Paper Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: divazalza
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,481
  • Pages: 16
BAB II PEMBAHASAN A. Teori kepribadian Donald Wood Winnicott Donald Winnicott (1896-1971) adalah seorang dokter anak di London. Sejak tahun 1920-an dan 1980-an winnicott belajar psikoanalisis kepada Melanie klein. Ia memandang aspek kunci dari perkembangan kepribadian yang sehat berakar pada hubungan dan mikro-interaksi dengan orang lain, sehingga winnicott memusatkan perhatiannya pada object relations teori. Teori relasi objek adalah teori psikodinamika dalam psikologi psikoanalitik. Teori ini menjelaskan proses pengembangan pikiran sebagai salah satu perkembangan dalam hubungannya dengan orang lain dalam lingkungan.. Winnicott (1998) percaya bahwa kita lahir sebagai kumpulan emosi yang kacau balau dan di dominasi naluri-naluri kuat untuk menjalin keakraban, bersosialisasi dan membina hubungan dengan orang lain. Teori relasi objek merupakan turunan dari teori insting dari Freud, namun terdapat 3 perbedaan : a. Teori relasi objek memberi penekanan yang lebih kecil pada dorongandorongan biologis dan lebih menekankan pada pola-pola relasi interpersonal yang konsisten. b. Teori Freud lebih bersifat paternalistik yang lebih menekankan power dan kontrol dari seorang ayah. Sementara teori relasi objek cenderung bersifat maternal atau menekankan pada peran ibu yang berelasi secara akrab dan mengasuh. c. Para ahli dalam teori relasi objek memandang kontak dan relasi antar manusia – bukannya kenikmatan seksual – sebagai motif dasar perilaku manusia.

B. Pandangan Dasar tentang Kepribadian menurut Donald Woods Winnicott

1

a. Awal Teori: Pengaruh Kleinian Diluar karir Winnicot sebagai psikoanalitik, ia juga mengasimilasi formulasi Freud, baik dari membaca maupun dari persepsi pribadinya dengan james starchy (1887-1967) seorang analisis inggris yang

juga menjadi

penerjemah freud. Selama menganalisis, strachey merekomendasikan Winnicot untuk bertemu dengan melanie klein untuk

belajar lebih banyak mengenai

pengaplikasian psikoanalisis pada anak. Winnicot pun mengikuti saran dari Strachey dan menghubungi Klein pada tahun 1931, 2 tahun sebelum ia mengakhiri karirnya. b. Pandangan Winnicott tentang Melanie Klein Winnicott melihat bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh melanie Klein sangat memberikan pengaruh besar terhadap fungsi emosional tahap awal saat masa bayi. Seperti yang telah kita lihat, Klein ini telah memperluas teori psikoanalitiknya dari awal masa bayi hingga untuk kehidupan bayi sehari hari. Suatu waktu, Winnicot berpikir bahwa klenian merupakan teori yang sangat cocok dan gampang untuk diikuti. Observasinya sendiri sebagai dokter anak telah ditinggalkannya karena ia telah menerima pemikiran bahwa anak juga bisa sakit secara emosional sebelum periode oedipal di umur 5 dan 6 tahun 

The Manic Defense: Inner and Outer realitas (pertahanan manik: realitas luar dan dalam) Winnicott mengubah posisi manik Klein terhadap penekanannya pada kekuasaan sepenuhnya dari dunia luar. Dia berpendapat bahwa pertahanan perkembangan manic defense yang normal itu akan melawan perasaan depresi dan memaksa defender untuk meminimalisir bukan memaksimalkan defensenya.



Depathologizing The Depressive Position: The Ruth and Ruthless Pada makalah selanjutnya, Winnicott menerapkan strategi yang sama untuk pembahasan yang lebih lengkap mengenai posisi depresi dari Kleinian (Winnicott, 1954-1955 / 1992). Depresi adalah penyakit buruk

2

dan Ia mengusulkan bahwa Klein menyarankan bahwa istilah, tahap perhatian, akan lebih akurat. sehingga winnicott mengambil konsep Kleinian yang tersirat kelainan dan berubah untuk menunjukkan suatu proses yang lebih normal. Winnicott setuju dengan Klein bahwa bayi mulai hubungannya dengan obyek eksternal lebih atau kurang "pra-ruth," yaitu, kejam (bengis) dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan imajinasi dari Lewis Carroll, Winnicott menunjukkan bahwa bayi secara bertahap melewati dari tahap pra-ruth ke tahap ruth (mampu kasihan).

