Kep Kel Remaja.docx

  • Uploaded by: Endang Lestari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kep Kel Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,488
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa,masa setengah baya dan masa tua.Dimana masa remaja memiliki kematangan emosi, sosial, pisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan.Remaja dalam tugas perkembangannya memiliki beberapa fase, dengan melihat semakin rumit permasalahanya sehingga dengan mengetahui tugastugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Ada hal yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri memasuki alam kehidupan masa dewasa, serta memiliki kebutuhan pribadi dalam arti luas. Dari segi individu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap, perasaan, kemauan dan perlakuan nyata.dari segi lingkungan ada semacam ”tuntutan” dari faktor sosial, religius, nilai-nilai dan norma yang hidup didalamnya.Tuntutan itu “dikenakan” bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat

kesulitan

permasalahannya

sehingga

dengan

mengetahui

tugas-tugas

perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut

1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana definisi keluarga dengan anak remaja? b. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja? 1.3 Tujuan a. Mengetahui keluarga dengan anak remaja b. Mengetahui asuhan keperawatan dengan anak remaja

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti tumbuh kea rah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahanperubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi, dkk,2002:35 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013). 2. Batasan usia remaja Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Surjadi, dkk, 2002:1 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Menurut Sarwono (2007) sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 1124 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik). b. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial). c. Pada kriteria tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikosesual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget)maupun moral (Kohlberg) (kriteria psikologi). d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk member peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masi menggantungkan diri pada 2

orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum dapat memberikan pendapatan sendiri, dan sebagainya. Dengan perkataan orang lain, orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masi dalam golongan remaja. e. Dalam defenisi diatas, kasus perkawinan sangat menentukan.Hal itu karena arti perkawinan masi sangat penting dimasyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hokum maupun dalam kehidupan masyarakat dalam keluarga. Oleh karena itu, definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah. 3. Klasifikasi Masa Remaja a. Remaja (Umur 10-12 tahun ) Secara fisik remaja awal mengalami banyak perubahan, semakin matangnya fungsi organ dalam dan seks serta memiliki proporsi tubuh yang seimbang. Sementara perkembangan psikologi remaja awal dimulai dari sikap penerimaan pada perubahan kondisi fisik, mulai berkembangnya cara berfikir, menyadari perbedaan pontensi individual, bersikap over estimate, seperti meremehkan masalah, kemampuan orang lain sehingga terkesan sombong, gegabah, kurang waspada, bertindak kanak-kanak, namun kritis, sikap dan moralitas bersifat egosentris ( Janiwarty & Pieter, 2013). b. Remaja Tengah (Umur 13-15 tahun ) Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa,perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna, semakin berkembang keinginan untuk mendapat status, ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat serta memiliki keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain, pergaulannya sudah mengarah ke heteroseksual, mulai bertanggung jawab serta bersikap apatis akibat di tentang sehingga malas menggulanginya dan berprilaku agresif akibat diperlakukan seperti anak-anak (Pieter & lubis,2010). c. Remaja Akhir ( Umur 17-21 tahun )

3

Disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan kehidupan kanak-kanak dan berlatih mandiri, terutama saat membuat keputusan. Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar mengendalikan emosi sehingga bisa berpikir objektif dan bersikap sesuai situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma (Janiwarty & Pieter, 2013). 4. Tugas Perkembangan Masa Remaja Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkaan sikap danperilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1991) yaitu mampu menerima keadaan fisiknya, menerima serta memahami peran seks usia dewasa,mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompokn yang berlainan jenis, mencapai kemandirian ekonomi,mulai mampu mengembangkan konsep serta keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untu memasuki dunia dewasa, mempersiapakan diri untuk memasuki perkawinan dan mehami serta mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman (Soetjiningsih, 2004). a. Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan organ seksual pada masa pubertas amat nyata bila dibandingkan dengan pada masa anak-anak. Pematangan secara fisik pada masa pubertas hanya merupakan salah satu proses pada remaja sebab variasi pematangan pada remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial ini antara lain sebagai berikut : Mereka ingin bersikap tidak tergantung pada orang tua, mereka ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya, mereka sudah mulai mempelajari prinsip-prinsip etika, mereka ingin menunjukkan kempuan intelektualnya dan mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial. Pada masa remaja laki-laki maupun perempuan kadang-kadang pada waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda 4

