BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada transformasi sel epitel serviks, pada mulanya terjadi lesi pre kanker kemudian menjadi frank cancer (Hyacinth et al., 2012). World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian terbanyak di dunia. Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks dan 7,6 juta jiwa diantaranya meninggal dunia (Depkes, 2012). Kanker serviks hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang terjadi dengan angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di Indonesia. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut dan keadaan umum yang lemah, serta lemahnya status sosial ekonomi yang terjadi pada sebagian besar pengidap kanker serviks mempengaruhi prognosis dari penderita kanker serviks. Tinggi rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks yang sebenarnya dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan preventive bagi wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti menggunakan Pap Smears dan inspeksi visual asetat (IVA) (Rasjidi dan Sulistiyanto, 2008 ; Rositch et al., 2012). Pada tahun 2011, data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, didapatkan kasus kanker serviks sekitar 19,5% dari 168 kasus keganasan pada wanita. Pada tahun 2012 terdapat 87 orang, pada tahun 2013 terdapat 109 orang. Data dari rekam medic menunjukkan bahwa kasus
1
2
kanker serviks merupakan peringkat 2 tertinggi kasus kejadian kanker RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tahun 2013. 1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan ca cerviks 1.2.2
Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi ca cerviks b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi ca cerviks c. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi ca cerviks d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi ca cerviks e. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik ca cerviks f. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan ca cerviks g. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan askep ca cerviks
3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Ca Cerviks 1.1.1
Defenisi Kanker leher rahim adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker leher rahim terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali. (Emilia, 2010). Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan seksual lebih dari 1 orang, dan adanya riwayat infeksi berpapil. Karena hubungannya erat dengan
infeksi
HPV,
wanita
yang
menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive)
mendapat dan
atau
penderita
HIV lebih beresiko menderita kanker serviks (Aziz et al., 2006). 1.1.2
Etiologi Penyebab kanker leher rahim adalah Human Papilloma Virus (HPV) atau virus papiloma manusia. Virus ini ditemukan pada 95 % kasus kanker leher rahim. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tipe 16 dan 18 ( paling sering di Indonesia ) serta tipe 31, 34, 45, dan lain-lain (Depkes RI, 2009). HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut (skin to skin genital contact). Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko untuk terkena kanker leher rahim (Emilia, 2010).
4
1.1.3
Klasifikasi Berdasarkan stadium (sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1) STADIUM
KRITERIA
0
Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel
I
Proses terbatas pada serviks dan uterus
Ia
Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib
Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.
II
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
Iia
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.
Iib
Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai ke dinding panggul.
III
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai dinding panggul.
IIIa
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding panggul.
IIIb
Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan
5
dinding panggul, atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau hidronefrosis. IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh.
1.1.4
Iva
Telah bermetastasis ke organ sekitar
Ivb
Telah bermetastasis jauh
Patofisiologi Virus HPV menginfeksi membrana basalis pada daerah metaplasia dan zona transformasi serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya berkembang biak virus ini akan meninggalkan sekuensigenomnya pada sel inang. Genom HPV berupa episomal (bentuk lingkaran dan tidak terintegrasi
dengan
DNA
inang)
dijumpai
pada
CIN
dan berintegrasi dengan DNA inang pada kanker invasif. Pada percobaan invitro HPV terbukti mampu mengubah sel menjadi immortal (Aziz et al., 2006). Tipe HPV paling berisiko adalah tipe 16 dan tipe 18 yang mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-protein penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk
gen
retinoblastoma
(pRb)
menjadi
tidak
aktif.
P53
dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. Dengan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa
6
harus memperbaiki kelainan DNA-nya. Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya kanker (Aziz et al., 2006).
1.1.5
Manifestasi klinis Tanda dan gejala dini pada kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak lebih banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan. Umumnya tanda ini sangat minimal dan sering diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah sebagai berikut: a. Perdarahan bercak yang berulang baik perdarahan setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Perdarahan menjadi lebih sering, lebih banyak dan berlangsung lebih lama. b. Sekret
vagina
yang
berabu
terutama
pada
masa
nekrosis
lanjut. Nekrosis ini terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik. c. Pada stadium lanjut tumor sudah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis (Aziz et al., 2006) 1.1.6
Komplikasi a. Pendarahan b. Kematian janin c. Infertil d. Obstruksi ureter e. Hidronefrosis f. Gagal ginjal g. Pembentukan fistula h. Anemia i. Infeksi sistemia j. Trombositopenia
7
1.1.7
Web of cautions
1.1.8
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis STADIUM
PENATALAKSANAAN Biopsi kerucut
0
Histerektomi transvaginal
Ia
Biopsi kerucut
8
Histerektomi transvaginal Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan Ib,Iia
evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV
Histerektomi transvaginal Radioterapi
IVa, Ivb
Radiasi paliatif Kemoterapi
1.1.9
Asuhan Keperawatan Ca Cerviks 1.
