ( pergantian verban),lama perawatan
E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan infeksi sesuai dengan instruksi DPJP INFEKSI RUMAH SAKIT LAINNYA INFEKSI DEKUBITUS
21
Infeksi decubitus harus memenuhi kriteria berikut :
Terdapat 2 gejala dan tanda berikut, yang tidak diketahui penyebab lainnya : kemerahan, sakit, atau pembengkakkan ditepian luka decubitus
Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut ini -
Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar
-
Hasil kultur darah positif
22
BAB II PELAKSANAAN SURVEILANS Suatu program surveilans dapat berjalan dengan baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah-langkahnya dengan efisien dan efektif. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut A. Identifikasi masalah Kasus Infeksi Rumah Sakit didapatkan berdasarkan pasien dan temuan laboratorium. Surveilans yang didasarkan pada temuan klinis pasien,menelaah factor risiko, memantau prosedur perawatan pasien yang terkait dengan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. Dalam hal ini diperlukan pengamatan langsung diruang perawatan khusus resiko tinggi (ICU D,HCU,Unit Stroke) dan diskusi dengan dokter atau perawat yang merawat.Surveilans yang berdasarkan temuan laboratorium,semata-mata didasarkan atas hasil pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinis. Oleh karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu yang didiagnosis secara klinik (berdasarkan gejala dan tanda klinik) Kasus Infeksi Rumah sakit didapatkan secara prospektif Pemantauan setiap pasien selama dirawat dirumah sakit dan untuk pasien operasi sampai setelah pasien pulang (satu bulan untuk operasi tanpa implant dan satu tahun jika ada pemasangan implant) B. Pengumpulan dan pencatatan data Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data surveilans, karena memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi IRS sesuai dengan kriteria ada.Sedangkan pelaksana pengumpul data IPCN yang dibantu oleh IPCLN Metode yang dipakai dalam surveilans IRS ini adalah metode target surveilans aktif dengan melakukan kunjungan lapangan.Dilakukan identifikasi keadaan klinik pasien ada tidaknya tandatanda infeksi dan factor-faktor risiko dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang. Penemuan kasus dimulai dengan menelusuri daftar pasien baru masuk dengan infeksi maupun tidak infeksi (baik infeksi komunitas maupun IRS pada perawatan sebelumnya) dan pasienpasien yang mempunyai risiko untuk mendapatkan IRS seperti pasien diabetes atau pasien 23
dengan penyakit imunosupresi kuat.Data yang akurat dapat diperoleh dengan melakukan wawancara kepada dokter, perawat dan pasien sendiri maupun keluarga. Kunjungan rutin ke lapangan ini untuk mendapatkan gambaran adanya IRS serta gambaran penerapan keadaan umum pada saat itu serta memberikan bimbingan langsung pendidikan tentang PPI pada umumnya dan kewaspadaan pada khusunya. Mekanisme pelaksanaan surveilans IPCLN mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien yang berisiko.Pada awal bulan berikutnya,paling lambat tanggal 5 formulir surveilans dikumpulkan dalam satu file dengan diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Ruangan lalu diambil oleh IPCN ,apabila ada kecurigaan terjadi infeksi,IPCLN segera melaporkan ke IPCN untuk ditindaklanjuti C. Sumber data Sumber data diperoleh dari :
Rekam medis
Catatan keperawatan
Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)
Farmasi
Pasien/keluarga pasien
D. Numerator : angka kejadian infeksi E. Denominator :jumlah lama hari pemakaian alat Jumlah kasus IADP Insiden rate IADP =
Jumlah lama hari pemakaian kateter vena
X 1000
Jumlah kasus ISK Insiden rate ISK =
J Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
X 1000
Jumlah kasus pneumonia Insiden rate HAP =
X 1000 Jumlah lama hari rawat 24
Jumlah kasus VAP
Insiden rate VAP =
X1000
Jumlah lama hari pemakaian ETT
Jumlah kasus ILO Jumlah kasus operasi
Insiden rate ILO =
X100
Jumlah kasus phlebitis
Insiden rate phlebitis =
X1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer
Jumlah kasus Dekubitus Insiden rate dekubitus =
X 1000 Jumlah lama tirah baring
F. Perhitungan Perhitungan dilakukan dalam satu bulan G. Pelaporan,Rekomendasi dan diseminasi Hasil surveilans
digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan
dan
pengendalian infeksi rumah sakit dalam satu waktu tertentu.Prinsip pelaporan surveilans :
Laporan dibuat sistemik,singkat,tepat waktu,dan informatif
Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau tabel
Laporan dibuat triwulan, tahunan
Laporan disertai dengan analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian
25
Desiminasi Tujuan desiminasi agar pihak terkait dapat memamfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian IRS.Laporan disampaikan pada seluruh anggota Komite ,direktur RS,ruangan terkait.
