BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernafas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Manusia hidup Pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan. Secara almiah manusia pasti berinteraksi dengan lingkungannya. Perlaukan manusia terhadap lingkungan sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupanya sendiri. Manusia bisa memanfaatkan lingkungan namun manusia sendiri juga harus sadar agar selalu memelihara lingkungan juga sehingga tingkat kemanfaatnya tetap terjaga bahkan bisa di tingkatkan lagi. Bagaimana manusia menyikapi dan mengelola lingkungan yang pada akhirnyaakan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan. Lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu sistim kehidupan tatanan ekosistem, dan manusia adalah bagian dari ekositem tersebut. Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat di manfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebuutuhan manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukungkehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya arti penting lingkunagan bagi manusia karena lingkungan merupakan tempat hidup manusia, lingkungan memberi sumber sumber penghidupan manusia, lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan" Karena manusia memiliki hubungan yang erat dengan lingkungannya seperti yang dijelaskan sebelumnya. maka menjadi menarik jika kita bisa membahas hubungan manusia dan lingkungan. Untuk itu, Kami penulis mencoba menuangkan ide pemikiran tersebut kedalam makalah yang berjudul “Manusia dan Lingkungan”.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu ekosistem ? 2. Apa itu sosial sistem? 3. Apa hakikat manusia sebagai obyek dan subyek lingkungan? 4. Apa hubungan manusia dengan lingkungan atau alam sekitar? 5. Bagaimana pandangan tentang manusia dan lingkungan? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui ekosistem 2. Untuk mengetahui sosial sistem 3. Mengetahui hakikat manusia sebagai obyek dan subyek lingkungan 4. Mengetahui hubungan manusia dengan lingkungan atau alam sekitar 5. Mengemukakan pandangan tentang manusia dan lingkungan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ekosistem Ekosistem adalah sistem yang sangat komplek yang melibatkan organisme individual lingkungandan interaksi antara organisasi dan antara organisme dan sekitarnya. Organisme yaitu interaksi antara populasi disebuah komunitas dan fisik masyarakat yang hidup dalam lingkungan untuk membentuk ekositem. Jaringan pada lingkungan dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki semua anggota jaringan lainnya. Ekosistem adalah komunitas biologis yang terbuat dari beberapa bentuk kehidupan yang berinteraksi dengan lingkungan. Anggota hidup komunitas ini dikebal sebagai faktor biotik dan makhluk hidup bukan merupakan faktor abiotik. Contoh ekosistem dasar adalah genangan air. Disana anda akan menemukan beberapa faktor biotik seperti tanaman hijau, alga, beberapa ikan dan berudu, cacing dan serangga air dan burung yang melayang di atas genangan air. Benda-benda hidup ini tidak dapat eksis tanpa faktoe abiotik seperti air, matahari, tanah, batuan, suhu dan gas lingkungan lainnya di dalam dan si luar genangan air. Ekosistem juga merupakan basis aliran energi, bersamaan dengan daur ulang karbon dan nitrogen. Karbon sangat penting untuk semua rantai makanan, karena jaringan hidup mengandung karbon. Karbon ini berasal dari atmosfer dan dihasilkan oleh pernapasan hewan, penguraian bahan organik dan pembakaran bahan bakar. Tanaman hijau menyerap karbon dari udara digunakan dalam preparasi glukosa (sebagai makanan tanaman). Glukosa (energi) yang dihasilkan ke dalam tanaman. Saat hewan mengkonsumsinya, karbon diteruskan ke dalam tubuh hewan dan sisanya dipancarkan ke udara saat tanaman mati. Dengan cara yang sama, nitrogen akan membentuk sekitar 78% udara, diubah menjadi nitrat, nodul akar dan bakteri menjadi pengikat nitrogen. Tanaman menggunakan