Konsultasi winnicott terhadap elemen Banyak pengalaman yang di peroleh Winnicott dari konsultasi yang relative singkat dengan orang tua dan ank anak, utamnya pada saat masa perang dunia II dan juga dalam klinik rumah sakit. Saat konsultasi, Winnicot menyediakan sejumlah layanan termasuk diagnosis, serta perawatan untuk anak, dan rekomendasi untuk penempatan perawatan khusus pada pasiennya. Winnicott yang mengenmbankan perspektif tunggal yang fleksibel. kendala nya bahwa dunia nyata anak-anak tertekan dan kondisi hidup yang disediakan untuk mereka oleh orang tua mereka, mencapai makna khusus dalam gambarpemikiran komposit dari metode konsultasi Winnicott menyoroti teknik dan asumsi ini. Langkah-langkah diagnosis winnicott -

Mengambil sejarah dan membuat diagnosis Winnicott percaya perlu untuk mendapatkan narasi yang lengkap dan kronologis dari kehidupan anak.

-

Mengambil alih, mengambil catatan, luangkan waktu Dari sudut pandang praktek medis, Winnicot percaya pada pengembalian alih konsultasi, baik sebagai seorang dokter anak dan sebagai psikoterapis psikodiasnostik, Winnicott berasumsi bahwa

3

tanggung jawabnya adalah untuk memberikan pengaturan yang terstruktur pada anak dan orangtua merasa cukup aman untuk berkomunikasi makna mereka di tempatkan pada gejala yang menyedihkan yg dialami anak.. -

Menggunakan apa yang tersedia: sedikit di perlukan, sesederhana mungkin. Winnicott kreatif dalam membantu mendaftarkan anak, orang tua, guru, atau petugas social untuk melakukan rencana pengobatan dilingkungan anak sehari hari. Winnicott peka terhadap kebutuhan ekonomi dan efisiensi dalam pengobatan gangguan masa kanakkanak, ia sensitif di bawa kedalam prkatek psikoanalitik.

-

Tidak bersemangat untuk menjadi pintar, tidak berbicara banyak. mendengarkan. Winnicott belajar pelajaran yang sanagt tidak biasa dalam pendidikan medis dari seorang guru dari pediatrics Dr. thirmans horder di rumah sakit St. Bartholomew.

-

Kehidupan normal biasanya sulit. Gejala lebih muda. Winnicott diakui bahwa perilaku menyimpang anak memiliki beberapa fungsi, berbagai gejala dapat berkomunikasi yang artinya tidak selalu abnormal kadang kadang winnicot menyatakan tindakan terbaik untuk terapis anak adalah tidak melakukan apa- apa. Hanya menunggu dan melihat pertumbuhan anak

Itu adalah cara efektif

sebagai bentuk terapi pada anak. -

Mengapa kehidupan normal sulit: dari ilusi untuk kekecewaan Winnicot menujukkan konflik antara dunia fantasi dan dunia realitas terhadap anak – anak dengan berbagai tingkat kekecewaan, bayi belajar bahwa apa yang mereka inginkan tidak selalu tersedia. Perasaan frustasi merupakan fakta yang sesungguhnya.

4

C. STRUKTUR KEPRIBADIAN Coretan, spatula, dan niffle The squiggle Awal mula bekerja dengan anak-anak, Winnicot sering kali menggambar garis-garis acak atau doodle yang terlihat ambigu di atas kertas. Ia kemudian meminta si anak untuk membuat atau menggambar sesuatu dari garis yang telah ia buat tadi, setelah itu ia akan meminta sang anak untuk bercerita tentang apa yang ia gambar dan mengapa ia menggambar hal tersebut. Setelah mendengar cerita si anak, kini giliran Winnicot, dengan bakat menggambarnya, ia akan “menyulap” gambaran tadi menjadi gambar yang bermakna yang bahkan tak terbayangkan oleh si anak tadi. Squiggle demi squiggle Winnicot gunakan untuk membuat para pasiennya bercerita dengan tenang dan nyaman. Setelah beberapa kali “konsultasi” dilakukan, Winnicot mengajarkan para pasiennya untuk belajar mengekspresikan dirinya. Setelah itu, Winnicot akan melakukan psikoterapi melalui permainan. Dari Ilustrasi di bawah ini, dapat dilihat cara Winnicot menggunakan squiggle pada pasiennya yang berumur 12 tahun bernama Patrick. The Spatula Winnicot sering kali menggunakan teknik yang aneh tetapi kreatif dalam berkomunikasi dengan pasiennya. Ruang tunggu di rumah sakit tempatnya bekerja sering kali dipenuhi oleh para ibu dan anaknya. Satu demi satu, mereka masuk ke ruang konsultasi Winnicot dengan membuat langkah besar hingga sampai ke kursi pasien, ia pun diminta untuk duduk bersama anaknya di pangkuannya. Jarak yang agak jauh dari pintu hingga kursi dibuat agar Winnicot bisa mengobservasi bagaimana sang ibu menangani anaknya serta sikap keduanya saat mereka memasuki ruang konsultasi. Ia lalu meminta sang ibu dan sang anak untuk duduk bersama di samping meja yang diatasnya telah ditaruh benda berkilau, penekan lidah dari baja yang

