PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROFESI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU TAHUN AJARAN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN (CA MAMAE) Nama : Sri Yuliani Putri NIM : 18091025 A. Konsep Dasar 1. Definisi Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel payudara. Kanker payudara dapat berasal dari sel kelenjar penghasil susu (lobular), saluran kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara (American Cancer Society, 2014). Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar kulit, saluran kelenjar, dan jaringan di sebelah luar rongga dada. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa
diketahui dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker
(American Cancer Society, 2016). 2. Etiologi/Faktor Resiko Kanker merupakan penyakit multifaktorial dimana belum ditemukan Terdapat beberapa faktor risiko yang memengaruhi kemungkinan seseorang untuk menderita kanker: 1. Jenis kelamin Kanker payudara lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan perbandingan sekitar 100 kali lebih banyak pada wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pria mempunyai lebih sedikit
hormon estrogen dan progesteron yang mendukung pertumbuhan dari sel kanker (American Cancer Society, 2014). 2. Usia Di negara maju,sekitar 2 dari 3 kasus kanker payudara yang invasif ditemukan pada wanita yang berusia 55 tahun keatas (American Cancer Society, 2014). Sedangkan pada negara berkembang, kanker payudara lebih banyak ditemukan pada usia muda yaitu usia 15-49 tahun (Coughlin dan Cypel, 2013).. 3. Riwayat keluarga atau genetik Adanya riwayat keluarga kanker payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker karena 5-10 % dari kasus kanker payudara merupakan faktor herediter akibat mutasi genetik yang diturunkan langsung dari orang tua (Coughlin dan Cypel, 2013). Mutasi genetik yang paling umum adalah mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Selain kedua gen tersebut, terdapat juga gen lain seperti ATM, TP53, dan CHEK2 tetapi lebih jarang meningkatkan risiko kanker (American Cancer Society, 2014). Risiko menderita kanker juga meningkat 2 kali lipat jika terdapat anggota keluarga generasi pertama seperti ibu atau saudara perempuan yang positif kanker payudara (MOH Malaysia, 2010). 4. Faktor reproduksi dan hormon Kehamilan pertama pada usia diatas 30 tahun, nulipara, menstruasi pada usia dini (<12 tahun) ), dan menopause yang terlambat berhubungan dengan peningkatan risiko dari kanker payudara (MOH Malaysia, 2010). Paparan hormon seks yang lebih lama juga berpengaruh terhadap peningkatan faktor risiko, terutama pada wanita dengan kadar ekstradiol tinggi. Selain hormon endogen, penggunaan hormon eksogen seperti pada kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormon juga meningkatkan faktor risiko (American Cancer Society, 2014).
5. Faktor gaya hidup Kebiasaan minum alkohol 2-5 gelas setiap hari meningkatkan risiko sebesar 1,5 kali, peningkatan berat badan berlebih atau obesitas setelah menopause dengan BMI (Body Mass Index) lebih dari 25 juga meningkatkan risiko karena setelah menopause, ovarium berhenti memproduksi estrogen dan produksi estrogen sebagian besar berasal dari jaringan lemak. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki selama 1,25 hingga 2,5 jam setiap minggu dapat mengurangi risiko sebesar 18% (Coughlin dan Cypel, 2013; MOH Malaysia, 2010). 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor (sifat serangannya),
kanker
payudara
diklasifikasikan
sebagai
berikut
(Rahmadani, Winda, 2015) : 1) Non - Invasif Karsinoma Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu: a. Karsinoma duktus in situ b. Karsinoma lobulus in situ 2) Invasif Karsinoma Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain: a.
Invasif Duktal Karsinoma Invasif duktal karsinoma, umumnya juga dikenal sebagai karsinoma duktal infiltratif, merupakan kanker payudara invasif yang ditandai dengan penyebaran sel-sel kanker dari saluran air susu ke jaringan payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya
terdiri dari beberapa bagian antar lain : Papilobular karsinoma, solid-tubular karsinoma, scirrhous karsinoma, Special types, Mucinous karsinoma, dan Medulare karsinoma. b.
Invasif Lobular Karsinoma Invasif lobular karsinoma adalah jenis kanker payudara yang berawal dari kelenjar penghasil susu (lobules) payudara. Karsinoma lobular invasif adalah kanker invasif, yang berarti sel kanker yang telah rusak keluar dari lobulus dan memiliki potensi untuk menyebar ke area lain dari tubuh. Karsinoma lobular invasif merupakan jenis yang jarang dari semua kanker payudara. Jenis yang paling umum dari kanker payudara dimulai pada duktus payudara
(duktal
karsinoma).