26
BAB III PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAIs
A. PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER DAN PERIFER Penggunaan kateter intravaskuler tidak dapat dihindari karen bertujuan memberikan terapi,cairan,nutrisi dan mengukur hemodinamik.Kateter IV sering menjadi penyebab komplikasi antara lain: 1. Infeksi lokal atau sistemik 2. Septik tromboplebitis 3. Endokarditis 4. Infeksi aliran darah akibat kateter yang terkolonisasi Kolonisasi adalah terdapatnya mikroorganisme dalam darah tetapi tidak disertai dengan tanda-tanda klinis Sumber infeksi ; a. Instrinsik
Terjadi pada cairan infus yang terkontaminasi mikroorganisme dari pabrik,misal :kuman gram negatif,Klebsiella spp,Enterobacter
Terdapatnya penyebaran hematogenous dari infeksi tempat lain
b. Ekstrinsik
Kontaminasi dari tangan petugas,misal terjadi saat insersi kateter,persiapan cairan/obat.Bakteri
yang
ditemukan
antara
lain
koagulasi
Gram
negatif,Staphylococci,Staphylococcus aureus
Kontaminasi dari mikroflora kulit pasien 27
Kolonisasi bakteri pada kateter
Kontaminasi kateter intravena pada saat insersi
Kunci pencegahan infeksi pada pemasangan kateter vena sentral 1. Pendidikan dan pelatihan petugas medis Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi petugas terkait indikasi pemakaian alat intravaskuler,prosedur pemasangan,perawatan luka insersi dan peralatan intravaskuler 2. Surveilans aktif terhadap IADP
Lakukan surveilans untuk mengetahui adanya kejadian infeksi
Raba dengan tangan (palpasi) setiap hari lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui adanya pembengkakan
3. Kebersihan tangan
Sebelum dan setelah palpasi daerah insersi
Sebelum dan setelah insersi,mengganti,mengkaji,memperbaiki atau dressing kateter vena sentral
Bila tangan kotor atau kemungkinan terkontaminasi
Sebelum dan setelah prosedur tindakan
Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan
4. Pemakaian APD dengan barier maksimal pada saat pemasangan kateter vena sentral Operator dan asisten memakai
Topi (non steril) : menutupi seluruh rambut
Masker
Gaun (steril)
: menutupi seluruh mulut dan hidung
28
Sarung tangan (steril)
Drape steril
: menutupi seluruh kepala dan badan pasien dari atas
sampai bawah 5. Antiseptik kulit
Antiseptik kulit dengan chlorhexidin (CDC Guidelines) atau jika tidak tersedia gunakan tincture iodine atau iodophor atau 70 % alkohol
Oleskan antiseptik selama 30 detik,lalu biarkan mengering sebelum insersi
6. Pemilihan lokasi penusukan kateter sentral
Hindari penusukan vena femoralis sebagai akses vena sentral pada pasien dewasa karena resiko lebih tinggi terutama pada pasien gemuk
Pilih vena subclavian karena resiko lebih kecil daripada vena jugularis interna
Dokter harus menimbang risiko –mamfaat setiap pasien secara individual (kepatuhan bundles didokumentasikan)
7. Pemasangan kateter intravena
Jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang sudah ditentukan
Bersihkan kulit dilokasi dengan antiseptik (swab alkohol),sebelum pemasangan
Biarkan antiseptik mengering pada lokasi sebelum memasang
Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik
Gunakan dressing transparan untuk menutupi lokasi pemasangan
Ganti dressing transparan jika basah atau kotor
Hindari sentuhan yang mengakibatkan kontaminasi daerah insersi kateter saat mengganti dressing transparan
29
8. Pemilihan dan perggantian alat intravaskuler
Pilih alat dengan komplikasi resiko rendah. Gunakan alat intravaskuler dari bahan vialon
Lepas semua peralatan intravaskuler bila sudah tidak ada indikasi klinis
Kaji apakah ada gejala infeksi lokal atau sistemik
Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter dilokasi yang dapat dilihat dengan jelas
9. Pergantian perlengkapan dan cairan kateter intravena
Ganti kateter intravena dan selang penghubung termasuk selang piggyback dan stopcock pada dewasa dalam waktu 3x24 jam,kecuali bila ada indikasi klinis
Ganti selang penghubung bila kateter intravena diganti
