Mengapa Sbi Syariah - Agustianto

  • Uploaded by: Edy Ramdan
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mengapa Sbi Syariah - Agustianto as PDF for free.

More details

  • Words: 702
  • Pages: 2
Mengapa SBI Syariah ? Agustianto Latar belakang. Selama ini instrumen yang digunakan adalah SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), Namun bagi bank-bank syariah, instrumen ini tidak menguntungkan, karena bonusnya kecil, sekitar 3 – 4 persen, sedangkan bank konvensional mendapat bunga SBI sebesar 8 %. Hal ini tentu tidak kondusif bagi bank syariah ketika terjadi kelebihan likuiditas, karena itulah Bank Indonesia merubah skimnya menjadi ju’alah dengan nama SBI Syariah. Konsep Fiqh. Menurut fiqh muamalah, ju’alah ialah pemberian fee (hadiah) kepada pihak yang berhasil memenangkan (melaksanakan) suatu pekerjaan atau prestasi tertentu. Para ulama membolehkan ju’alah berdasarkan Alquran surah Yusuf : 32 tentang kisah Nabi Yusuf yang mengatakan, “Siapa yang dapat mengembalikan piala raja yang hilang, maka ia akan memperoleh (hadiah) makanan seberat beban unta dan aku menjaminnya”. Bank syariah yang berhasil memenangkan lelang SBI syariah akan diberi fee (ujrah), hadiah oleh Bank Indonesia sebesar SBI biasa, yakni 7.97 % atas jasanya membantu pengendalian dan pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia Pemberian ini didasarkan pada prinsip ju’alah. Dalam perspektif ushul fiqh, pemberian itu dapat pula dipandang sebagai hajat bahkan darurat dan karena itu ia digolongkan sebagai maslahah. Al-Hajah qad Tanzilu Manzilatat Dharurah. Hajat tersebut ialah untuk mendukung dan membantu bank-bank syariah yang masih bayi agar bisa lebih kompetitif dan bersaing dengan bank konvensional. Jika tidak dilakukan hal tersebut, maka bank-bank syariah akan semakin menurun daya saingnya dan tidak kompetitif di tengah masyarakat yang rasional. Regulasi SBI Syariah yang didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 diharapkan akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury perbankan syariah yang ditargetkan sebesar 5 persen pada akhir 2008. Dengan SBI Syariah ini juga diharapkan Bank syariah akan agresif dalam memperbesar dana pihak ketiga (DPK) karena bisa diinvestasikan dalam berbagai instrumen saat ini Namun harus dicatat, kondisi pemberian hadiah melalui skim jualah ini seharusnya tidak permanen, tetapi sementara saja, misalnya, sampai market share perbankan syariah mencapai 10 atau 20 %. Selain itu, Bank Indoneia harus membuat aturan dan konsisten menerapkannya, yaitu ; bank syariah yang dibenarkan ikut lelang SBI Syariah hanyalah bank-bank syariah yang FDRnya mencapai 80 %. Jika FDRnya di bawah angka tersebut tidak dibenarkan ikut lelang SBI Syariah. Tujuan pembatasan ini agar fungsi intermediasi bank syariah tetap berjalan secara baik dan tetap melakukan pembiayaan ke sektor riil. Jadi, penerbitan SBI Syariah tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBI syariah ketimbang menyalurkannya ke riel sector. SBI Syariah hanya sebagai instrumen alternatif sementara ketika bank mengalami over

likuiditas. Catatan selanjutnya ialah bahwa SBI tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder sebagaimana yang diatur PBI No 10/XI/2008, Namun Sertifikat ini dapat diagunkan kepada BI. Perspektif Islamic Economics Namun dari perspektif ilmu ekonomi Islam murni, konsep SBI Syariah yang memakai skim ju’alah kelihatannya mengandung unsur riba, sebab terjadi ziyadah (pertambahan) tanpa adanya iwadh (aktivitas sector riil), karena itu kita megusulkan kepada Bank Indonesia agar di masa depan, Bank Indonesia membuat regulasi dan aturan tentang instrumen pengendalian moneter syariah yang bebas dari hadiah dan riba. Caranya ialah, dana SBI tersebut harus diinvestasikan oleh BI ke sector produktif, misalnya ke pasar modal atau ke reksadana syariah atau jika dimungkinkan ke sektior usaha (riil) secara langsung. Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah dan DPR harus merubah / mengamandemen Undang-Undang Bank Indonesia yang ada. Syariah complience ? Memang secara scientific ekonomi Islam, SBI Syariah kelihatannya mengandung riba, namun kondisi actual saat ini mendesak dan menuntut untuk membela dan berpihak kepada bank syariah yang masih kecil dan baru tumbuh. Secara qaidah fiqh, darurat itu membuka pintu kebolehan secara syariah (Adh-Darurah Tubihul Mahzhurat.) Analogikan kepada ijtihad Umar pada kasus pembagian harta ghanimah, tidak memberi zakat kepada muallaf, dan tidak memotong tangan pencuri. Kehadiran SBI Syariah juga dimaksudkan untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah yang sekian lama masih berkisar 1,7 % dari total asset perbankan nasional. Kalau untuk murni syariah 100 % dalam kondisi tertentu memang terasa sulit. Proses menuju syariah secara sempurna harus dilakukan secara bertahap. Qaidah Fiqh berbuyi, Ma La Yudraku kulluh la yutraku kulluh. (sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan secara sempurna (100%), jangan ditinggalkan semuanya. Jadi, jika bank syariah belum sempurna 100% melaksanakan syariah, jangan tinggalkan bank syariah, lalu semua kita kembali ke bank konvensional. Harusnya kita lebih memilih bank yang syariahnya 90 %, dibanding bank yang sama sekali ribawi. DIPOSTING OLEH Agustianto | April 15, 2008

Related Documents


More Documents from "Edy Ramdan"