MAKALAH TUGAS INDIVIDU BLOK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SISTEM VASKULAR : THROMBOPLEBITIS
Disusun Oleh Nama : Tria Pratiwi NIM : 20170320119
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019
1. Definisi Trhomboplebitis Suatu kondisi pada saat gumpalan darah di pembuluh darah balik (vena) menyebabkan peradangan dan nyeri 2. Faktor resiko - Obesitas - Merokok - Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga - Usia > 60 tahun - Dehidrasi 3. Etiologi - Perluasan infeksi endometrium Invasi/perluasan
mikroorganisme
patogen
yang
mengikuti
aliran
darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium. -
Mempunyai varises pada vena Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
-
Obesitas Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dari tromboflebitis, sehingga pada obesitas pula kemungkinan terjadi tromboflebitis.
-
Pernah mengalami tromboflebitis sebelumnya Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.
4. MINDMAP THROMBOPLEBITIS
Definisi : Suatu kondisi pada saat gumpalan darah di pembuluh darah balik (vena) menyebabkan peradangan dan nyeri Trauma pada tungkai
Varises pada vena
Mengenai vena ditungkai
Statis darah dalam vena
Peradangan pada vena
Merangsang trombosis primer
Gangguan kardiovaskuler
Peningkatan osmolaritas darah
Peningkatan resiko trombosis
Perluasan infeksi Intrauterus
Mikroorganism e meningkat didalam darah
Banyak pus dan trombus dalam darah
Peradangan pada vena
Trombus meradang
Banyak vena yang terhambat trombus
Peradangan pada vena Peradangan pada vena
TROMBOFLEBITIS
Lanjutan : Perubahan persepsi terhadap penyakit
TROMBOFLEBITIS
Ansietas Respon peradangan
Penyempitan pembuluh darah vena
Aliran darah vena terganggu
Pengumpulan darah pada ekstremitas
Edema
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Adanya mediator peradangan bradikinin, prostaglandin dll
Peningkatan suhu tubuh
Nyeri akut
Hipertermi Kurangnya informasi mengenai penyakit
Defiensi pengetahuan
5. Pengkajian Identitas klien Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan klien atau pasien. Identitas klien meliputi: a. Nama
: Perlu dikaji
b. Umur
: Tromboplebitis sendiri sering terjadi pada pasien yang berumur >30
tahun c. Jenis kelamin
: Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita hamil
d. Agama
: Agama atau keyakinan seseorang tidak mempengaruhi, dalam terjadinya tromboflebitis
e. Pendidikan
: Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan tingkat pengetahuan
klien,
tingkat
pengetahuan
akan
mempengaruhi
terjadinya tromboflebitis dimana klien yang sudah mengetahui tromboflebitis akan lebih merawat diri sehingga dapat meminilkan atau mencegah untuk terjadinya tromboflebitis f. Pekerjaan
: Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan yang lebih banyak duduk lama
g. Status perkawinan : Status perkawinan seseorang tidak akan mempengaruhi terjadinya tromboflebitis Keluhan utama Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema.
Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan terdahulu Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko tinggi terjadinya tromboflebitis,
pernah mengalami trauma atau tidak, mepunyai varises vena atau tidak, dan menderita tumor atau tidak. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh nyeri yang dialami c. Riwayat kesehatan keluarga Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung d. Riwayat psikososial Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit yang dialaminya saat ini. b. Pola nutrisi dan metabolik Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan klien kembali kepada semula c. Pola eliminasi Pola eleminasi tidak mengalami gangguan d. Pola aktivitas dan latihan Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah karena selain nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis juga malaise e. Pola tidur dan istirahat Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri f. Pola kognitif perseptual Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra. g. Pola persepsi dan konsep diri Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu, gangguan intergritas
ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan. h. Pola hubungan dan peran Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan bermasyarakat klien. i. Pola reproduksi seksual Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien. j. Pola pertahanan diri dan toleransi stres Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga akan mempengaruhi konsep diri klien.
k. Pola keyakinan nilai Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji. 6. Pemeriksaan Fisik a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai dari rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar kepala tidak terganggu b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan (normal) c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada, pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada mur-mur. d. Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan, kolostrum sudah keluar lancar.
e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus baik. f. Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban. g. Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas ata (normal) h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat nyeri tekan, ektremitas teraba hangat. 7. Pemeriksaan Penunjang - Ultrasonograf Doppler Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas. -
Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan thrombus -
Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen. -
Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah -
Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten -
Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
8. Penatalaksanaan - Terapi medik dengan pemberian analgesik dan antibiotik. -
Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
-
Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
-
Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
-
Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
-
Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
-
Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
-
Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
-
Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
-
Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
-
Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
-
Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
-
Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
-
Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin
-
Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi subkutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis
9. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut
10. NOC, NIC, dan EBN Dx Keperawatan
NOC
NIC
Nyeri akut b/d Agens Kontrol Nyeri Managemen Nyeri cedera biologis Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian keperawatan selama 3x24 jam nyeri komprehensif diharapkan nyeri akut dapat yang meliputi lokasi, teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik, 1. Pasien dapan mengenali onset/durasi, frekuensi, kapan nyeri terjadi kualitas, intensitas atau 2. Pasien dapat beratnya nyeri dan menggambarkan faktor faktor pencetus penyebab 2. Pastikan perawatan 3. Menggunakan tindakan nalgesik bagi pasien pencegahan dilakukan dengan 4. Menggunakan tidakan pemantauan ketat pengurangan (nyeri) 3. Gali bersama pasien tanpa analgesik faktor-faktor yang 5. Melaporkan nyeri yang dapat menurunkan atau terkontrol memperberat nyeri 6. Menggunakan analgesik 4. Berikan individu yang direkomendasikan penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti teknik relaksasi, terapi panas/dingin, dll) 6. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya sesuai kebutuhan
EBN Kompres panas dan penurunan nyeri tromboflebitis superfisial pada klien dengan terapi intravena. Jurnal Kemenkes Malang. Vol 2. No 3