Muktamar Iaei Dan Pengembangan Ekonomi Syariah - Agustianto

  • Uploaded by: Edy Ramdan
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Muktamar Iaei Dan Pengembangan Ekonomi Syariah - Agustianto as PDF for free.

More details

  • Words: 1,367
  • Pages: 4
Muktamar IAEI dan Pengembangan Ekonomi Syariah Sumber : Media Indonesia, 25-10-2005 11:37:42 Seputar Mu’tamar, Simposium & Seminar Internasional Mu’tamar ini sangat berkesan bagi saya kata Prof. Mannan, pakar ekonomi Islam Internasional, dari Bangladesh. Saya melihat semangat dan concern para pakar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang hadir disini demikian tinggi, 32 makalah disajikan dalam simposium, dan 6 makalah dalam seminar Internasional dari pakar-pakar luar negeri. Saya berharap Indonesia bisa menjadi kiblat pengembangan ekonomi Islam, dan itu sangat memungkinkan karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim paling besar di dunia, negara anda termasuk negara yang sangat demokratis, dan ummat Islam disini termasuk paling toleran terhadap ummat lain. Diluar dugaan, mu’tamar IAEI ini dihadiri oleh sekitar 450 peserta, yang terdiri dari para pakar dan pemerhati ekonomi syariah dari berbagai daerah, para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, praktisi ekonomi syariah, Ulama, pengusaha, utusan para gubernur, selain organisasi profesi syariah seperti MES, Asbisindo, AASI, PKES, DSNMUI, dan sebagainya, yang juga hadir sebagai mitra IAEI dalam pengembangan ekonomi syariah. Acara ini berlangsung di Medan selama 2 hari, yaitu tanggal 18-19 September 2005, acara dibagi dalam tiga bagian besar: Bagian pertama; Seminar Internasional, dengan pembicara Prof. Dr. M.A. Mannan (Bangladesh), Dr. Moustofa Desuki (Universitas Al-Azhar Mesir), Prof. Dr. Sudin Haroun (UUM Malaysia), Prof. Dr. Aslam bin Hanif (IIUM Malaysia), Prof Madya Dr. Gaffar Ismail (UKM Malaysia), dan Dr. Mustafa Edwin Nasution (UI Indonesia). Bagian kedua; Simposium, dibagi dalam 4 kelompok dengan menampilkan 32 pemakalah dalam negeri, meliputi berbagai aspek dan thema ekonomi syari’ah yang cukup menarik, mulai dari masalah zakat sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, rekonstruksi dan permasalahan seputar perbankan syariah, pengembangan Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) melalui Lembaga keuangan Syariah, Masalah etika dalam profesi akuntansi, tentang wakaf dan pemberdayaan ekonomi umat, pentingnya kembali kemata uang dinar dirham, obligasi syariah, pasar modal syariah, asuransi syariah, good government dalam lembaga keuangan syariah, kurikulum ekonomi Islam, sampai kepada aspek regulasi dan advokasi dalam ekonomi syariah. Bagian Ketiga; Mu’tamar IAEI, pada bagian ini terasa nuansa yang sangat menarik, jauh berbeda dengan kebiasaan mu’tamar dalam ormas-ormas Islam atau partai politik, yang biasanya diwarnai perdebatan dan perebutan jabatan. Penyelenggaraan Mu’tamar IAEI diwarnai suasana ukhuwah Islamiyah yang tinggi, suasananya lebih banyak mikir dari pada berdebat sebagaimana layaknya forum para pakar, nuansa perdebatan yang santun sangat dominan terutama dalam simposium dan rapat-rapat komisi, kemudian mu’tamar diakhiri dengan pengukuhan pengurus pusat yang dipilih dengan susah payah membujuk mereka agar bersedia menjadi pengurus. Hal yang terjadi bukan sebaliknya, saling berebut atau membuat pengurus tandingan karena

