Laporan 2018.docx

  • Uploaded by: Tria
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan 2018.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,366
  • Pages: 25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN MAHASISWA PROGRAM STUDI D1 PETERNAKAN DI PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA PELAKAK DUSUN I KECAMATAN SINGKEP PESISIR KABUPATEN LINGGA

PROSES DAN MANAJEMEN PEMOTONGAN AYAM BROILER DI INDRA FARM

RAYFENDO GUSTRIA P SINAGA NIM : J1I417022

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS DIPLOMA INSITUT PERTANIAN BOGOR 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan taufik dan hidayah Nya sehingga laporan Praktek Keraja Lapangan (PKL) 2018 dapat terselesaikan dengan baik. Penyelengaraan PKL ini dirancang untuk mengenalkan mahasiswa pada dunia kerja secara nyata dan mempadupadankan atau menganalisis masalah lapang dengan teori yang pernah didapatkan dari bangku perkuliahan, meningkatkan motivasi mahasiswa agar lebih mengenal dunia kerjanya mendatang. Laporan Praktek Kerja Lapang

ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

melaksanakan Praktek Kerja Lapang di bumi peternakan ...........................dengan mengambil judul PROSES DAN MANAJEMEN PEMOTONGAN AYAM BROILER DI INDRA FARM.......................................” dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Danang Priyambodo, SPt, Msi selaku Dosen Pembimbing dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Saran dan kritik senantiasa kami harapkan demi perbaikan laporan ini.

Dabok Singkep, ........... Oktober 2018

Penulis,

DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI ....................... .......................................................................... DAFTAR TABEL ..........................................................................................

ii iii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iv

BAB. I PENDAHULUAN ................................................................

1

A. Latar Belakang ...................................................................

2

B. Manfaat dan Tujuan ...........................................................

3

C. Hasil yang diharapkan .........................................................

4

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

5

A. Pengertian ayam broiler.........................................................

6

B. Pemilihan ayam broiler .........................................................

7

C. Perkandangan .................................................................. ....

8

D. Kebutuhan nutrisi dan air minum ........................................

9

E. Program Vaksin ....................................................................

9

F. Konveksi Pakan ....................................................................

8

G. Pertambahan bobot badan ....................................................

9

H. Konveksi ransum .................................................................

9

I. Priode panen .........................................................................

9

BAB. III KEDAAN UMUM ...............................................................

5

A. Tinjauan umum lokasi PKL / desa .......................................

6

B. Struktur organisasi ................................................................

7

C. Lokasi dan waktu kegiatan PKL ...........................................

8

D. Alat dan bahan praktek .........................................................

9

E. Prosedur kerja .......................................................................

9

BAB. IV HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ..........................

9

A. Lokasi kandang ....................................................................

10

B. Sterilisasi kandang ...............................................................

11

C. Persiapan pemeliharaan ........................................................

12

D. Perlakuan saat DOC datang ................................................

13

E. Manajemen pemeliharaan periode pertumbuhan ................

14

F. Pemberian ransum dan air minum .......................................

15

G. Pengendalian hama penyakit.................................................

16

H. Panen ....................................................................................

16

I. Pasca panen............................................................................

18

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL halaman 1. TABEL ........................................................................

10

2. TABEL ........................................................................

10

3. TABEL ........................................................................

10

DAFTAR GAMBAR halaman 1. GAMBAR

1 ......................................................................

10

2. GAMABAR 2 ......................................................................

12

3. GAMABAR 3 ......................................................................

20

BAB I

A. LATAR BELAKANG Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisonal. Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Rumah potong ayam ( RPA ) atau tempat pendistribusian umunya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi. Dibidang usaha ternak unggas ini, pemeliharaan usaha ayam broiler telah menyebar dan berkembang keseluruh daerah. Hal ini di sebabkan karena adanya perbaikan teknologi pengelolaan ayam broiler yang berupa bibit unggul, makanan berkualitas, perkandangan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Ayam broiler memiliki sifat – sifat yang menonjol secara ekonomis dapat memberikan keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi dengan penggunaan pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat merangsang berkembangnya peternakan ayam broiler.