nitrat di dalam tanah untuk membangun protein. Protein dilewatkan ke hewan yang mengkonsumsi tanaman hijau. Nitrat kembali ke tanah sebagai kotoran hewan, atau setelah mati dan membusuk. Di tanah, mereka dipecah oleh bakteri denitrifikasi dan gas nitrogen dilepaskan kembali ke atmosfer. Ekosistem bertahan dengan siklus karbon dan nitrogen dan semuanya terhubung dengan sempurna yang kita sebut rantai makanan. Beberapa ekosistemnya adalah lautan, air tawar lainnya, dan lainnya yang berbasis darat. Ekosistem laut paling umum ditemukan di Bumi, seperti lautan dan organisme hidup yang mengandung 75% permukaan bumi. Ekosistem air tawar adalah yang paling langka, hanya mencakup 1,8% permukaan bumi. Terestrial, darat, ekosistem menutupi sisa Bumi. Ekosistem terestrial dapat dikelompokkan lebih jauh ke dalam kategori luas yang disebut biomes, yang sebagian besar didasarkan pada iklim. Contoh biomassa terestrial meliputi hutan hujan tropis,
sabana, padang pasir, hutan jenis konifera, hutan gugur, dan tundra. Secara umum ekosistem dibagi menjadi 2 yaitu ekosistem air dan ekosistem darat. 2.1.1 Ekosistem Darat Ekosistem darat sendiri, sesuai dengan namanya tentu saja merupakan ekosistem yang letaknya memang di daratan atau yang biasa di tempati manusia ini. Sedangkan jenis biomanya tentu saja cukup variatif juga karena di daratan banyak sekali jenisnya, mulai dari padang pasir, hutan tanah lapang dan lain sebagainya. Secara khusus, beberapa bioma darat yang di maksudkan di sini di antaranya seperti Hutan hujan tropis, gurun, taiga dan tundra.
Gambar 2.1 jenis-jenis ekosistem darat. Mulai dari pembahasan yang pertama, yakni hutan hujan tropis. Hutan ini, atau yang biasanya memang di sebut hutan hujan tropis letaknya tentu di kawasan tropis di mana daratan tersebut memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati. Sedangkan yang membuatnya di sebut htan hujan tropis adalah karena tingkat curah hujannya memang cukup tinggi sehingga akan menimbulkan hujan. Bagi Anda orang Indonesia sendiri, di sini banyak sekali bioma hutan tropis. Sedangkan yang di sebut dengan bioma ini sendiri merupakan suatu wilayah yang di dalamnya terdapat tipe iklim dan jenis-jenis tumbuhan dominan yang sama. Dan ternyata dengan keadaan yang demikian tersebut, Indonesia pun menjadi negara biodiversitas kedua di dunia. Selanjutnya, akan beralih pada pembahasan tentang ekosistem gurun. Berbeda dari hutan hujan tropis, di gurun memiliki curah hujan yang sangatlah rendah sehingga memang akan banyak datang saat-saat panas. Bahkan, medannya pun biasanya juga cukup ekstrim sehingga membutuhkan kehati-hatian ekstra. Mengingat akan hal tersebut, tentu saja tidak heran jika yang bisa menempati gurun hanya makhluk-makhluk, kelompok dan binatang, maupun tumbuhan tertentu. Tidak semua bisa tinggal di gurun. Beberapa contoh yang masuk kriteria ini adalah, kaktus, unta, ular dan lain sebagainya. Untuk yang terakhir sebagai kategori bioma di ekosistem darat, pembahasan akan di lanjutkan pada Taiga dan tundra. Perlu Anda ketahi terlebih dahulu, bahwa sekali pun namanya di sebut
bersama, keduanya pun memang secara definisi berbeda, sekalipun persamaannya pun masih ada. Persamaan dari kedua istilah ini adakah bioma yang memiliki tipe iklim yang dingin. Sedangkan yang membedakan antara keduanya adalah tumbuhan apa yang mampu tumbuh di sana. Kalau untuk Taiga, yang banyak di temui adalah jenis tumbuhan yang di sebut dengan Konifer. Karena ini, Taiga bisa juga di sebut dengan hotal boreal. Dan untuk tundra, yang mendominasi isinya adalah lumut kerak. Hal ini di sebabkan karena letaknya berada di sekitar kutub baik itu utara atau pun selatan. 