misalnya disuatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksualnya, seperti bercinta tetapi pada saat yang bersamaan mereka harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan seksual. Tetapi kelompok remaja lainnya, mereka telah mempunyai pematangan intelektual dan emosionalnya yang bersamaan dengan pematangan fisiknya sehingga mereka dapat menciptakan suatu kebebasan dan rangsangan. Secara garis besar seksualitas remaja merupakan suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikososial (Soetjiningsih, 2004). b. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Gunarsa (2001) dalam Darmasih (2009), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa. c. Karakteristik Remaja Menurut Makmum (2003) dalam Darmasih (2009), karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi kedalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek : 1) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proposi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya cirri-ciri sekunder. 2) Psikomotor, gerak-gerak tampak canggung dan kurang terkoordinasikan seta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan. 3) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastic, dan estetik. 4) Sosial, keinginanan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya di sertai semangat konformitas yang tinggi. 5) Perilaku Kognitif, proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relative terbatas, kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat, kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan kecenderungan yang lebih jelas. 5

6) Moralitas, adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua, sikapnya dan berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para Universitas Sumatera Utara

6

Pendukungnya, mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. 7) Perilaku keagamaan, mengenai ekstensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptik, masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup, penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. 8) Konatif, emosi, afektif dan kepribadian ada lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya dan merupakan masa kritis dalam rangaka menghadapi kritis identitasnya yang sangat di pengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.

5. Perubahan Pubertas pada masa remaja a. Pengertian Pubertas

Menurut Elizabeth B. Hurlock : Pubertas berasal dari kata pubis (rambut kemaluan). Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk Aseksual menjadi seksual (alat reproduksi menjadi berfungsi), yang ditandai pada perempuan mengalami menstruasi pertama kali (Menarche) dan sudah bisa hamil sedangkan laki-laki mengalami mimpi basah pertama kali (Pollutio) dan sudah mampu menghamili. Menurut Root : Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi serta terjadinya perubahan secara somatic (fisik) dan psikologis (Yanti, 2011). b. Faktor-faktor penyebab perubahan pubertas Faktor penyebab perubahan pada pubertas yaitu kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan, karena kelenjar endrokin bermuara langsung dalam saluran darah melalui zat antara jaringan kelenjar dan hormon. Hormon akan memberikan stimulasi yang menyebabkan rangsangan hormonal. Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks jarang terjadi sehingga terjadi penimbunan hormon. Dampak naiknya jumlah hormone yang dikeluarkan yaitu kematangan struktur dan fungsi organ seksual. Semua perubahannya bersumber dari kelenjar pituitary

7

pada dasar otak, di mana terbentuk bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks (Pieter & Lubis, 2010). c. Perubahan fisik masa pubertas Perubahan fisik masa pubertas adalah berkembanganya ciri-ciri seks primer dan seks sekunder dan semakin bertambah tingginya ukuran tubuh serta proporsi tubuh yang memanjang sehingga dia kelihatan jangkung (Pieter & Lubis, 2010). 1) Tanda-tanda seks primer Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan Reproduksi Remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa cirriciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut : a. Remaja laki-laki Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, mimpi basah merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus-menerus diproduksi perlu dikeluarkan, ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki. b. Remaja Wanita Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endemetrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). 2) Tanda-tanda seks sekunder Perkembangan seks sekunder merupakan tanda yang membedakan antara pria dan perempuan. Perkembangan seks sekunder tidak berkaitan langsung dengan reproduksi, tetapi mengarah pada ketertarikan pada lawan jenisnya. Beberapa pola perkembangan seks sekunder ialah rambut-rambut halus pada area kemaluan, bertambah banyak kelenjar lemak, keringat dan minyak, perubahan kulit yang terlihat menjadi kasar, tidak jernih, berwarna pucat dan pori-pori makin luas, perubahan pada suara (pria makin serak, perempuan makin penuh dan merdu ), terdapat benjolan- benjolan kecil pada kelenjar susu dan ukuran pinggul pubertas perempuan terlihat semakin bertambah besar (Janiwarty & Pieter, 2013 ). d. Perubahan psikologis masa pubertas Menurut, Pieter & Lubis (2010) akibat perubahan masa pubertas pada sikap dan perilaku, antara lain yaitu ingin menyendiri sehingga dia menarik diri dari hubungan sosial dan hanya sebatas teman kelompok, timbul rasa bosan sehingga cenderung menjadi pemalas, 8

