Mini Seminar Pre Eklamsia Revisi.docx

  • Uploaded by: Ayu Fitri Handayani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mini Seminar Pre Eklamsia Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,251
  • Pages: 21
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di Indonesia Pre-eklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah dengan adanya iskemia uteroplacentol. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, disamping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain. Pre-eklampsia

adalah

penyakit

pada

wanita

hamil

yang

secara

langsungdisebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Pre-eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanitayang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut: a) Kehamilan multifelal dan hidrops fetalis.

b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes miletus. c) Penyakit ginjal Pre-eklamspia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998). Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2009). Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Pre-eklampsia.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar Pre-eklamsia dan asuhan keperawatan tentang pre-eklamsia 2. Tujuan Khusus a) Diketahuinya defenisi pre-eklampsia. b) Diketahuinya klasifikasi pre-eklampsia.

c) Diketahuinya etiologi pre-eklampsia. d) Diketahuinya faktor resiko pre-eklampsia. e) Diketahuinya pathway pre-eklampsia. f) Diketahuinya manifestasi klinik pre-eklampsia. g) Diketahuinya komplikasi pre-eklampsia. h) Diketahuinya pemeriksaan penunjang pre-eklampsia. i) Diketahuinya penatalaksanaan pre-eklampsia. j) Diketahuinya asuhan keperawatan pre-eklampsia.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pre-Eklamsia 1. Definisi Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema, dan proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan 20 minggu (Nurarif Amin Huda, 2015). Sedangkan

menurut

pendapat

Fadlun

dan

Feryanto

(2014)

mengatakan bahwa, pre-eklampsia yaitu suatu peningkatan tekanan darah yang baru muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan peningkatan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan protein dalam urine yang disebut dengan proteinuria. Pendapat lainnya menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan bahwa pre-eklampsia merupakan gangguan sistemik yang berkaitan dengan kehamilan, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Pre-eklampsia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu, menambah masalah perinatal karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran prematur. 2. Klasifikasi a) Pre-eklampsia ringan 1) Tekanan darah 140/90 mmHg/ lebih 2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka/ kenaikan berat badan 1 kg/lebih perminggu 3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter: kwantitatif 1+ / 2+ pada urine kateter atau midstream. b) Pre-eklampsia berat 1) Tekanan darah 160/110mmHg/ lebih

2) Proteinuria >3g/liter 3) Oliguria jumlah urine <400cc/24 jam 4) Adanya gangguan penglihatan, serebral, nyeri kepala dan rasa nyeri pada epigastrium 5) Terdapat edema paru dan sianosis 6) Enzim hati meningkat dan disertai ikterus 7) Perdarahan pada retina 8) Trombosit <100.000/mm.( Nurarif Amin Huda, 2015) 3.

Etiologi Penyebab terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklampsia dan eklampsia hampir secara ekslusif dialami pada wanita dengan masa subur yang ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. (Nurarif Amin Huda, 2015). Sedangkan menurut Fadlun dan Feryanto (2014), mengatakan bahwa semua teori yang menjelaskan tentang pre-eklampsia harus dapat menjelaskan observasinya bahwa hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita dengan keadaan sebagai berikut: a) Terpajan ke villus korion petama kali b) Terpajan ke villus korion dalam jumlah yang sangat besar. c) Telah menderita penyakit vaskuler d) Secara genetik rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

4.

