Makalah Isk.docx

  • Uploaded by: yana aprilina pratiwi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Isk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,055
  • Pages: 44
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Infeksi Traktus Urinarius” Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuiah Askeb IV Patologi di FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada : 1. Rahmawati Ika S, S.ST Mkes dosen pembimbing mata kuliah Askeb IV Patologi 2. Rekan-rekan semua Kelas IV -B D3 Kebidanan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya 3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan laporan ini 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

DAFTAR ISI Kata Pengantar …………………………………..............................................……….... i Daftar Isi ……………………………………………………………………………...... ii

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang …………..…………………………………………………. 1 1.2 Tujuan ……………………….....…………………………………………... 2 Bab 2 Pembahasan 2.1 Definisi Infeksi Traktus Urinarius…………………………………………. 3 2.2 Patofisiologi............................…………………………………………...…. 4 2.3 Klasifikasi Infeksi Traktus Urinarius..............................................................5 2.4 Tanda dan gejala. ...........................................................................................7 2.5 Komplikasi Infeksi Traktus Urinarius............................................................9 2.6 Efek Samping pada kehamilan, persalinan....................................................9 2.7 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................9 Bab 3 Asuhan Kebidanan................................................................................................10 Bab 4 Penutup 4.1 Kesimpulan...................................................................................................23 Daftar Pustaka …………………………………………………………………………24

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).

Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan akut infeksi Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada golonan resiko tinggi. Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella, pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius atas. Ada beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan. Yang paling sering adalah infeksi asimptomatik, sedangkan pada simptomatik yang terjadi di traktus urinarius bawah menyebabkan cystitis. Wanita hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang disebabkan oleh hydronefhrosis yang dapat menyebabkan urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin di anggap signifikan saat urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari 10.000 per ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahi definisi dari Infeksi Traktus Urinarius. 2. Untuk mengetahui patofisiologi dari Infeksi Traktus Urinarius. 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Infeksi Traktus Urinarius. 4. Untuk mengetahui komplikasi dari Infeksi Traktus Urinarius. 5. Untuk mengetahui efek samping dari Infeksi Traktus Urinarius.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480) Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus / mikroorganisme lain. Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005). Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi

saluran kencing dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2.2 Patofisiologi Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui: 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi. 2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal. 3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal. 4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain. Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi. Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu : Bendungan aliran urine. 1. Anatomi konginetal. 2. Batu saluran kemih.

3. Oklusi ureter (sebagian atau total). Gangguan metabolik. 1. Hiperkalsemia. 2. Hipokalemia 3. Agamaglobulinemia. Kehamilan 1. Faktor statis dan bendungan. 2. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman. Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.

2.3 Klasifikasi Infeksi Traktus Urinarius Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut : 1.

Kandung kemih (sistitis)

2.

Uretra (uretritis)

3.

Prostat (prostatitis)

4.

Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Systitis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian saluran kemih, biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini sukup sering dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman

penyebab utamanya adalah E.coli, disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah karena uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal. 

Tanda dan Gejala :

a.

Hampir 95 % mengeluh nyeri pada derah supra simpisis atau nyeri saat berkemih.

b. Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan tuntas. c.

Air kencing kadang terasa panas.

d. Air kencing berwarna lebih gelap dan pada serangan akut kadang-kadang berwarna kemerahan. 

Penanganan :

a.

Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.

b. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah. c.

Hanya Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan perawatan dan observasi ketat.

d.

Terapi antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal kurang memberikan manfat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya, misal: amoksillin 4x250 mg per oral., digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara intramuskular selama 10-14 hari. Dua hingga 4 minggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.

e.

Hampir 25% pasien pernah mengalami sistitis, akan mengalami infeksi ulangan sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang apabila timbul kembali tanda sistitis. Untuk pencegahan infeksi berulang berikan nitrofurantoin 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu post partum.

f.

Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan air kemih, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.

2.4 Tanda dan Gejala 

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala : 1. Mukosa memerah dan oedema 2. Terdapat cairan eksudat yang purulent

3. Ada ulserasi pada urethra 4. Adanya rasa gatal yang menggelitik 5. Good morning sign 6. Adanya nanah awal miksi 7. Nyeri pada saat miksi 8. Kesulitan untuk memulai miksi 9. Nyeri pada abdomen bagian bawah. 10. Kebutuhan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya 11. sakit punggung, menggigil 

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : 1. Disuria (nyeri waktu berkemih) 2. Peningkatan frekuensi berkemih 3. Perasaan ingin berkemih 4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin 5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic 6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.



Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala : 1. Demam 2. Menggigil 3. Nyeri pinggang 4. Disuria Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

2.5 Komplikasi Infeksi Traktus Urinarius ISK dapat menyebabkan infeksi ginjal, dan pembentukan abses ginjal atau perirenal. Infeksi ginjal dapat menyebabkan awal persalinan dan berat badan lahir rendah. 2.6 Efek Samping pada Kehamilan, persalinan Beberapa pengaruh infeksi traktus urinalis pada kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Terjadi insiden kelahiran preterm, mortalitas perinatal meningkat dan peningkatan insiden bayi berat lahir rendah ( BBLR ) 2. Terdapat peningkatan insiden anemia dan hipertensi kehamilan 2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Urinalisis 

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih



Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis 

Mikroskopis



Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.

BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “P” GI P0 UK 29 Minggu PATHOLOGIS

I.