perubahan emosi, adanya antagonis sosial yang ditunjukkan tidak mau bekerja sama serta serimg membantah dan menentang serta penuh kritikan dan merasa kurang percaya diri. e. Masalah-masalah psikologi pada masa pubertas 1. Tidak ada persiapan diri ketika muncul perubahan fisik. Kurang persiapan seorang pubertas menghadapi perubahan berasal dari sikap orang tua yang normatif terhadap setiap perubahan diri, minimnya pengetahuan mengenai pubertas, tata karma dan rasa malu, kesengajaan menghindari pertanyaan sehingga selalu berpura-pura mengerti tentang perubahan dirinya (Janiwarty & Pieter, 2013). 2. Kebingungan dalam menerima peran seks Ketidaksiapan menerima peran seks juga bersumber dari konsep kepercayaan tradisional yang menilai bahwa salah satu gender memiliki keungulan, bermatabat dan berbudaya ( Janiwarty & Pieter, 2013). 3. Turunnya prestasi di sekolah Salah satu ciri dampak buruk perkembangan dan pertumbuhan di masa pubertas ialah memiliki prestasi rendah, malas belajar, kebiasaan berprestasi di bawah kemampuan normal, rasa bersalah dan perasaan malu( Janiwarty & Pieter, 2013). 4. Merasa tidak bahagia Faktor penyebab ketidak bahagiaan pubertas berasal dari sikap penolakan pada diri sendiri atau sosial. Mencapai rasa kepuasan dan kebahagiaan mendorong para pubertas untuk diterima orang lain dan menerima diri seadanya yang terkadang dilakukan tanpaa memikirkan dampak buruknya, seperti menjadi anggota geng motor, menyalahgunakan narkoba, pergi kepelacuran dan sebagainya. Semuanya ini untuk mereduksi ketidakbahagiaan ( Janiwarty & Pieter, 2013). f. Tugas-tugas perkembangan masa pubertas Menurut, Pieter & Lubis (2010) semua tugas perkembangan masa pubertas berfokus pada usaha mempersiapakan diri masa dewasa dengan cara mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda, mencapai peran sosial feminim atau maskulin mampu menerima bentuk perubahan fisik dan menggunakannya, meminta menerima, dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua ataupun orang dewasa lainnya serta mempersiapkan diri dalam penyesuaian diri pada norma-norma lingkungan sosial.

9

2.2 Asuhan Keperawatan pada Remaja A. Identitas Klien/Keluarga Nama

: Nn.O

Umur

: 18 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Suku

: Jawa

Alamat

: Sumberporong

No.Telp

:-

B. Riwayat Perkembangan Keluarga Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Perkembangan Remaja Tugas Perkembangan Keluarga: Dapat Dijalankan C. Struktur Keluarga Pola Komunikasi

: Baik

Peran Dalam Keluarga

: Tidak Ada Masalah

Pengambilan Keputusan

: Tidak Ada Masalah

Nilai/Norma Keluarga

: Tidak Ada Konflik Nilai

D. Fungsi Keluarga Fungsi Afektif : Berfungsi Fungsi Social : Berfungsi Fungsi Ekonomi

: Baik

Fungsi Perawatan Kesehatan : 

Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan

: Baik



Pencegahan Penyakit

: Tidak



Perawatan Penyakit

: Tidak



Pemanfaatan Layanan Kesehatan

: Baik

10

E. Pola Koping Keluarga Efektif Stressor Yang Dihadapi Keluarga : Tidak Ada Daftar Anggota Keluarga : No

Nama (Inisial)

Tn. P

Umur

62 tahun

L

Gender

Hubungan

(L/P)

