Maternitas Ready.rtf

  • Uploaded by: Endang Lestari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Maternitas Ready.rtf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,932
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaankeadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Apakah Pengertian dari KET ? Apakah Epidemiologi terjadinya KET ? Bagaimana Etiologi terjadinya KET ? Bagaimana Klasifikasi terjadinya KET ? Bagaimana Patogenesis dari KET ? Bagaimana gambaran klinik dari KET ? Apa gejala-gejala dari KET ? Bagaimana penanganan dari KET? Bagaimana prognosis dari KET? Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET ?

1.3 TUJUAN a. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) b. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET 2. Mahasiswa mampu memahami tentang epidemiologi terjadinya KET 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi terjadinya KET 4. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang klasifikasi terjadinya KET 5. Mahasiswa mampu mengetahui patogenesis dari KET 6. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinik dari KET 7. Mahasiswa mampu mengetahui gejala-gejala KET 8. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan-penanganan dari KET 9. Mahasiswa mampu mengetahui prognosis dari KET 10. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definsi Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (ilmu Kebidanan, 2002 : 323). 2.2 Epidemiologi Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal di daerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%) (Prawiroharjo, Sarwono 2002). Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba. Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik. 2.3 Etiologi Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba di permudah. 2.4 Klasifikasi 3

Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pada: Tuba Fallopi, Pars-interstisialis, isthmus, Ampula, Infundibulum, Fimbrae, Uterus, Kanalis servikalis, Divertikulum, Kornu, Tanduk rudimenter, Ovarium, Intralugamenter, Abdominal, Primer, Sekunder, Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (Prawiroharjo, 1999). 1. Kehamilan tuba, fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di tempat yang terakhir ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada endosalping. Selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberi predisposisi untuk implantasi di luar kavum uteri, akan tetapi hal ini kiranya tidak banyak terjadi. (Prawirohardjo, Sarwono 2005). 2. Kehamilan Heterotipik, kehamilan ektopik di sebuah lokasi dapat koeksis dengan kehamilan intrauterin. Kehamilan heterotropik ini sangat langka. Hingga satu dikade yang lalu insidens kehamilan heterotipik adalah 1 dalam 30.000 kehamilan, namun dikatakan bahwa insidennya sekarang telah menngkat menjadi 1 dalam 7000, bahkan 1 dalam 900 kehamilan, berkat perkembangan teknik teknik reproduksi. 3. Kehamilan ovarial, kehamilan ovarial sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg, yakni: a) Tuba pada sisi kehamilan harus normal, b) Kantong janin harus berlokasi pada ovarium c) Ovarium dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium d) Histopatologis ditemukan jaringan ovarium didalam dinding kantong janin. 4. Kehamilan servikal, kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. 5. Kehamilan abdominal, menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi kira kira 1 diantara 1.500 kehamilan. Kehamilan abdominal ada dua macam yaitu : a) Kehamilan abdominal primer, terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut, b) Kehamilan abdominal sekunder, berasal dari kehamilan tuba dan setelah rupture baru menjadi kehamilan abdominal. (UN-PAD, 2005). 2.5 Patogenesis 4

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi onjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu: tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. 2.6 Gambaran klinik Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan khas kalau sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejala-gejalanya sama dengan kehamilan intrauterin. 2.7 Gejala-gejala Pada wanita yang mengalami KET gejala yang terlihat menyerupai Appendiksitis dengan gejala antara lain: nyeri perut bagian bawah, amenore, perdarahan pervaginam, syok karena hipovolemi, pembesaran uterus, tumor dalam rongga panggul, perubahan darah. Gejala gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini. Agar gejala yang muncul pasti karena KET harus didukung oleh hasil pemeriksaan untuk membantu diagnosis : tes kehamilan, Laparoskopi, Ulrasonografi (USG), kuldosentesis, Diagnosis diferensial (Diagnosa banding) yang harus diwaspadai adalah : Infeksi pelvis, Abortus iminens atau insipient, Torsi Kista ovarium, Appendisitis, Ruptur korpus luteum. 2.8 Penanganan Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, 5

kondisi anatomik rongga pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invirto setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomia. 2.9 Prognosis Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan dengan diegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan etopik terganggu pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan) setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% sampai 14,6%. Untuk wanita dengan anak ya ng sudah cukup, sebaiknnya pada operasi dilakukan salpingektomia bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami isteri sebelumnya.