Pengkajian a.
Pengumpulan Data 1) Identitas a) Identitas klien Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnose medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM dan alamat. b) Identitas Penanggung Jawab Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat
2. Riwayat Kesehatan 1.
Keluhan utama Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
2. Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
9
3. Riwayat penyakit dahulu Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. 4. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain. 5. Riwayat psikososial Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks. Kanker serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. 3. Pemeriksaan Fisik Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV 1) Kepala Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan 2) Mata Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea 3) Hidung Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman 4) Mulut Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi 5) Telinga kelainan bentuk, keadaan dan fungsi 6) Leher Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid 7) Daerah dada
10
Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi nadi dan TD. 8) Abdomen Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan 9) Genetalia eksterna Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan kebersihan 10) Ekstremitas Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan. 4. Pemeriksaan diagnostik a. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear b. Biopsi c. Konisasi d. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) e. Mendiagnosis serviks dengan kolposkop f. Vagina inflammation self test card g. Schillentest h. Kolpomikroskopi i. Gineskopi Diagnosa keperawatan Pre-medikasi 1. Nyeri berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks Pasca-medikasi 1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan penampilan akibat efek samping kemoterapi 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif 3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
11
4. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi Intervensi No
1
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tujuan Dan Criteria Hasil
Intervensi
NOC : NIC : a. Pain Level, Pain Management b. Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri c. Comfort level secara komprehensif Kriteria Hasil : termasuk lokasi, d. Mampu karakteristik, durasi, mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor (tahu penyebab presipitasi nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal menggunakan dari ketidaknyamanan tehnik 3. Gunakan teknik komunikasi nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang bantuan) mempengaruhi respon nyeri e. Melaporkan bahwa 5. Evaluasi pengalaman nyeri nyeri berkurang masa lampau dengan 6. Evaluasi bersama pasien dan menggunakan tim kesehatan lain tentang manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol f. Mampu mengenali nyeri masa lampau nyeri (skala, 7. Bantu pasien dan keluarga intensitas, untuk mencari dan frekuensi dan menemukan dukungan tanda nyeri 8. Kontrol lingkungan yang g. Menyatakan rasa dapat mempengaruhi nyeri nyaman setelah seperti suhu ruangan, nyeri berkurang pencahayaan dan kebisingan h. Tanda vital dalam 9. Kurangi faktor presipitasi rentang normal nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15. Tingkatkan istirahat 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur 8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) 2
cemas berhubungan dengan kurang
NOC : i. Anxiety control
NIC : Anxiety Reduction (penurunan
13
pengetahuan dan hospitalisasi
j. Coping Kriteria Hasil : - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas - Vital sign dalam batas normal - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
kecemasan) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 6. Dorong keluarga untuk menemani anak 7. Lakukan back / neck rub 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi 13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
14
BAB 3 GAMBARAN KASUS
3.1 Pengkajian 3.1.1
Informasi umum
a. Nama
: Ny. N
b. Umur
: 46 tahun
c. Ttl
: 01 Agustus 1972
d. Jenis kelamin
: Perempuan
e. Agama
: Islam
f. No. RM
: 00951409
g. Tanggal masuk
: 11 Maret 2019
h. Tanggal pengkajian : 18-20 Maret 2018 i. Hari rawat ke
3.1.2
:7
Keluhan utama Pasien mengatakan tidak bisa BAK secara normal, pasien mengatakan terpasang kateter yang langsung ke ginjal, terdapat luka insisi post nefroktomi kanan, pasien mengatakan nafsu makannya juga menurun, serta pasien mengatakan cemas akan dilakukan operasi lagi pada ginjal kirinya, pasien mengatakan takut tidak bisa bergerak lagi, dan pasien mengatakan akan bertambah penderitaannya. Pada hari kedua setelah pemasangan CDL pasien mengeluhkan nyeri yang terasa ngilu pada area pemasangan CDL.