Faktor Resiko Menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan bahwa faktor resiko terkait dengan partner (nullipara, primigravida, kehamilan remja, inseminasi donor, orang tua hasil kehamilan dengan pre-eklampsia), ada beberapa faktor resiko diantaranya: a) Faktor Resiko Ibu Ibu dengan riwayat pre-eklampsia sebelumnya, usia ibu tua, jarak kehamilan yang pendek, riwayat keluarga, ras kulit hitam, pasien

membutuhkan donor oosit, inaktifitas fisik, riwayat hipertensi sejak > 4 tahun yang lalu, hipertensi pada kehamilan sebelumnya. b) Adanya penyakit penyerta lain Seperti hipertensi kronik dan penyakit ginjal, obesitas resistensi insulin, berat badan ibu rendah, tubuh yang pendek (short stature), migrain, diabetes gestasional, DM tipe 1, penyakit Raynaud, resistensi protein C aktif,

defisiensi

protein

aktif

S,

antibodi

antifosfolipid,

SLE,

hiperhomosisteinemia, talasemia dan inkompatibilitas rhesus. c) Faktor eksogen Seperti, merokok, stres, ketegangan psikis terkait kehamilan (kehamilan kembar, infeksi saluran kemih, anomali struktural kongenital, hidrops fetalis, kelainan kromosom dan molahidatidosa.

5.

Pathway

(Sarwono. 2008)

6.

Manifestasi Klinis a) Nyeri kepala hebat dibagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. b) Gangguan penglihatan pasien menurun, pasien akan melihat kilatankilatan cahaya, pandangan kabur, dan kadang bisa terjadi kebutaan sementara. c) Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bertoleransi dengan suara berisik/ gangguan lainnya. d) Nyeri perut pada bagian ulu hati (epigastrium) yang kadang disertai dengan mual dan muntah. e) Gangguan pernafasan sampai sianosis. f) Terjadi gangguan kesadaran. g) Gangguan fungsi ginjal. (Nurarif Amin Huda, 2015)

7. Komplikasi Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialahmelahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut

adalah

beberapa

komplikasi

yang

ditimbulkan

pada

pre-

eklampsiaberat dan eklampsia: a) Solutio Placenta, Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia. b) Hipofibrinogemia, Kadar fibrin dalam darah yang menurun. c) Hemolisis,

Penghancuran

dinding

sel

darah

merah

sehingga

menyebabkanplasma darah yang tidak berwarna menjadi merah. d) Perdarahan

Otak

Komplikasi

ini

merupakan

penyebab

utama

kematianmaternal penderita eklampsia. e) Kelainan

mata,

kehilangan

penglihatan

untuk

sementara,

yang

berlangsung selama seminggu. f) Edema paru, pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.

g) Nekrosis hati, nekrosis periportan pada preeklampsia, eklamsi merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia. h) Sindrome Hellp, Hemolysis, elevated liver enymes dan low platelete. i) Kelainan ginjal, kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. j) Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation). k) Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uteri. 8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tinja a) Pemeriksaan darah lengkap dengan gapusan darah 1) Penurunan hemoglobin (nilai normal 12-14gr%) b) Urinalisis 1) Ditemukan protein dalam urine c) Pemeriksaan Fungsi Hati 1) Bilirubin meningkat 2) LDH (Laktat Dehidrogenase) meningkat d) Tes kimia darah 1) Asam urat meningkat (normal N=2,4-2,7 mg/dl e) Radiologi 1) Utrasonografi : ditemukan retardasi perumbuhan janin intra uterus, pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin menjadi lambat, volume cairan ketuban sedikit. 2) Kardiotografi : Diketahui detak jantung janin lemah.(Nurarif Amin Huda, 2015)

9. Penatalaksanaan a) Pre-eklampsia Fadlun

dan

Feryanto

penatalaksanaan

untuk

(2014)

mengatakan

setiap

kehamilan

bahwa dengan

tujuan

dasar

pre-eklampsia,

diantaranya: 1) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan bayinya. 2) Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang. 3) Pemulihan sempurna kesehatan ibu. Deteksi prenatal dini Secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu. Peningkatan kunjugan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk mendeteksi dini pre-eklampsia. b) Pre-eklamspia Ringan (POGI, 2005 dalam Sanc, 2010) Ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan dapat dilakukan rawat inap maupun rawat jalan. Pada rawat jalan ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur kehamilan diatas 20 minggu tidur dengan posisi miring dapat menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior yang mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan laju filtrasi glomerolus dan meningkatkan diuresis sehingga akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah ke rahim, menambah oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dan rahim. Pada pre-eklampsia tidak perlu dilakukan retriksi garam jika fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g NaCl (garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

secukupnya. Tidak diberikan obat-obatan diuretik, antihipertensi dan sedatif (Prawirohardjo, 2008). Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan perlu dirawat di rumah sakit yaitu dengan kriteria bila tidak ada perbaikan yaitu tekanan darah, kadar proteinuria selama lebih dari 2 minggu dan adanya satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk

evaluasi

pertumbuhan

janin

dan

jumlah

cairan

amnion

(Prawirohardjo, 2008). Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan. Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 sampai ≤37 minggu. Pada umur kehamilan <37 minggu bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm tapi jika umur kehamilan >37 minggu persalinan ditunggu sampai timbul onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan dan tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan persalinan secara spontan (Prawirohardjo, 2008). c) Pre-eklampsia Berat Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecilkecilnya pada ibu dan bayi. 1) Rawat RS 2) Berikan MgSO4 dalm infuse dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 IV dalam 10 menit selanjutnya 2G/jam dalm drip infuse sampai tekanan darah stabil (140-150/90100mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun ada

tampak tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemeberian MgSO4 adalah reflex patella kuat, frekuensi pernapasan >16 kali, dan dieresis >100 cc dalm 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg BB/jam). Harus tersedia antidote MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang dapat segera diberikan secara Iv selama 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah. 3) Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic belum turun sampai 20%, berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80mg/hari). Bila tekanan diastolic meningkat ≥110 mmHg, berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100mmHg).

Bila

sulit

dikendalikan,

dapat

dikombinasikan dengan pindolol. 4) Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur urin setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 gram/jam. 5) Dilakukan USG dan karidotografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24 jam. 6) Penaganan aktif bila kehamilan ≥35 minggu, ada tanda-tanda impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif, ada tanda gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat, dan sindrom HELLP. 7) Berikan diuretic bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, berupa furosemid 40 mg. oksigenasi 4-6 L/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis. 8) Berikan antipiretik bila suhu rectal diatas 38,5°C dan dibantu kompres dingin. Antibiotic diberikan atas indikasi 9) Lakukan treminasi kehamilan secara seksio memakai anastesi umum N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak ada tanda KID, dapat dilakukan anastesi epidural atau spinal.anastesi lokal

diperlukan pada indikasi treminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik. d) Eklampsia 1) Pada eklampsia intervensi yang diberikan, yaitu: a) Berikan O24-6 L/menit b) Pasang infuse dextrose 5% 500 ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes per menit c) Pasang kateter urin d) Pasang goedel atau spatel e) Bahu diganjal kain setebal 5cm agar leher defleksi sedikit. f) Posisi tempat tidur dobuat fowler agar kepala tetap tinggi g) Fiksasi pasien dengan baik agar tidak jatuh h) Berikan MgSO4 IV kemudian 2 G/jam dalam drip infuse desktrose 5% untuk pemeliharaan sampai kondisi atau tekanan darah stabil (140-150 mmHg). Bila kondisi belum stabil obat tetap

diberikan.

Alternative

lain

antikonvulsan

adalah

amobarbital, atau fenobarbitak atau diazepam. i) Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala GCS j) Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal IV atau dengan selang nasogastrik dalam 24 jam perawatan selama pasien belum dapat makan akibat kesadaran menurun 2) Penanganan kejang, yaitu: Berikan obat antikonvulsan a) Perlengkapan untuk menangani kejang (jalan napas, sedotan, masker oksigen, oksigen) b) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma c) Asprasi mulut dan tenggorokan d) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi e) Beri O2 4-6 L/menit 3) Antihipertensi

a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam. c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan: (1) Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5mg sublingual (2) Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pre-Eklamsia 1. Pengkajian a) Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama: Klien mengeluh demam dan sakit kepala 2) Riwayat Kesehatan Sekarang: Terjadi peningkatan tekanan darah, edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur. 3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya: Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik b) Riwayat kehamilan Riwayat kehamilan ganda, mola, hidatidosa, hidramnion, serta kehamilan dengan pre-eklampsia sebelumnya. c) Riwayat KB Yang perlu dipertanyakan adalah: a) Pernah mengikuti KB atau tidak b) Jenis kontrasepsi yang digunakan c) Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) d) Lamanya menggunakan kontrasepsi d) Pemeriksaan fisik a) Sistem pernafasan (1) Pernafasan kurang dari 14x per menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis beraktifitas, terdengar suara krekles dan adanya edema paru. b) Sistem kardiovaskuler (1) Apakah terdapat sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis, terjadi peningkatan tekanan darah, nadi meningkat atau menurun, serta edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam. c) Sistem reproduksi (1) Ada atau tidaknya massa abnormal, nyeri tekan pada payudara, ada atau tidaknya pengeluaran pervaginam berupa lendir yang

bercampur darah serta ketahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema dan biasanya terdapat kontraksi uterus d) Sistem integumen dan perkemihan (1) Cloasma gravidarum, oliguria, fungsi ginjal menurun, dan protein nuria e) Sistem persyarafan (1) Biasanya hiperrefleksi dan klonus pada kaki. 2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul 1) Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glumerulus sekuder terhadap penurunan cardiac output. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d terjadinya vasospasme arterional, edema, perdarahan. 4) Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir. 5) Nyeri Akut 6) Konstipasi 7) Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan terapi dan perawatan.

NO

DIAGNOSA

NOC

NIC

KEPERAWATAN 1

Kelebihan volume 1) Keseimbangan cairan kerusakan

b.d fungsi

1) Manajemen cairan :

elektrolit dan asam basa

intake dan output

glumerulus sekuder 2) Keseimbangan terhadap penurunan cardiac output.

yang akurat

cairan

(1) Pasang

3) Hidrasi

urine

kateterjika

Kriteria hasil: 1) Terbebas

diperlukan dari

edema, efusi

ada

(2) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan

2) Bunyi nafas bersih, tidak

a) Pertahankan catatan

bunyi

retensi

cairan

(BUN,

Hmt,

dispneu/ortopneu 3) Terbebas

Osmolalitas urin)

dari

distensi

vena

jugularis.

(4) Monitor

indikasi

retensi/kelebihan

4) Memelihara

cairan (edema,cvp,

tekanan

vena

sentral,

tekanan

kapiler paru, output dan

(3) Monitor vital sign

vital

sign

dalam batas normal 5) Terbebas

dari

kelelaha

dan

kecemasan.

asites) (5) Kaji lokasi dan luas edema (6) Monitor

status

nutrisi (7) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai

dengan

instruksi b) Pemantauan Cairan 1) Tentukan jumlah

riwayat dan

tipe

intake cairan dan eliminasi 2) Tentukan kemungkinan faktor resiko

dari

ketidakseimbangan cairan 3) Monitor

berat

badan 4) Monitor serum dan elektrolit urine 5) Monitor tanda dan gejala edema. 2

Ketidakseimbangan

1) Status

Gizi

:

Manajemen Nutrisi:

nutrisi kurang dari

Makanan

kebutuan tubuh.

Cairan

dan 1) Kaji

adanya

alergi

makanan

2) Asupan

2) Anjurkan pasien untuk

3) Pengendalian

meningkatkan

Berat

Fe,

protein, vitamin

Kriteria hasil:

3) Yakinkan

1) Adanya

dimakan

diet

yang

mengandung

peningkatan berat

serat

badan sesuai

mencegah konstipasi

2) Mampu

tinggi

untuk

4) Monitor jumlah nutrisi

mengindentifikasi kebutuhan nutrisi 3) Tidak ada tanda malnutrisi

dan kandungan kalori 5) Berikan

informasi

tentang

kebutuhan

nutrisi

4) Menunjukan

6) Kaji kemampuan pasien

peningkatan

untuk mendapat nutrisi

fungsi pengecapan

yang dibutuhkan

dan menelan 5) Tidak

7) Kolaborasi dengan ahli

terjadi

gizi untuk menentukan

penurunan

berat

jumlah kalori dan nutrisi

badan

yang

yang dibutuhkan pasien.

berartiTerbebas

Pemantauan Nutrisi

dari edema, efusi

1) BB pasien dalam batas normal 2) Monitor

adanya

penurunan

berat

monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang

bisa

dilakukan 3) Monitor kondisi pasien ketika makan

4) Monitor turgor kulit 5) Monitor

mual

dan

muntah 6) Monitor kadar albumin dan total protein, Hb,Ht 7) Monitor

pucat,

kemerahan, konjungtiva 8) Monitor

kalori

dan

intake nutrisi 9) Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik

papila lidah dan cavitas oral. 3

Ketidakefektifan

1) Status Sirkulasi

perfusi

jaringan

2) Jaringan

perifer

b.d

Serebral

terjadinya

edema,

perdarahan.

1) Tekanan

darah

tertentu

dalam

batas

peka

normal ada

hipertensi 3) Tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial

nyaman kontraksi

rasa b.d uterus

alergi

1) Cemas 2) Tingkat Ketakutan 3) Kurang Tidur

yang

hanya terhadap

panas/dingin/tumpul

ortostatik

Gangguan

adanya

2) Monitor adanya daerah

2) Tidak

4

1) Kaji

makanan

Kriteria hasil:

vasospasme arterional,

Perfusi

Manajemen Sensorik Perifer:

tajam 3) Gunakan sarung tangan untuk proteksi 4) Monitor

adanya

tromboplebitis 5) Kolaborasi

pemberian

analgetik. Penurunan Kecemasan: 1) Kaji

adanya

makanan

alergi

dan

pembukaan Kriteria hasil:

jalan lahir.

2) Gunakan

1) Mampu

yang menyenangkan

mengontrol

3) Nyatakan dengan jelas

kecemasannya 2) Kualitas

tidur/

istrirahat adekuat 3) Status lingkungan yang nyaman 4) Mampu mengontrol nyeri 5) Agresi pengendalian diri 6) Respon terhadap pengobatan 7) Mampu mengontrol ketakutan

pendekatan

harapan

terhadap

perilaku pasien 4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 5) Pahami

perspektif

pasien terhadap stress 6) Indentifikasi

tingkat

kecemasan 7) Bantu pasien mengenal situasi

yang

menimbulkan kecemasan 8) Dorong

pasien

untuk

mengungkapkan perasaan ketakutan 9) Instruksikan menggunakan

pasien teknik

relaksasi 10) Berikan

obat

untuk

megurangi kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelda, 2009. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan, Periode 2005-2006. Karya Tulis Ilmiah STIKes Helvetia

Medan, Diakses tanggal 22 September 2016.

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4.Jakarta: EGC. DINKES, 2009. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Diakses tanggal 22 September 2016. Fadlun dan Feryanto, Achmad. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Huda, Nurarif Amin. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC NOC. Jilid: 3. Jakarta: Mediaction. Mansjoer, Areif, dkk. 2008. Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan: Peran Seorang Internis. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. No Mochtar. 1998. Synopsis Obstetri. Jilid 1. Edisi kedua. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustakaedc RINI, SANC. 2010. Pematalaksanaan Terapi Pasien Pre Eklamsia Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2009. Diakses tanggal 23 September 2016 <eprints.ums.ac.id/8993/1/K100060036.pdf>

Related Documents


More Documents from ""