SUBYEKTIF Tanggal 21 Maret 2012

Oleh Bidan Hiratuti

Pukul 08.00 WIB

1. Identitas : Ny “P”

Nama Ibu Umur

Umur

: 28 Th

Suku / Bangsa : Jawa/Indo

Suku / Bangsa

: Jawa/Indo

Agama

Agama

: Islam

Pendidikan

: 26 Th

: Tn “D”

Nama Suami

: Islam : Sarjana

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

:-

Pekerjaan

: Swasta

Penghasilan

:-

Penghasilan

: 2.000.000

Alamat

: Jl. Merpati

Alamat

: Jl. Merpati

No. Registrasi : 2010/025 2. Keluhan Utama Ibu mengeluh sulit memulai buang air kecil, sehingga dirasa nyeri saat buang air kecil sampai mengganggu aktivitas ibu sejak 2 hari yang lalu. 3. Riwayat Kebidanan 

Kunjungan



Riwayat menstruasi

: Ulang ke 7

o Menarche

: 13 Th

o Siklus

: 28 Hari

o Banyaknya

: 3 Softex/hari

o Lamanya

: 5-7 Hari

o Sifat Darah

: Cair

o Warna

: Merah tua

o Bau

: Anyir

o Disminorhea

: Tidak

o Lama

:-

o Flour Albus

: Tidak

 Kapan

:-

 Lama

:-

 Bau

:-

 Warna

:-

 Banyak : 

HPHT

: 10 Agustus 2011

 Kehamilan

Persalinan

BBL

Nifas

Suami

Hamil

ke

ke

Uk

Peny

Jenis

Pnlg

Tmpt

Peny

JK

PB/BB

Hdp/Mt

usia

Kead

HAMIL INI

4. Riwayat Obsterti yang Lalu

5. Riwayat Kehamilan Sekarang 1. Keluhan Trimester I

:Ibu mengatakan merasa mual dan nafsu makan berkurang Trimester II

:Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III :Ibu mengatakan sulit memulai buang air kecil, sehingga dirasa nyeri saat buang air kecil

2. Pergerakan anak pertama kali

: 4 Bulan

3. Frekwensi pergerakan dalam 3 jam terakhir : Sering kali 4. Penyuluhan yang sudah di dapat a.

Nutrisi

:

f. Tanda-tanda bahaya kehamilan

b. Imunisasi

g. Perawatan payudara/laktasi

c.

h. Seksualitas

Istirahat

d. Kebersihan diri

i. Persiapan persalinan

e.

j. KB

Aktivitis

5. Imunisasi yang sudah didapat: TT Cpw 6. Pola Kesehatan Fungsional Pola funsi kesehatan 1. Pola nutrisi

Sebelum hamil

Selama hamil

Ibu mengatakan makan Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan 1 porsi 3x sehari dengan 1 porsi

Lak

nasi,lauk

pauk,dan nasi,lauk

buah.minum

pauk,dan

4-5 buah.minum

gelas/hari

7-8

gelas/hari

Ibu mengatakan BAK 2- Ibu mengatakan BAK 43x/hari dan BAB 2 hari 5x/hari dan BAB 2 hari

2. Pola eliminasi

1x dengan

konsistensi 1x dengan konsistensi

lunak. Ibu 3. Pola istirahat

lunak

mengatakan

tidur Ibu

mengatakan

tidur

siang 1-2 jam dan tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam Ibu

mengatakan Ibu

melakukan

4. Pola aktivitas

malam 7-8 jam mengatakan

pekerjaan melakukan

pekerjaan

rumah seperti menyapu rumah namun dibatasi dan membersihkan rumah hanya menyapu Ibu

5. Pola seksual

mengatakan Ibu

melakukan

hubungan melakukan

seksual 2x seminggu 6.

Pola

persepsi

pemeliharaan

dan

kesehatan:

merokok,alkohol,narkoba,o bat-obatan,jamu,binatang peliharaan

Ibu

mengatakan

merokok,tidak

mempunyai

minum merokok,tidak

tidak minum

alkohol,narkoba,obat-

binatang mempunyai

peliharaan

peliharaan

: Tidak ada

e. Hepatitis

b. Ginjal

f. DM

c.

g. Hipertensi

d. TBC

mengatakan

obatan,jamu dan tidak obatan,jamu dan tidak

Jantung

Asma

hubungan

seksual 2 minggu 1x

tidak Ibu

alkohol,narkoba,obat-

7. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita a.

mengatakan

h. TORCH

8. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga

: Tidak ada

binatang

a.

Jantung

e. Hepatitis

b. Ginjal

f. DM

c.

g. Hipertensi

Asma

d. TBC

i. Gemeli

h. TORCH

9. Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual 

Riwayat Emosional Trimester I

:Emosional ibu tampak stabil

Trimester II

:Ibu tampak senang dengan kehamilannya

Trimester III :Ibu terlihat cemas karena penyakitnya 

Status Perkawinan Kawin

: 1 kali

Suami ke

: 1 ( Satu )

Kawin I Kawin ke II

a.

: Umur 25 Th

Lamanya : 1 Th

:-

Kehamilan ini

: Direncanakan

b. Hubungan dengan keluarga : Akrab c.

Hubungan dengan orang lain : Akrab

d. Ibadah/spiritual e.

: Patuh

Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya

: respon ibu dan keluarga sangat baik pada

kehamilan ini f.

Dukungan keluarga

: keluarga sangat mendukung kehamilan ini

g. Pengambil keputusan dalam keluarga

: Suami

h. Tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin : Bps. Hirastuti P

II.

i.

Tradisi

j.

Riwayat KB : OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

: Tidak ada

a.

Keadan umum

: Baik

b. Kesadaran c.