3.1.3
Riwayat penyakit saat ini Pasien masuk RS tanggal 11 maret 2019 dengan riwayat ca cerviks sudah terdiagnosa sejak 2 tahun terakhir ditambah dengan anemia dan CKD
3.1.4
Riwayat kesehatan sebelumnya Pasien mempunyai riwayat ca cerviks komplikasi ke ginjal
15
3.1.5
Riwayat kesehatan keluarga (Genogram) Keluarga pasien tidak ada riwayat ca cerviks sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
3.1.6
Keadaan umum
a. Kesadaran/GCS: Composmentis E= 4 M=5 V=6 Total= 15 b. Tanda-tanda vital: -
TD: 120/80 mmHg
-
RR: 20 x/menit
-
N: 80 x/menit
-
S: 36oc
b. BB/TB: 50 kg/163 cm
3.1.7
Pengkajian Head to toe
1. Kepala a. Rambut & kulit kepala Rambut pasien pendek dan rapi, warna hitam dan halus, pasien mengatakan tidak ada keramas selama dirawat. Bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi pada kulit kepala, tidak ada massa dikepala, tidak terdapat nyeri tekan pada kepala, wajah simetris, wajah tampak pucat. b. Mata Mata simetris kiri dan kanan, distribusi bulu mata dan alis baik, tidak terdapat nyeri tekan pada sekitar mata, tidak terdapat lesi disekitar mata, konjungtiva anemis, pergerakan bola mata normal, pupil bereaksi terhadap cahaya 2/2 mm mata kiri dan kanan, isokor.
16
c. Telinga Telinga simetris kiri dan kanan, telinga tampak bersih, tidak ada cairan/perdarahan pada telinga, kemampuan pendengaran baik, tidak terdapat nyeri tekan pada tulang mastoid. d. Hidung Hidung simetris antara kiri dan kanan, kartilago hidung utuh, tidak terdapat lesi pada hidung, tidak terdapat massa pada hidung, tidak terdapat nyeri sinus, pasien tidak terpasang NGT dan tidak terpasang selang oksigen. e. Mulut Bibir simetris, mulut dan gigi kurang bersih, bibir tampak pucat, tidak terdapat lesi pada bibir, pasien tidak memakai gigi palsu. 2. Leher Leher simetris, tidak terdapat massa, tidak terdapat lesi, tidak teraba pembesaran tiroid, trakea simetris, tidak terdapat distensi vena jugularis. 3. Dada a. Paru-paru -
Inspeksi Bentuk dada normochest, tidak terdapat lesi pada dada, ekspansi paru kiri dan kanan simetris, tidak terdapat hiperpigmentasi pada dada.
-
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak teraba massa, taktil framitus simetris kiri dan kanan.
-
Perkusi Suara perkusi sonor.
-
Auskultasi Suara nafas vesikuler, terdengar normal disemua lapang paru.
b. Jantung -
Inspeksi Iktuscordis tidak terlihat
17
-
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan, teraba denyut appeks
-
Perkusi Bunyi redup disetiap batas jantung dan pekak pada area hati
-
Auskultasi S1 lebih keras dari s2 reguler, tidak ada suara jantung tambahan.
4. Payudara dan aksila Payudara tampak simetris kiri dan kanan, aerola berwarna kecoklatan, nipple sebelah kanan dan sebelah kiri menonjol, tidak terdapat lesi disekitar payudara, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran nodus limfatikus aksila, payudara tidak tampak tegang. 5. Tangan Tangan simetris, jari tangan utuh, CRT < 3 detik, tidak terdapat lesi pada tangan, tidak terdapat massa pada lengan, tidak terdapat pembengkakan di daerah pemasangan infus sebelah kiri, akral teraba hangat, turgor kulit tanagan elastis, tidak terdapat clubbing finger. 6. Abdomen -
Inspeksi Perut tampak datar, terdapat striae, tidak terdapat pembengkakan, dan tidak ada lesi. Terdapat luka insisi post nefroktomi tertutup perban pada perut samping kanan pasien yang terdapat selang kateter.
-
Palpasi Abdomen teraba supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa.
-
Perkusi Bunyi perkusi timpany di setiap kuadran abdomen
-
Auskultasi Bising usus 10 x/menit di setiap kuadran abdomen.