5

disebut “spatula”. Winnicot menginstruksikan kepada si ibu dan setiap observer yang hadir tentang apa yang harus ia lakukan, khususnya mengenai keinginan mereka untuk membatasi keinginan sang anak. Alhasil, “Situasi yang telah dibuat” oleh Winnicot tumbuh menjadi proses yang cocok untuk mengukur kepribadian ibu dan anak. Observasi yang dilakukan Winnicot, misalnya, ibu yang “keberatan terhadap pergerakan mulut dan penanganan

benda

yang

dilakukan

anak”

serta

mengkomunikasikan

“kemuakannya” dengan sang anak dengan cara yang halus dan juga tidak terlalu halus. Kecemasan impusif ibu yaitu tidak bisa menahan keinginan mereka untuk memperhatikan dan memberikan kenyamanan pada bayinya. Perhatian yang terlalu besar seringkali memiliki efek paradox yang mengganggu usaha spontan anak dalam mengatasi berbagai situasi. Ibu yang kompetitif melihat situasi ini sebagai tes intelegensi. Ibu-ibu tersebut melatih dan mendorong anak mereka ke sesuatu yang mereka pikir suatu “kesuksesan” dalam menggenggam spatula. The Niffle Tom yang berumur 5 tahun terluka saat sedang dalam perjalanan untuk berlibur bersama keluarganya dan dievakuasi di rumah sakit yang jauh dari kota. Ibunya menemaninya, tapi akhirnya meninggalkan Tom sendirian di rumah sakit. Tom merasa sulit tidur tanpa apa yang ia sebut "niffle. Bahkan, disana sudah disediakan tiga niflles, tetapi hanya salah satu dari mereka yang merupakan niffle Tom. Ia bisa membedakan niffle khususnya dari dua lainnya bahkan dalam kondisi gelap. Saat kembali di rumah, ibu Tom mencoba untuk mengirimkan niffle ke rumah sakit anaknya tapi niffle tersebut tidak sampai ke rumah sakit dan tak pernah terlihat lagi. Walaupun Tom telah pulih dan kembali ke keluarganya, ia tampak seperti anak yang berbeda dari sebelumnya. Ia menjadi benci terhadap ibunya dan bahkan menolak untuk dirawat oleh ibunya. Tom bertindak menjengkelkan dan berbicara dengan nada tinggi. Ibu Tom sangat benci dengan suara yang dibuat oleh anaknya.

6

Ketika ditanya oleh Winnicott, Tom menuliskan semuanya: "Tapi saya berharap saya memiliki niffle kecil tersebut. Kita telah melihat beberapa anak yang sangat melekat dengan boneka beruang mereka, mereka dibuat nyaman oleh selimut lembut yang berada disekitarnya, dan kesenangan mereka dalam hal-hal lain. Winnicott memahami bahwa boneka beruang, selimut, dan niffles di dunia ini memiliki fungsi menjembatani kesenjangan antara ketergantungan anak pada ibu mereka dan keinginan mereka untuk bebas. Winnicott menyebutnya seperti “benda-benda transisi”. Pengalaman Tom akan kehilangan nifflenya sebagai pengalaman yang menggambarkan kehilangan yang mendalam pada cinta, keamanan, dan kepercayaan.