: Compos Mentis

Keadaan emosional : Kooperatif

d. Tanda-tanda vital  Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Berbaring

 Nadi

: 88 kali/menit

Teratur

 Pernafasan

: 22 kali/menit

Teratur

 Suhu

: 36,8 oC

Aksila

e.

Antropometri

 BB sebelum hamil

: 53

kg

 periksa yang lalu

: 56

kg

 BB sekarang

: 60

kg

 Tinggi badan

: 158 cm

 LILA

: 24

f.

: 17 Mei 2012

Taksiran persalinan

g. Usia kehamilan

cm

: 29 minggu

2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

a.

Wajah :Simetris, warna kulit tidak ikterus, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan

b. Rambut :Distribusi pertumbuhan rambut rata, berwarna hitam dan lebat, kebersihan kulit kepala dan rambut cukup rambut tidak kusam

c.

Mata :Simetris, sclera berwarna putih, conjungtiva merah muda, reflek pupil miosis jika ada rangsangan cahaya, tidak ada nyeri tekan pada palpebra

d. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, berwarna merah muda, gigi dan gusi bersih, tidak ada caries, epulis dan tidak ada stomatitis

e.

Telinga :Simetris, lubang dan daun telinga bersih, tidak ada cerumen, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

f.

Hidung :Simetris, tidak ada secret, kebersihan cukup, tidak ada pembesaran polip, mobilisasi suptum nasi ditengah

g. Dada :Simetris,tidak ada retraksi dada, irama nafas teratur, tidak ada suara tambahan ronchi dan weezhing

h.

Mamae :Simetris, puting susu menonjol, terjadi hiper pigmentasi pada areola dan puting, kebershan cukup, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

i.

Abdomen :Terdapat linea nigra, lunea alba, dan stnae livida, pembesaran abdomen sesuai uk, tidak ada luka bekas operasi, nyeri pada perut bagian bawah

 Leopold I

: Tfu 3 jari atas pst (22 cm), fundus uteri teraba kurang bulat, lunak,

tidak melenting (bokong).  Leopold II

: Bagian kiri ibu teraba panjang, keras seperti papan seperti ada tekanan

( punggung ), bagian kanan ibu teraba bagian kecil janin ( ekstermitas )  Leopold III  Leopold IV

: teraba bulat, keras, melenting ( kepala ) masih bisa digoyangkan : belumdilakukan

-

TFU Mc.Donald

: 22 cm

-

TBI / EFW

: (22-13) x 155 =1993 gram

-

DJJ

j.

Genetalia : pada mukosa vagina terdapat odem, Inspeksi pada mukosa vagina memerah dan

: 130 x/menit teratur

terdapat pus, pada uretra terdapat ulserasi

k.

Ekstermitas :Ekstermitas atas, simetris, tidak edema, tugor kulit balik, tidakk ada gangguan pergerakan Ekstermitas bawah, tidak ada varices, tidak edema, simetris, tidak ada gangguan pergerakan, reflek patela +/+

3. Pemeriksaan Panggul a.

Distancia Spinarum : 25 cm

b. Distancia Cristarum : 29 cm c.

Conjugata Eksterna : 18 cm

d. Lingkar Panggul e.

Distancia Tuberum

: 86 cm : 14 cm

4. Pemeriksaan Laboratorium a.

Darah : Golongan darah O

b. Urine : Albumin negative (-)

HB 13 gram % Reduksi negative (-)

Pemeriksaan urine porsi tengah ditemukan bakteri > 10.000/Ml

5. Pemeriksaan Lain a.

USG : belum dilakukan

b. NST : tidak dilakukan

III.

ASSESMENT 1. Interpretasi Data Dasar a.

Diagnosa

:GI P0A0 UK 29 minggu, janin hidup tunggal, letak kepala, intra uteri, kesan jalan

lahir normal, dengan infeksi traktus urinarius

b. Masalah

: gangguan rasa nyaman sehubungan dengan rasa nyeri akibat sulit buang air kecil,

gangguan kebutuhan nutrisi atau cairan, gangguan rasa cemas c. Kebutuhan

:

 KIE tentang infeksi Traktus Urinarius dan komplikasinya  HE cara mengatasi nyeri  HE menjaga personal hygine  HE kebutuhan nutrisi  HE pola eliminasi yang baik

2. Antisipasi terhadap diagnose/masalah potensial Ibu berpotensi peningkatan insiden anemia dan hipertensi kehamilan, sedangkan pada janin dapat menyebabkan insiden kelahiran preterm, mortalitas perinatal meningkat dan peningkatan insiden bayi berat lahir rendah ( BBLR )

Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera/kolaborasi/rujukan Tidak ada

PLANNING (30 Maret 2012, 08.15 WIB) 1. Intervensi 

Lakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi therapeutik.

Rasional:Melakukan pendekatan dengan komunikasi therapeutik akan menumbuhkan rasa percaya pasien kepada petugas dan pasien dapat lebih kooperatif sehingga mudah dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan. 

Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.

Rasional:Dengan memberikan penjelasan pada ibu diharapkan ibu mengetahui kondisinya dan janin saat ini serta dapat mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi dari kondisi saat ini. 

Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Rasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan 

Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri



Berikan perawatan perineal Rasional: Untuk mencegah kontaminasi uretra



Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri



Kolaborasi pemberian analgetik Rasional: untuk mengontrol nyeri



Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada sore hari

Rasional :Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi, teh, kola, alcohol) dihindari. Agar tidak terlalu sering bangun berkemih pada malam hari 

Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.

Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi 

Kolaborasi pemberian obat Analgetik Rasional: Untuk mengontrol nyeri



Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh

Rasional: Peningkatan suhu tubuh akan meunjukkan berbagai grejala seperti mata merah dan badan terasa hanat 

Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral Rasional: mengganti cairan yang hilang



Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu klien mencegah penularan

2. Implementasi (30 Maret 2012, 08.20 WIB) 

Melakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi therapeutik



Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya saat ini



Memberikan terapi antibiotik amoxilin 3 x 250mg



Menganjurkan ibu untuk banyak minum agar diuresis meningkat



menganjurkan ibu untuk tidak menunda buang air kecil



Menagnjurkan ibu menjaga personal hygiene



Mengevaluasi cairan intake dan output



Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluhan sewaktu-waktu

3. Evaluasi S : Ibu mengerti dan memahami apa yang sudah dijelaskan. Ibu dapat mengulangi informasi yang diterima O :Ku baik, kesadaran compos mentis, dengan infeksi traktus urinarius -

TD 120/80 mmHg

-

N 88 x/mnt

-

S 36,80C

-

RR 22 x/mnt

-

Djj 130 x/mnt teratur A

:GI P0A0 UK 29 minggu, janin hidup tunggal, letak lintang, intra uteri, kesan jalan lahir

normal, dengan infeksi traktus urinarius P

:Kontrol ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluhan sewaktu-waktu

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Infeksi traktus urinalis atau infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang paling sering dijumpai selama kehamilan. Walaupun bakteriuria asimtomatik merupakan hal biasa, infeksi simtomatik dapat mengenai saluran bawah yang menyebabkan sistitis atau menyerang kaliks, pelvis, dan parenkin ginjal sehingga menyebabkan pielonefritis

DAFTAR PUSTAKA

Marmi, dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:Pustaka Belajar. Fadlun dan Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

MAKALAH URINARIUS TRACTUS INFEKSIUS (UTI) Dosen Pembimbing : Andri Tri Kusumaningrum S.ST, M.Kes OLEH KELOMPOK : Empat (4) Nama Anggota :

DIII KEBIDANAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TP.2013-2015 DAFTAR ISI Cover ......................................................................................................................i Daftar isi ................................................................................................................ ii BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................2 1.3. Tujuan ...............................................................................................................3

BAB II : ISI .............................................................................................................4 2.1. Pengertian Urinarius Tractus Infeksius ............................................................4 2.2. Etiologi Urinarius Tractus Infeksius ................................................................5 2.3. Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius ..........................................................6 2.4. Subjektivitas Dan Objekktivitas Urinarius Tractus Infeksius ...........................6 2.5. Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius .................................................7 2.6. Intervensi Tractus Infeksius ...............................................................................8 2.7. Pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius ...............................................9. BAB III : PENUTUP ...............................................................................................10 3.1. Kesimpulan .....................................................................................................10 3.2. Saran ................................................................................................................10 Daftar Pustaka .........................................................................................................11

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih khususnya bakteri uria dan sistitis tanpa gejala (asimtomatik), adalah komplikasi yang sering muncul menyertai kehamilan. Sedangkan, piellonefritis, infeksi yang lebih jarang terjadi, merupakan penyebab banyak kematian dan hasil akhir kehamilan yang buruk. Wanita dengan riwayat infeksi saluran kemih, ciri sel sabit atau (sickle cell trait), anemia sel sabit, dan diabetes memiliki risiko lebih tinggi. Namun , karena ada bahaya potensial, infeksi sering tidak disertai gejala, penapisan mudah dilakukan, serta terapi efektif, semua wanita dianjurkan menjalani penapisan melalui biakan urine pada kunjungan prenatal pertamanya. Escherichia coli adalah kuman yang paling sering ditemukan pada infeksi saluran kemih. Bakteri ini merupakan flora normal saluran cerna dan tidak patogen, tetapi sangat merugikan jika berada diluar saluran cerna.

Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah. Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember).

1.2. Rumusan masalah 1.2.1 Apa Pengertian Urinarius Tractus Infeksius ? 1.2.2 Bagaimana Etiologi Urinarius Tractus Infeksius? 1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius? 1.2.5

Bagaimana Subjektivitas Dan Objekktivitas Urinarius Tractus Infeksius? 1.2.5 Bagaimana Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius? 1.2.6. Bagaimana Intervensi Tractus Infeksius? 1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Tractus Infeksius? 1.2.8. Apa saja pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius?

1.3.Tujuan 1.3.1. Tujuan umum

Dapat memberikan pengetahuan mengenai infeksi saluran kemih yang menyertai kehamilan dan persalinan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian infeksi tersebut 1.3.2. Tujuan khusus 1) Untuk Mengetahui Pengertian Urinarius Tractus Infeksius 2) Untuk Mengetahui Etiologi Urinarius Tractus Infeksius 3) Untuk Mengetahui Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius 4) Untuk Mengetahui Subjektivitas Urinarius Tractus Infeksius 5) Untuk Mengetahui Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius 6) Untuk Mengetahui Intervensi Tractus Infeksius 7) Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Tractus Infeksius 8) Untuk Mengetahui pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius

1.4. Manfaat 1.4.1 Bagi Ibu Hamil Bersalin Untuk memberikan informasi bagi ibu mengenai gambaran kejadian Urinarius Tractus Infeksius sehingga ibu dapat melakukan pencegahan yang tepat dan alami. 1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan Untuk memberikan gambaran kejadian Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan sehingga dapat melakukan intervensi dan Asuhan yang tepat. 1.4.3 Bagi penulis Untuk memberikan pengetahuan mengenai gambaran Urinarius Tractus Infeksius sebagai tambahan studi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Urinarius Tractus Infeksius Adalah bakteri pada urin yang diserti dengan gejala infeksi. Adapula yang mendefinisikan ISK sebagai geja infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik ( patogenik: yang menyebabkan penyakit ) pada urin, uretra ( uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan duia luar ), kandung kemih atau ginjal. Infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih mencakup organ-organ saluran kemih yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Pertimbangan umum: infeksi traktus urinarius merupakan penyebab mordibitas post operasi yang lebih umum. Biasanya mereka disebabkan oleh tindakan manipulasi, trauma atau kateterisasi. Infeksi tersebut yang sering timbul menertai kehamilan dan persalinan.