7. Genitalia dan perkemihan Genital tampak bersih, distribusi rambut pubis tipis, tidak terdapat massa pada area pubis, tidak terdapat lesi, pasien tidak memakai pembalut, pasien tidak bisa BAK melalui genitalia, pasien BAK langsung menggunakan selang
18
kateter yang masuk ke ginjal melalui hidronefrosis warna urin kuning jernih, pasien memakai kateter yang langsung ke ginjal. 8. Rektum dan anus Anus bersih, daerah anus berwarna gelap, terdapat hemoroid grade 3-4, tidak nyeri dan tidak terdapat perdarahan pada anus. 9. Kaki Kaki tampak simetris kiri dan kanan, terdapat CDL pada paha kanan yang baru di pasang pada hari selasa tanggal 19 maret 2019, pasien mengatakan ngilu pada area pemasangan CDL, tidak ada lesi didaerah kaki, tidak terdapat massa, suhu akral teraba dingin, turgor kulit kaki elastis, CRT < 3 detik. 10. Punggung Bentuk punggung normal, tidak terdapat lesi pada punggung, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat massa.
3.1.8
Pola istirahat dan tidur Pasien mengatakan kurang bisa tidur jika panas pada malam hari. Saat sebelum sakit pasien tidur ± 7-8 jam/hari. Selama dirawat pasien bisa tidur nyenyak selama ± 6-7 jam.
3.1.9
Pola aktivitas harian Pasien dianjurkan tidak banyak bergerak setelah pemasangan CDL pada tanggal 19 maret 2019, pasien personal hygiene dibantu keluarga, pasien mampu makan sendiri dibantu mengambilkan oleh keluarga.
3.1.10 Cairan, nutrisi eliminasi a. Jenis diit
: makanan padat
b. Makanan berat
: 3 kali/hari
c. Makanan selingan : 3 kali/shift Pasien makan nasi seringnya tidak habis, nafsu makan bekurang, makanan selingan yang sering dimakan pasien adalah roti tawar + selai dan buah - buahan.
19
3.1.11 Psiko-sosial-spiritual Ekspresi tampak sedikit tegang, pasien mudah tersenyum dan suka bercanda, reaksi terhadap penyakit baik, pasien hanya cemas bila akan dilakukan operasi lagi di ginjal kanan nya karena pasien takut tidak dapat bergerak bebas lagi setelah dilakukan operasi.
3.1.12 Hasil pemeriksaan laboratorium Tanggal : 17 Maret 2019 a. Hemoglobin
: 9.8 g/dl (L)
b. Leukosit
: 14.18 10^3 /uL (H)
c. Trombosit
: 238 10^3 /uL
d. Eritrosit
: 3.63 10^6 /uL (L)
e. Hematokrit
: 30.5 %
f. Ureum
: 146 mg/dl (H)
g. Kreatinin
: 4.84 mg/dl (H)
3.1.13 Hasil Radiologi Kesan : Tidak tampak metastase pada hepar Tumor residif pada cavum pelvis Hydronephrosis dekstra grade 3 Hydronephrosis sinistra grade 2
3.1.14 Medikasi yang diberikan No
Nama obat
Dosis
Rute
1
Ondansentron
3 x 8 mg
IV
2
Kalnex
3 x 500 mg
IV
3
Asam folat
3x1
Oral
4
Curcuma
3x1
Oral
20
3.2 Analisa data No 1
Data DS: - Pasien mengatakan tidak bisa BAK melalui kemaluan, urine langsung dari ginjal dengan hidrnefrosis DO : - Terpasang selang kateter langsung ke ginjal - Warna urin kuning jernih ±1000cc - Produksi urin dari ureter tidak ada - Pasien tidak merasakan keinginan untuk berkemih - Ureum : 146 mg/dL - Kreatinin: 48,8 mg/dL
Etiologi Ca cerviks ↓ Metastase ke ginjal ↓ Hidronefrosis ↓ Tersumbatnya kandung kemih ↓ Akumulasi urine di ginjal ↓ Dilakukan pemasangan kateter langsung melalui ginal ↓ Urine keluar melalui selang kateter ↓ Pasien tidak bisa BAK secara normal
Masalah keperawatan Gangguan eliminasi urine
2.
DS : Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, seringnya makanan diberikan RS tidak habis.
Ca cerviks ↓ Post radioterapi ↓ Anoreksia ↓ Penurunan nafsu makan ↓ Nutrisi kurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ca cerviks ↓ Metastase ke ginjal ↓ Hidronefrosis ↓ Akan dilakukan operasi ginjal ↓ Takut tidak dapat beraktivitas lagi
Ansietas
3.