2.1.2 Ekosistem Air Setelah banyak membahas tentang ekosistem darat, Anda pun perlu mengenal tentang ekosistem air sebagai pasangannya. Dalam hal ini untuk ekosistem air sangat;ah mudah dan simpel saja karena di dalamnya hanya ada da kategori yang perlu Anda perhatikan. Yang pertama adalah air tawar dan air laut. Untuk air tawar, tentu saja tidak asing lagi yakni tidak lain adalah air yang hanya memilki konsentrasi garam yang tidak lebih dari 1 % atau bahkan kurang. Sedangkan untuk bioma air tawar ini bisa di jumpai mulai dari danau, sungai atau pun rawa. Sedangkan untuk selain air tawark di sini di sebut dengan air laut, yakni terdiri dari bioma lautan dan estuari. Bukan seperti air tawar yang hambar, air laut ini memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi. Sedangkan, air yang mendominasi permukaan bumi pun di sini adalah air laut yakni sebanyak 75 %. Bahkan, sumber air di bumi pun 97%nya berasal dari laut.
Gambar 2.2 ekosistem air tawar
Gambar 2.3 ekosistem air asin
Dalam ekosistem air juga terbagi menjadi dua yaitu ekosistem air tawar dan air asin pembedaan ini dibedakan berdasarkan jenis air yang ditempati oleh mahluk hidup. Kedua ekosistem antara air tawar dan air asin sangat berpengaruh bagi kehidupan contohnya saja air manusia membutuhkan bahan pangan (ikan laut atau ikan air tawar) untuk menambah citarasa dalam makanan.
2.1.3 Komponen-komponen dalam Ekosistem
Ekosistem tersusun atas dua komponen utama, yaitu : 1. Komponen abiotik Komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk tak hidup atau benda mati, meliputi : a. Tanah Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemampuan menahan air. b. Air Persediaan air dipermukaan tanah akan mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan. Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan, dan kedalaman air. c. Udara Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas yang berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbondioksida, dan nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk hidup. d. Cahaya matahari Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan dibumi ini. Salah satunya sebagai faktor utama yang diperlukan dalam proses fotosintesis. e. Suhu atau temperature Setiap makhluk hidup memerlukan suhu yang optimal untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya. 2. Komponen biotik Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia. Berdasarkan peranannya komponen biotik dalam ekosisteem dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Produsen Adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Contoh : semua tumbuhan hijau b. Konsumen Adalah makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan menggunakan makanan yang dihasilkan oleh produsen baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh : hewan dan manusia Berdasarkan tingkatannya konsumen dibedakan menjadi empat, yaitu : a. Konsumen I/primer adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan produsen Contoh : herbivora/hewan pemakan tumbuhan b. Konsumen II/sekunder adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan konsumen I. Contoh : karnivora/hewan pemakan daging c. Konsumen III/tertier adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan konsumen II
Contoh : omnivora/hewan pemakan segala. d. Konsumen puncak adalah konsumen terakhir atau hewan yang menduduki urutan teratas dalam peristiwa makan dimakan. 3. Pengurai Pengurai disebut juga redusen adalah jasad renik yang dapat menguraikan makhluk lain menjadi zat hara. Contoh : bakteri dan jamur 2.2 sosial sistem
Pengertian Sistem Sosial Lengkap Beserta Definisi Menurut Para Ahli - sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan dari unsur-unsur sosial yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain., dan saling pengaruh-mempengaruhi, dalam kesatuan. Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan SISTEM SOSIAL. Dalam geografi keterkaitan antara human dan lingkungan juga dikaji didalamnya, yaitu pengaruh dan dampak antara manusia dengan lingkungannya. Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban – istilah Toynbeesebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya. Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M. Setiadi,2006).