kelompoknya tidak terpilih. Mereka takut dengan sindiran Allah SWT dalam al-Qur’an , tahsabuhum jami’an wakulubuhum syatta (kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka bercerai berai). Ini sindiran kepada orang-orang muslim ”yang pandai berkumpul dan pandai pula berpecah”. Mereka lihai berorganisasi, berkumpul dan sepertinya mereka itu bersatu padahal mereka sebenarnya saling bermusuhan satu sama lain. Perdebatan Konsep Ekonomi Syariah Sejumlah konsep cemerlang dan cerdas muncul dalam seminar internasional, simposium dan mu’tamar ini, diawali ketika pembukaan yang dilakukan oleh Meneg BUMN Sugiharto, yang juga sebagai ketua Dewan Penasehat IAEI, dalam mewakili presiden membuka acara ini. Beliau melontarkan gagasan perlunya penggunaan mata uang berbasis emas dinar dan dirham untuk mengatasi ketidakstabilan kurs rupiah sekarang dan dimasa yang akan datang. Sugiharto meminta IAEI untuk mengkaji dan merumuskan praktek penggunaan mata uang dinar dan dirham ini dalam sistem moneter di Indonesia, dan mengusulkan agar IAEI menjelaskan secara langsung kepada presiden tentang hal ini. Dinar dan dirham merupakan mata uang Romawi yang telah lama digunakan berbagai negara sejak ribuan tahun yang lalu. Hingga kini mata uang itu telah menunjukkan ketangguhannya karena tidak pernah mengalami depresiasi akibat inflasi. Harga ayam sejak zaman Nabi SAW sampai sekarang hampir sama yakni mendekati satu dirham. Ini berarti sudah 1400 tahun inflasi mendekati nol. Saat ini, kata mas Sugih, bahkan beberapa negara non-muslim sudah mulai mengkaji kembali penggunaan mata uang berbasis emas. Mereka menyadari bahwa gonjang-ganjing ekonomi dunia saat ini bisa dimitigasi bila semua transaksi uang mempunyai underlying dalam bentuk emas. Prof Mannan, pakar ekonomi Islam Internasional dari Bangladesh, seolah tidak mau kalah, ia pun melontarkan gagasan cerdas, Wakaf Uang (Cash Waqf). Prof Mannan mengatakan bank syari’ah harus diberi kesempatan mengelola wakaf uang (cash waqf ). Peraturan atau hukum positif yang membatasi peran bank mengelola dana wakaf harus diubah. Hukum dibuat untuk kesejahteraan, karena itu harus disesuaikan dengan kepentingan manusia. Hukum ada karena kita ada, lagi pula dari sisi pengawasan, pengelolaan wakaf secara profesional melalui instrumen perbankan jauh lebih hati-hati karena akan diawasi oleh bank sentral. Mannan mengatakan beberapa tahun yang lalu gagasan ini masih dianggap skeptis di kalangan ahli ekonomi syariah, namun tahun 2003 dan 2004 sudah ada undang-undang tentang zakat dan wakaf di beberapa negara. Prof Mannan memulai gagasannya ini dengan memberi contoh mengeluarkan 50.000 dollar dari dompetnya, sebagai wakaf tunai yang pertama, disusul Prof Sofyan Safri sebagai moderator, lalu pengurus IAEI lainnya. Pemerintah Indonesia perlu terus menerus didorong untuk bisa segera menerbitkan berbagai instrumen syari’ah, sukuk atau obligasi negara syariah, mengemuka dalam simposium untuk segera diterbitkan, jika tidak kita akan tertinggal dengan Singapura. ”Syekh” Gho Chok Tong, Perdana Menteri Singapura, telah menyiapkan berbagai macam instrumen lembaga keuangan syariah dalam rangka untuk menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan ekonomi syariah. Malaysia sudah melangkah jauh, terutama dalam rangka menarik dana dari Timur Tengah. Dalam