DO : - Makanan tidak habis - BB : 50 kg - TB : 163 cm - Membran mukosa pucat - Mual DS : - Pasien mengatakan cemas bila akan dilakukan operasi lagi di ginjal kanan nya karena pasien takut tidak dapat bergerak bebas lagi setelah dilakukan operasi. DO : - Kadang tampak gelisah - Kontak mata kurang baik - Takut akan dioperasi
21
-
4
lagi Mengalihkan pembicaraan ditanya penyakitnya
saat tentang
Ds : - Pasien mengatakan ngilu pada paha kanan area pemasangan CDL - P : pemasangan CDL - Q : ngilu seperti berdenyut - R : paha kanan area pemasangan CDL - S : skala nyeri 3 - T : pada saat bergerak Do: - Pasien tampak meringis - Pasien tampak sulit bergerak - Ekspresi nyeri terlihat ketika bergerak. - TD: 120/80 mmHg - RR: 20 x/menit - N: 80 x/menit - S: 36oc
Pemasangan CDL ↓ Insisi pemasangan CDL ↓ Terputusnya kontiniutas jaringan sekitar ↓ Korteks serebri mempersepsikan nyeri ↓ Nyeri paha kanan
Nyeri akut
3.3 Diagnosa keperawatan a. Gangguan eliminasi urine b.d obstuksi mekanik, penyebab multiple b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini (takut operasi ginjal kembali) d. Nyeri akut b.d agen cedera fisisk (insisi post pemasangan CDL)
3.4 Intervensi keperawatan No 1
Diagnosa keperawatan Gangguan eliminasi urine b.d obstuksi mekanik, penyebab multiple
NOC
NIC
Setelah dilakukan asuhan Perawatan retensi urine keperawatan 2 x 24 jam 1. Lakukan penilaian gangguan eliminasi urine kemih yang dapat teratasi dengan KH: komprehensif - Kandung kemih berfokus pada kosong secara penuh inkontinensia urine - Tidak ada residu urine (misalnya, urin
22
-
2.
Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
Ureum dan kreatinin dalam batas normal Mampu berkemih secara normal Bebas dari ISK
output, pola berkemih, masalah kencing praeksisten) 2. Memasukkan kateter kemih 3. Memantau penggunaan obatobatan dengan sifat antikolinergik 4. Memonitor efek obat-obatan Terapi Hemodialisa 1. Ambil sampel darah dan cek komponen kimia darah : ureum, kreatinin, Na+, K+ sebelum memulai HD. 2. Catat tanda – tanda vital dan BB 3. Jelaskan prosedur HD dan tujuannya 4. Lakukan HD sesuai prosedur 5. Kolaborasi pemberian asam folat. Setelah dilakukan asuhan Manjemen nutrisi keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji adanya alergi kebutuhan nutrisi dapat makanan terpenuhi dengan KH : 2. Anjurkan pasien - BB ideal sesuai TB untuk meningkatkan - Mampu konsumsi protein dan mengidentifikasi vitamin c kebutuhan nutrisi 3. Yakinkan diet yang - Tidak ada tanda – dimakan tinggi serat tanda malnutrisi untuk mencegah - Tidak terjadi konstipasi penurunan BB yang 4. Berikan informasi berarti tentang kebutuhan nutrisi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 6. Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan
23
3.
Ansietas b.d ancaman status terkini (takut akan dioperasi ginjal kembali)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam gangguan eliminasi urine dapat teratasi dengan KH : - Pasien mampu mengungkapkan kecemasan - Ekspresi wajah dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan - TTV dalam batas normal
4
Nyeri akut b/d agen cidera fisik (pemasangan CDL)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam gangguan eliminasi urine dapat teratasi dengan KH: - Mampu mengontrol nyeri - Melaporkan nyeri berkurang atau hilang - Mampu mengatasi nyeri - Skala nyeri berkurang - TTV dalam batas normal
Penurunan kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 6. Dorong keluarga untuk menemani pasiean 7. Dengarkan dengan penuh perhatian 8. Identifikasi tingkat kecemasan 9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 11. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, bila perlu Manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri. 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
24
4. 5.
6.
7.
8.