Gambar 2.4 sosisal system. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya. Lingkungan dapat berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada. Lingkungan
alam adalah keadaan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia. Lingkungan buatan adalah dibuat oleh manusia. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan). Lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan. 2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia. 3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia. 4. Lingkungan member tantangan bagi kemajuan peradaban manusia. 5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup. 2.3 Hakikat manusia sebagai obyek dan subyek lingkungan Hakekat manusia sebagai subjek lingkungan adalah makhluk yang berperan untuk mengelola dan merawat lingkungan. Makhluk yang memiliki tenaga yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. Hakekat manusia sebagai objek lingkungan adalah makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang yang tidak akan pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. Atas dasar itu disimpulkan bahwa dengan lingkungan yang baiklah manusia dapat mengembangkan dan mencapai hidupnya secara baik. Demikian pula dengan kualitas yang memadai yang mereka miliki, manusia akan mengembangkan lingkungan hidupnya secara baik pula.
2.4 hubungan manusia dengan lingkungan atau alam sekitar Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terikat dan berinteraksi dengan alam dan lingkungan sosial budayanya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. Lingkungan adalah suatu media dimana mahluk hidup tinggal, mencari penghidupannya dan memiliki karakter serta fungsi yang khas dimana terkait secara timbal balik dengan kesadaran mahluk hidup yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil. Manusia hidup, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial budayanya. Dalam lingkungan alam manusia hidup dalam sebuah ekosistem, yakni suatu unit atau satuan fungsional dari mahluk-mahluk hidup dengan lingkungannya. Dengan kemampuan yang dimilikinya, manusia tidak hanya dapat menyesuaikan diri. Manusia juga dapat memanfaatkan potensi lingkungan untuk lebih mengembangkan kualitas kehidupannya. Bagi manusia, selain sebagai tempat tinggalnya, lingkungan hidup juga dapat dimanfaatkan sebagai : 1.
Media penghasil bahan kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan).
2.
Wahana bersosialisasi dan berinteraksi dengan makhluk hidup atau manusia lainnya.
3.
Sumber energy.
4.
Sumber bahan mineral yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.
5.
Media ekosistem dan pelestarian flora dan fauna serta sumber alam lain yang dapat dilindungi untuk dilestarikan.
2.5 Pandangan tentang manusia dan lingkungan. Sebelum melakukan eksplorasi terhadap konsep-konsep kunci dalam al-qur’an mengenai relasi manusia dengan alam lingkungan penulis akan mencoba mendiskusikan beberapa pandangan atau sikap yang dilatar belakangi agama atau mungkin sebuah bentuk penyimpangan agama yang menjadi akar persoalaan pada saat ini. Sikap atau pandangan tersebut terutama berkaitan dengan relasi manusia dan alam semesta yakni: 1) antroposentris, 2) dualistic, 3) nilai intrinsik alam, 4) orientasi eskatologis, 5) pandangan patriarkis dan 6) kekerabatan manusia dengan semua makhluk, 7) Paham determinis, 8) paham posibilis, 9) paham optimisme teknologi, 10) paham keyakinan ketuhan.