kesempatan diskusi dengan Syekh Dr Moustafa Desuki salah satu pembicara dari Universitas Al Azhar Kairo, beliau mengatakan Timur Tengah tengah bermandikan dollar terutama dengan naiknya harga minyak dunia. Selain itu, sejak peristiwa 11 September, sebagian besar dana Timur Tengah di tarik dari Amerika, jumlahnya mencapai 1,4 triliun dollar AS. Amerika tengah berusaha untuk menarik kembali dana ini, jika kita tidak menyiapkan instrumen syariah yang menarik bagi mereka, tidak tertutup kemungkinan dana ini kembali ke Amerika, walaupun Syekh Moustafa tidak yakin dengan hal ini. Rekomendasi & Blueprint Mu’tamar selain mengukuhkan AD/ART dan Program Kerja empat tahun kedepan, juga menghasilkan sebuah draft rekomendasi & blueprint ekonomi Indonesia, yang disebutnya dengan ”Rekomendasi Ekonomi Indonesia”. Rekomendasi ini akan dimatangkan kembali di Jakarta bersama organisasi profesi syari’ah lainnya, seperti MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), DSN-MUI (Dewan Syari’ah Nasional), Asbisindo (Asosiasi Bank Islam Indonesia), AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia), PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), dan sebagainya, sebelum konsep ini dibawa ke presiden. Rekomendasi dan blueprint ini perlu dikomunikasikan juga dengan pihak-pihak yang selama ini concern dengan pengembangan ekonomi syariah, karena organisasiorganisasi syari’ah diatas, sebagian telah menyiapkan juga blueprint sesuai dengan kekhasan profesinya masing-masing. Karena itu Aries Mufti sebagai narasumber utama dalam merumuskan blueprint di atas, mengusulkan untuk di lakukan koordinasi dengan semua pihak, dan MES ditunjuk sebagai fasilitator untuk mengumpulkan mereka. Visi dari rekomendasi ini adalah: ”Indonesia Baru Dengan Sistem Ekonomi Yang Berkeadilan Menuju Kesejahteraan Ummat dan Bangsa”. Visi ini akan mengarahkan Indonesia sebagai : (1) Perekonomian yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan bangsa, (2) Kekuatan yang memelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai bangsa lainnya dalam menegakkan nilai dan sistem ekonomi yang berkeadilan dalam masyarakat madani. Sedangkan misinya adalah : (1) Membangun sistem perbankan dan finansial nasional non ribawi, (2) Membangun sistem zakat yang kokoh sebagai garda terdepan kebijakan fiskal, (3) Membangun sistem dinar Islam, (4) Membangun kerjasama aktif dengan berbagai negara dan institusi internasional untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan negara-negara muslim di seluruh dunia, (5) Membebaskan rakyat dari belenggu kemiskinan serta mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai insan manusia. Ada 9 (sembilan) butir rekomendasi dengan uraian yang telah dibuat secara rinci. Kesembilan butir tersebut secara garis besar meliputi: (1) Kerangka Makroekonomi, (2) Sektor Perbankan dan Finansial, (3) Sektor Industri dan Perdagangan, (4) Sektor Pertanian, Agroindustri dan Pertambangan; ((5) Sektor Usaha Kecil dan Menegah dan Koperasi (UKMK); (6) Reformasi Ekonomi; (7) Birokrasi dan Penegakkan Hukum; (8) Pembangunan Berkelanjutan; dan (9) Pengentasan Kemiskinan. Sayang sekali, Seminar Internasional, Simposium, dan Mu’tamar ini, tidak sempat disaksikan oleh salah satu penggagasnya, almarhum Tengku Rizal Nurdin, Gubernur Sumatera Utara yang ikut meninggal dalam kecelakaan Mandala Air Lines 5 september

2005 yang lalu. Atas segala peran, upaya, perhatian, tenaga dan pikiran beliau dalam menggerakkan ekonomi syariah di Sumatera Utara, IAEI diawal acara, menganugerahkan penghargaan sebagai “ Tokoh Penggerak Gerakan Ekonomi Syari’ah Sumatera Utara”. Dia telah pergi, dengan membawa nama harum di puncak karirnya, semoga Allah SWT menerima disisi-Nya. Sumber : Media Indonesia Penulis: Muhammad Syakir Sula; Wakil Ketua Umum IAEI dan Sekjen MES. DIPOSTING OLEH Agustianto | April 28, 2008

Related Documents


More Documents from "radhitya purwa nugraha"