2.2 Etiologi Urinarius Tractus Infeksius 2.2.1 antepartum: stasis urin yang disebabkan oleh efek progesterone 1) dilatasi uretra 2) persistalsis uretra melambat 3) peningkatan tekanan akibat peningkatan tekanan uterus 2.2.2 impartum 1) kateterisasi sekunder akibat anastesi regional- meskipun kateterisasi tidak terbukti secara signifikan mampu menyebabkan ISK, insiden ISK sekunder akibat kateterisasi saat kelahiran adalah 20%. 2) trauma dan pembengkakan uretra sekunder akibat penggunaan forced atau pelahiran yang traumatis lainynya.

2.2.3 pasca partum 1) dieresis setelah pelahiran yang dapat menyebabkan distensi yang berlebihan dan stasis urin 2) penggunaan oksitosin yang menyebabkan efek anti dieresis sampai obat ini dimetabolisme; lalu ada desakan dieresis yang dengan cepat menyebabkan distensi kandung kemih. 2.2.4 interkonsepsi 1) Aktifitas seksual: masuknya bakteri ke uretra yang disebabkan oleh hubungan seksual 2) Fisiologis: penyebab kongenital, prolaps kandung kemih, relaksasi otot dasar panggul, dan DM. 3) Kebiasaan hygiene yang buruk: (a) tidak cukup bersih membilas dan memakai pakaian dalam atau pembalut sehingga menyebabkan bakteri menghampiri uretra untuk memperbanyak diri. (b) mengusap dari belakang kedepan sehingga bakteri dari rectum ke uretra masuk. 4) kebiasaan kesehatan: (a) kerap tidak mengosongkan kandung kemih dengan tuntas sehingga mengakibatkan stsis urin (b) penggunaan kafein yang berlebihan yang menyebabkan iritasi saluran urin dan dieresis

PASCA PARTUM ANTE PARTUM 2.3 Patofisiologi Urinarius Tractus Infeksius H. PROGESTERON STASIS URIN DILATASI URETRA DIURESIS DISTENSI STASIS URIN PERISTASIS URETRA MELAMBAT

1. 2. 3. 4.

TERPAPAR BAKTERI E.COLLI/ YG LAINYA MENGINFEKSI SALURAN URETRA MENGINFEKSI KANDUNG KEMIH ISK SISTITIS PIELONEFRITIS GLUMEROLONEFRITIS NEFROSIS

2.4 Subjektivitas Dan Objekktivitas Urinarius Tractus Infeksius 2.3.1 Subjektivitas 1) Gejala umum: Demam dan menggigil merupakan tanda- tanda infeksi yang non spesifik 2) Gejala Uriner: Disuria, sering kencing, urgensi ( desakan ingin kencing) dan hematuria menunjkkan bahwa traktus urinarius sebagai sumber infeksi 3) Gejala – gejala lain: Nyeri, baik yang suprapubik ataupun didalam panggul biasanya indikatif terhadap infeksi vesika urinaria atau ginjal 2.3.2 Data Objektif 1) Pemeriksaan Fisik 2) Pemeriksaan Umum : suhu meningkat. Denyut nadi dan tekanan darah cenderung berada dalam batas-batas normal 3) Pemeriksaan Abdomen sering menunjukan adanya perlunakan suprapubik atau panggul. 4) Tes Laboraturium 5) Hitung Darah Lengkap : sering menunjukan leukositosis 6) Urinalisis : dapat menunjukan sejumlah leukosit,eritrosit, dan bakteri 2.5 Diagnosa Banding Urinarius Tractus Infeksius Trauma uretter, yang disertai oleh obstruksi uretter lengkap atau parsial dapat disebabkan oleh ligasi asidentil (salah ikat), crush injuries,transeksi atau terganggunya supplay darah. Tandatandanya meliputi nyeri panggul yang minimal yang meningkat,dengan atau tanpa disertai demam : menggigil dan distensi abdomen. Pada kasus-kasus ekstra vasasi urin intraperitoneum, ileus

adinamik disertai dengan distensi abdomen. Dan perjalanan septic. Pada kasus-kasus ekstra vasasi retroperitoneum,pasien tampak sakit kritis,disertai dengan kenaikan suhu,takiardia dan leukositosis. Pembedahan eksplorasi dengan deligasi atau memperbaiki ureter merupakan pengobatan yang umumnya disukai. Adapun diagnose banding yang lain yaitu: a.

Uretritis, terutama disebabkan klamidia

b.

vaginitis, vulvinitis, atau trauma yang dapat menyerupai disuria

c.