Faktor yang paling menentukan dalam usaha peternakan ayam ada tiga hal yaitu breeding ( pemuliabiakan ), feeding (pakan ), dan management ( tatalaksana ). khusus dalam penyediaan bibit ayam, peternak diusahakan untuk dapat memilih bibit yang berkualitas adalah agar hasil panen dapat maksimal. Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan,. Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik.

B.

MAKSUD DAN TUJUAN

1.

Agar mahasiswa bisa terjun langsung kemasyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan;

2.

Untuk mengetahui permasalahan peternakan di lapangan khususnya tentang Sistem Perkandangan Ayam Broiler.

3.

Mahasiswa dapat belajar bekerja sama, melatih sikap mandiri, bertanggung jawab, disiplin dalam hidup bermasyarakat.

C.

HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang cara perawatan

ayam Broiler yang tepat, guna mendapatkan hasil yang maksimal.

B. MAKSUD DAN TUJUAN B. Tujuan Tujuan dari usaha peternakan ayam pedaging adalah: 1.

Dapat melakukan usaha ayam potong/pedaging dengan baik dan memberikan manfaat yang besar

2. Dapat memasarkan daging ayam dengan baik 3. Dapat menjaga kelangsungan usaha dan mengembangkannya 4. Dapat meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat pengangguran 5. Mendapatkan keuntungan yang besar dalam usaha ayam pedaging 6. Sebagai pengetahuan atau menambah wawasan dalam menjalankan usaha Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari praktek Lapangan Kerja adalah untuk Mengetahui tentang hal- hal yang harus dilakukan saat pra pemeliharaan ayam dan proses pemotongan ayam broiler, Mengetahui tentang manajemen dan tatacara pemotongan ayam broiler yang baik dan benar di INDRA FARM. Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan adalah mahasiswa memperoleh informasi, menambah wawasan serta keterampilan dalam manajemen pemotongan ayam broiler yang baik dan benar sesuai standar.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ayam Broiler Ayam Broiler ( pedaging ) adalah ayam ras yang tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu dalam relatif singkat ( 5 sampai 7 minggu ). Ayam broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Pengertian ayam broiler istilah yang biasa dipakai untuk menyebut hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebgai penghasil daging konversi pakan rendah dan setiap dipotong pada usia relatif muda. Pada umumnya broiler ini siap panen pada usia sampai 28 sampai 45 hari dengan berat badan 1,2 sampai 1,9 kg / ekor ( Azis dkk, 2010 . Ayam broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam cornish dari inggris dengan ayam white play mounth rock dari Amerika ( Rasyaf, 2008. Menurut AAK (2000) ayam broiler adalah ayam pedaging yang dipelihara hingga 6 sampai 13 minggu dengan bobot hidup dapat mencapai 1,5 kg pada umur 6 minggu. Pemeliharaan ayam ras pedaging / broiler terkadang terkendala oleh tidak stabilnya nafsu makan ayam yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari stres, perubahan cuaca, dan lain – lain.

B. Pemilihan DOC DOC ini sebenarnya berasal dari singkatan Day Old Chick, yang dapat diartikan sebagai anak ayam yang berumur 1 hari. Bibit yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut sehat dan aktif bergerak, tumbuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilaf, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih, berat badan 37 g, dan posisi kelompok menyebar. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima.

C. Perkandangan Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyaman bagi ayam broiler, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan lahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut bisa berfungsi untuk mellindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain.

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi : persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 – 35 OC, kelembaban berkisar antara 60 – 70%, penerangan / pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anak sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atau kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.

D. Kebutuhan Nutrisi dan Air Minum Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.

Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk

memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).

Menurut Rasyaf, 1993 ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher . Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung. Fadilah (2004) menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiranpecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat (Sudaro dan Siriwa, 2007). Alamsyah (2005) menyatakan bahwa pemberian ransum pada ternakdisesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC. Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat optimal. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya. Ayam akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibanding tanpa air (Rizal, 2006)

E. Program Vaksinasi Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum. Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B (Jahja, 2000).

Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat diminimalisir. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).

