LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU Sepsis Neonatorum
Konsep Dasar 1. Definisi Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam (Surasmi, 2003) . Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau sepsis pada neonatus yang perlu diketahui (Maryunani, 2009), yaitu: a. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. b. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain c. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. d. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian.
2. Klasifikasi Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk (Maryunani, 2009) yaitu: a. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran. b. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL) Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial).
3. Etiologi Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009). Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah: a. Perdarahan b. Demam yang terjadi pada ibu c. Infeksi pada uterus dan plasenta d. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu) e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
4. Patofisiologi Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma. b. Pada masa intranatal atau saat pesalinan Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan n.gonnorea). c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
5. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis. a. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun
inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien. b. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku. c. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik. d. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga e. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus. Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan psikologinya saling berhubungan.
6. Komplikasi a. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat. b. Dehidrasi Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.. c. Hiperbilirubinemia dan anemia Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin
yang
berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi. d. Meningitis Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
7. Pemeriksaan Penunjang Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006) Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya
ditemuksan
anemia,
laju
endap
darah
mikro
tinggi,
dan
trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003).
8. Penatalaksanaan a. Perawatan suportif Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan
status
kardiopulmonary,
untuk
memperbaiki
hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur. 2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral. 3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau sianosis 4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai 5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan perdarahan
b. Terapi pengobatan Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012)
9. Pencegahan Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus.tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003) Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah : a.
Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dang jani, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b.
Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkindilakukan ( bila benar-benar diperlukan ). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c.
Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,penberiab ASI secepatnya,mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap persih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan infasif harus dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
B. PENGKAJIAN 1. Identitas Bayi Nama : Tgl Lahir/ Jam lahir : Jenis kelamin bayi : No. Tanda identifikasi bayi : 2. Riwayat prenatal : 3. Riwayat Intranatal :
a. b. c. d.
Masa gestasi : Jenis persalinan : Penolong persalinan : APGAR SCORE :
APGAR Denyut jantung Pernafasan Tonus otot Peka rangsang Warna
0 Tidak teraba
1 <100
2 >100
1 MENIT 2
5 MENIT 2
Tidak ada Lemas/lumpuh Tidak ada
Tak teratur Sedang Meringis
Baik Baik Menangis
1 0 0
1 1 1
Biru pucat
Merah Merah jambu ujung jambu ujung biru
1
1
4
6
JUMLAH menit pertama nilainya 4. 5 menit Pertama Nilainya 6 4. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum: bayi kelihatan lemah, tampak tidak sehat, malas minum, hipotermi, nafsu makan buruk dan disertai dengan tanda-tanda pernafasan cepat. 5. Riwayat Penyakit Dahulu Sejak lahir bayi sudah kelihatan lemah.Pada saat dilahirkan ia tidak menangis, pada saat mengandung ibunya pernah menderita flu yang berat dan demam yang tinggi. Bayi lahir dalm keadaan prematur dan BB yang kurang dibantu oleh seorang Bidan dan dokter 6. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Tanda vital Suhu aksila
:
FJ apical
:
Pernafasan: Pengukuran umum BB
:
PB
:
LK/LD
:
Analisa Data NO
DATA
ETIOLOGI
DS :
Penyakit infeksi yang di derita
DO :
ibu
-
suhu tubuh 35.5
-
masa kehamilan 33 minggu
-
nilai apgar dibawah normal
-
kulit tubuh kuning
MASALAH Infeksi
Bakteri dan virus
Masuk keneonatus
Masa antenatal
Kuman dan virus dari ibu
Melewati plasenta dan umbikikus
Masuk ke tubuh bayi
Sepsis
Peningkatan leukosit
Infeksi
2
DS : -
Penyakit infeksi yang di derita
DO :
ibu
-
aktivitas lemah
-
tampak sakit
-
menyusu buruk
-
BB rendah 1.700 gr
Bakteri dan virus
Masuk keneonatus
Masa intranatal
kuman di vagina dan sevik
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
naik mencapai amnion kuman melalui umbikikus
masuk ke tubuh janin
sepsiss
sistempencernaan distensi abdomen
anoreksia, muntah
nutrisi kurang dari kebutuhan 3 DS:-
Penyakit infeksi yang di derita
DO:
ibu
-
Pernafasan 60x/menit
-
Terpasang oksigen
Bakteri dan virus
Masuk keneonatus
Masa intranatal
kuman di vagina dan servik naik mencapai amnion
kuman melalui umbikikus
Masuk ke tubuh janin
sepsiss
takipnea
Gangguan pola nafas
Gangguan pola nafas
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman. 3. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan takipnea
INTERVENSI KEPERAWATAN NO
DX
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN 1
Infeksi yang
Setelah dilakukan
a.
berhubungan dengan
asuhan keperawatan
resiko menderita infeksi
penularan infeksi pada
3x24 jam masalah
meliputi :
bayi sebelum, selama
infeksi dapat teratasi1.
dan sesudah kelahiran.
dengan criteria hasil -
penularan infeksi tidak terjadi.
Kaji bayi yang memiliki
Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
2.
Nilai agar dibawah normal
3.
Bayi mengalami tindakan operasi
4.
Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
5.
Bayi yang megalami prosedur invasif
6.
Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu. b.
Kaji adanya tanda infeksi
meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks
mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas. c.
Kaji tanda infeksi yang
berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare. d.
Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium e.
Dapatkan sampel untuk
pemeriksaaan kultur. 2
Nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan a.
kebutuhan yang
asuhan keperawatan
berhubungan dengan
dalam waktu
minum sedikit atau
3x24jam masalah
intoleran terhadap
dapat teratasi dengan c.
Ukur masukan dan keluaran
minuman.
criteria hasil :
Timbang berat badan setiap
b.
minuman Hitung kebutuhan minum bayi
d.
-
aktivitas baik
-
minum susu baike.
3
Kaji intoleran terhadap
hari Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
Gangguan pola
Setelah dilakukan
a. Kaji perubahan pernapasan
pernafasan yang
asuhan keperawatan
meliputi takipnea, pernapasan
berhubungan dengan
1x24jam masaalah
cuping hidung,
apnea.
dapat teratasi dengan
gunting,sianosis, ronki kasar,
criteria hasil :
periode apnea yang lebih dari
-
frekuensi
10 detik.
pernapasan normal,
b. Pantau denyut jantung secara
tidak mengalami
elektronik untuk mengetahui
apneu.
takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas. d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati f. Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan. g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media ihardy:Yogyakarta Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta