ANALISIS SISTEM BIAYA SERTA HUBUNGAN BIAYA, VOLUME DAN LABA ADDICTEA Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Dosen Pengampu: Yusar Sagara SE, Ak, M.Si.
Disusun Oleh Etty Fatimah
(11160810000052)
Muhammad Faturrahman Aria Bisma
(11160810000077)
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 1. Latar Belakang .....................................................................................................................1 2. Rumusan Masalah ................................................................................................................1 3. Tujuan ..................................................................................................................................1 4. Manfaat ................................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3 1. Profil Usaha .........................................................................................................................3 2. Proses Bisnis ........................................................................................................................4 3. Proses Produksi dan Distribusi ............................................................................................6 4. Varian Rasa ..........................................................................................................................8 5. Pengembangan Produk.........................................................................................................9 6. Konsep Biaya .....................................................................................................................12 7. Analisa Biaya, Volume, dan Laba .....................................................................................18 8. Analisa Akuntansi Manajerial pada Addictea....................................................................24
Sistem Biaya ..........................................................................................................24
Analisis Biaya, Volume, dan Laba ........................................................................32
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................34 1. Simpulan ............................................................................................................................34 2. Saran ..................................................................................................................................34 LEARNING COOPERATIVE METHOD (LCM) ........................................................................ 34
i
BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia memang cukup menjanjikan, bagaimana tidak? UMKM mampu menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia. Tercatat sebanyak 97% dari total penduduk Indonesia, terserap menjadi tenaga kerja pada UKM. Tidak hanya masalah penyerapan tenaga kerja, jumlah UMKM pun meningkat setiap tahun nya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 , tidak menyebabkan jumlah UMKM berkurang, justru bertambah. Pada tahun 2012, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0.01% atau 4.968 unit adalah usaha besar. Namun tidak semua UMKM tersebut dapat bertahan, karena pada dasarnya membangun sebuah bisnis adalah hal yang mudah, mempertahankannya lah yang sulit. Perlu adanya pemahaman yang lebih bagi pelaku usaha untuk mempertahankan usahanya, salah satunya adalah dari menganalisis setiap biaya yang dikeluarkan hingga menghitung jumlah volume produk yang diperlukan. Semua hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan laba yang dapat diperoleh oleh pelaku usaha. Namun Bagaimana Sistem Biaya dan apakah Biaya, Volume, dan Laba saling berhubungan? Hal tersebut yang melatarbelakangi pembuatan mini paper ini, dengan menggunakan usaha Addictea sebagai objek penelitian.
2) Rumusan masalah Rumusan masalah penulisan makalah ini adalah: “Bagaimana Sistem Biaya, serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada Addictea?”
1
3) Tujuan Penulisan makalah ini dilakukan untuk : “Menganalisis Sistem Biaya serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada Addictea”
4) Manfaat Penulisan makalah diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Mahasiswa program studi manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat menganalisis Sistem Biaya serta Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada suatu usaha 2. Sebagai tambahan refrensi, khusunya untuk mahasiswa yang akan/sedang melakukan skripsi.
2
BAB II PEMBAHASAN 1) PROFIL USAHA Nama : Addictea Pemilik : Saskia Pratiwi dan Mutia Safrina
Alamat : Addictea House (Jalan Cisangkuy No. 46, Citarum, Bandung Wetan, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115
Jam Operasional : 08.00 – 20.00 (Senin – Minggu) Telepon : 0821-3050-5000 Web : http://www.addictea.com Instagram : @addictea 3
Facebook : https://www.facebook.com/addicteabandung/
2) PROSES BISNIS
Addictea merupakan sebuah bisnis yang berangkat dari kesulitan mencari minuman kesukaan yaitu teh asal Thailand atau yang biasa kita kenal dengan istilah Thai Tea. 7 tahun silam sangat sulit untuk mencari Thai tea, maka dari itu Saskia pratiwi dan Mutia Safrina mulai meracik dengan versinya sendiri. Ketika mendapatkan racikan yang pas menurut mereka kemudian mereka memberikan kepada keluarga dan kerabatnya. Tak disangka, respon yang didapat cukup positif. Dari keluarga dan kerabatnya itulah tercetus ide, bahwa produk minuman ini layak dipasarkan untuk umum. Kemudian mereka menjual produknya pertama kali di ajang pemilihan rektor Institut Teknologi Bandung tahun 2011. Hasil yang mereka raih saat itu cukup manis. Setelah itu, mereka berusaha merambah pasar yang lebih luas dengan memberikan merek Addictea. Kesuksesan terus menghampiri mereka, hingga kini
4
Addictea menjadi salah satu minuman ikonik di kota Bandung dengan omset ratusan juta rupiah perbulan. Berangkat dari modal awal sebesar 5 juta rupiah yang digunakan untuk membeli bahan baku dan kulkas. Ketika mereka menjual produknya secara luas, respons yang didapatkan juga sangat baik. Dari sanalah mereka yakin akan masa depan produknya, maka dari itu mereka tak cepat puas dan bergegas membuat inovasi baru. Dari yang awalnya hanya menjual 2 varian saja yaitu Thai tea dan Greentea, sekarang varian rasa pun di perbanyak menjadi 8 rasa. Yaitu Thai tea, Greentea, Banana, Coffee, Taro, Seasalted caramel, Minty, dan Mixberry. Setiap mereka akan mengeluarkan produk baru, biasanya mereka konsultasikan varian rasa yang baru ini ke pelanggan setia dan tentu saja keluarga, karena akan cenderung lebih jujur kalau soal rasa. Memang sekarang Addictea tidak hanya dikenal sebagai minuman Thai tea, namun juga teh susu karena varian rasa yang semakin beragam. Untuk varian pendahulunya yaitu Thai tea dan Greentea masih menggunakan daun teh asli dari Thailand, tetapi untuk 6 varian rasa lainnya menggunakan daun teh dari Indonesia. Tantangan terbesar bagi mereka sampai saat ini ialah daya tahan produknya. Karena minuman ini berbasis susu dan tanpa pengawet, setelah tutupnya dibuka maka produknya hanya mampu bertahan 6 jam di suhu ruang. Target Pasar Addictea pada awalnya adalah anak muda dan karyawan/pekerja di bidang perbankan dan provider khususnya frontliner karena harapan mereka adalah terjadinya promosi mouth to mouth secara gratis. Titik penjualan Addictea merupakan hasil selektif atas pemilihan mereka dengan metode konsinyasi (titip jual), Addictea sengaja di taruh di tempat anak gaul muda di Bandung dan tempat yang ramai di kunjungi keluarga. Mulai tahun 2016, mereka mulai memfokuskan Addictea di ranah digital. Seperti bergabung dengan Google Bisnisku, memanfaatkan akun media sosial seperti Instagram dan mendaftarkan bisnisnya ke layanan Ojek online Gofood. Dampak dari mengembangkan bisnis melalui digital ini sangat signifikan. Promosi online tersebut lebih banyak mendatangkan banyak pengunjung ke beberapa gerai Addictea di Bandung khsusunya gerai pusat Addictea House dibilangan Cisangkuy.
5
Biasanya yang konsumen lakukan setelah melihat informasi yang ada di Google itu, langsung menelepon admin untuk memesan sejumlah Addictea kemudian mengunjungi gerai yang terletak di Cisangkuy untuk mengambil produk pesaannya yang telah dibekukan sebelum kembali ke kota asal konsumen tersebut.
3) PROSES PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Produksi
Dalam memproduksi teh susu nya, Addictea menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, dimana bahan utama yaitu daun tehnya sebagian besar diimpor langsung dari Negeri Gajah Putih atau Thailand. Pada proses produksi, Addictea sangat memperhatikan ke higienisan produknya, seperti yang ada foto, sebelum melakukan proses produksi, karyawan Addictea wajib menggunkan pelindung kepala dan sarung tangan. Yang menjadi nilai tambah untuk produk Addictea ini adalah mereka tidak menggunakan pengawet, sehingga produk tersebut sehat untuk di konsumsi untuk segala jenis usia walaupun kendalanya ialah tidak bertahan lama. Sebelum melakukan isi minuman pada botol, karyawan Addictea terlebih dahulu memberi label varian rasa pada botol atau kemasan Addictea.
6
Distribusi Sebelum dilakukan pengiriman kepada retailer, diadakan terlebih dahulu quality
control, jika ditemukan produk yang rusak, maka produk tersebut tidak akan dikirimkan kepada retailer dan diganti dengan produk yang baru. Pendistribusian awalnya menggunakan motor dari tempat produksi ke Addictea House namun setiap kali tiba di tempat, ada beberapa minuman yang mengalami kerusakan kemasan. Lalu pada tahun 2015, untuk mengantisipasi kerusakan produk yang mengakibatkan kerugian. Maka pihak Addictea menyiasati dengan membeli mobil walaupun dalam keadaan kondisi ekonomi perusahaan saat itu belum stabil.
Pendistribusian keluar Bandung, yaitu Jakarta. Pihak Addictea bekerja sama dengan pihak Baraya Travel untuk mengantarkan minuman ini ke Jakarta. Proses Freezing yang mencapai titik 0 derajat akan menjaga kualitas teh susu dalam kemasan ini saat sampai Jakarta.
7
4) VARIAN RASA ADDICTEA 1. Thaitea 2. Greentea 3. Taro milktea 4. Banana milktea 5. Coffee milktea 6. Minty milktea 7. Mixberry milktea 8. Seasalted caramel milktea
Tersedia 2 ukuran yaitu 240ml dan 450ml. Harga dareah kota Bandung untuk 240 ml Rp 12.000 dan 450 ml Rp 17.000. Harga dareah kota Jakarta untuk 240 ml Rp 17.000 dan 450 ml Rp 23.000.
5) PENGEMBANGAN PRODUK 1. RASA
Ini merupakan 2 varian rasa yang muncul pertama kali di tahun 2011, rasa teh susu yang ada pada saat itu hanya ada Thai tea dan Green tea. Karena pada misi Addictea itu sendiri ialah ingin produknya bisa ready to go dan bisa dibeli kapanpun seperti minuman 8
kemasan yang sudah tersedia di minimarket pada umumnya. Addictea ini tersedia 2 ukuran yaitu ukuran 240ml dan 450 ml.
Ada pengembangan rasa yang terjadi semenjak pertama berdiri yaitu tahun 2011 hingga tahun 2016, semula hanya tersedia 2 varian rasa saja. Namun setelah berkembang selama 5 tahun, lahirlah varian rasa lainnya yaitu : taro, banana, coffee, dan minty. Varian rasa ini lahir karena ada campur tangan pelanggan setia dan tentunya keluarga, pihak Addictea biasanya memberikan produk sample sebelum memproduksi masal. Hasil dari penyebaran produk sample tersebutlah yang menjadikan dasar apakah rasa yang baru layak dijual atau tidak.
Pada bulan September tahun 2017, Addictea berusaha mengeluarkan varian rasa lainnya yang belum pernah ada sebelumnya. Rasa yang terbaru ialah Seasalted Caramel, Mixberry, dan Peach. Awalnya ketiga rasa ini dijual secara terbatas, namun karena 9
pelanggan setia Addictea merespon dengan baik maka produksi massal untuk ketiga produk ini tetap dilakukan. Maka semenjak 3 rasa ini diluncurkan, varian rasa Addictea jadi bertambah. Total varian rasa menjadi 9 rasa, yaitu : Thaitea, Greentea, Taro, Banana, Coffee, Minty, Seasalted Caramel, Mixberry, dan Peach.
Setelah 6 bulan dari peluncuran 3 rasa baru, yang tadinya 3 rasa tersebut hanya dijual secara terbatas tetapi pada akhirnya karena peminatnya masih tinggi jadi Addictea mengambil langkah untuk memproduksi 3 rasa tersebut secara massal. 6 bulan berlalu, Addictea mendapati bahwa ada salah satu rasa dari 3 rasa baru kurang diminati oleh pasar. Maka dari itu Addictea mengambil langkah untuk memberhentikan produksi rasa Peach. Tetapi 2 rasa yang lainnya dinilai masih sangat baik diterima oleh pasar. Jadi varian rasa Addictea sampai bulan Noveber 2018 ini ada 8 varian rasa yaitu : Thaitea, Greentea, Taro, Banana, Coffee, Minty, Seasalted Caramel, dan Mixberry.
2. BOTOL dan LABEL KEMASAN
10
Pada awal berdiri tahun 2011 hingga tahun 2016 bulan November tepatnya, Addictea memakai kemasan yang sudah ada dipasaran. Karena pada saat awal berdiri Addictea belum mempunyai banyak modal, namun untuk mencapai tujuannya yaitu membuat thai tea on the go pemilik pun mensiasatinya dengan membeli kemasan yang sudah tersedia di pasaran. Kemasan yang besar berukuran 450ml dan untuk yang kecil berukuran 240ml. Untuk pemilihan label minuman juga masih sangat sederhana, hanya terdapat logo, gambar cangkir yang berwarna mengikuti rasanya serta tulisan varian rasa yang sesuai dengan minumannya. Barulah pada saat tahun 2016 bulan November, Addictea melakukan inovasi lagi yaitu mewujudkan milktea on the go dengan desain botol yang lebih handy dan cocok untuk dibawa kemanapun. Pada kemasan yang sekarang ini, botol Addictea terlihat lebih manis karena bentuknya yang memang dipesan khusus dan dibuatkan desainnya secara langsung. Pada botol yang sekarang ini juga terlihat lebih menarik, masih terdapat logo dan varian rasanya seperti kemarin namun gambar yang ada dikemasan terlihat lebih menarik serta penambahan yang terlihat secara signifikan ialah adanya tabel
nutrisi
dan
bagaimana
cara
menyimpan
Addictea
dengan
baik.
11
6) ANALISIS BAB 2 KONSEP BIAYA A. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pada Addictea, bahan baku utamanya adalah 1. Air 2. Daun teh 3. Creamer 4. Skim milk powder Jumlah Produk yang dijual dan Biaya Perhari: a. Air
: 16 Galon (@ Rp 17.000)
b. Daun Teh
: 167 Kg Daun Teh Lokal (@ Rp 3.500) : 3 Kg Daun Teh Thailand (@ Rp 105.000)
c. Creamer
: 2 Kg untuk Botol ukuran 240 ml (@ Rp. 30.000) : 4.5 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 30.000)
d. Skim Milk Powder
: 4.2 Kg untuk Botol ukuran 240 ml (@ Rp. 70.000) : 8.9 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 70.000)
e. Biaya Bahan Baku Langsung : Rp 2.283.500 (Untuk 300.000 mL/hari) Estimasi kebutuhan 300.000 mL/hari didasari oleh wawancara dengan pemilik Addictea yang mengatakan mampu memproduksi hingga 300 Liter/hari. Lalu kami mengasumsikan bahwa bahan baku dibagi menjadi dua karena Addictea menjual 2 produk yang berbeda ukuran sehingga otomatis komposisi minumannya pun berbeda, berikut rincian pembedaan produk dengan asumsi bahwa penjualan untuk ukuran 450 mL lebih banyak 2:1 dibandingkan ukuran 240mL untuk ukuran botol 450ml dialokasikan sebanyak 200.000 ml
jadi memproduksi 445 botol per hari ukuran 450ml
untuk ukuran botol 240ml dialokasikan sebanyak 100.000 ml
jadi memproduksi 416 botol per hari ukuran 240ml
300.000 ml / hari
12
Rincian Biaya Bahan Baku Langsung Perbulam Bahan Baku Langsung
Jumlah Produk yang digunakan
Jumlah Biaya Bahan
Perbulan
Baku Langsung
Air
480 Galon (@ Rp 17.000)
Rp. 8.160.000
Daun The
Rp. 26.985.000
5.010 Kg Daun Teh Lokal (@ Rp 3.500)
90 Kg Daun Teh Thailand (@ Rp 105.000)
Creamer
60 Kg untuk Botol ukuran 240 ml
Rp.5.850.000
(@ Rp. 30.000)
135 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 30.000)
Skim Milk Powder
126 Kg untuk Botol ukuran 240
Rp. 27.510.000
ml (@ Rp. 70.000)
267 Kg untuk Botol ukuran 450 ml (@ Rp. 70.000)
Total
Rp. 68.505.000
Untuk perihal rincian biaya bahan baku langsung perbulan dihitung dari waktu perbulan hanya tinggal mengalikan jumlah produk dengan 30 hari atau 1 bulan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.
13
Jumlah Tenaga Kerja
Gaji
Jumlah Gaji
30 Orang
Rp 2.916.000
Rp 87.500.000
Kami mengasumsikan jumlah tenaga kerja langsung dalam Addictea ada 30 orang peramu dengan rata-rata gaji Rp. 2.916.000 sehingga biaya tenaga kerja langsung perbulannya adalah Rp. 87.500.000 3. Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya. Biaya overhead pabrik antara lain sebagai berikut: a. Bahan Baku Tidak Langsung Rincian Bahan Baku Tidak Langsung Perhari Jenis Bahan
Banyaknya
Harga
Botol
861Unit
Rp 1.306.000
Label
861 Unit
Rp 861.000
Kami berasumsi bahwa Biaya bahan baku tak langsung berupa botol dan labelnya sebanyak 861 Unit dimana 416 unit untuk botol ukuran 240 ml dan 445 unit untuk botol ukuran 450 ml, sehingga jumlahnya pas yaitu 300.000 ml/hari. Rincian Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Perbulan Jenis Bahan
Banyaknya
Harga
Botol
25.830 Unit
Rp 39.180.000
Label
25.830 Unit
Rp 25.830.000
14
Jumlah Biaya
65.010.000
Untuk perihal rincian biaya bahan baku tidak langsung dihitung dari waktu perbulan hanya tinggal mengalikan jumlah biaya dengan 30 hari atau 1 bulan. b. Tenaga Kerja Tidak Langsung Jabatan Manajer Toko
Jumlah 5
Gaji (Rp)
Jumlah Gaji (Rp)
4.200.000
21.000.000
Jumlah BTKTL
21.000.000
Kami mengasumsikan tenaga kerja tidak langsung yang ada di Addictea mencakup 5 orang manajer took dengan rata-rata gaji sebesar Rp. 4.200.000 c. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Produksi Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Listrik
3.000.000
Jumlah
3.000.000
Asumsi pada biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi adalah hanya menggunakan listrik yaitu sebesar Rp. 3.000.000 per bulan, yang digunakan sebagai penunjang produksi. B. Biaya Nonproduksi Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi desain, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. 1. Biaya Penjualan Jenis Biaya
Jumlah
Sewa Rumah
Rp. 32.000.000
Asumsi biaya penjualan hanya mencakup biaya sewa rumah di daerah Cisangkuy pertahun sebesar Rp. 385.000.000, sehingga perbulannya sebesar Rp. 32.000.000. 15
C. Pendapatan Perbulan Jenis Produk
Jumlah Produk
Harga Satuan
Jumlah
yang dijual
Produk
Pendapatan
Perbulan Addictea 240 mL
12.480 Botol
Rp. 12.000
Rp. 134.760.000
Addictea 450 mL
13.250 Botol
Rp. 17.000
Rp. 226.950.000 Rp. 361.710.000
Asumsi pendapatan perbulan berdasarkan jumlah botol yang terjual dimana untuk botol dengan ukuran 450 ml lebih banyak yaitu perbandingannya 2:1 daripada penjualan dengan botol ukuran 240 ml. Dimana pendapatan dari kemasan 450 mL adalah sebesar Rp. 226.950.000 per bulan dan pendapatan dari kemasan 240 mL adalah sebesar Rp 134.760.000. D. Laporan Laba Rugi Perbulan Pendapatan: Pendapatan Penjualan
Rp. 361.710.000
Biaya Operasional: BBBL
Rp. 68.505.000
BTKL
Rp. 87.500.000
BBBTL
Rp. 65.010.000
BTKTL
Rp. 21.000.000
BPPPP
Rp. 3.000.000
BP
Rp. 32.000.000
Total Biaya Operasional Laba Bersih
Rp. 277.015.000 Rp. 84.695.000
Keterangan 16
BBBL
= Biaya Bahan Baku Langsung
BTKL
= Biaya Tenaga Kerja Langsung
BBBTL
= Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
BTKTL
= Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
BPPPP
= Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Produksi
BP
= Biaya Penjualan Dalam laporan laba rugi pendapatan penjualannya sebesar Rp. 361.710.000
kemudian dikurangi dengan total biaya operasional Rp. 277.015.000 yang mencakup biaya bahan baku langsung sebesar Rp. 68.505.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 87.500.000, biaya bahan baku tidak langsung sebesar Rp. 65.010.000, biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 21.000.000, biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi sebesar Rp. 32.000.000, sehingga laba bersih yang diperoleh sebesar Rp. 84.695.0
17
7) ANALISIS BAB 5 BIAYA-VOLUME-LABA Analisis Biaya – Volume – Laba (BVL) menurut Garrison, Noreen, dan Brewer adalah alat bantu yang berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba. Analisis BVL berfokus pada pengaruh dari kelima faktor berikut terhadap laba 1. Harga Produk 2. Volume Penjualan 3. Biaya Variabel per Unit 4. Total Biaya Tetap 5. Bauran Produk yang dijual Bahan baku : 1. Air 2. Daun teh 3. Creamer 4. Skim milk powder Perhari memproduksi 300L, jika sebulan berarti memproduksi 9000 L 1 L = 1000 ml 300L = 300.000ml untuk ukuran botol 450ml dialokasikan sebanyak 200.000 ml
jadi memproduksi 445 botol per hari ukuran 450ml
untuk ukuran botol 245ml dialokasikan sebanyak 100.000 ml
jadi memproduksi 416 botol per hari ukuran 245ml
300.000 ml / hari
Harga jual / hari Botol ukuran 240 ml Botol ukuran 450 ml TOTAL
12.000 x 416 botol 17.000 x 445 botol
Rp 4.992.000 Rp 7.565.000 Rp 12.557.000
18
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan untuk botol ukuran 240 ml terjual sebanyak 416 botol yang seharga Rp 4.992.000 dan untuk botol ukuran 480 ml terjual sebanyak 445 botol yang seharga Rp 7.565.000. Maka jika ditotal penjualan perhari sebesar Rp 12.557.000 Harga jual / bulan Botol ukuran 240 ml Botol ukuran 450 ml TOTAL
4.992.000 x 30 hari 7.565.000 x 30 hari
Rp 149.760.000 Rp 226.950.000 Rp 361.710.000
Untuk penjualan perbulan kami mengasumsikan untuk botol ukuran 240 ml terjual seharga Rp 149.760.000 dan untuk botol ukuran 480 ml terjual seharga Rp 226.950.000. Maka jika ditotal penjualan perhari sebesar Rp 361.710.000 Pengeluaran / hari Botol Botol ukuran 240 ml / @1.000 Botol ukuran 450 ml / @2.000 TOTAL
1.000 x 416 botol 2.000 x 445 botol
Rp 416.000 Rp 890.000 Rp 1.306.000
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan botol ukuran 240ml sebanyak 416 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 416.000 dan memerlukan botol ukuran 480ml sebanyak 445 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 2.000/botol menjadi Rp 890.000. Jika ditotal untuk keperluan botol ini selama sehari biaya yang perlu dikeluarkan sebesar Rp 1.306.000 Label nama botol Botol ukuran 240 ml / @1.000 Botol ukuran 450 ml / @1.000 TOTAL
1.000 x 416 botol 1.000 x 445 botol
Rp 416.000 Rp 445.000 Rp 861.000
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan label untuk nama botol ukuran 240ml sebanyak 416 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 416.000 dan memerlukan label untuk nama botol ukuran 480ml sebanyak 445 botol, lalu dikalikan dengan harga Rp 1.000/botol menjadi Rp 445.000. Jika ditotal untuk label untuk nama botol ini selama sehari biaya yang perlu dikeluarkan sebesar Rp 861.000
19
Bahan baku : Air
Air 1 galon 19 L / @ 17.000 TOTAL
300 L / 19 L = 16 galon / hari 16 galon x 17.000
Rp 272.000 Rp 272.000
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan air mineral sebanyak 16 galon, jika dikalikan dengan biaya pergalon sebesar Rp 17.000 maka total biaya air perhari sebesar Rp 272.000 Bahan baku : Daun teh 1 kg daun teh lokal = 60 cangkir uk 200 ml 60 cangkir x 200 = 1200ml = 1.2L 0.8 kg daun teh Thailand = 160 cangkir uk 200 ml 160 cangkir x 200 = 32000ml = 32L TOTAL
300.000ml x 2/3 = 167kg x Rp 3.500 300.000ml x 1/3 = 3kg x Rp 105.000
Rp 584.500 Rp 315.000 Rp 899.500
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan membutuhkan daun teh lokal sebanyak 167kg, jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 3.500 maka total biaya daun teh per hari sebesar Rp 584.500. Tidak memerlukan daun teh lokal saja namun juga memakai daun teh Thailand. Untuk penggunaaan daun teh Thailand sebanyak 3kg, jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 105.000 maka total biaya daun teh Thaland per hari sebesar Rp 315.000. Maka total pengeluaran dari bahan baku daun the ini sebesar Rp 889.500 Bahan baku : Creamer 1kg premium creamer = Rp 30.000 250 ml membutuhkan 1 sendok teh creamer / 5 gram Botol ukuran 240 ml Botol ukuran 450 ml TOTAL
416tol x 5gr = 2.080 gr = 2 kg 445 botol x 10gr = 4.450 gr = 4.5 kg
4.5 kg + 2 kg = 6.5 kg 6.5 kg x Rp 30.000 Rp 195.000
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan creamer sebanyak 6.5 kg untuk 2 ukuran botol. Jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 30.000 maka total bahan baku creamer sebesar Rp 195.000 Bahan baku : Skim milk powder 1kg premium skim milk powder = Rp 70.000 250 ml membutuhkan 2 sendok teh skim milk powder / 10 gram 20
Botol ukuran 240 ml Botol ukuran 450 ml TOTAL
416 botol x 10gr = 4.160 gr = 4.2 kg 445 botol x 20gr = 8.900 gr = 8.9 kg
4.2 kg + 8.9 kg = 13.1 kg 13.1 kg x Rp 70.000 Rp 917.000
Untuk penjualan perhari kami mengasumsikan memerlukan skim milk powder sebanyak 13.1 kg untuk 2 ukuran botol. Jika dikalikan dengan biaya per kg sebesar Rp 70.000 maka total biaya bahan baku skim milk powder sebesar Rp 917.000. Total pengeluaran biaya variabel perhari Botol plastic Label nama Air Daun the Creamer Skim milk powder TOTAL
Rp 1.306.000 Rp 861.000 Rp 272.000 Rp 899.500 Rp 195.000 Rp 917.000 Rp 4.450.500
Total dari pengeluaran biaya variabel perhari yaitu sebesar Rp 4.450.500 yang mencakup botol plastik, label nama, air, daun teh, creamer, dan skim milk powder. Biaya Variabel perbulan Rp 4.450.500 x 30 hari
Rp 133.515.000
Biaya variabel perbulan diperoleh dari biaya variabel perhari dikalikan dengan 30 hari atau 1 bulan, totalnya ialah Rp 133.515.000. Fixed cost per bulan Gaji karyawan Gaji Manajer Toko Sewa rumah Listrik 2000 watt
30 orang x Rp 2.916.666 5 orang x Rp 4.200.000 Rp 385.000.000 / tahun 385 / 12 bulan
Rp 87.500.000 Rp 21.000.000
2000 watt x Rp 1.500
Rp 3.000.000
Total
Rp 32.000.000
Rp 143.500.000
Fixed cost perbulan diperoleh dari gaji karyawan, gaji manager took, sewa rumah, dan biaya listrik. Total fixed cost perbulan sebesar Rp 143.500.000 21
Margin kontribusi Margin kontribusi adalah analisis biaya-volume-laba bagian dari manajemen akuntansi terhadap margin keuntungan dalam penjualan per unit dan berguna dalam melaksanakan berbagai perhitungan ataut digunakan sebagai ukuran kepengaruhan operasional. Margin Kontribusi (Penjualan – Biaya Variabel per Bulan) 361.710.000 – 133.515.000 = Rp 228.195.000 Diperoleh margin kontribusi dari pengurangan penjualan dan biaya variabel perbulan sebesar Rp 228.195.000. Laba Neto Operasi per Bulan Margin Kontribusi Fixed Cost Laba Neto Operasi
Rp 228.195.000 Rp 143.500.000 Rp 84.695.000
Berdasarkan perhitungan diatas, Addictea telah melewati titik impas nya dan mampu mencetakan laba sebesar Rp 84.695.000. Untuk mengetahui berapa besar penjualan addictea yang harus dicapai agar dapat mencapai titik impas, kami menghitung penjualan nya sebagai berikut Laba Penjualan = Penjualan (1 – Rasio Biaya Variabel) – Biaya Tetap 0 = x (1-0.369121672) -143.500.000 x(0.630878328) = 143.500.000 x = Rp 218.843.853 Lalu, untuk mencari titik impas per unit. Kami menggunakan persamaan sebagai berikut x = (227.460.659 x 25.830) / 277.015.000 x = 21.209 unit
22
Berikut merupakan ilustrasi Hubungan Biaya, Volume, dan Laba pada penjualan Addictea saat ini : Unit Sales 0 21209 25830
Total Cost Sales Data Rp 143,500,000 -(Rp 143,500,000) Rp 227.460.659 Rp 227.460.659 Rp 277.015.000 Rp 361,710,000
Dari grafik diatas, kita dapat mengetahui di titik mana Addictea dapat dikatakan rugi, dapat dikatakan untung, dan dapat dikatakan break even dalam BULANAN
Ketika melakukan penjualan sebanyak 0 Unit, maka Addictea akan mengalami kerugian sebanyak biaya tetap, yaitu sebesar Rp 143.500.000 (RUGI)
Ketika melakukan penjualan sebanyak 21.209 Unit, maka Addictea akan mengalami titik impas, yaitu keadaan yang disebut dengan balik modal, yaitu tidak rugi dan tidak untung, sebesar Rp 0 (BREAK EVEN POINT)
Setelah melewati titik impas, maka Addictea mulai menerima keuntungan. Untuk saat ini Addictea mampu melakukan penjualan sebanyak 25.830 Unit, artinya keuntungan yang Addictea peroleh per bulan adalah sebesar Rp 84.695.000 (UNTUNG) Lalu, jika mengalami kerugian, kemanakah unit yang tidak laku terjual? Karena
Addictea merupakan minuman yang berbahan baku alami dan tanpa pengawet, maka jika tidak didinginkan produk tersebut akan dengan cepat basi, berikut beberapa strategi yang dilakukan oleh Addictea untuk mengatasi hal tersebut
23
Melakukan promosi dengan kuantitas yang besar, misalnya promo “BAYAR 4 DAPAT 5”, hal itu untuk mendorong pembeli untuk membeli lebih sehingga produk dapat dengan cepat dihabiskan.
Lalu langkah berikutnya yang Addictea lakukan adalah dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), dengan membagikan minuman tersebut keberbagai yayasan. Hal yang didapat dari cara tesebut adalah citra Addictea semakin baik dimata pelanggan.
Terakhir, jika hal tersebut tidak berhasil maka mau tidak mau Addictea membuang produknya sebagai wujud Quality Control yang dilakukan oleh Addictea itu sendiri. Dapat disimpulkan, agar mendapatkan kenaikan laba operasi yang semakin besar,
addictea harus bisa menaikan volume penjualan nya agar margin kontribusi ikut meningkat sehingga laba yang diinginkan bisa ikut meningkat.
8) Analisis Akuntansi Manajerial pada Addictea
Sistem Biaya Akuntansi manajemen terkait dengan proses penyediaan informasi relevan (keuangan
dan non keuangan) kepada manajemen (Atkinson, et al. 2012, hal. 2). Proses itu meliputi identifikasi, pengukuran, analisis, interpretasi, dan komunikasi (Hilton & Platt, 2011, hal. 38). Tujuan informasi itu adalah untuk membantu manajemen membuat berbagai keputusan guna pencapaian tujuan organisasi (Bhimani, et al., 2008, hal. 5, Horngren, et al. 2012, hal. 26). Sistem Biaya sendiri sangat berhubungan dengan fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan hingga pengendalian, lalu bagaimana Sistem Biaya pada Addictea?berikut kami jabarkan sesuai dengan macam-macam Sistem Biaya 1. Fungsi Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya Pada fungsi ini, terdapat empat jenis sistem biaya, yaitu Sistem Biaya Target, Sistem Biaya Kaizen, Sistem Biaya Siklus Umur, dan Sistem Biaya Kualitas
24
Sistem Biaya
Definisi
Sistem Target
Biaya
Gagasan/ide dibalik target costing adalah menyeimbangkan antara kebutuhan pelanggan terhadap produk/jasa dengan kebutuhan perusahaan terhadap laba (Emblemsvag, 2003, hal. 44 : Whitecotton, et al. 2011, hal. 150).
Kelebihan/Kekurangan
Sistem Kaizen
Biaya
Kaizen costing merupakan pendekatan yang digunakan secara luas untuk melakukan pengurangan biaya (cost reduction) (Hilton & Plat, 2011, hal. 59). Berbeda dengan target costing yang diterapkan di tahap pengembangan dan perancangan produk, kaizen costing diterapkan di tahap proses produksi (Atkinson, et al., 2012, hal. 273 : Atrill & McLanney, 2009, hal.
Addictea
Kelebihan dari Target Dalam Praktiknya, Costing adalah karena Addictea menentukan harga sesuai mengguanakan keadaan pasar dan laba yang Sistem Biaya diinginkan (Price – Driven Target, Sebelum Costing), Sehingga menentukan harga, menyebabkan harga Addictea melihat kompetitif yang dulu bagaimana menyebabkan pelanggan pasar akan akan lebih tertarik menerima produk mereka, saat itu Kekurangannya dengan harga Thai Tea sistem ini, penentuan harga dipasaran terbilang diciptakan sebelum masa mahal, oleh karena produksi, sehingga itu Addictea terkadang karyawan harus menyesuaikan berkerja keras untuk harganya agar menyesuaikan produksi diterima dengan target biaya yang pelanggan, dengan diharapkan tetap memperkirakan dengan laba yang diinginkan. Kekurangannya, terbukti pada analisis BVL, yang kami lakukan, Addictea harus bekerja keras untuk mencapai titik impas tiap bulannya dengan jumlah yang besar yaitu 21.209 Unit Kelebihan dari Kaizen Addictea tidak Costing adalah efesiensi menggunakan dalam melakukan costing, Sistem Biaya ini, dengan melakukan karena mereka pengurangan biaya pada fase belum memiliki produksi, sehingga dapat standar biaya yang mencapai target laba yang bisa dijadikan diinginkan, kaizen costing standar juga berfungsi sebagai pengurangan biaya system control budget saat proses produksi Kekurangannya, untuk perusahaan yang baru Kelemahannya, berdiri mustahil untuk Addictea tidak melakukan Kaizen Costing dapat mengontrol karena tidak memiliki acuan proses produksi biaya yang akan dijadikan dan sering terjadi standar pengurangan biaya kecacatan produk
25
115) Sistem Biaya Siklus Umur
Sistem Biaya Kualitas
Life cycle costing mengharuskan manajemen memberi perhatian pada semua biaya yang terjadi atau akan terjadi selama siklus umur produk (Atrill & McLanney, 2009, hal. 482).
Tekanan persaingan mengharuskan perusahaan memberikan perhatian lebih terhadap kualitas produk/jasa yang dihasilkan (Hansen, et al., 2009, hal. 497 ; Hoque, 2004, hal. 90). Untuk itu, kualitas dijadikan inisiatif strategis (Horngren, et al., 2012, hal. 693), salah satunya dengan menerapkan manajemen kualitas total (TQM) (Atkinson, et al. 2012, hal. 268 ; Edmonds, et al. 2011, hal. 218)
Kelebihannya mempertimbangkan biaya dari hulu dan hilir Kekurangannya tidak semua perusahaan mampu mengatur biaya hilir atau suppliernya
Kelebihan dari biaya kualitas adalah dapat menghindari terjadinya biaya yang timbul dari produk yang kualitasnya tidak memenuhi standar pelanggan Kekuraangannya biaya ini terkadang merupakan biaya antisipasi
yang terlanjur di produksi Addictea turut menggunakan sistem biaya siklus umur, mereka mempertimbangka n biaya hulu berupa riset dan biaya supplier. Dan biaya hilir berupa pemasaran dan aftersales Dalam kasus addictea, jika terjadi kerusakan produk maka addictea akan menggantinya dengan produk lain, namun tidak melakukan proses produksi ulang melainkan menggunakan produk cadangan
2. Sistem Biaya Pengakuan Biaya Pada sistem ini, terdapat tiga jenis sistem biaya yaitu Biaya Aktual, Biaya Normal dan Biaya Standar. Lalu bagaimana implementasinya pada Addictea? Sistem Biaya
Definisi
Sistem Aktual
Suatu perusahaan dikatakan menggunakan actual costing jika perusahaan itu mengukur dan menetapkan biaya produksi (bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead produksi) kepada produk/jasa berdasarkan biaya aktual (sesungguhnya) (Barfield et al., 2003, hal. 175 ; Hilton & Platt, 2011, hal. 136)
Biaya
Kelebihan/Kekurangan
Addictea
Kelebihan dari actual Addictea tidak costing adalah perhitungan menggunakan biaya benar-benar terjadi, sistem biaya ini, sehingga biaya tersebut karena pada benar-benar praktiknya menggambarkan apa yang addictea harus dibebankan oleh menetapkan perusahaan terlebih dahulu biaya overhead Sementara, tidak semua seperti listrik biaya keluar pada saat itu diawal periode. juga, misalnya listrik yang hanya ada setiap akhir bulan Kelemahannya ini saja, ini menyebabkan biaya akan actual tidak efektif mempengaruhi pengambilan
26
Sistem Normal
Sistem Standar
Biaya
Biaya
Suatu perusahaan dikatakan menggunakan normal costing jika biaya bahan dan tenaga kerja langsung ditetapkan berdasarkan biaya aktual (sesungguhnya), sementara biaya overhead ditetapkan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka (predetermined overhead rate) (Hilton & Platt, 2011, hal. 134) Sistem biaya standar (standard costing) merupakan metode yang sangat berguna bagi banyak perusahaan (Horngren, et al., 2012, hal. 264), karena dapat menyediakan informasi yang berharga untuk pengelolaan dan pengendalian bahan, tenaga kerja, dan aktivitas lainnya yang terkait dengan produksi (Horngren, et al. 2012, hal. 263).