A. Konversi Pakan

Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging sebanyakbanyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak dibatasi (ad libitum) artinya berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan, itulah yang diberikan (Kartadisastra, 1994). Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum, umur, aktivitas ternak, palatabilitas ransum, tingkat produksi dan pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa komposisi kimia dan keragaman ransum erat hubungannya dengan konsumsi ransum. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa palatabilitas merupakan sifat performans dari bahan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki bahan-bahan pakan tersebut, hal ini tercermin oleh organolektif seperti penampilan, bau, rasa dan temperatur. Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan atau ransum yang dikonsumsi tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi.

Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan atau ransum untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman et al, 1991). Anggorodi (1985) menyatakan bahwa bloiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan maksimum. Sedangkan Widodo (2002) menyatakan bahwa ayam cenderung meningkatkan konsumsi jika diberi pakan energi rendah.

B. Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan. Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami.

Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002). Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot tubuhnya, makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap ransum. Bobot tubuh ternak dapat diketahui dengan penimbangan. Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum. C. Konversi Ransum

Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds atau 1 kg berat hidup. Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan unggas (Anggorodi, 1985). Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien.

Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah. Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994).

Rumus konversi ransum : Konversi ransum :

n=

Jumlah ransum yang dikonsumsi Bobot badan pada waktu yang sama

Pemberian Ransum dan Air minum

Pemberian ransum ayam pedaging yang diberikan ada 2, yaitu: ransum pada periode starter dalam bentuk butiran yang lebih halus secara adlibitum. Ransum diletakkan pada litter yang diberi tempat pakan khusus DOC. Periode finisher ransum diberikan dalam bentuk crumble secara adlibitum. Ransum diletakkan dalam tempat pakan yang digantungkan dan pemberian dilakukan 2 kali sehari pada jam 07.00 WIB dan 14.00 WIB. Rasyaf (1992) menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan dua sampai tiga kali sehari akan menguntungkan secara teknis maupun ekonomis dalam pengelolaan pakan ayam. Pemberian ransum secara adlibitum supaya pertumbuhan ayam dapat berjalan cepat (Fadilah, 2004).

Pemberian air minum dilakukan secara terus-menerus atau adlibitum dengan tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi. Air minum ditambahkan vitamin dan antibiotik untuk menjaga kondisi tubuh ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa air harus selalu tersedia dan sangat baik disediakan dari keran otomatis. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rizal (2006) bahwa konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanannya.

D. Periode Panen

Jadwal pertama panen biasanya telah ditentukan ketika ayam akan dipelihara (Fadilah, 2005). Selanjutmya, ayam yang akan dipanen harus dikurangi pakannya atau dipuasakan (tidak diberi makan) selama 4 sampai 6 jam sebelum ditangkap agar sisa pakan tidak terlalu banyak (tembolok ayam tidak penuh). Tembolok ayam yang penuh tidak disukai rumah potong ayam (RPA). Ayam harus bebas antibiotik 5 hari hingga 2 minggu sebelum panen tergantung jenis antibiotik.

Jumlah dan ukuran ayam yang akan ditangkap harus sesuai surat permintaan (delivery order) (Fadilah, 2005). Selanjutnya, berat ayam biasanya diklasifikasikan menjadi ukuran kecil (0,8-1,2 kg), sedang (1,3-1,6 kg), besar (lebih dari 1,7 kg). Ayam yang dijual ke RPA harus ditimbang bersama keranjangnya untuk menghindari banyak ayam yang rusak. Timbangan yang dipakai berupa timbangan duduk kapasitas 50 kg. Ayam yang akan ditimbang dimasukan ke keranjang plastik standar (7,8 kg). Kapasitas 1 keranjang bisa diisi 12-15 ekor ayam ukuran kecil atau 8-10 ekor ayam ukuran sedang dan besar. Hasil penimbangan ayam yang ditangkap dicatat secara benar dan jelas pada nota penimbangan. Kegiatan yang dilakukan pasca panen adalah mengumpulkan peralatan kandang, membersihkan, menghitung pakan yang tersisa, dan menghitung presentasi produksi ayam (Fadilah, 2005). Selanjutnya, peersentasi kematian (deplesi) dapat dihitung : jumlah ayam awal dikurangi jumlah ayam yang dijual dikalikan 100 % kemudian dibagi jumlah ayam awal, rerata berat ayam yang dijual dapat dihitung : total berat ayam yang dijual dibagi dengan total ayam yang dijual, konversi pakan (FCR) dapat dihitung : total pakan yang diberikan dikurangi total pakan sisa dibagi dengan total berat ayam yang dijual, dan rerata umur panen dapat dihitung : umur ayam yang dipanen dikalikan dengan jumlah ayam yang dijual dibagi dengan total ayam yang dijual.