Ganti selang penghubung yang dipakai untuk memasukkan darah,komponen darah atau emulsi lemak dalam 24 jam dari diawalinya infus
Semua cairan parentral yang mengandung lemak harus diselesaikan dalam waktu 24 jam
10. Pergantian administrasi set
Administrasi set
Administrasi blood,produk,lipid emulsion
Intermiten infusion
: 72 jam :24 jam
: 24 jam
11. Cairan Parenteral
Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan parentral yang mengandung lemak
30
Bila hanya emulsi lemak yang diberikan,selesaikan infuse dalam 12 jam setelah botol emulsi mulai digunakan
12. Port injeksi intravena
Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70% sebelum mengakses system
13. Profilaksis Antimikroba
Jangan memberikan antimikroba sebagai prosedur rutin sebelum pemasangan atau selama pemakaian alat intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau infeksi bakterimia
14. Evaluasi harian mengenai kebutuhan line kateter
Kaji setiap hari,indikasi pemasangan kateter,bila tidak diperlukan,segera lepas kateter
Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Bila pemasangan kateter sentral dalam kondisi emergensi sehingga kesterilan tidak terjamin,maka kateter harus diganti dalam waktu 48 jam
Semua perangkat/set kateter harus diganti jika diduga ada infeksi aliran darah
Lakukan checklist elemen kepatuhan
31
RELOKASI DAN PERGGANTIAN ALAT CATHETER SITE,ADMINISTRASI SET
Alat
Pergantian & relokasi alat
Perggantian cetether site dressing
Pergantian administrasi set
Intravaskuler Peripheral venous catheter
Dewasa : -
-
Dipindahkan
pemasangan dalam
-
Basah,lepas,kotor
darah,komponen
kondisi emergency : 24
-
Pasien diaphoresis
darah,emulsi lemak : 24 jam
catheter
Jika tertutup kasa tebal
-
Heparin lock : 96 jam
-
Pediatric : tidak
kemudian ganti dressing
rekomendasi
kemabali dengan tehnik steril
Peripheal arteri Dewasa : 4 hari
Central
Administrasi set : 72 jam
48-72 jam,jika
jam
catheter
Pada kondisi :
Peditric : tidak rekomendasi
venous Tidak rekomendasi
-
-
-
Administrasi
Intermiten infusion : 24 jam
Untuk visualisasi buka verban
Pada kondisi : -
Dipindahkan
-
Basah,lepas,kotor
-
Pasien diaphoresis
Pada kondisi :
96 jam
Administrasi set : 72 jam
-
Dipindahkan
-
Administrasi
-
Basah,lepas,kotor
darah,komponen
-
Pasien diaphoresis
darah,emulsi lemak : 24 jam
-
Jika ada infeksi lokal
Intermiten infusion : 24 jam
32
Catheter
Pulmonary
Pada kondisi :
5 hari
catheter
Central
Tidak rekomendasi
-
Administrasi
-
Dipindahkan
darah,komponen
-
Basah,lepas,kotor
darah,emulsi lemak : 24 jam
-
Pasien diaphoresis
-
Jika ada infeksi lokal
Pada kondisi : -
Dipindahkan
-
Basah,lepas,kotor
-
Pasien diaphoresis
-
Jika ada infeksi lokal
-
Tidak rekomendasi
hemodialisa
-
Intermiten infusion : 24 jam
72 jam
Catheter khusus untuk hemodialisa
perggantian rutin
catheter
Pada kondisi -
Dipindahkan
-
Basah,lepas,kotor
-
Pasien diaphoresis
Jika ada infeksi lokal Umbilical catheter
Tidak rekomendasi
-
Administrasi darah,komponen darah,emulsi lemak : 24 jam
Intermiten infusion : 24 jam 33
B. PENCEGAHAN VENTILATOR ASSOSIATED PNEUMONIA Pencegahan pneumonia 1. Pendidikan petugas Pendidikan petugas mengenai prosedur pencegahan pneumonia untuk mengurangi lamanya penggunaan ventilasi mekanis dan menurunkan lama hari rawat 2. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak pasien 3. Posisi pasien 30-45 0C,setiap saat,kecuali ada kontra indikasi 4. Menjaga kebersihan mulut pasien secara rutin dengan cara:
Mneyikat gigi setiap 12 jam untuk mencegah terjadinya plaque
Membersihkan mulut tiap 4 jam
Gunakan oral antiseptic yang bebas dari alcohol
5. Penghisapan lendir
Lakukan penghisapan lendir jika diperlukan
Lakukan tindakan aseptik
Gunakan cairan steril untuk membersihkan jika kateter dimasukkan kembali ke ETT
Gunakan APD
6. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Gunakan masker,sarung tangan ketika intubasi,penghisapan lender
Gunakan gaun jika ada prediksi terkena cairan tubuh pasien
7. Dekontaminasi peralatan pernapasan
Peralatan kritikal disterilkan 34