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Ajarkan tentang teknik non farmakologi Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat
3.5 Implementasi Hari/ Tanggal Senin, 18 Maret 2019
No. Diagnosa
Implementasi
SOAP
I
1. Melakukan penilaian kemih Urin output dinas sore : 1000cc, melalui kateter yang langsung ke ginjal 2. Mengatur posisi pasien 3. Memantau penggunaan obat-obatan 4. Menganjurkan pasien banyak minum air putih 5. mencatat hasil kimia darah ureum : 146 mg/dL kreatinin : 4,84 mg/dL
20 : 30 S: Pasien mengatakan BAK hanya langsung melalui kateter yang lasngsung ke ginjal O: - Urin : 1000 cc - Terpasang kateter yang langsung ke ginjal - Tidak bisa BAK secara normal - Ketergantungan kateter A: Gangguan eliminasi urin
14 : 00
15 : 00
16 : 00
P: Intervensi dilanjutkan Kolaborasi dengan dokter Rencana pemasangan CDL dan akan dilakukan HD tanggal 19 Maret 2019 Kolaborasi cek darah
25
II
1.
2.
3.
4.
5.
III
1.
2.
3.
4.
5.
lengkap Menanyakan S: apakah ada pasien mengatakan nafsu alergi makanan makan berkurang tetapi menganjurkan sudah mulai meningkat pasien untuk meningkatkan O: konsumsi Makanan masih terlihat protein dan tidak habis vitamin c Tampak meminum jus meyakinkan Tidak ada alergi makanan diet yang dimakan tinggi A : Nutrisi kurang dari serat untuk kebutuhan tubuh mencegah konstipasi P: memberikan Intervensi dilanjutkan informasi Pemberian injeksi vit C tentang kebutuhan nutrisi Kolaborasi pemberian curcuma dan asam folat menggunakan S: Pasien mengatakan pendekatan cemas bila akan dilakukan yang operasi lagi di ginjal menenangkan kanan nya karena pasien menjelaskan takut tidak dapat bergerak semua prosedur bebas lagi setelah dan apa yang dilakukan operasi dirasakan O: selama prosedur - Kontak mata kurang minta keluarga baik menemani - Takut akan dioperasi pasien untuk lagi memberikan Mengalihkan keamanan dan pembicaraan saat ditanya mengurangi tentang penyakitnya takut memberikan A: Ansietas informasi faktual P: mengenai - Intervensi dilanjutkan diagnosis, - Beri pasien motivasi tindakan untuk sembuh prognosis mendengarkan dengan penuh
26
Selasa 19 Maret 2019
I
1.
2. 3. 4.
II
IV
perhatian Mengantarkan pasien ke OK untuk dilakukan pemasangan CDL Menjemput pasien dari OK Mengatur posisi pasien Membawa pasien ke ruangan HD untuk dilakukan cuci darah
S: pasien mengatakan sudah dilakukan HD O: Tampak terpasang CDL pada paha kanan pasien Masih terpasang kateter yang langsung ke ginjal Belum bisa BAK secara normal A: gangguan urin
eliminasi
P : Intervensi dilanjutkan Kolaborasi cek darah lengkap 1. menganjurkan S: pasien untuk pasien mengatakan nafsu meningkatkan makan sudah mulai konsumsi meningkat protein dan vitamin c O: 2. meyakinkan diet yang Tampak meminum jus dimakan tinggi dan memakan buahserat untuk buahan mencegah Tidak ada alergi makanan konstipasi 3. memberikan A : Nutrisi kurang dari informasi kebutuhan tubuh teratasi tentang kebutuhan P: nutrisi Intervensi dilanjutkan 4. Kolaborasi Kolaborasi untuk pemberian pemberian injeksi vit C curcuma dan asam folat 1. Melakukan S: pasien mengatakan pengkajian ngilu pada area nyeri pemasangan CDL P : pemasangan CDL O: Q : ngilu seperti Tampak sulit bergerak bedenyut Ekspresi wajah nyeri saat R : paha kanan, area bergerak pemasangan CDL TD : 110/70 mmHg S : skala nyeri 3 N : 86 x/menit T : saat bergerak RR : 20 x/menit
27
Rabu, 20 Maret 2019
I
III
2. Kontrol lingkungan yang menimbulkan nyeri 3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 4. Menganjurkan pasien meningkatkan istirahat 5. Memonitor tanda-tanda vital 1. Melakukan penilaian kemih 2. Urin output dinas sore : 1000cc, melalui kateter yang langsung ke ginjal 3. Mengatur posisi pasien 4. Memantau penggunaan obat-obatan 5. Menganjurkan pasien banyak minum air putih 6. mencatat hasil kimia darah tanggal 17 maret 2019 ureum : 146 mg/dL kreatinin : 4.84 mg/dL
Tampak istirahat A: nyeri akut P : intervensi dilanjutkan Kolaborasi pemberian analgesik bila nyeri bertambah berat.