1. Pandangan Antroposentris Pandangan Antroposentris pandangan antroposentris ditengarai sebagai faktor utama yang membentuk watak eksploitatif manusia terhadap alam. pandangan tersebut sampai batas tertentu berakar dari pemahaman penganut agama monoteis akan kitab suci mereka terutama berkaitan dengan kisah penciptaan. hal ini juga berkaitan dengan tujuan alam semesta diciptakan. pandangan antroposentris yang berakar dari teks kitab suci agama monoteis meyakini bahwa bumi dan langit diciptakan untuk mengabdi pada kepentingan manusia. Dalam artikelnya White Jr. secara eksplisit menuding kristianitas sebagai agama yang paling antroposentris bahwa manusia dipandang memiliki transendensi tuhan( manusia diciptakan melalui citra tuhan dan mewakili kekuasaanya dimuka bumi. Dengan demikian mengeksploitasi alam untuk kesejahteraan manusia tidak lain karena kehendak tuhan juga. Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik secara oleh etika biosentrisme dan ekosentrisme. 1. Intermediate Environmental Ethics (biosentrisme) Bagi biosentrisme, manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. 2. Deep Environmental Ethics (ekosentrisme) Ekosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme, yang hanya berpusat, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak hidup. Salah satu versi teori ekosentrisme yang popular saat ini adalah Deep Ecology (DE). DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. DE tidak mengubah sama sekali hubungan antara manusia dengan manusia. Yang baru dari DE adalah: Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari dunia moral. DE justru memusatkan perhatian kepada semua spesies termasuk spesies bukan manusia. Singkatnya, biosphere seluruhnya. Demikian pula, DE tidak hanya memusatkan perhatian pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka, prinsip moral yang dikembangkan DE menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis.
Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang dikembangkan DE dirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. DE menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang instrumental dan ekspresionis sebagaimana ditemukan pada antroposentrisme dan biosentrisme. DE menuntut suatu pemahaman yang baru tentang relasi etis yang ada dalam semesta ini disertai adanya prinsip-prinsip baru sejalan dengan relasi etis baru tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam gerakan atau aksi nyata di lapangan. Dengan demikian DE menjadi sebuah alternatif yang menarik. Suatu alternatif untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan secara bersama-sama dengan mengubah cara berpikir, gaya hidup dan perilaku individu, masyarakat dan kebijakan politik dan ekonomi. 2. Pandangan Dualistik Pandangan Dualistik pandangan dunia yang berasal dari pemahaman agama sangat memengaruhi bagaimana manusia memandang kedudukan dirinya terhadap alam dan juga tuhannya. Sebagaimana dijelaskan white Jr. teologi judeo-kristen menyebab kanmanusia terpisah dari alam semesta di mana manusia menganggap diri sebagai penguasa atau penakluk alam. Di samping itu pandangan dualistik bahwa alam semesta beserta manusia yang ada di dalamnya adalah terpisah dari tuhan sebagai penciptanya juga berakar dari tradisi agama-agama monoteis. Menurut banyak ahli pandangan dualisme seperti itu menyebabkan manusia memandang dunia yang profan bisa dikeruk sesuka hati demi pembangunan dan kemakmuran manusia semata tanpa harus mempertimbangkan dampaknya bagi lingkungansecara global. 3. Pandangan nilai intrinsic alam Pandangan ada tidaknya nilai intrinsik alam juga berkaitan dengan kisah penciptaan dalam teks kitab suci agama monoteis. Terdapat pemahaman atas pembacaan kitab suci bahwa makhluk selain manusia tidak memiliki nilai intrinsik. Pandangan semacam ini sangat umum di dunia modern. Alam di ibaratkan sebagai sebuah mesin yang tidak memiliki nilai dan tidak memilik itu tuan "no sense of purpose”. Dasar lain dari pandangan ini adalah teori John Locke tentang kualitas primer dan sekunder. Menurutnya alam hanya memiliki kualitas primer sementara kualitas sekunder tidak karena alam dianggap tidak punya jiwa dan intelegensia sama sekali. Nilai sekunder akan hadir apabila ada interfensi dari manusia. Sebagai contoh sebatang pohon atau kayu akan memiliki nilai apabila dijadikan kursi meja atau perkakas lainnya setelah dibentuk olehmanusia. Menurut Ozdemir pandangan seperti ini betul-betul menghilangkankualitas inheren yang dimiliki alam. Makhluk selain manusia hanya memiliki nilai instrumental bagi manusia karena mereka diciptakan untuk melayani kepentingan manusia dan manusia dipandang memiliki kedudukan paling tinggi di muka bumi. Pandangan semacam ini bisa mengarah pada perlakuan yang kurang menghargai alam dan manusia merasa diberi hak mengatur lingkungan sesuai selera mereka.