keputusan oleh manager Addictea, dikarenakan biaya BOP yang ditetapkan terlebih dahulu bisa jadi tidak sesuai dengan biaya actual yang akan keluar di akhir periode Addictea tidak menggunakan sistem biaya ini, karena informasi yang diberikan oleh sistem biaya ini masih belum tepat untuk membantu membuat keputusan
Kelebihan dari normal costing adalah manajemen mendapatkan informasi biaya dari setiap aktivitas produksi secara tepat Kelemahannya, tidak setiap harga itu tetap, mungkin saja terjadi perubahan harga di akhir periode
Kelebihan menggunakan sistem biaya standar adalah Biaya lebih terkontrol dan informasinya sangat berguna untuk manajemen dalam membuat keputusan Tingkat ketat ataupun kelonggaran suatu standar tidak bisa diukur
Addictea menggunakan sistem biaya ini, dimana Output dari sistem biaya ini sangat berguna bagi addictea dalam membuat keputusan. Dari Sistem biaya ini, addictea mengetahui berapa biaya yang harusnya dikeluarkan dalam memproduksi addictea, sehingga memungkinkan addictea untuk memperbaik metode produksi, memilih tenaga kerja, dan hal lainnya
3. Sistem Pengakumulasian Biaya
27
Pada Sistem ini, terdapat tiga jenis biaya, yaitu Sistem Biaya Pesanan, Sistem Biaya Proses, dan Sistem Biaya Hybrid Sistem Biaya
Definisi
Sistem Pesanan
Sistem biaya pesanan (job costing) diterapkan di perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan (Crosson & Needles, 2008, hal. 130
Biaya
Kelebihan/Kekurangan
Sistem Proses
Biaya
Process costing diterapkan di perusahaan yang berproduksi secara kontinyu (Hilton & Platt, 2011, hal. 178). Produk/jasa yang dihasilkan bersifat massal (Bhimani, et al., 2008, hal. 123 ; Hilton & Platt, 2011, hal. 178), homogen (Blocher, et al. 2010, hal. 92 ; Vanderbeck, 2010, hal. 29), serta dilakukan melalui proses produksi standar (Whitecotton, et al, 2011, hal. 90)
Addictea
Kelebihan menggunakan Addictea tidak sistem biaya pesanan ialah, menggunakan produsen tidak merasakan metode system kerugian atas barang biaya pesanan dagangannya karena semua karena Addictea barang yang akan dibuat melakukan sudah pasti terjual produksi tidak bergantung dengan Kekurangan dari sistem adanya pesanan biaya pesanan ialah jika saja, melainkan tidak ada pesanan pada hari juga terus menerus itu maka akan mengikuti target mengakibatkan tidak produksi harian. berjalannya proses produksi dan akan menyebabkan Kelemahan jika tidak adanya pemasukan Addictea bagi produsen. menggunakan sistem ini adalah jika pelanggan yang memasan sedikit atau tidak memesan sama sekali, maka Addictea akan mengalami kerugian mengingat banyak beban yang terus ada walaupun produksi tidak berjalan Keuntungan dari sistem Addictea tidak biaya proses ialah ketika menganut sistem konsumen menginginkan biaya proses suatu barang tersebut maka karena walaupun produsen atau distributor Addictea dapat langsung menyediakan menyediakan produk yang diinginkan langsung konsumen pada saat itu juga. produknya tanpa Kerugian dari sistem biaya menunggu proses ialah ketika sudah pesanan dari memproduksi pada jumlah siapapun, Mereka tertentu namun tidak terjual juga menerima semua produknya pada hari order khusus itu maka produsen akan dalam volume mengalami kerugian jika yang lebih besar . biaya produksi dari hasil Namun penjualan produk belum kelemahannya menutup produk yang tidak terjual bisa menjadi beban,
28
Sistem Hybrid
Biaya
Adakalanya perusahaan beroperasi dengan karakteristik produksi yang merupakan kombinasi dari produksi untuk memenuhi pesanan produk/jasa tertentu (customized-products) dan disaat yang sama juga berproduksi untuk tujuan massal (massproducts) (Barfield, et al. 2003, hal. 238 ; Bhimani, et al., 2008, hal. 123). Dengan karakteristik demikian, perusahaan dapat menerapkan hybrid costing (Barfield, et al. 2003, hal. 238 ; Bhimani, et al., 2008, hal. 123).
Karena Addictea memproduksi produk yang Product Lifetime nya sangat singkat, hal ini membuat manajer harus memutar otak agar produknya laku terjual sebelum produk tersebut basi Salah satu caranya adalah dengan promosi Buy 4 Get 5, yang secara tidak langsung membuat pelanggan membeli lebih banyak dari yang mungkin diperlukan.. Kelebihan dari sistem biaya Addictea hybrid ialah produsen menggunakan memecah belah proses metode sistem produksi yaitu dengan biaya hybrid adanya pesanan dan proses. karena Addictea Jadi ketika konsumen juga menerima menginginkan barang pesanan khusus readystock bisa langsung untuk event-event membelinya, namun jika besar dan tentu konsumen menginginkan kuota tersebut bisa jumlah produk tertentu yang dimasukan agak banyak itu bisa didalam ataupun langsung dibuatkan menjadi diluar kuota harian proses pemesanan oleh yang harus terjual produsen. Kelebihannya adalah hal ini membuat Addictea lebih fleksibel dalam menentukan volume penjual dan tidak terpaku pada suatu target tertentu, karena manajer jadi memiliki banyak opsi, mulai dari meningkatkan volume penjualan yang menggunakan produk ready stock hingga
29
menyediakan pesananan khusus dalam volume yang lebih banyak untuk event-event tertentu
4. Sistem Penyajian Biaya Pada Sistem ini, terdapat dua jenis biaya, yaitu Sistem Biaya Serapan dan Sistem Biaya Variabel Sistem Biaya
Definisi
Sistem Serapan
Biaya
Dalam absorption costing, semua biaya produksi baik yang bersifat variabel (bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel) maupun yang bersifat tetap (overhead tetap) diperhitungkan dan disajikan sebagai komponen yang membentuk biaya produk/jasa (Brewer, et al., 2010, hal. 76 ; Hansen & Mowen, 2007, 442 ; Weetman, 2010, hal. p. 107).
Kelebihan/Kekurangan
Sistem Biaya Variabel
Dalam variable costing, hanya biaya produksi yang bersifat variabel (bahan, tenaga kerja langsung, overhead variabel) yang diperhitungkan dan disajikan sebagai komponen biaya produk/jasa (Drury, 2006, hal. 217 ; Norren, et al., 2011, hal. 207 ; Wild & Shaw, 2010, hal. 207), sedangkan biaya overhead tetap diperlakukan sebagai biaya periodik (Barfield, et al., 2003, hal. 444 ; Bhimani, et al., 2008, hal. 200).
Kelebihannya dengan menggunakan absorption costing, jika ada peningkatan persediaan maka beberapa biaya produksi tetap dalam periode berjalan tidak akan tampak dalam laporan keuangan sebagai bagian dalam HPP. absorption costing tidak membuat pembedaan antara biaya variabel dan biaya tetap. Oleh karenanya metode ini tidak cocok untuk perhitungan biaya 'volume' laba yang sangat penting untuk perencanaan dan pengendalian. Kelebihannya dengan menggunakan variable costing, seluruh biaya tetap dalam biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan. Persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibandingkan dengan metode absorption costing. Alasannya adalah bahwa dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi variabel yang dibebankan ke unit yang diproduksi dan oleh karenanya dimasukkan dalam persediaan.
Addictea Addictea tidak menggunakan Sistem Biaya serapan ini Kekurangannya Biaya Produksi bisa berubahrubah dalam laporan keuangan, yang bisa menyebabkan pengambilan keputusan dapat lebih rumit
Addictea menggunakan sistem biaya variabel ini dalam sistem penyajian biayanya, karena pada praktiknya Addictea memperhitungkan listrik dan BOP lainnya sebagai beban Hal ini mempermudah Addictea untuk membuat keputusan manajerial seperti mengontrol beban biaya
30
5. Sistem Pengalokasian Biaya Overhead
Sistem Biaya
Definisi
Sistem Pengalokasian BOP Tarif Tunggal
Dalam metode ini, biaya overhead dialokasikan kepada produk/jasa berdasarkan tarif tunggal (Bamber, et al., 2008, hal. 261).
