MAKALAH SEMINAR OBSTRUKSI ILEUS PADA TN.H DI RUANG ICU RSPAU HARJOLUKITO
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 23
Aggota : 1. 2. 3. 4. 5.
Arwan Wijaya Aprilina Awing Wilma Evelin Lekatompessy Edo Hardian Reza Dicky Darmawan
(15130109) (15130110) (15130028) (15130030) (15130073)
S-1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2018
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obsruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai, sekitar 60 - 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Brunner & Suddarth, 2002). Sebagai makhluk biologis, manusia memerlukan makanan yang mengandung gizi untuk menunjang kebutuhan metabolisme, makanan tersebut sebelum diabsorbsi terlebih dahulu diproses disaluran cerna. Proses pencernaan berlangsung dengan baik apabila sistem pencernaan makanan ditubuh kita normal, apabila salah satu dari bagian sistem pencernaan kita mengalami gangguan, maka proses pencernaan makanan terhambat (Zwani, 2007). Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memilikki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada kurangnya kemampuan membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltik usus, kemudian saat kemampuan peristaltik usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang mengarah pada feses yang mengeras dan dapat menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi (Mansjoer, 2001). Salah satu penanganan pada pasien dengan permasalahan obstruksi ileus adalah dengan pembedahan laparotomi, penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal (Fossum, 2002). Gangren dan perforasi adalah komplikasi yang menunggu jika permasalahan semakin berat, maka pasien yang sudah di diagnosa obstruksi ileus harus siap dilakukan tindakan pembedahan karena keterlambatan pembedahan menyebabkan berbagai masalah pada organ cerna, diantaranya perforasi appendiks, peritonitis, pileflebitis, dan bahkan kematian.
B. Tujuan Umum Dapat mengetahui tatalaksana pada pasien kritis dengan diagnosa post laparatomi obstruksi ileus. C. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Definisi Ileus 2. Untuk mengetahui Etiologi Ileus 3. Untuk mengetahui Prognosis 4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis 5. Untuk mengetahui Klasifikasi 6. Untuk mengetahui Patofisiologi 7. Untuk mengetahui Komplikasi 8. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostic 9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Penyakit B. Konsep Ruangan Terkait C. Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Pada obstruksi Ileus (teoritis) Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001). a. Identitas Nama : Umur : Alamat : Pekerjaan : Status perkawinan : (Umumnya terjadi pada semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan) b. Keluhan Utama : Nyeri pada perut c. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat BAB dan flatus dalam beberapa hari) d. Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit hernia, divertikulum. e. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan yeyenum. f. Activity Daily Life Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah. Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik usus menurun/ berhenti.
Istirahat Aktivitas
: Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah. : Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring. : Klien tidak mampu merawat dirinya.
Personal Hygiene g. Pemeriksaan a) Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg) b) Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System) 1. Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal 2. Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi 3. Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi. 4. Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc 5. Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri 6. Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat 7. Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen. ANALISA DATA No. 1
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Data penunjang Etiologi DS: Klien mengatakan sakit Tekanan intralumen pada abdomen meningkat DO: Wajah nampak meringis Bising usus >12x/mnt TTV meningkat: (TD >120/80 mmHg,N:>100x/mnt, S:>38oC, RR:>20x/mnt) P: nyeri karena tekanan intralumen Q: nyeri seperti tertusuk R: nyeri di bagian kuadran kanan bawah S: skala nyeri 7 T: nyeri kolik (hilang timbul)
Problem Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2
1.
2. 3. 4. 3
4
1. 2. 3. 4.