4. Pandangan orientasi eskatologis Selanjutnya kisah penciptaan dalam teks kitab suci agama-agama monoteis yang berdampak pada perlakuan manusia atas lingkungan berkaitan dengan tujuan penciptaan alam semesta dan manusia yang berorientasi eskatologis. Keyakinan dan ajaran agama yang berorientasi eskatologis menurut pandangan umum berdampak pada sikap dan perilaku penganut yang melalaikan lingkungan. Orientasi eskatologis yang dimaksud di antaranya bahwa kehidupan di dunia ini laksana tempat mampir dan tempat mencari bekal bagi kehidupan setelah mati. Kehidupan sesungguhnya bukanlah di dunia ini tetapi di akhirat nanti. Orientasi eskatologis yang lain adalah apa yang John Haught sebut sebagai religiusitas apokaliptik. Sikap ini memandang bahwa alam semesta adalah fana tidak (kekal) dan sedang mengarah pada kehancuran sehingga kalau memang sudah ditakdirkan untuk itu manusia tidak perlu bersusah payah untuk menyelamatkan bumi dari perusakan. Oleh karena itu pandangan agama ini tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan. John Haught menyebut orientasi eskatologis macam itu sebagai “cosmic(terrestrial) homelessness” atau kosmos " bumi bukan sebagai kediaman kita. Manusia hanyalah orang asing di dunia. Pada satu sisi keyakinan ini bisa berbahaya bagi lingkungan. Namun di sisi yang lain ini bisa dikembangkan kearah positi apabila dikaitkan dengan teori kosmologi Big Bang "Dentuman Besar”. Teori ini menekankan bahwa alam semesta termasuk manusia sedang berada dalam permalanan kosmik yang sangat panjang dan terus menerus. Sikap yang mengidealkan sikap lepas bebas tanpa rumah sebagai kegelisahan religious (religious homelessness) bisa digunakan bersama teori tersebut. Baranya bukan dengan membuat jarak dengan alam atau mengorbankan alam demi kegelisahan religius manusia. Akan tetapi perjalanan kosmik dijadikan sebagai dasar dari kegelisahan religius tersebut dengan cara menenggelamkan diri kedalam perjalanan kosmik tersebut karena manusia adalah juga milik alam semesta. Segala proses yang dialami kosmos niscaya dialami juga oleh manusia. Menurut Haught “religious homelessness” tidak sama dengan cosmic homelessness”. Dengan kata lain manusia tersesat bersama kosmos “lost withthe cosmos” bukan tersesat dalam kosmos lost in the cosmos 5. pandangan patriarkis Rosemary RadFord Ruether adalah pionir gerakan ekofeminisme "ecofeminism” diawal tahun 1997. Gerakan ini mengangkat ide kaitan antara dominasi atas kaum perempuan dan penguasaan dan eksploitasi terhadap alam. Ide ini berangkat dari penerimaan tuduhan White jr. terhadap teologi tudeo-kristen yang ditimbul kandari kekeliruan penafsiran teks Aible sebagai berwatak eksploitati. Menurut Cuether penafsiran tersebut sangat dipengaruhi konteks dua listik alam semesta dan manusia. Memahaman ini juga berakar dari pengaruh filsafat yunani klasik tentang keterpisahan Jiwa dan tubuh yang menjadi hubungan superior dan interior. Tubuh atau materi diposisikan interior terhadap jiwa dan tubuh dianggap sebagai akar dari kejahatan moral.
Pandangan ini kemudian memengaruhi dan membentuk hirarki sosial dimana superioritas jiwa atas tubuh disepadankan dengan dominasi kaum lelaki atas perempuan majikan atas budak bangsa yunani atas kaum Barbar dan seterusnya. Dominasi suatu kaum atas kaum yang lain menjadi sesuatu yang lumrah. Ruether kemudian mengaitkan krisis ekologi yang ter&adi dengan hirarki sosial. Ketika memahami kisah penciptaan dalam teks kitab suci kelumrahan ini juga membentuk pandangan superioritas manusia untuk mendominasi alam semesta. Melalui gerakan ekofeminisnya Ruether menyerukan untuk merubah hierarki hubungan antara laki-laki dan perempuan manusia dan alam semesta ke arah yang lebih setara karena keduanya saling bergantung dan saling memengaruhi"bio feed back”. Meskipun lebih dikenal karena dukungannya terhadap pemitosan kembali sains “remythifying science” Arian Swimme tampaknya bisa juga digolongkan kedalam kelompok ekofeminis. Gagasannya beranjak dari kenyataan bahwa sains tumbuh dari sikap dan pemikiran yang membuang jauh mitos. Sains tidak memiliki perilaku takut dan kagum yang menjadi dasar utama bagi sikap penghormatan terhadap alam. Sebaliknya pemikiran sains adalah mekanistik yang bersifat reduksionis. Dengan reduk sionismenya sains juga sangat didominasi oleh norma-norma dan pengalaman kelelakian. Sebagai contoh teori asal-usul jagat raya lebih suka di istilahkan dengan teori “Big Bang " pentuman besar yang bernuansa maskulin dan bermetafora destruktif ketimbang memakai istilah misalnya cosmic egg "telur jagat raya” atau superabundant core"inti super padat” yang memantulkan rasa kekaguman dan metafora akan kelahiran sesuatu. Menurut Swimme inilah letak bias maskulin yang terkandung dalam sains. Oleh karenanya iya mengusulkan memakai istilah puitis untuk penamaan sains sehingga akan lebih menunjukkan rasa atau nuansa mulai dari kekaguman akan alam semesta penghormatan akan kehidupan sampai pandangan akan kehidupan kemanusiaan yang harmonis dengan segenap eksistensi alam. 6. kekerabatan manusia dengan semua makhluk Ian Barbour menjelaskan bahwa beberapa teori atau penemuan ilmu pengetahuan misalnya studi ekosistem dan ekologi telah cukup banyak membuktikan adanya saling ketergantungan dan keterkaitan "interkoneksi” yang kompleks antar bentuk kehidupan di dunia ini. Sehingga pengetahuan juga bisa menumbuhkan kesadaran bahwa manusia betul-betul tidak bisa dilepaskan dari ketergantungan dan keterkaitannya dengan yang lain di dunia. Lebih jauh teori Biologi Evolusioner juga menunjukkan adanya kekerabatan manusia dengan semua makhluk. Oleh karena itu teori ini dapat menumbuhkan kesadaran baru bagi manusia agar lebih menghormati makhluk lain yang memiliki sejarah asal-usul kosmik yang sama. Meskipun demikian teori dan penemuan ilmu pengetahuan tersebut tetap akan mendapat tantangan dari para praktisi dan agamawan kreasionis. Kreasionisme sangat menentang teori evolusi dan meyakini bahwa manusia tidak memiliki kaitan asal-usul dengan spesies lain di dunia. Para kreasionis seringkali mendasarkan pendapatnya pada pemahaman kitab suci. Manusia dipandang sebagai makhluk yang paling sempurna dan paling tinggi kedudukannya dari pada
makhluk-makhluk lain. Secara teoretis pandangan semacam ini menyimpan potensi 'atak eksploitati terhadap lingkungan. 7. Pandangan Determinis Faham ini mengemukakan bahwa semua kehidupan dan aktivitas manusia dipengaruhi dan tergantung pada pemberian alam di sekitarnya. Manusia cenderung pasif dalam menghadapi tantangan alam, respon terhadap alam hanya berupa respon menerima apa adanya. Dengan kata lain manusia tidak dapat menentukan hidupnya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian, tingkah laku, kebiasaan, serta kebudayaan manusia pada lingkungan tertentu. Berikut ini beberapa pendukung fisis determinisme : a)
Charles Darwin (1809 – 1882)
Charles Darwin adalah seorang naturalis dari Inggris yang teori-teorinya sangat kontroversial di bidang ilmu pengetahuan dengan Teori Evolusi Darwin-nya. Teorinya mengatakan bahwa semua makhluk hidup darai waktu ke waktu secara berkesinambungan akan mengalami perkembangan. Setiap perubahan yang terjadi pada mofologi, fisiologi, dan perilaku makhluk hidup sebagai respon dari perubahan alam lingkungannya. Perjuangan hidup (struggle for life) pada makhluk hidup merupakan bagian yang penting juga dalam menanggapi perubahan alam lingkungannya. Hanya individu yang kuatlah yang mampu bertahan hidup dari keganasan alam lingkungan. Dominasi lingkungan pada makhluk hidup terlihat sangat jelas dan sepertinya makhluk hidup tidak bisa lepas dari pengarauh alam tersebut. b)
Ellsworth Huntington
Ellsworth Huntington merupakan geograf dari Amerika Serikat dan merupakan salah seorang dari determinisme iklim. Dalam bukunya principle of Human Geography, dia mengatakan bahwa iklim sangat mempengaruhi pola kebudayaan masyarakat. Iklim di dunia ini memiliki variasi yang banyak, sehingga variasi kebudayaan yang didukung oleh manusia juga sangat beraneka ragam. Bentuk bangunan, seni, agama, pemerintahan sangat ditentukan oleh iklim. Sebagai contoh orang Eskimo akan membangun iglo yang terbuat dari es yang dikeraskan. Atap rumah yang dibangun oleh orang gurun pasir akan cenderung dibuat rata, dan ini berbeda dengan atap rumah yang dibangun oleh orang-orang Eropa dibuat seruncing mungkin. c)
Friederich Ratzel (1844 – 1904)
Friederich Ratzel merupakan geograf Jerman dengan teori Anthropogeographie-nya. Dalam teorinya disebutkan bahwa meskipun manusia merupakan makhluk yang dinamis, namun pola-pola pergerakan dan mobilitasnya tetap dibatasi oleh alam. Manusia sebagai pendukung kebudayaan berkecenderungan membentuk unsur-unsurnya sebagai respon dari apa yang telah diberikan oleh alam lingkungannya. Alam dalam mempengaruhi manusia dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
v Secara positif Contoh dari pengaruh alam secara positif antara lain adalah manusia yang hidup di daerah yang dingin secara otomatis menggunakan pakaian yang tebal dan hangat agar bisa bertahan hidup. sebaliknya dengan yang hidup di daerah panas akan memakai baju yang berbahan tipis atau dengan bahan yang dapat menyerap keringat. v Secara negatif Contoh dari pengaruh alam secara negatif adalah terjadinya bencana alam yang dapat menelan korban, seperti contoh gempa bumi, gunung meletus, tsunami dan lainnya. Bencana alam seperti itu merupakan hal yang tidak bisa kita duga. Akibat dari bencana alam ini dapat menyebabkan kerugian bagi manusia, bahkan dapat menimbulkan korban jiwa.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Manusia dengan lingkungan sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan karena bisa dikatakan manusia sangat butuh terhadap ekosistem yang ada dan manusia cenderung meng eksploitasi di dalam ekosistem. Terdapat 10 pandangan yang dapat menjelaskan antara manusia dengan lingkungan yaitu padangan 1) antroposentris, 2) dualistic, 3) nilai intrinsik alam, 4) orientasi eskatologis, 5) pandangan patriarkis dan 6) kekerabatan manusia dengan semua makhluk, 7) Paham determinis, 8) paham posibilis, 9) paham optimisme teknologi, 10) paham keyakinan ketuhan. Sepuluh pandangan tersebut cukup untuk mewakili keterkaitan dan hubungan antara manusia dengan lingkunga (ekosistem/social system).