6

2.10 Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik Terganggu ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY ā€œLā€ G1P00000 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Tempat Pengkajian

: RS. H Koesnadi Bondowoso

Tanggal / Waktu pengkajian : 26 Juni 2015 / 17.00 WIB Nama Pengkaji

: Nuraisyah

I. PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Ibu

: Ny.L

Nama Suami

: Tn.M

Umur

: 30 tahun

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Madura

Suku

: Madura

Pendidikan : SD

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Ds. Sukosari, RT 20, RW 14

2. Keluhan Utama Ibu mengatakan mengeluarkan flek darah dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin siang tanggal 25 Juni 2015.Ibu datang ke rumah sakit pukul 15.00 WIB. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dengan usia kehamilan 2 bulan, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan sekarang tidak menderita penyakit jantung, ginjal, asma, batuk , penyakit kuning, kencing manis, darah tinggi, ayanan dan penyakit HIV/AIDS serta ibu tidak memiliki alergi obat. 4. Riwayat Kesehatan dahulu

7

Ibu mengatakan bahwa sebelumnya tidak menderita penyakit jantung, ginjal, asma, batuk , penyakit kuning, kencing manis, darah tinggi, ayanan dan penyakit HIV/AIDS serta ibu tidak pernah melakukan operasi apapun. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit jantung, ginjal, asma, batuk , penyakit kuning, kencing manis, darah tinggi, ayanan dan penyakit HIV/AIDS serta dalam keluarga tidak memiliki riwayat keturunan kembar. 6. Riwayat Menstruasi Menarche

: 15 thn

Teratur/tidak: Teratur Siklus : 28-30 hari hari Lamanya

: 6-7 hari

Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut Sifat darah : encer warna merah HPHT

: 17 April 2015

Keputihan

: tidak

7. Riwayat Obstetri Kehamilan

Persalinan

Ke Uk Komp Jp Penolong

Tempat

Anak

Nifas

Laktasi

Komp Jk Pb/bb t/g h/m Usia Lama Komp Lama Komp Hamil saat ini

8. Riwayat Kehamilan Sekarang Jadwal periksa ANC Trimester

Tempat

TM I

BPS

Penolon g Bidan

Frekuen si 2x

Keluhan

Terapi

Nyeri abdomen

B6

9. Riwayat pernikahan

Usia menikah

: 25 tahun

Lama menikah

: 5tahun

Pernikahan Ke

:1

Status pernikahan : sah 8

10. Pola kehidupan sehari-hari Pola kebiasaan

Sebelum hamil

Waktu hamil

v Pola makan v Jenis makanan v Porsi v Kesukaan v Pola minum

3x/hari Nasi, sayur, dan ikan 1 piring Sayuran sop 7gelas/hari

3x/hari Nasi, sayur, dan ikan 1 piring Sayuran sop 9 gelas/hari

v Jenis minuman

Air putih, susu, dan

Air putihdan susu

v Pantang makan

teh -

-

v Alergi makan

-

-

v Frekuensi

1x/hari

1x/hari

v Konsistensi v Bau

Padat Khas

Padat Khas

v Warna b) BAK

Kuning keemasan

Kuning keemasan

v Frekuensi v Konsistensi

3x/hari Cair

5x/hari Cair

v Bau

Khas

Khas

v Warna

Jernih

Jernih

1. Nurisi

2. Eliminasi a)

BAB

3. Istirahat a)

Siang

2 jam/hari

2 jam/hari

b)

Malam

7 jam/hari

7 jam/hari

2x/hari

2x/hari

Keramas

1x/2hari

1x/2hari

Gosok gigi

3x/hari

3x/hari

4. Personal hygiene a) Mandi b) c)

9

d)

Ganti pakaian dalam e)

2x/hari

3x/hari

1x/seminggu

1x/seminggu

Kamar mandi Tidak merokok, tidak

Kamar mandi Tidak merokok, tidak

minum alkohol.

minum alkohol, tidak

Melakukan pekerjaan

minum jamu. Mengurangi pekerjaan

rumah tangga 2-3x/minggu

yang berat-berat Tidak pernah

Potong kuku

f) Tempat mandi 5. Perilaku kesehatan

6. Aktivitas 7. Perilaku seksual 11. Riwayat psikososial

Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga baik.Ibu mengatakan bahwa seluruh keluarga terutama suami sangat bahagia atas

kehamilan

pertama

ini,

sangat

mendukung

kehamilan

serta

memperhatikan ibu dengan sangat baik.Pengambil keputusan adalah suami. II. DATA OBJEKTIF A. PEMERIKSAAN UMUM Keadaan umum

: sedang

Kesadaran

: composmentis

TTV:

TD

:110/70 mmhg

Nadi

:80x/menit

Suhu

:36,70c

RR

:20x/menit

LILA

: 24 cm

TB

: 154 cm

BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang

: 50 kg

TP

:24 Januari 2016

B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala dan rambut 2. Muka 3. Mata 4. Hidung tidak ada polip. 5. Mulut

:Warna hitam, tidak rontok, tidak berketombe. :Tidakoedema, pucat, ada cloasma gravidarum. :Simetris, sklera putih, konjungtiva sedikit pucat :Simetris, bersih, tidak ada serumen dan epistaksis, :Simetris, bibir sedikit pucat dan kering,tidak ada

tonsillitis, tidak ada caries gigi dan stomatitis. 10

6. Telinga 7. Leher

: Ada lubang, tidak ada serumen dan secret. :Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar

tiroid, dan arteri carotis. 8. Dada

: Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ronkhi dan

wheezing. 9. Payudara

: Simetris, tidak ada retraksi payudara, adanya

hiperpigmentasi areola, menggantung, putting datar, tidak ada benjolan, colostrum belum keluar. 10. Abdomen

: Bersih, pembesaran sesuai usia kehamilan,tidak

ada bekas luka SC, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum, striae livida dan perut terasa nyeri. Palpasi : kontraksi uterus keras, Leopold 1 TFU 1 jari diatas symphisis, 11. Genetalia : Vulva vagina tidak ada varises, tidak ada penonjolan pada vulva, tidak ada luka pada perineum,pada anus tidak ada hemoroid , VT: portio tidak lunak, tidak ada pembukaan . 12. Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedema, kuku pendek, tidak ada kelainan. 13. Ekstremitas bawah

: Simetris, tidak oedema, tidak ada varises, kuku

pendek, tidak ada kelainan. C. Pemeriksaan Penunjang Hb

: 13,4 gr%

Golongan darah

:A

USG

: Terlihat kantong kehamilan di luar uterus

III. INTERPRETASI DATA Ds

: Ibu mengatakan mengeluarkan flek darah dari jalan lahir dan perut

bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin siang tanggal 25 Juni 2015. Do

:

TTV: TD Suhu

LILA

: 24 cm

TB

: 154 cm

:110/70 mmhg :36,70c

Nadi RR

:80x/menit :20x/menit

BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang

: 50 kg

TP

:24 Januari 2016

Pemeriksaan Fisik 11

a. Payudara

: Simetris, tidak ada retraksi payudara,

adanyahiperpigmentasi areola,menggantung,putting datar, tidak ada benjolan,colostrum belumkeluar. b. Abdomen

: Bersih, pembesaran sesuai usia kehamilan,tidak ada bekas

luka SC, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum, striae livida dan perut terasa nyeri. Palpasi : kontraksi uterus keras, Leopold 1 TFU 1 jari diatas symphisis, c. Genetalia

: Vulva vagina tidak ada varises, tidak ada penonjolan pada

vulva, tidak ada luka pada perineum,pada anus tidak ada hemoroid , VT: portio lunak, pembukaan 1 cm teraba jaringan hasil konsepsi di kanalis servikalis, ada pengeluaran dan stolses dari vaginam. Pemeriksaan Penunjang Hb