Sering berkemih yang mungkin normal selama kehamilan

2.6 Intervensi Tractus Infeksius 2.5.1 Biakan urin dan pemeriksaan sensitivitas : Hitung koloni yang lebih besar dari 100.000 per ml urin dalam satu clean-cacth sp.merupakan bukti adanya bakteriuria. Penentuan organism dan sensitivitas antibiotik memberikan petunjuk untuk terapi yan memadai. Mikroorganisme penyebabnya yang umum adalah bakteri enteric gram-negatif,yang paling umum adalah Escherchia Coli. 2.5.2 Pielogram Intravena : diindikasikan bila terdapat berbagai pertanyaan mengenai trauma ureter atau bila infeksi tidak memberikan respon terhadap terapi antibiotik. 2.6 Penatalaksanaan Tractus Infeksius Terapi antibiotik berdasarkan pada organisme yang dicurigai dan data sensitifitas yang telah diketahui sebelumnya. Infeksi traktus urinarius febril akut biasanya diobatai dengan obataobatan yang memberikan kadar relative tinggi di dalam darah juga di dalam urin atau ampicilin dan gentamicin. Dalam hal ini Hidrasi juga penting 2.7 Pembagian dari Urinarius Tractus Infeksius 2.7.1 SISTITIS Adalah peradangan kandung kemih (vesika urinaria) disebabkan oleh bakteri atau kuman-kuman lain. Paling sering oleh E.coli atau kuman lain sewaktu memasukkan kateter yang kurang suci hama. 1. Pengkajian subjektif  Gejala umum berupa demam dan mengigil merupakan tanda-tanda infeksi yang non spesifik.  Gejala uriner berupa disuria sering kencing urgensi (desakan ingin kencing), polakisuria dan sebentar-sebentar mau kencing.  Gejala-gejala lainya biasanya berupa nyeri baik yang supra pubik ataupun didalam panggul, biasanya indikatif terhadap infeksi fesika urinaria atau ginjal

2. Pengkajian objektif a. Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan umum berupa suhu meningkat denyut nadi dan tekanan darah cenderung berada dalam batas-batas normal  Pemerisaan abdomen sering menunjukkan adanya perlunakan suprapubik atau panggul  Bila terdapat luka-luka pada kandung kemih bisa disertai hematuria. b. Tes laboratorium  Hitung darah lengkap biasanya sering menunjukkan leokositosis  Urinalisis dapat menunjukkan sejumlah proteinurine,leukosit eritrosit (kedaruratan obstetri dan ginekologi hal.351) 3. Pengobatan : a.

Hati-hati melakukan katerterisasi karena bisa mengakibatkan infeksi meluas, tetapi juga bisa menambah kuman-kuman baru.

b. Pengobatan : kemasan sulfonamit,negram,baktrim,furadantin:septrin dan lain-lain. c.

Ditambah bekarbonas,latrikus untuk menetralisir kencing menjadi basa. (sinopsis obstetri,hal.165)

2.7.2. PIELONEFRITIS AKUT 1. Frekuensi:  Dijumpai 2 % dari seluruh kehamilan dan nifas.  Banyak dijumpai pada kehamilan triwulan 3.  3 % wanita dengan urin steril dan 30% wanita dengan bakteri uria menimbulkan pielitis dalam kehamilan. 2. Penyebab:  Escherichis coli  Stafilococus aureus  Basilus proteus dan pseudomonas aurogenosa.  Cara penjalaran bisa melalui kandung kemih naik keatas (asenden), bisa melaului pembuluh darah dan pembuluh limpa. 3. Pengkajian subjektif

 Gejala umum berupa demam dan mengigil,sakit pinggang hebat,mual,muntah,nafsu,makan kurang.  Gejala uriner berupa oliguria dan anuria. 4. Pengkajian objektif a. Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan umum berupa suhu meningkat denyut nadi dan tekanan darah cenderung berada dalam batas-batas normal b. Tes laboratorium  Urinalisis dapat menunjukkan sejumlah leokosit yang banyak menggumpal. 5. Penanganan  Sebaiknya hati-hati pemakaian kateter dan kateter menetap; kalau dapat dihindari.  Kalau harus dipakai, berikan obat anti bakteria.  Wanita harus istirahat berbaring miring kesisi yang tidak sakit.  Sebelum memberikan obat lakukan uji kepekatan obat barulah diberikan obat antibakterial yang tepat, biasanya selama 10-12 hari.  Awasi penderita untuk kemungkinan adanya residif. (kedaruratan obstetri dan ginekologi hal.351) 2.7.3. PALIONEFRITIS KRONIKA Penyakit ini menahun mungkin sebelumnya telah menderita sistitis atau pielonefritis akut.gejala utama adalah hipertensi dan adanya proteinuria yang tidak menetap. Bila tidak diobati lamakelamaan akan menimbulkan isufisiensi ginjal. Pengaruh terhadap kehamilan dan sebaliknya hampir sama dengan pielinefritis akut. Pengobatan agak sukar karena sudah kronis, wanita dengan pielonefritis kroinika apabila disertai isufisiensi ginjal yang luas dianjurkan untuk tidak hamil. Dapat memilih tubektomi bila anak sudah ada,atau memakai kontrasepsi efektif lainya. 2.7.4. GLOMERULONEFRITIS AKUT Walaupun jarang di jumpai,namun penyakit ini dapat saja timbul selama kehamilan.kuman penyebab adalah streptokokus beta-hemolitikus A. Sebagai predisposisi: tonsilitis, 1. Geja klinik Trias hematuria edema dan hipertensi 2. Sindroma

Oligoria,anuria,sakit kepala,kelainan fisus kejang-kejang dan koma. Dalam kehamilan sulit membedakan dalam eklamsi murni. Dapat pula di sertai edema paru dan urenia. Pengaruh terhadap kehamilan adalah terjadinya abortus, partus prematurus dan kematian janin 3. Pengobatan Istilah berbaring, diit rendah garam, antihipertensif, keseimbangan cairan dan elektrolit dan antibiotika: penisilin dan kemasan sejenisnya.