Winnicott membagi struktur kepribadian menjadi “True Self” atau diri sejati dan “False Self” atau diri palsu. Hipotesis akhir Winnicott mengatakan bahwa tujuan utama dari False Self adalah menutupi True Self . DIRI SEJATI DAN DIRI YANG PALSU Winnicott mempunyai konsep “diri sejati’ dan “diri yang palsu”. Konsep ini mengacu pada hubungan pengasuhan ibu dan bayi jika hubungan pengasuhan terhadap bayinya cukup baik, maka pada saat bayi itu berkembang melalui 3 tahapan : ketergantungan mutlak, ketergantungan relatif dan mandiri relatif, ia akan mampu mengembangkan pemahaman atau kesadaran sejati mengenai kekuasaan-kekuasaan dirinya di dalam relasinya dengan kekuasaan dan autoritas sejati dari dunia objek. Hasil akhir dalam diri palsu itu adalah orang-orang yang memakai “topeng” untuk memenuhi atau kebutuhan lingkungan sosialnya atau orang-orang penting di dalam hidupnya sedemikian rupa sehingga diri sejatinya yang seharusnya ada jika seseorang dibiarkan hidup sesuai dengan keinginannya tampaknya hilang atau tidak ada sama sekali. a. Levels of organization of the False Self Winnicoott membedakan lima 'tingkat' yang berbeda dari kepribadian diri palsu.

7

False self

True self

Consequence

Extreme maladaptive:

Sepenuhnya tersembunyi

False self akan gagal

mask

dibawah false self yang

ketika kehidupan

sama sekali menurut

menginginkan seseorang yang spontan seutuhnya spontan

Moderately maladaptive

Mengizinkan kehidupan

Perawatan individual

: caretaker

yang rahasia, dianggap

yang berada di

sebagai diri yang

lingkungan abnormal,

potensial

kurangnya spontanitas, dan kehidupan

Minimally adaptive: defender

Menunggu kondisi saat

Kemungkinan bunuh diri

aman atau saat yang

apabila hilangnya

diinginkan untuk

harapan terhadap kondisi

mengungkapkan true self

yang aman; kurangnya kehidupan

Moderately adaptive:

Mengidentifikasi dengan

Hidup yang sukses, tapi

imitator

perhatian atau objek

dengan tidak adanya

yang produktif sebagai

kejujuran, dan

model

kehidupan

Sosialisasi yang normal

Kerendahan hati,

terhadap kesopanan dan

kesopanan, dan sukses

pengekangan-diri

dalam besosialisasi

Adaptive: facilitator

8

1. Extremely Maladaptive: Mask (Sangat maladaptif: topeng) Dalam hal ini diri palsu ini disusun sebagai suatu hal yang nyata dan berhubungan hanya dalam pekerjaan, cinta, bermain, dan persahabatan. Diri sejati benar-benar bertopeng. Dengan waktu, bagaimanapun, palsu menunjukkan diri tanda-tanda gagal karena hidup terus menyajikan situasi di mana seluruh orang diperlukan. 2. Moderately Maladaptive: Caretaker (Cukup maladaptif: caretaker) Diri palsu membela diri sejati dan bahkan berfungsi sebagai pelindung atau penjaga. Diri sejati remang diakui asa potensi diri dan diizinkan, 3. Miinimally Adaptive: Defender (Minimal adaptif: Bek) Diri palsu dapat berfungsi sebagai bek terhadap eksploitasi diri yang sejati, menunggu waktu sampai kondisi yang tepat untuk munculnya diri sejati jika tidak dapat menemukan kondisi aman diri palsu bisa membela diri sejati. Ketika tidak ada harapan yang tersisa bahwa diri sejati bisa muncul dengan aman, maka diri palsu dapat memobilisasi setara psikologis kebijakan bumi hangus, upaya diri palsu atau melakukan bunuh diri dengan maksud paradoks mencegah pemusnahan diri sejati 4. Moderately Adaptive: Imitator (Cukup adaptif: peniru) Sebuah diri palsu diselenggarakan dalam kepribadian, tetapi adalah model peduli, productiye, dan orang-orang pelindung. Meskipun orang tersebut merasa seolah-olah dia tidak benar-benar nyata, atau terusmenerus mencari dirinya yang sebenarnya, diri palsu terdapat identifikasi jinak yang dapat bernegosiasi kehidupan yang sangat sukses.

9

5. Adaptive: Facilitator (Adaptif: fasilitator) Diri palsu diatur biasanya sebagai biasa sosialisasi, termasuk perilaku sopan, kesopanan pribadi dan kontrol yang disengaja atas keinginan pribadi dan mendesak. Tanpa diri palsu ini berbahaya, semacam alter ego canggih sosial, dorongan. Diri sejati apa adanya tidak akan mencapai pleace di masyarakat sebagai sukses atau sebagai memuaskan.

D. Dinamika Kepribadian menurut Donald Woods Winnicott a. A good-enough mother A good-enough mother, atau ibu yang cukup baik menurut winnicott memberikan dorongan dan dukungan terhadap bayi. Ibu yang cukup baik melindungi bayi dari kepuasan kebutuhan yang tidak dapat diandalkan, perpisahan yang berkepanjangan, intoleransi dari kebutuhan dan agresi yang kekanakan, atau ketidakmampuan untuk membuat bayi merasa aman. Kebalikan dari ibu yang cukup baik adalah the not-goodenough mother atau ibu yang tidak cukup baik. b. False self Winnicott membuat hipotesis bahwa tujuan utama dari false self atau diri yang palsu adalah mekanisme pertahanan diri dari true self. Diri yang palsu ini seperti topeng atau cangkang yang orang lain persepsikan sebagai diri yang asli dan dapat sepenuhnya menutupi true self seutuhnya. Asal mula diri yang palsu ini adalah kegagalan hubungan antara ibu dan bayi pada fase sebelum penggabungan kepribadian bayi. Ibu yang tidak cukup baik dalam menjaga bayinya secara aman dan tidak dapat diandalkan. Kesalahan selanjutnya adalah ibu yang tidak cukup baik, tidak membantu bayinya menghubungkan gerakan yang spontan dengan efek yang dapat diobservasi, termasuk reaksinya sendiri.

10

The True Self: Aliveness (diri sejati: gairah) Diri sejati, dalam pandangan Winnicott, adalah nyata, spontancous, dan kreatif. Ini berasal dari "aliveness" dari jaringan tubuh dan fungsi, terutama detak jantung dan keteraturan pernapasan di awal, diri sejati ini terkait dengan proses berpikir utama dari sadar dan karena itu tidak responsif terhadap realty eksternal, diri sejati adalah sinonim untuk "pengalaman aliveness”. Bahaya terbesar dari diri palsu yang sukses adalah bahwa hal itu akan sukses. Dengan menyembunyikan diri sejati, diri palsu bisa mengubur potensi yang begitu dalam bahwa mereka tidak lagi dapat diakses, tidak lagi merupakan inti dari orang tersebut "terjadi menjadi" terlalu sukses "diri palsu ironisnya dapat mengakibatkan sangat obliterasi diri sejati bahwa yang pada awalnya diciptakan untuk mencegah. Transitional Objects Objek transisional, menurut Winnicott adalah segala sesuatu yang anak anak dapat hubungkan dengan diri mereka. Pada mulanya bayi yang memasukkan tangannya kedalam mulut kemudian mengekspolrasinya menggunakan lidah dan bibir, mirip dengan payudara dan botol. Kemudian berkembang menjadi objek eksternal seperti mainan atau boneka yang menjadi objek transisional yang memiliki hubungan dengan dirinya. Pada awalnya, ketika kebutuhan bayi muncul, ia menyediakan objek dari dirinya sendiri (tangan atau ibu jari yang masuk ke dalam mulut). Kadang- kadang bayi tersebut menangis dan tanda-tanda lain yang mengisyaratkan distress akan muncul. Dari sudut pandang anak, terdapat keinginan untuk memiliki sesuatu yang menghasilkan kepuasan. Dalam beberapa kasus, ibu yang sensitif dan peka akan membaca tanda-tanda dari anak terhadap rasa penasaran ataupun distress, kemudian memberikan objek yang benar-benar diinginkan oleh anaknya, misalnya seperti teddy bear atau selimut kesukaanya. Winnicott menyebut hal ini sebagai “moment of illusion”.

11

Apa yang terpenting bagi Winnicott adalah bukan hanya objek itu sendiri melainkan proses transisi antara halusinasi yang subjektif dan pengujian realitas objektif. Objek objek tersebut tidak sepenuhnya magical dan tidak juga sepenuhnya asli. Mereka adalah objek yang transisional.

E. DINAMIKA KEPRIBADIAN TEORI D.W. WINNICOTT A. Centered Relating (hub. Terpusat) Centered relating adalah relasi yang paling mendalam di antara dua pribadi, yaitu suatu relasi psikologis dengan dasar fisik/biologis yang besar, yang didalamnya prototipenya adalah relasi antara ibu dan anak. Centered relating dibantu oleh fungsi mirroring ketika ibu mencerminkan pada bayi mood si bayi dan dampaknya pada ibu, sementara bayi mencerminkan kembali pada ibunya mengenai pengalaman apa yang dirasakannya tentang mothering yang dilakukan ibu. B. Centered Holding Terciptanya transitional space dan terciptanya centered relating merupakan hasil kontribusi aktif ibu dan bayi. Namun demikian,

ibulah

yang

memegang

tanggung

jawab

atas

perkembangannya. Kemampuan ibu menyediakan ruang dan materi untuk centered relating melalui physical handling (penanganan fisik) dan mental preoccupation (keasyikan mental) dengan bayi disebut centered holding. C. Contextual Holding

12

Contextual holding memberikan perluasan lingkungan dari kehadiran ibu, memberikan bayi bertumbuhnya kesadaran akan perasaan otherness-nya, namun hanya centered relating yang memberikan rasa keunikan individunya. Contextual holding terjadi pada berbagai tingkatan. Lebih dalam lagi ada contextual holding yang diberikan ayah untuk ibu dan bayi. Lingkaran terdalam adalah contextual holding yang diberikan/disediakan ibu untuk dirinya sendiri dan bayinya. Pada lingkaran ini adalah centered holding yang di dalamnya ibu dan bayi berkomunikasi dan berinteraksi, saling berbagi, membangun dan mengubah dunia internal mereka melalui centered relationship. KONSEP HOLDING a. Tedensi anti sosial Terhubung ke konsep holding perilaku pra-tunggakan, yang disebut Winnicott sebagai “kecenderungan anti-sosial”. Dia mengatakan ini bukan diagnosis. Hal ini dapat ditemukan dalam individu normal, atau dalam satu yang neurotik atau psikotik . Sebaliknya, Winnicott melihatnya sebagai sebuah tangisan untuk bantuan, sebagai pencarian untuk pegangan yang sebelumnya tidak ditemukan dalam keluarga itu sendiri. Kegiatan antisosial untuk Winnicott adalah ekspresi dari perasaan anak yang tidak mendapatkan rasa aman dari keluarga. b. Rasa yang menjadi Salah satu unsur Winnicott dianggap bisa hilang di masa kecil adalah apa yang disebut perasaan. Untuk Winnicott, rasa yang adalah yang utama, rasa melakukan merupakan hasil dari pengembangan fungsi-ego berarti melakukan terlalu banyak, terlalu sedikit, rasa diri palsu. Kapasitas untuk “menjadi”, merasa hidup sangat penting untuk bayi. Salah satu penangkal potensi kerugian menjadi adalah kemampuan anak untuk bermain. c. Bermain dan realitas Tema sentral berjalan melalui kerja Winnicott adalah gagasan bermain, salah satunya contoh kecil dari ini adalah permainan coretan dalam konsultasi

13

(Winnicott 1958). Dia akan menggambarkan bentuk dan mengajak anak untuk membuat sesuatu,atau sebaliknya anak itu akan menggambarkan bentuk untuk melakukan sesuatu dengan analisis yang akan mengembangkan ide dalam arti menggunakan bentuk yang tidak lengkap dalam pekerjaan, daripada wawasan analis memonopoli dalam satu sesi. Bermain juga dengan objek transisi untuk membantu dia mengatasi pemisahan. Menurut Winnicott bermain merupakan aspek penting dari perkembangan yang sehat didalam masa perkembangan anak-anak. Alternative yang dilihat adalah lompatan imitative kedepan untuk sebuah peniruan, pergabungan tersebut dari dengan yang lain yang dapat menjelaskan kedewasaan palsu yang sering kita temui pada anak.

Perkembangan Kepribadian menurut Donald Woods Winnicott a. Primitive Personality Development Pengamatan Winnicott terhadap bayi dengan menggunakan spatula telah membuktikan bahwa bayi berusia lima bulan mengerti bahwa objek yang mereka capai berada di luar dan terpisah dari diri mereka sendiri. Selanjutnya, bayi yang memasukkan spatula ke mulutnya harus sadar bahwa benda tersebut ada "di dalam tubuhku". Sengaja menjatuhkan spatula menunjukkan bahwa "dia tahu dia bisa menyingkirkan sesuatu ketika dia mendapatkan apa yang diinginkan dari benda tersebut". Winnicott menyimpulkan bahwa posisi depresi Klein melibatkan perkembangan kognitif dan emosional yang tidak ada hubungannya dengan manuver defensif terhadap depresi. Winnicott akhirnya menentukan bahwa anak berusia lima atau enam bulan telah berkembang di tiga bidang: integrasi kepribadian, personalisasi, dan realisasi. b. Personality: From Muddled to Cuddled (Dari Berantakan menjadi Berdekatan)

14

Integrasi kepribadian dimulai dengan cepat dan spontan setelah dilahirkan, dan membutuhkan dua rangkaian pengalaman untuk maju dengan lancar. Yang pertama adalah dunia internal dari kebutuhan dan dorongan internal bayi, yang pengulangannya tak terbatas menjadi rutinitas kehidupan yang stabil yang dapat membentuk kepribadian. Kebutuhan dan dorongan memberikan pengalaman meyakinkan yang menandakan seseorang hidup. Selama ibu dan pengasuh lainnya memenuhi kebutuhan bayi, kelangsungan hidup tidak terancam, dan proses integrasi alami berlangsung tanpa hambatan. Yang kedua adalah perawatan yang diterima bayi. Bayi itu ditangani, dimandikan, diberi makan, diberi nama, dipanggil dengan nama, dan dipeluk. Masing-masing peristiwa berulang ini membantu membawa internal confusion. Dari bagian kebutuhan yang terpencar ini, respons ibu, dipeluk, dan perawatan yang dapat diprediksi, sintesis identitas secara bertahap muncul. "Saya" dan "bukan saya" mulai memiliki arti untuk bayi. Ibu bisa memberi

fisik dan

semacam emosional cuddling, atau apa yang disebut Winnicott sebagai holding. Melakukan holding pada bayi dengan aman baik dalam pengertian fisik maupun psikologis memungkinkan bayi untuk mengatur desakan, keinginan, dan ketakutannya ke dalam pengalaman yang dapat diprediksi.

c. Realization: from Dreaming to Scheming(Dari mimpi menjadi rencana) Perkembangan kepribadian awal yang ketiga adalah belajar memperhitungkan realitas eksternal. Winnicott menjelaskan bagaimana realisasi tersebut dapat dicapai dalam situasi perawatan. Ibu dan bayi masing-masing membawa ke situasi perawatan kemampuan dan kebutuhan mereka sendiri. Sang ibu membawa pengetahuan, toleransi, dan penilaian orang dewasa. Bayi itu membawa ketergantungan mutlak, kebutuhan, dan keterbukaan untuk kepuasan yang halusinasi. Pemandangan, suara, aroma, dan sentuhan yang dialami dengan setiap makanan nyata mengajarkan bayi apa yang bisa dan tidak bisa dibayangkan saat benda sebenarnya tidak ada tapi kebutuhan sebenarnya adalah mengerahkan dirinya sendiri. Akhirnya, selama periode waktu yang substansial, ibu membantu

15

bayinya menerima dan mentolerir keterbatasan realitas, dan untuk menikmati kepuasan nyata. Perubahan dari dreaming ke scheming sejajar dengan sifat perubahan dalam hubungan bayi terhadap objek. Awalnya, setelah Klein, Winnicott mengajukan sebuah tahap "ruthless" sebelum tahap perhatian di mana bayi mengharapkan ibu untuk mentoleransi agresivitasnya dalam bermain. Tanpa pengalaman perawat yang toleran ini, bayi dapat menunjukkan kekejamannya secara terpisah-pisah. Di kemudian hari, kekejaman hanya bisa ditunjukkan pada disintegrasi yang ditandai dengan regresi yang tiba-tiba ke dunia primitif dan magis. Singkatnya, hubungan tanpa kekejaman dengan objek dapat muncul kembali dalam psikopatologi tingkat psikotik.

16

Related Documents


More Documents from "Anggik Aprilia"

My Mine(1).docx
May 2020 1
Agama Klpmk 1.docx
June 2020 2
Wisc Nisaa.docx
June 2020 2
Paper Kelompok 4.docx
June 2020 12