Dg KK Kepala

Pendidikan

pekerjaan

SD

Wiraswasta

SD

Wiraswasta

SMP

Wiraswasta

SMP

Wiraswasta

SMP

Pelajar

SMP

Pelajar

SMP

Pelajar

keluarga Ny. R

58 tahun

P

Anggota keluarga

Tn. I

39 tahuLn

L

Anggota keluarga

Ny. S

38 tahun

P

Anggota keluarga

Nn. O

18 tahun

P

Anggota keluarga

Sdr. R

10 tahun

L

Anggota keluarga

Nn. H

3 tahun

L

Anggota keluarga

11

Genogram Keluarga

1

2

3

5

4

6

7

8

9

Keterangan: 1= Tn. P (62 tahun) 2= Ny. R (58 tahun ) 3= Tn. R (70 tahun ) 4= Ny. K ( 61 tahun ) 5= Tn.I (39 tahun) 6= Ny.S (38 tahun ) 7= Ny.O (18 tahun) 8 = An.R (10 tahun ) 9= An.H (1 tahun)

Tipe Keluarga : Keluarga Besar F. Pola Aktivitas Sehari-hari Pola Makan

: Kurang

Pola Minum

: Kurang

Istirahat

: Baik

Pola BAK

: Kurang 12

Pola BAB

: Kurang

Pola Kebersihan Diri : Baik Olahraga

: Kurang

Tingkat Kemandirian : Baik G. Perilaku Tidak Sehat Merokok: Tidak Minum kopi: Tidak Mengkonsumsi garam berlebih: Tidak Mengkonsumsi Gula berlebih: Tidak Minuman berakohol atau obat dan zat adiktif: Tidak H. Spritual Taat beribadah: Ya Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan: Tidak Distress spiritual: Tidak I. Psikososial Keadaan emosi pada saat ini 

Marah: Tidak



Sedih: Tidak



Ketakutan: Tidak



Putus asa: Tidak



Stress: Tidak

Kurang interaksi dengan orang lain: Tidak Menarik diri dengan lingkungan: Tidak Konflik dengan keluarga: Tidak Penurunan harga diri: Tidak

13

Gangguan gambaran diri: Tidak J. Faktor resiko masalah kesehatan Tidak pernah atau jarang periksa kesehatan: Tidak Sosial ekonomi kurang: Tidak Rumah atau lingkungan tidak sehat: Tidak Hubungan keluarga tidak harmonis: Tidak Obesitas: Tidak Status gizi kurang: Tidak K. Pemeriksaan fisik Tanda vital: TD: 100/70 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36,5 ᵒC BB dan TB: 42 kg dan 150 cm Indeks masa tubuh: 19 Keadaan umum: baik Status mental: Baik Sistem kardiovaskuler: Normal Nyeri spesifik: Tidak Sistem pernapasan: Reguler Sistem integument: Normal Sistem perkemihan: Normal Sistem musculoskeletal: Normal

14

Sistem pencernaan: Intake cairan kurang Riwayat pengobata Alergi pengobatan: Tidak Jenis obat yang dikonsumsi: Antasida, promagh Analisa Data 1. DS : Klien mengatakan sulit BAB Klien mengatakan BAB 1-2x dalam semiinggu Klien mengatakan feses yang keuar keras Klien mengatakan hanya minum 2-3 gelas sehari DO : Perut bagian bawah teraba keras 2. DS : Klien mengatakan gelisah, takut, kontak mata kurang DO : Klien terlihat tidak focus, klien terlihat bingung Diagnosa Keperawatan Konstipasi b.d. ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

1.

Kriteria Hasil : a.

Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari

b.

Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi

c. d.

Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi Feses lunak dan berbentuk

Intervensi 

Monitor tanda dan gejala konstipasi Rasional: Mengetahui secara umum tanda dan gejala konstipasi



Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume Rasional: Mengetahui adanya konstipasi



Dorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan Rasional: mengurangi konstipasi



Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja Rasional: memantau keadaan feses



Ajarkan pasien/ keluarga bagaimana untuk menjaga buku harian makanan 15

Rasional: Mengatur pola makan yang baik 

Sarankan pasien atau keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit atau ìmpaksi terus ada



Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien

Implementasi 

Memonitor tanda dan gejala konstipasi



Memonitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume



Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan



Menganjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja



Mengajarkan pasien/ keluarga bagaimana untuk menjaga buku harian makanan



Menyarankan pasien atau keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit atau ìmpaksi terus ada

Evaluasi S: klien mengatakan sulit BAB, Klien mengatakan BAB 1-2x dalam semiinggu, Klien mengatakan feses yang keuar keras, Klien mengatakan hanya minum 2-3 gelas sehari O: perut bagian bawah klien teraba keras A: Konstipasi belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

2. Cemas b.d ketidakmampuan keluarga mengenang masalah kesehatan Kriteria Hasil : a. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b. Mampu menidentifikasi dan mengugkapkan serta menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas pasien dan keluarga c. Ekspresi wajah dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

16

Intervensi a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tahapan pengembangan anak sesuai usianya. Rasional : Mengetahui pengetahuan tahap perkembangan anak sesuai usia b. Diskusikan masalah dirasakan keluarga dalam merawat pasien Rasional : Mengetahui masalah yang dirasakan keluarga c. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas Rasional : Merawat pasien guna dapat mengontrol kecemasan d. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Rasional : Menginstruksikan pasien guna dapat memudahkan kemandirian pasien e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan, persepsi Rasional : Mendorong pasien mengungkapkan perasaan f. Identifikasi tingkat kecemasan Rasional : Mengidentifikasi tingkat kecemasan guna mengurangi rasa cemas pasien Implementasi a. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tahapan pengembangan anak sesuai usianya. b. Mendiskusikan masalah dirasakan keluarga dalam merawat pasien c. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien cemas d. Menginstruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi e. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan, persepsi f. Mengidentifikasi tingkat kecemasan

Evaluasi S: Klien mengatakan gelisah, takut, kontak mata kurang O : Klien terlihat tidak focus, klien terlihat bingung A: cemas belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Masa perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai badai dan stress (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tapi kalau tidak terbimbing bisa menjadi individu yang tak memiliki masa depan yang baik. Proses perkembangan pada masa remaja ditandai dengan adanya perubahan fisik, perubahan hormonal, munculnya tanda – tanda kematangan seksual , adanya reaksi terhadap spermache dan menarche serta perkembangan moral. Tugas perkembangan pada masa remaja menurut para ahli diantaranya adalah menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis psikologis , bersosialisasi sebagai laki-laki atau wanita, memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain, menjadi warga negara yang bertanggung jawab dll. 3.2 Saran Masa perkembangan pada fase remaja membutuhkan perhatian dan bimbingan khususnya dari orang – orang terdekat seperti orang tua dan keluarga . Karna pada fase ini remaja memiliki keinginan bebas baik dalam berpikir atau dalam menentukan nasib dan keinginan mereka. Jika remaja tersebut mendapatkan bimbingan yang baik dan tepat maka remaja akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memiliki masa depan bauk, begitu juga sebaliknya .

18

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agus .2004. Psikologi Perkembangan Remaja.Bogor. Ghalia Indonesia. di akses pada 14 November 2018 Dariyo, Agus .2004. Psikologi Perkembangan Remaja.Bogor. Ghalia Indonesia. di akses pada 14 November 2018 Dariyo, Agus .2004. Psikologi Perkembangan Remaja.Bogor. Ghalia Indonesia. di akses pada 14 November 2018 Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia. di akses pada 14 November 2018 Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia. di akses pada 14 November 2018 Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia. di akses pada 14 November 2018

19

Related Documents

Kep Kel Remaja.docx
May 2020 24
Kel 7 Kep Kritis.pptx
April 2020 22
Kel 7 Kep Kritis.pptx
November 2019 23
Kep Anak Print Kel Yusi
August 2019 26
Etika Kep Kel 2.docx
October 2019 21

More Documents from "fira yulfira"

Kep Kel Remaja.docx
May 2020 24
Ok Sige Nasi
October 2019 34
Tumbang Anak.rtf
May 2020 22
Ca Paru.rtf
December 2019 19
Trarns.pdf
April 2020 8
Sap Dm 26 Ipd
October 2019 30