2.7.5. GLOMERULONEFRIOTIS KRONIKA Penyakit ini adalah menahun,karena itu wanita sebelum hamil telah menderitanya.pada perksa hamil muda pertama kali telah di jumpai pada urin: proteinuria, sedimen mengandung banyak lekosit. Pada pemeriksaan di jumpai pula hipertensi bila disertai edema keadaan ini disebut pre-eklamsi tidak murni. ( superimposid pre-eclampsia) bila penyakit te;lah lama dan pengobatan tidak adekuat akhirnya fungsi ginjal bertambah buruk dan tingkat akhir menjadi kusut. Penampilan penyakit ini ada 4 macam: a.

Proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen.

b. Sindroma nefrotik: hipertensi,edema,hematuria. c.

Glomerulonefritis akut

d. Insufiensi ginjal, atau gagal ginjal. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan: 1. Terhadap kehamilan dapat terjadi abortus,partus prematurus dan kematian janin dalam kandungan. 2. Dalam persalinan; seperti menghadapi preeklamsi. Kala 2 diperpendek dengan bantuan ekstraksi vakum atau forsep bila anak hidup dan embrio tomi bila mati. 2.7.6. SINDROMA NEFROSIS (NEFROSIS) Adalah kumpulan-kumpulan gejala-gejala; - proteinuria (diatas 5g/hari); edema; hipoalbuminurinemia; -hiperkholesteronemia. Keadaan ini dapat dijumpai dalam kehamilan. 1. Penyebabnya bermacam-macam: a.

Penyakit-penyakit : glomerulonefritis kronika; diabetes militus, lupus eritametosus, amiloidosis, sivilis, trombosis vena renal.

b. Keracunan: oleh logam, obat dan racun lainnya. 2. Pengobatan :

1. Cari penyebabnya dan obati sesuai penyebab. 2. Berikan diit tinggi protein. 3. Antibiotika untuk mencegah infeksi; 4. Berikan heparin untuk mencegah terjadinya trombo-embolisme; terutama dalam nifas. 5. Kortikosteroit dosis tinggi. Pengaruh terhadap kehamilan tergantung pada faktor penyebab dan berat ringannya penyakit

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Urinarius Tractus Infeksius Adalah bakteri pada urin yang diserti dengan gejala infeksi. Adapula yang mendefinisikan ISK sebagai geja infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik ( patogenik: yang menyebabkan penyakit ) pada urin, uretra ( uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan duia luar ), kandung kemih atau ginjal. Etiologi antepartum: stasis urin yang disebabkan oleh efek progesterone. Impartum bisa karena kateter yang kurang steril,trauma jalan lahir. Pasca partum karena diuresis, penggunaan oksitosin yang menyebabkan efek anti dieresis sampai obat ini dimetabolisme; lalu ada desakan dieresis yang dengan cepat menyebabkan distensi kandung kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%.

Makalah UTI Posted on Januari 15, 2010. Filed under: Uncategorized | A. Pendahuluan UTI merupakan istilah yang menunjukan keberadaan organisme dalam urine. UTI umumnya dibagi dalam subkategori besar: 1. Infeksi saluran kemih bagian atas Yang menyangkut ginjal (pylonefritis) dan ureter:  

Ø Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan parenkim bakteri. Ø Pielinefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari bakteri berkepanjangan/infeksi masa kecil.

1. Infeksi saluran kemih bagian bawah Yang menyangkut kandung kemih (cystitis) dan uretra (urethritis). Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender; mau yang lengkap.. neee

1. Perempuan  

Sistitis, sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut (SUA). Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis baterialis. Penelitian terbaru disebabkan oleh mikroorganisme anaerob.

1. Laki-laki Presentasi ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epididimis dan uretritis. Fator resiko ada UTI mencakup ketidakmampuan kandung kemih/kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara lengkap, penurunan mekanisme pertahanan alamiah dari pejamu, peralatan yang terpajan pada traktus urinarius, pasien diabetes sangat rentan UTI karena peningkatan kadar glukosa dalam urine menyebabkan suatu infeksi akibat lingkungan pada traktus urinarius. Kehamilan dan gangguan neurology juga meningkatkan resiko UTI karena kondisi ini menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan statis urine. Infeksi traktus urinarius terutama berasal dari organisme pada feses yang naik dari parineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. 1. I.

Infeksi traktus urinarius pada wanita

Wanita yang beresiko terkena infeksi kandung kemih karena uretra yang pendek dan serta anatomi yang dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum. Organisme yang sering menyebabkan UTI pada wanita adalah organisme secara normal ditemukan dalam traktur gastrointestinal; escherichiacoli, stafilokokus saprofitrikus dan steptrokokus faecalis. Organisme lain yang bertanggung jawab dalam menyebabkan infeksi traktus urinarius mencakup proteus mirabialis satu/lebih spesies klesbiela, enterobakteri dan pseudomonas. Tahap kritis utama patogenesis UTI pada wanita adalah kolonisasi bakteri dari salah satu organisme di atas pada uretra distal dan vagina, flora dan kemudian naik ke kandung kemih, tempat mikroorganisme ke traktus urinarius. Pelekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit, fase tergantung estrogen pada siklus menstruasi, setelah hiperektomi total dan sering dengan proses penuaan, yang memperlihatkan bahwa status hormoon ikut berperan. 1. II.

Infeksi traktus urinarius pada pria

UTI pada pria merupakan akibat dari menyebernya infeksi yang berasal dari uretra, seperti pada wanita juga. Namun demikian panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari rectum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatis, melindungi pria dari infeksi traktus urinarius akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, hal ini mengindikasikan adanya abnormalitas fungsi dan traktus genitourinarius. E. coli adalah organisme utama yang menyebabkan adanya UTI pada pria, banyak bakteri gram negatif lain seperti spesies proteus, menyebabkan infeksi yang menetap. B. Pengertian ü Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikoorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)

ü Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998) ü Urinarius Tactus Infection (UTI) adalah infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998) C. Etiologi 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan UTI, antara lain: 1. Escherichia Coli: 90% penyebab UTI uncomplicated (simple) 2. b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab UTI complicated 3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain. 1. Prevalensi penyebab UTI pada usia lanjut, antara lain: 1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif 2. Mobilitas menurun 3. Nutrisi yang sering kurang baik 4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral 5. Adanya hambatan pada aliran urin 6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat D. Patofisiologi Urinarius Tractus Infection (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya UTI, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: 



Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya UTI lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopis, pemakain kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada psien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadiny UTI ini sering disebabkan karena adanya:

     

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik Sistem imunitas yang menurun Adanya hambatan pada saluran urine Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke seluruh traktur urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi UTI, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostat yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. Patoflow

Invasi

bakteri infeksi ginjal

Asending Kontaminasi langsung dari fekal, pemasangan alat dalam traktus Gangguan struktur dan fungsi ginjal infeksi (inflamasi) ada sisa urine,motilitas menurun,obstruksi saluran urine,gangguan status metabolisme

hematogen sistem imun rendah

diferensiasi sel

uretritis sistisis pielonefritis E. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala UTI pada bagian bawah (sistitis):    

Nyeri yang sering dan rasa ketika berkemih Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis Hematuria Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala UTI bagian atas (pielonefritis)       

Demam Menggigil Myeri panggul dan pinggang Nyeri ketika berkemih Malaise Pusing Mual dan muntah

1. Komplikasi 1. Pembentukan abses ginjal atau parirenal 2. Gagal ginjal G. Pemeriksaan penunjang 1. Urinalisis 1. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya UTI. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih 2. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis Baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 3. Bakteriologis 1. Mikroskopis 2. Biakan bakteri 3. Kultur urin untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni/ml urine dari urine tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama adanya infeksi 1. Metode tes 1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes

pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrat. 2. Tes penyakit menular seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neissera gonorrhoeae, herpes simplek) 3. Tes-tes tambahan: Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. H. Penatalaksanaan Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Terapi UTI pada usia lanjut dibedakan atas: Terapi antibiotika dosis tunggal Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu Terapi dosis rendah untuk supresi Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor kausatif (misal, batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicilin atau amoksilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya: Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan Interansi obat Efek samping obat Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya denga faal ginjal: Efek nefrotosik obat Efek toksisitas obat 1. Asuhan Keperawatan 1. a. Pengkajian Dalam pengkajian pada klien UTI menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh, yaitu: Data biologis meliputi:  

Identitas klien Identitas penanggung

Riwayat kesehatan:   

Riwayat infeksi saluran kemih Riwayat pernah menderita batu ginjal Riwayat penyakit DM, jantung

Pengkajian fisik:    

Palpasi kandung kemih Inspeksi daerah meatus Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine Pengkajian pada costovertebralis

Riwayat psikososial:      

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan Persepsi terhadap kondisi penyakit Mekanisme koping dan sistem pendukung Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

1. b. Diagnosa Keperawatan Dx I: Infeksi b.d adanya bakteri pada saluran kemih Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi

K.H: ü Tanda vital dalam batas normal ü Nilai kultur urine negatif ü Urine berwarna bening dan tidak bau Intervensi: ü Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan laporkan jika suhu diatas 38,50 C ü Catat karakteristik urine ü Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi ü Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensitivitas untuk menentukan respon terapi ü Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih ü Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering Rasional: ü Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh ü Untuk mengetahui/identifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan ü Untuk mencegah stasis urine ü Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita ü Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih infeksi uretra ü Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra Dx II: Perubahan pola eliminasi (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) b.d Urinarius Tractus Infection (UTI) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat K.H: ü Klien dapat berkemih setiap 3 jam

ü Klien tidak kesulitan pada saat berkemih ü Klien dapat BAK dengan berkemih Intervensi: ü Ukur dan catat urine setiap kali berkemih ü Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam ü Palpasi kandung kemih tiap 4 jam ü Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal ü Bantu klien menndapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional: ü Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/ out put ü Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria ü Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih ü Untuk memudahkan klien di dalam berkemih ü Supaya klien tidak sukar untuk berkemih Dx III: Nyeri b.d Urinarius Tractus Infection (UTI) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam klien merasa nyaman dan nyerinya berkurang K.H: ü Klien mengatakan/tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih ü Kandung kemih tidak tegang ü Klien nampak tenang ü Ekspresi wajah tenang Intervensi: ü Kaji intensitas, lokasi, faktor yang memperberat atau meringankan nyeri

ü Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran ü Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi ü Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi Rasional: ü Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi ü Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot ü Untuk membantu klien dalam berkemih ü Analgetik memblok lintasan nyeri Dx IV: Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah

metode

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah K.H: ü Klien tidak gelisah ü Klien tenang Intervensi: ü Kaji tingkat kecemasan ü Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya ü Beri support pada klien ü Beri penjelasan tentang penyakitnya Rasional: ü Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien ü Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan ü Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. beri support pada klien 1. c. Evaluasi

Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan UTI adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni terdapat: ü Nyeri yang menetap atau bertambah ü Perubahan warna urine ü Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Karisa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzane C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI. Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""