: 13,4 gr%

Golongan darah

:A

USG

: Terlihat kantong kehamilan di luar uterus

Dx

: Ny. ]LG1P00000 Usia kehamilan 10 minggu dengan Kehamilan Ektopik

Terganggu Masalah: S :ibu merasa cemas dengan kehamilannya karena mengeluarkan flek darah dari O

jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah. : Abdomen Bersih, pembesaran sesuai usia kehamilan,tidak ada bekas luka SC, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum, striae livida dan perut terasa nyeri

IV. MASALAH POTENSIAL Abortus

V. TINDAKAN SEGERA Kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn, serta petugas lab. VI. INTERVENSI 1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga 12

R/ persamaan persepsi antara bidan dan ibu dapat memudahkan bidan dalam melakukan tindakan, dan agar ibu dan keluarga paham akan keadaan ibu. 2) Mengobservasi keadaan umum ibu R/ mengetahui keadaan ibu. 3) Mengobservasi perdarahan R/ mengobservasi keadaan ibu 4) Menganjurkan ibu untuk bed rest total R/ menjaga keadaan ibu 5) Melanjutkan terapi dokter spesialis obstetri dan gynekologi R/ memperbaiki keadaan ibu VII. IMPLEMENTASI 1. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu di luar kandungan, oleh karena itu akan dilakukan operasi laparotomi untuk mengangkat hasil konsepsi karena jika kehamilan di pertahanlan akan membahayakan nyawa ibu yang berakibat syok dan perdarahan hebat. 2. Mengobservasi keadaan umum ibu TTV (TD, suhu, nadi, pernafasan) 3. Mengobservasi perdarahan. 4. Menganjurkan ibu untuk bed rest total. 5. Melanjutkan terapi dokter spesialis obstetri dan gynekologi yaitu infus RL20 tpm, per oral (paracetamol 1x5mg, cefodroxil 1x500mg, asam folat 1x50 mg) dan Persiapan terminasi kehamilan

VIII. EVALUASI Tanggal : S

Waktu:

: ibu dan keluarga mngerti hasil pemeriksaan dan sudah mengetahui bahwa kehamilan ibu di luar kandungan 13

O

: Ibu dan keluarga dapat mnegulang kembali penjelasan dari bidan.

A

: Ny. LG1P00000 Usia kehamilan 10 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu

P

: v Mengobservasi keadaan umum ibu v Melanjutkan terapi dokter spesialis obstetri dan gynekologi v Melakukan persiapan operasi

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 14

Kehamilan ektopik, adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinflantasi diluar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET), adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan membahayakan wanita tersebut. (Pranoto, Ibnu, dkk 2013 : 100) Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kerusakan tuba dan disfungsi tuba. Riwayat operasi tuba sebelumnya apakah, apakah untuk mempebaiki potensi tuba ataupun utnuk sterislisasi, meningkatkanrisiko terjadinya penyempitn lumen. Riwayat salpingitis merupakan risiko yang umum ditemukan. (Prawirohardjo, Sarwono, 2011 : 203) 3.2 Saran Guna penyempurnaan makalah ini, kelompok kami sangat mengharapkan kritik, saran serta masukan dari Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi Rekan-rekan dalam membantu kegiatan belajar kita. Sekian dan Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA Prawihardjo, Sarwono. 2006. Ilmu kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

15

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4. Jakarta : Trans Info Media Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanann Jakarta : YBP-SP

16

Related Documents

Maternitas Mhs.docx
May 2020 25
Maternitas Reproduksi
October 2019 44
Kelompok Maternitas
June 2020 28
Maternitas Ready.rtf
May 2020 16
Pembahasan Maternitas
August 2019 45

More Documents from "Fia"

Kep Kel Remaja.docx
May 2020 24
Ok Sige Nasi
October 2019 34
Tumbang Anak.rtf
May 2020 22
Ca Paru.rtf
December 2019 19
Trarns.pdf
April 2020 8
Sap Dm 26 Ipd
October 2019 30