Peralatan semikritikal disinfeksi tingkat tinggi
Peralatan non kritikal dibersihkan,kecuali terkontaminasi darah atau cairan tubuh,lakukan disinfeksi
Semua peralatan pasien sebelum disinfeksi atau disterilkan harus dibersihkan terlebih dahulu
8. Penggunaan ETT
Sebelum melakukan intubasi,laringoscape blade terlebih dahulu di alkoholise
Secapat mungkin extubasi,hindari re-intubasi
9. Sirkuit Ventilator
Ganti sirkuit setiap pasien
Ganti sirkuit pernapasan jika terlihat kotor atau tidak berfungsi (tidak ada rekomendasi penggantia breathing sirkuit)
Tidak membuka sirkuit ventilator secara rutin
Segera buang kondesasi air dalam sirkuit ketempat penampungan (water trapp)
10. Pengobatan
Gunakan antimikroba rasional jika ada indikasi
Selective disgetive decontamination
35
C. PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH Strategi pencegahan Infeksi saluran kemih adalah : 1. Personil
Petugas yang boleh melakukan hanya petugas yang kompeten
Pendidikan dan pelatihan petugas secara periodik
2. Kaji kebutuhan
Pemasangan kateter hanya diperlukan pada keadaan dibawah ini:
a. Retensi urine b. Obstruksi kemih c. Kandung kemih neurogenik d. Inkontenensia urin e. Pasca bedah urologi f. Memonitor output ketat dan atau pada pasien pada kondisi penurunan kesadaran 3. Lakukan kebersihan tangan
Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah pemasangan kateter serta setelah memanipulasi kateter
Pakailah sarung tanganjika memanipulasi kateter atau pengosongan urin bag
4. Pemeliharaan kateter
Fiksasi kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus
Letakkan urin bag lebih rendah dari kandung kemih dan buang tiap 8 jam (pershift)/bila penuh
Tidak meletakkan urin bag dilantai 36
Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat (kingking)
Menjaga system drainase tertutup
Gunakan penampung pembuangan urin untuk satu pasien satu alat
Gunakan aseptic untuk mendapatkan specimen
Lakukan perawatan perinela sehari-hari dan setiap selesai buang air besar
Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase
Jangan menggunakan krim atau serbuk di daerah perineum
Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika tidak dapat mencegah infeksi saluran kemih
5. Tehnik Pemasangan
Gunakan tehnik aseptic saat pemasangan kateter
Kembangkan balon dengan jumlah air steril yang direkomendasikan pabrik
6. Pengambilan specimen
Pengambilan specimen steril dari kateter
Swab port dengan alcohol
Ambil specimen dengan menusukkan jarum kebagian port kateter
Gunakan tehnik steril,masukkan specimen kedalam tempat yang steril dan kirim ke laboratorium
7. Pelepasan kateter
Segera lepas kateter jika tidak diperlukan.Lepas atau ganti semua kateter dalam waktu 24 jam masuk ke rumah sakit
Lepas atau ganti kateter jika timbul gejala 37
D. PENCEGAHAN INFEKSI LUKA OPERASI Kategori operasi yaitu :
Bersih : Luka operasi tidak infeksi,tidak ada inflamasi dan tidak membuka traktus respiratoris/orofaring,traktus gastrointestinal/biliar,traktus genitourinarius dimana kasus luka operasi ini ditutup secara primer serta system drainase tertutup
Bersih
Terkontaminasi
:
Luka
operasi
respiratorius,pencernaan/billiard,appendiks,vagina
yang dan
memasuki/membuka orofaring
(Sectio
traktus Caesarea
diklasifikasikan sebagai Bersih kontaminasi kecuali kalau membrane rupture > 6 Jam)
Terkontaminasi : Luka operasi yang membuka semua system tractus kecuali ovarium dan nyata terjadi pencemaran (peforasi) baru dan luka trauma dan insisi yang akut < 6 Jam – Inflamasi non purulen
Luka kotor : Luka traumatic > 6 jam dengan hilangnya jaringan dan tampak infeksi atau perforasi visceral
Kondisi pasien berdasarkan American Society of Anesthesiologist (ASA Score)
ASA 1 : Pasien sehat
ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan-sedang
ASA 3: Pasien dengan gangguan sistemik berat
ASA 4: Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam kehidupan
ASA 5: Pasien tidak diharapkan hidup walaupun dioperasi atau tidak