S: Pasien mengatakan BAK hanya langsung melalui kateter yang lasngsung ke ginjal O: - Urin : 1200 cc - Terpasang kateter yang langsung ke ginjal - Tidak bisa BAK secara normal - Ketergantungan kateter Tanggal 20 maret 2019 - Ureum : 81 mg/dL - Kreatinin : 3.95 mg/dL A: Gangguan eliminasi urin
P: Intervensi dilanjutkan Kolaborasi dengan dokter Rencana HD akan dilakukan kembali tanggal 22 Maret 2019 Kolaborasi cek darah lengkap 1. menggunakan S: Pasien mengatakan pendekatan cemas bila akan dilakukan yang operasi lagi di ginjal menenangkan kanan nya karena pasien 2. menjelaskan takut tidak dapat bergerak semua prosedur bebas lagi setelah
28
dan apa yang dirasakan selama prosedur 3. minta keluarga menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 4. memberikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 5. mendengarkan dengan penuh perhatian
dilakukan operasi O: - Kontak mata kurang baik - Takut akan dioperasi lagi Mengalihkan pembicaraan saat ditanya tentang penyakitnya A: Ansietas P: - Intervensi dilanjutkan - Beri pasien motivasi untuk sembuh
29
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Segi Klasifikasi Kanker serviks merupakan keganasan yang disebabkan terjadinya pembelahan sel-sel serviks yang abnormal. Dalam teori ada 4 klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadiumnya yaitu stadium 1 hanya terbatas pada serviks dan uterus, stadium 2 menjalar 2/3 bagian atas vagina, tidak sampai dinding panggul, stadium 3 menjalar 1/3 distal vagina sampai dinding panggul dan stadium 4 metastase keluar panggul dan organ lain . Pada kasus yang didapat ternyata adalah stadium 3 yang sudah terjadi komplikasi ke ginjal yang menyebabkan terjadi hidronefrosis.
4.2 Segi Etiologi Pada teori ada beberapa etiologi ataupun faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya palsenta antara lain: usia > 35 tahun, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, penggunaan alat kontrasepsi, frekuensi kehamilan. Pada kasus pasien berusia 46 tahun, dan sudah 2 kali menikah.
4.3 Segi Manifestasi Klinis Beberapa tanda dan gejala pada teori dan didapatkan pada kasus pasien ca cerviks yaitu: Pada stadium lanjut tumor sudah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis, pasien sudah bermetastase ke ginjal yang menyebabkan terjadinya hidronefrosis.
4.4 Segi penatalaksanaan Penalataksanaan yang digunakan untuk kasus pasien ca cerviks yang ditemukan adalah terapi IV, pantau TTV, biopsi, radioterapi pasien juga dilakukan transfusi darah untuk mengatasi anemia serta dilakukan terapi hemodialisa, hal ini sejalan dengan penalataksanna pada teori. Pada teori juga
30
terdapat beberapa penatalaksanaan khusus pasien dengan ca cerviks yaitu diantaranya biopsi, redioterapi, kemoterapi dan histerektomi.
31
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini terjadi pada transformasi sel epitel serviks, pada mulanya terjadi lesi pre kanker kemudian menjadi frank cancer (Hyacinth et al., 2012). Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan seksual lebih dari 1 orang, dan adanya riwayat infeksi berpapil. Karena hubungannya erat dengan infeksi HPV, wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita HIV lebih beresiko menderita kanker serviks (Aziz et al., 2006). Tanda dan gejala dini pada kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak lebih banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan.
Umumnya
tanda
ini sangat
minimal dan
sering
diabaikan oleh penderita sehingga kebanyakan dari kasus kanker serviks baru diketahui apabila sudah sampai ke stadium lanjut.
32
Daftar Pustaka Aziz, MF., dkk, (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Emilia, O, dkk. (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks (Fakta, Pencegahan, dan Penanganan Dini terhadap Serangan Kanker Serviks). Yogyakarta: Media Pressindo. Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Herlman, T. Heather, dkk. (2015). NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC. Arif, M. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius FKUI.