Beberapa
kanker
payudara
mengandung sel-sel kanker lobular dan duktal. Karsinoma lobular invasif biasanya tidak membentuk benjolan, seperti anggapan sebagian besar wanita mengenai kanker payudara. Sebaliknya, karsinoma lobular invasif lebih sering menyebabkan penebalan jaringan atau kepenuhan di salah satu bagian dari payudara dan terdiri dari beberapa bagian antar lain : a)
Adenoidcarsinoma
merupakan
kanker
payudara
yang
berbentuk oval dan sering menempel (invasif) pada jaringan lain b) Medullary carcinoma merupakan jenis karsinoma invasif yang sering menembus kelenjar getah bening. c)
Mucinous karsinoma merupakan jenis kanker karsinoma lobular invasif yang memproduksi gelatinous tumor
d) Inflammatory karsinoma merupakan paling invasif terlihat dengan
kulit
mengalami
pembengkakan
diakibatkan
pembuluh limfa terhambat. c.
Paget's Disease Paget’s disease adalah suatu kanker yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan
dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu. 4. Stadium a) Stadium I : tumor dengan garis tengah <2 cm dan belum menyebar keluar dari payudara b) Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan garis tengah <2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak c) Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak d) Stadium IIIA : tumor dengan garis tengah <5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya. e) Stadium IIIB : tumor telah menyusup keluar payudara yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada dan tulang dada f) Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang, atau paru-paru. Kondisi dimana ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu tulang, paru- paru,liver atau tulang rusuk. Ciri-ciri pada stadium IV, antara lain : 1.
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dam III). Tetapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
2.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah paliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
5. Patofisiologi Kanker payudara yang invasif disebabkan oleh pertumbuhan sel- sel epitel
payudara yang berlebih dan tidak terkendali (Stopeck et al, 2015). Proliferasi sel yang berlebih ini dapat disebabkan oleh mutasi gen, tidak aktifnya gen supresor tumor, gangguan apoptosis, dan gangguan perbaikan DNA sehingga terjadi aktivasi onkogen yang pada akhirnya menjadi sel kanker yang invasif. Selain itu, reseptor estrogen dan progesteron yang berada di inti sel yang terdapat pada beberapa kanker payudara dapat mendorong replikasi DNA, pembelahan sel dan pertumbuhan sel kanker ketika hormon yang sesuai berikatan pada reseptor tersebut (Kosir, 2013). Pertumbuhan sel ini dapat muncul pertama kali di duktus maupun lobulus payudara yang kemudian menyebar ke jaringan sekitar melalui infiltrasi, invasi, dan penetrasi progresif. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran limfe dan sirkulasi darah yang mengakibatkan metastasis ke organ tubuh lain. Metastasis sel kanker bisa ke viseral seperti paru, hati, otak dan non viseral seperti tulang dan jaringan lunak (de Jong, 2010). Metastasis kanker payudara seringkali muncul beberapa tahun setelah diagnosis dan terapi awal (Kosir, 2013). 6. Manifestasi klinis Gejala kanker payudara terdiri dari 3 fase menurut Gale (2000) diantaranya yaitu: a) Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. b) Fase lanjut : 1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya 2) Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati. 3) Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati. 4) Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari putting
atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui. 5) Putting susu tertarik kedalam. 6) Kulit payudara mengeriut seperti kulit jeruk (peud d’orange). c) Metastase luas, berupa : 1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal. 2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa eflusi pleura. 3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang. 4) Fungsi hati abnormal. 7. Penatalaksanaan Beberapa penatalaksanaan medis standar yang dapat dilakukan pada kanker payudara: 1) Karsinoma in situ a) Lobular carcinoma in situ (LCIS) = LCIS merupakan kondisi prekanker, sehingga terapi
aktif belum
direkomendasikan, tetapi diperlukan follow-up aktif dengan pemeriksaan payudara dan mammografi rutin setiap
tahun
karena
karsinoma
in
situ
dapat
berkembang menjadi karsinoma invasif. b) Ductal carcinoma in situ (DCIS) = Penatalaksanaan dilakukan dengan Breast-Conserving Surgery (BCS) atau lumpektomi dan bisa juga dengan mastektomi. Setelah
dilakukan
dilanjutkan
dengan
tindakan radiasi
operasi untuk
umumnya mengurangi
kemungkinan kembalinya kanker pada payudara yang sama. 2) Karsinoma invasif a) Tindakan operasi Tindakan operasi dengan lumpektomi yaitu mengangkat sebagian jaringan kanker dan jaringan disekitarnya dari
payudara atau mastektomi yaitu mengangkat seluruh jaringan payudara dan limfonodi disekitarnya jika diperlukan. Nodus limfatikus juga dievaluasi dengan sentinel lymph node biopsy atau diseksi nodus limfatikus aksila b) Terapi radiasi Terapi radiasi dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kekambuhan pada payudara yang sama. Radiasi dilakukan setelah operasi, apabila diberikan kemoterapi setelah operasi, maka radiasi dilakukan setelah kemoterapi selesai. Radiasi direkomendasikan jika tepi sayatan dekat/tidak bebas tumor, tumor berada di sentral/medial, dan terdapat kelenjar getah bening positif lebih dari tiga. c) Terapi hormonal Terapi hormonal direkomendasikan untuk penderita kanker payudara invasif dengan jenis kanker reseptor hormon (estrogen atau progesterone) positif dengan aromatase inhibitor (anastrozole, lestrozole, exemestane) atau tamoxifen selama minimal 5 tahun yang paling sering digunakan untuk penderita yang belum menopause sehingga menghambat efek estrogen. d) Kemoterapi Kemoterapi