BAB III KEADAAN UMUM

A. Tinjauan umum lokasi PKL / desa

B. Struktur Organisasi Struktur organisasi usaha Peternakan masih sederhana seperti terlihat pada Gambar 1.

Pimpinan

Karyawan kandang

Karyawan kandang

Gambar 1. Struktur Organisasi di Usaha Peternakan ayam broiler Pimpinan usaha Peternakan ayam broiler merupakan pemilik sekaligus yang berperan sebagai pembuat kebijakan dan pemegang kendali . Pimpinan memiliki tugas rangkap, yaitu bertanggung jawab dalam mengawasi jalannya kegiatan produksi, administrasi, keuangan dan pemasaran. Untuk memperlancar jalannya kegiatan produksi, maka dibantu oleh karyawan kandang. Karyawan kandang berjumlah 4 orang. Pendidikan terakhir pimpinan Peternakan ayam broiler yaitu SLTA, sedangkan karyawan kandang yaitu tamatan SD. Karyawan kandang bertugas menjalankan operasional kandang

1. Menyiapkan pakan dan peralatan kandang. 2. Memberi makan dan minum. 3. Mencatat pakan yang diberikan dan ayam yang mati. 4. Memelihara kesehatan ayam, menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang. 5. Menjaga keamanan di sekitar peternakan, termasuk keamanan aset, ayam yang dipelihara serta menanggulangi gangguan keamanan dari luar.

C. Lokasi dan waktu kegiatan PKL INDRA FARM berlokasi di desa Pelakak, Singkep Pesisir. INDRA FARM berada di kawasan jauh di pemukiman warga, lokasi kandang terletak di gang Durian, Desa Pelakak.Waktu kegiatan praktek kerja lapangan dilakukan pada tanggal 07 Agustus 2018. PKL dilaksakan dengan cara ikut melaksanakan kegiatan yang berlangsung di peternakan INDRA FARM serta mengamati langkah-langkah pemeliharan serta mencatat dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam menghitung peforma ayam setiap harinya.

D. Alat dan bahan praktek

E. Prosedur kerja

INDRA FARM memiliki karyawan sebanyak 6 orang.Karyawan berasal dari masyarakat setempat.Pekerjaan di mulai dari pukul 07.30 - 11.30 WIB dan di lanjutkan kerja pada pukul 14.00 – 17.30 WIB.Karyawan di perbolehkan libur beberapa hari dalam sebulan.

BAB. IV HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Lokasi kandang INDRA FARM berlokasi di desa Pelakak, Singkep Pesisir. INDRA FARM berada di kawasan jauh di pemukiman warga, lokasi kandang terletak di gang Durian, Desa Pelakak.Jarak lokasi kandang dari jalan raya menuju lokasi kandang sekitar 5 menit.

B. Sterilisasi kandang Sterilisasi kandang di peternakan INDRA FARM tidak menggunakan vaksinasi,hanya dengan membersihkan lantai kandang dari kotoran ayam yang telah mengering dan pembersihan tempat pakan dan tempat air minum.

C. Persiapan pemeliharaan

D. Perlakuan saat DOC datang E. Manajemen pemeliharaan periode pertumbuhan

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Readme.txt
December 2019 24
Ppt Endo.pptx
December 2019 34
Laporan 2018.docx
December 2019 29
Sampel.docx
May 2020 16
10261-18450-1-sm.pdf
December 2019 21