Kelebihan/Kekurangan
Sistem Pengalokasian BOP Tarif Departemental
Dalam metode ini, biaya overhead ditetapkan kepada produk/jasa berdasarkan tarif overhead yang ditetapkan untuk masingmasing departemen produksi (Hansen, et al., 2009, hal. 89). Jika perusahaan menerapkan tarif departemental, penetapan biaya overhead kepada produk/jasa dilakukan dalam 2 (dua) tahapan yang disebut dengan two-stage cost allocation
Addictea
Kelebihan dari metode Addictea tidak sistem pengalokasian BOP menggunakan tarif tunggal ini ialah sistem Perusahaan hanya pengalokasian menggunakan tarif biaya BOP tarif tunggal overhead pabrik untuk Karena pada pembebanan biaya overhead metode ini, sangat pabrik ke pesanan maupun rawan terjadi produknya dari awal sampai kesalahan akhir proses. perhitungan biaya Kelemahannya sering terjadi untuk produkkesalahan perhitungan biaya produk yang memiliki volume tinggi dan tenaga kerja langsung yang tinggi, dimana kedua hal tersebut ada pada Addictea Kesalahan perhitungan biaya merupakan hal yang sangat krusial, karena mempengaruhi pengambilan keputusan oleh seorang manajer Kelebihan dari sistem Addictea tidak pengalokasian BOP tariff menggunakan departemental ialah sistem Perusahaan dapat pengalokasian menetapkan tarif biaya BOP tarif overhead pabrik untuk setiap departemental tahapan atau departemen karena Addictea produksi yang ada di tidak memiliki perusahaan. Jumlah tarif lebih dari satu biaya overhead pabrik departemen tergantung dari tahapan atau produksi. departemen produksi yang ada.
(Hilton & Platt, 2011, hal. 138).
31
Sistem Pengalokasian BOP Aktivitas
Activity-based costing fokus pada aktivitas sebagai dasar pengalokasian biaya overhead ke produk/jasa (Oliver & Horngren, 2010, hal. 99 ; Warren, et al., 2009, hal. 451 ; Whitecotton, et al, 2011, hal. 137). Ini berbeda dengan functional-based costing yang mengalokasikan biaya overhead berdasarkan plantwide rates (Bamber, et al., 2008, hal. 261 ; Hansen, et al., 2009, hal. 87) atau departemental rates (Bamber, et al., 2008, hal. 262 ; Hansen, et al., 2009, hal. 89).
Kelebihan dari sistem Addictea pengalokasian BOP aktivitas menggunakan ialah perusahaan dapat sistem menetapkan tarif biaya pengalokasian overhead pabrik untuk setiap BOP aktivitas aktivitas yang terjadi dalam karena Addictea pembuatan produknya. Cara membuat anggaran ini dikenal dengan Activity ketika munculnya Based Costing (ABC). proses pembuatan produk. Sistem biaya ini memungkinkan Addictea untuk mendapat gambaran mengenai prinsip dasar manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Sehingga sangat berguna untuk analisis profitabilitas yang mungkin akan dilakukan oleh Addictea Addicte pun dapat membuat estimasi biaya dan improvement process
Analisis Biaya, Volume, dan Laba (Cost, Volume, and Profit) Analisis Biaya – Volume – Laba (BVL) menurut Garrison, Noreen, dan Brewer adalah alat bantu yang berguna bagi manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba. Analisis BVL berfokus pada pengaruh dari kelima faktor berikut terhadap laba 1. Harga Produk 2. Volume Penjualan 3. Biaya Variabel per Unit 4. Total Biaya Tetap 5. Bauran Produk yang dijual
32
Indikator Analisis
Informasi
Biaya, Informasi
Volume, dan Laba
Tindakan Manajer
yang Diasumsikan jika Addictea tidak melakukan
diperoleh
berupa inovasi untuk mengeluarkan produk baru yang
Hubungan
antara menggunakan bahan baku yang berbeda dan
Biaya
Produk, hanya mengeluarkan varian rasa baru yang
Volume
Produk bahan bakunya hampir sama, maka tindakan
dan Laba Produk
yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan laba
adalah
dengan
terus
meningkatkan
penjualan produk dengan harga yang sama atau meningkatkan harga jual produk. Biaya Produksi
Diasumsikan jika biaya produksi yang salah satunya
terdiri
dari
biaya
bahan
baku
mengalami kenaikan, maka hal yang dapat dilakukan
oleh
manajer
ialah
harus
meminimalkan pemborosan bahan baku dengan cara : pembelian bahan baku dengan teliti dan cermat, Belilah bahan baku yang berkualitas baik, hal ini bisa dilakukan dengan mencari suplier yang dapat memberikan bahan baku yang berkualitas dengan harga yang sesuai, karena bahan baku yang berkualitas baik akan menghasilkan produk yang berkualitas baik pula. Lalu kurangi pemborosan dengan cara yang terampil. Dalam usaha sektor industri, keterampilan akan menghasilkan penghematan, karena dengan keterampilan mengolah bahan baku dan bahan penolong yang baik, akan menghindarkan dari rusaknya bahan bahan yang digunakan.
33
BAB III PENUTUP
1. SIMPULAN Dari yang sudah diuraikan pada bab pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa agar mendapatkan kenaikan laba operasi yang semakin besar, addictea harus bisa menaikan volume penjualan nya agar margin kontribusi ikut meningkat sehingga laba yang diinginkan bisa ikut meningkat.
2. SARAN Saran penulis adalah perbanyak membaca literature tentang Analisis Biaya, Volume, dan Laba untuk memahami secara menyeluruh adalah dengan banyak membaca. Applikasi Learning Cooperative Method (LCM) A. Manfaat Learning Cooperative Method (LCM) 1. Mahasiswa tidak pasif yaitu hanya mendengarkan saja, namun mahasiswa dituntut untuk Aktif sehingga timbul rasa ingin tahu mahasiswa dalam suatu hal. Misalnya dalam pembahasan bab ini kami jadi mengerti mengenai dampaknya biaya, volume, dan laba dalam suatu produk 2. Mampu membuat mahasiswa mengerti dan memahami akan banyak persepsi terhadap suatu objek, sehingga mahasiswa mampu menghadapi yang namanya perbedaan dan tidak menghindarinya begitu saja
B. Kelebihan Learning Cooperative Method (LCM) 1. Tidak berorientasikan kepada nilai namun kepada pemahaman mahasiswanya, hal ini penting karena orientasi kepada nilai merupakan hal yang sangat salah. Hal tersebut membuat siswa dan mahasiswa di Indonesia tidak terlalu fokus kepada pemahaman, melainkan kepada bagaimana cara mendapatkan nilai yang tinggi ketika ujian, sehingga timbul lah kegiatan mencontek dan lain sebagainya.
34
C. Kekurangan Learning Cooperative Method (LCM) 1. Secara konsep LCM sudah sangat bagus, secara praktik LCM belum dilaksanakan dengan baik, mungkin karena LCM ini membutuhkan dukungan secara kurikulum. Namun kurikulum yang ada masih berdasarkan nilai.
35