Faktor resiko pasien dan operasi yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi adalah 1. Pasien
Umur
Statu Gizi
Diabetes
Peubahan respon imunitas
38
Infeksi ditempat lain
Merokok
Obesitas
Lama rawat inap pra bedah
Kolonisasi mikroorgani
2. Tenik pembedahan
Durasi surgical scrub Antiseptik kulit Pencukuran pra bedah Durasi operasi Profilaksis antimikroba Ventilasi kamar bedah Sterilisasi instrument yang kurang memadai Benda asing dalam luka operasi Drainase bedah Tehnik operasi :haemostasis yang kurang baik,kegagalan untuk menghindari ruang kosong (dead space),trauma jaringan
Strategi pencegahan infeksi luka operasi A. Pre operasi 1. Persiapan pasien
Identifikasi & terapi semua infeksi yang ada sebelum hari operasi elektif dan bilamana perlu tunda hari operasi sampai infeksi tersebut berhasil disembuhkan
Jangan mencukur rambut,kecuali bila rambut menganggu jalannya operasi
Bila diperlukan mencukur rambut,lakukan diruangan satu jam sebelum operasi dan menggunakan pencukur listrik (clipper elektrik)
Kendalikan kadar gula pada pasien diabetes dan terutama hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum operasi
Berhenti merokok 30 hari pra bedah elektif
Mandikan pasien dengan antiseptik sore sebelum operasi
dan pagi hari setelah pencukuran
39
2. Petugas kamar bedah
Petugas yang sakit dilarang masuk kamar bedah
Tidak menderita penyakit infeksi / menular / carrier / perlu perhatian khusus.
Lakukan cuci tangan prabedah sebelum menggunakan sarung tangan steril selama 5 menit dengan antiseptik yang dianjurkan.Cuci tangan,lengan sampai dengan siku
Kuku harus pendek dan tidak menggunakan kutek atau kuku palsu,tidak memakai perhiasan ditangan (cincin,gelang,jam tangan)
Berkerja sesuai dengan prinsip aseptik / antiseptik
Gunakan antiseptik untuk preparasi kulit sebelum operasi
Gunakan baju dan sandal khusus kamar bedah
Gunakan APD sebelum masuk kamar bedah
3. Profilaksis antibiotik
Pemberian antibiotika propilaksis dalam 60 menit sebelum operasi
Propilaksis dalam 24 jam setelah tindakan,khusus jantung 48 jam
B. Intra Operasi 1. Ventilasi kamar bedah
Kelembapan 40-60 %
Suhu 20-25 0 C
Kamar bedah harus selalu tertutup,kecuali untuk lewat alat,personil dan pasien
Batasi personil yang masuk ke kamar bedah ,hanya yang perlu saja.
2. Lingkungan
Tidak direkomendasikan pembersihan khusus atau menutup kamar bedah setelah terkontaminasi operasi kotor
Jangan menggunakan matras perekat pada pintu masuk kamar bedah 40
Bersihkan lantai sesudah operasi terakhir dengan menggunakan cairan desinfektan
Tidak direkomendasikan membersihkan lantai kamar bedah diantara operasi apabila terdapat kontaminasi
Kamar operasi dan seluruh permukaan dibersihkan menggunakan cairan desinfektan (tidak direkomendasikan penggunaan fogging atau Ultra Violet)
3. Mikrobiologi sampling
Jangan lakukan sampling lingkungan rutin dikamar bedah,lakukan sampling mikrobiologi dipermukaan kamar bedah dan udara hanya untuk keperluan penelitian epidemiologis
4. Sterilisasi alat bedah
Sterilkan semua alat bedah di pusat CSSD
Jangan lakukan sterilisasi cepat untuk kenyamanan atau menghemat waktu.
5. Baju bedah dan drapes
Pakai masker yang menutupi seluruh mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah pada saat operasi akan mulai atau apabila ada alat bedah yang dibuka.Pakai masker sepanjang operasi
Pakai topi yang menutupi seluruh rambut kepala dan wajah waktu masuk kamar bedah
Jangan memakai “shoe cover” untuk mencegah ILO
Pakai baju bedah dan “drape” yang kedap air
C. Post Operasi Ada 2 macan luka operasi 1. Tertutup
Rawat luka dengan cara septik dan aseptik 41
Gunakan APD
Luka tutup hanya 48 jam
Rawat luka dengan cairan normal salin
2. Terbuka
Rawat luka bila kotor atau sesuai indikasi.
42
BAB IV PENUTUP Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan surveilans dengan metode aktif,terus-menerus dan tepat sasaran Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN.Untuk itu tenaga IPCN adalah purnawaktu dan sesuai dengan jumlah tempat tidur 1:150.
43
44