DS: pasien mengatakan sering Kehilangan cairan haus berlebih DO: TTV tidak stabil (TD >120/80 mmHg,N:>100x/mnt, S:>38oC, RR:>20x/mnt) Mata cowong Turgor kulit turun Membran mukosa bibir kering
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
DS: klien mengatakan tidak Mual, muntah nutrisi kurang dari nafsu untuk makan kebutuhan tubuh DO: 1. BB klien turun 2. A: BB<45 kg, TB 165 cm 3. B: Hb<12 4. C: konjungtiva anemis 5. D: Diet tinggi serat DS: -Komplikasi peritonitis Resiko Infeksi DO: septikemia 1. Suhu tubuh >38oC 2. Leukosit >11.000 µml Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia Rencana Tindakan
Diagnosa 1 Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi. Kriteria Hasil: 1. Tidak ada tanda-tanda nyeri 2. Skala nyeri (0-3). 3. Ekspresi wajah rileks. 4. TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 1620x/mnt, S: 36,5-37,5 oC) 5. Bising usus normal (5-12x/menit) No.Dx INTERVENSI RASIONAL 1 1. Observasi tingkat nyeri 1. Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri
2. Pantau status abdomen tiap 4 jam
3. Dorong ambulasi dini dan hindari duduk yang lama
4. Pertahankan klien pada posisi semi fowler 5. Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang dan flatus keluar 6. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi
7. Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi dan evaluasi keefektifannya
2. Diduga inflamasi peritoneal, memerlukan intervensi medis yang cepat. 3. Menurunkan kekakuan otot dan sendi ambulasi atau perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal 4. Menurunkan tekanan diafragma yang terdorong oleh organ visceral 5. Memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising usus akan meningkatkan distensi dan ketidaknyamanan 6. Mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain 7. Menurunkan ambang nyeri dan meningkatkan kenyamanan
Diagnosa 2 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal Kriteria Hasil: 1. TTV dalam batas normal. - TD: 110/70-120/80 mmHg - N: 80-100x/mnt - RR: 16-20x /mnt - S: 36,5-37,5oC 2. Turgor kulit normal (<2 detik) 3. Membran mukosa bibir basah 4. Mata tidak cekung No. Dx INTERVENSI 2 1. Observasi TTV
2. Kaji turgor kulit,kelembaban membran mukosa (bibir, lidah) 3. Observasi intake dan output
RASIONAL 1. Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik 2. Indikator langsung keadekuatan volume cairan 3.
Indikator keseimbangan cairan terutama kehilangan cairan
4. Berikan cairan tambahan intravena sesuai indikasi 5. Kolaborasi: pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi
Mengurangi sekresi lambung dan mencuci elektrolit 5. Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi 4.
Diagnosa 3 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal Kriteria Hasil : 1. BB meningkat atau normal sesuai umur 2. Nafsu makan meningkat 3. Px tidak mengalami mual, muntah No. Dx INTERVENSI RASIONAL 3 1. Anjurkan pembatasan aktivitas selama 1. Menurunkan kebutuhan fase akut metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energy 2. Anjurkan istirahat sebelum makan 2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energy 3. Tingkatkan diet oral baik cairan 3. Diet rendah residu dapat maupun makanan rendah residu dipertahankan 6 – 8 minggu untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus 4. Konsultasi dengan ahli gizi 4. Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus 5. Kolaborasi: Berikan obat sesuai 5. Untuk mencegah mual indikasi: Antimetik, mis: dan muntah proklorperazin (Compazine). Diagnosa 4 Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala infeksi. Kriteria Hasil: 1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC) 2. Leukosit normal 4.000-11000 µm No. Dx 4
INTERVENSI 1.
Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi TTV, distensi abdomen
RASIONAL 1. Deteksi dini terhadap potensial masalah
2.
Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu, lingkaran abdomen terus meningkat.
3.
Siapkan pasien untuk pembedahan bila direncanakan
Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan 5. Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai indikasi 4.
2. Peningkatan suhu indikasi perkembangan infeksi, peningkatan lingkar abdomen memungkinan penyakit bertambah parah menjadi peritonitis sehingga dapat memperlambat pemulihan. 3. Obstruksi vaskuler atau mekanis umumnya memerlukan intervensi bedah 4. Menghindari dan melindungi klien dari infeksi nosokomial. 5. Untuk membantu mengobati atau mencegah infeksi dalam perut
BAB III PEMBAHASAN BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta. Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus(http://keperawatangun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 31 Oktober 2018). Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diakses tanggal 31 Oktober 2018)