direkomendasikan
untuk
penderita
kanker
payudara dengan reseptor hormon negatif atau sebagai kombinasi dengan terapi hormon untuk penderita kanker dengan reseptor hormon positif. Kemoterapi dapat diberikan sebelum tindakan operasi (neoadjuvant chemotherapy) untuk mengecilkan tumor sehingga dapat dilakukan lumpektomi dan setelah operasi (adjuvant chemotherapy). Pada jenis kanker HER2+ (Herceptin)
direkomendasikan atau
pemberian kemoterapi
pertuzumab juga
pemberian (Perjeta)
transtuzumab selama
untuk menurunkan
setahun risiko
kembalinya kanker dan diberikan bervariasi selama 3-6 bulan. Pada kanker payudara stadium lanjut, sifat terapi adalah paliatif, terapi sistemik seperti kemoterapi dan terapi hormonal merupakan terapi primer. Terapi seperti radiasi dan bedah dapat dilakukan apabila diperlukan. (American Cancer Society, 2006; KNPK, 2015; MOH Malaysia, 2010) 8. Pemeriksaan penunjang Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :
1) Periksa Payudara Sendiri (SADARI) : Cara pemeriksaan: a) Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b) Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa lagi. c) Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri. d) Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
2) Thermografi Payudara Thermografi
payudara
menggambarkan payudara
adalah
suatu
sebagai
prosedur
langkah
diagnosis
deteksi
yang
dini cancer
mammae. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan suhu di dalam payudara
3) Mamografi Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram.
4) Biopsi payudara Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya sel cancer mammae yang bersarang.
5) USG USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis payudara. USG sering digunakan untuk memerksa abnormalitas payudara.
9. Komplikasi Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organorgan lain. Tempat tersering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori. a. Gangguan neurovaskular b. Metastasis: otak, pleura, paru, gati, tulang tengkorak c. Fraktur patologi d. Fibrosis payudara e. Kematian (Sjamsuhidayat, 2004).
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. d. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya
bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior. 2) Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak
terlalu berminyak. 3) Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan. 4) Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada
tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran. 5) Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan. 6) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB. 8) Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang. 9) Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar. 10) Ekstremitas : Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon 1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa. 2) Nutrisi – Metabolik 3) Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG. 4) Eliminasi 5) Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
6) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri. 7) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik. 8) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri. 9) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal. 10) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social. 11) Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan. 12) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputusasaan. 13) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Ketidakefektifan pola
nafas
b.d keletihan
otot
pernafasan,
deformitas dinding dada 2. Nyeri akut b.d adanya penekanan massa tumor 3. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik (penekanan jaringan mamae) 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient kejaringan 5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada bentuk tubuh karena proses penyakit (payudara asimetris)
3. Intervensi No Diagnosa Keperawatan 1 Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan, deformitas
NOC NOC : Respiratory Ventilation
NIC status
: Airway Management 1. Buka jalan nafas,
dinding dada
Respiratory status : Airway patency Vital sign Status Kriteria Hasil : - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) - Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) - Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
2.
3.
4. 5. 6.
7.
8. 9. 10.
11.
12.
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea 2. Pertahankan jalan nafas yang paten 3. Atur peralatan oksigenasi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertahankan posisi pasien 6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapasan abnormal 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Kaji kultur yang 1.
2.
Nyeri berhubungan dengan NOC : adanya penekanan massa Pain level tumor Pain control Comfort level Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria Hasil : - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Melaporkan bahwa
-
-
-
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal
5. 6.
7.
8.
9. 10.
11.
12. 13.
14. 15. 16.
17.
mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society (ACS). (2016). Cancer fact and figures. INC Mulyani, N. S & Nuryani. 2013. Kanker payudara dan pms pada kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika. Romauli, S & Vindari, A. V. 2011. Kesehatan reproduksi untuk mahasiswi kebidanan. Yogyakarta : Nugroho Medika. Satmoko, B. S. 2009. Buku pintar kanker. Yogyakarta : Power Books Ihdina. Suryaningsih, E. K & Sukaca, B. E. 2009. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia.