Meraih Kemenangan Dalam Mengajak Beragama

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meraih Kemenangan Dalam Mengajak Beragama as PDF for free.

More details

  • Words: 686
  • Pages: 2
Meraih Kemenangan Dalam Mengajak Beragama Sebuah kata akan memiliki makna yang berbeda jika digunakan dalam konteks yang tidak sama. Kata perang misalnya, tidak selalu berkonotasi saling menghancurkan untuk merebut kemenangan. Sebab, kata perang juga sering digunakan untuk menunjukkan adanya kesungguhan atas suatu usaha, seperti misalnya perang melawan kebodohan, perang melawan kemiskinan, perang melawan pengangguran dan seterusnya. Kata perang di sini bukan berarti terjadi saling melawan di antara dua belah pihak yang bermusuhan, melainkan hanyalah menunjukkan kesunguh-sungguhan dalam usaha mendapatkan hasil maksimal. Demikian pula istilah yang mirip dengan itu, misalnya kemenangan. Mestinya lawan dari menang adalah kalah. Tetapi kadangkala sebutan kata menang bukan sebagai lawan dari kekalahan setelah melakukan kompetisi atau perang. Misalnya, menang dalam melawan hawa nafsu, atau menang dalam menaklukkan rasa tidak sabar, berhasil mengalahkan rasa kecewa yang mendalam, menang dari uapaya menaklukkan rasa ngantuk, mengalahkan kebosanan, dan seterusnya. Kata menang di sini, tidak berarti unggul dari kekuatan musuh, yang dalam hal ini adalah pihak-pihak lain di luar dirinya, melainkan jika itu dianggap sebagai musuh, maka musuh itu ada di dalam dirinya sendiri. Demikian pula dalam agama, -----dalam hal ini agama Islam, banyak istilah seperti itu, misalnya perang, kemenangan, atau pun juga kekalahan digunakan dalam pengertian yang bukan sebenarnya dari kata itu, melainkan sebatas kiasan. Akan tetapi, orang-orang tertentu m memahami makna yang sebenarnya. Seperti misalnya, seusai menjalankan puasa orang menyebut kaum muslimin telah memenangkan dari peperangan melawan hawa nafsu. Menang dan sekaligus perang di sini artinya adalah usaha keras, yang tidak lain artinya adalah melawan dirinya sendiri. Demikian juga istilah perang, adalah usaha keras melawan kemauannya atau hawa nafsunya sendiri. Istilah seperti itu, bahkan juga istilah lainnya seperti misalnya jihad, seringkali digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang memiliki makna sungguh-sungguh, sepenuh hati, totalitas agar mendapatkan hasil maksimal, yang juga hasilnya disebut sebagai kemenangan. Oleh karena itu kata perang, jihad, dan seterusnya itu, tidak selalu dimaksudkan dalam arti kata yang sebenarnya. Selanjutnya, apalagi jika kata semacam itu dikaitkan dengan beragama. Beragama pada hakekatnya adalah menyeru pada kebaikan, hal yang mulia, bernilai kemanusiaan yang tinggi, termasuk mengajak orang untuk bisa memahami dirinya sendiri, tuhannya, dan juga kelanjutan sejarah hidupnya kelak. Sebaliknya agama, mencegah semua orang untuk menghidari dari berbuat jahat, merusak, atau setidak-tidaknya merugikan orang lain. Sebagaimana disebutkan bahwa misi agama adalah mengajak kepada hal yang makruf, dan mencegah dari hal yang mungkar. Usaha itu harus dilakukan dengan jalan tidak memaksa, sebab memaksa dalam beragama juga tidak dibolehkan. Mengajak, dalam konteks dakwah, ------mengajak orang beragama, harus dilakukan dengan penuh hikmah atau arif. Dalam maknanya seperti itu, maka menang dalam menunaikan misi agama,----katakanlah Islam, jauh berbeda dengan arti menang dalam kegiatan kompetisi, perlawanan, dan bahkan juga perang. Menang dalam perjuangan agama bilamana seseorang mampu menaklukkan hawa nafsu, menghindar dari godaan setan, tidak berbuat bohong, namimah, ghibah, merusak, membunuh, menghancurkan, termasuk tidak

melakukan teror yang sangat membahayakan, sehingga membuat banyak orang takut dan bahkan mati. Selain itu disebut menang dalam memperjuangkan agama, jika orang lain menjadi gembira, hidup sehat, makmur dan sejahtera, aman dan damai sehingga banyak waktu untuk membangun peradaban umat manusia unggul, dan mulia. Menang dalam perjuangan agama bukan tatkala orang lain menjadi menderita dan celaka, melainkan justru tatkala orang lain selamat, gembira dan bahagia. Misalnya, Islam disebut menang jika kebodohan, kemelaratan, ketidak-adilan, pemerasan, penjajahan, penghinaan, penindasan antar sesama menjadi hilang, atau setidak-tidaknya semakin berkurang. Menang dalam memperjuangkan agama, atau berdakwah akan sangat berbeda dari menang dalam pertandingan bertinju. Seorang jago tinju dinyatakan menang manakala musuhnya babak-belur, atau bahkan roboh hingga tidak bisa meneruskan pertandingan pada ronde berikutnya. Sebaliknya dengan kemenangan bertinju, adalah kemenangan bagi pembawa dakwah. Mereka disebut menang, justru jika orang lain yang menjadi sasaran binaannya menjadi hidup sehat, pandai, jujur, dan bahkan juga tercukupi kebutuhan hidupnya. Pembawa misi dakwah dikatakan sebagai pemenang manakala berhasil membawa kehidupan yang selamat, damai, dan sejahtera, baik di dunia maupun di akherat. Bukan sebaliknya, ialah tatkala mereka membuat banyak orang hidupnya tidak tenang dan bahkan terancam. Berangkat dari pandangan seperti inilah, maka banyak orang semakin tidak paham terhadap jalan pikiran para teroris yang selalu menggelisahkan, tetapi mengaku sebagai pembawa misi dakwah. Mestinya agama tidak akan diperjuangkan dengan jalan kekerasan, bahkan merusak dan memusnahkan banyak orang seperti itu. Wallahu a'lam

Related Documents


More Documents from "Prof. DR. H. Imam Suprayogo"