MAKALAH “ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) DAN MATRIKS AMDAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT”
DISUSUN OLEH :
NAMA
: NURHAYATI
NIM
: 1707165380
PROGRAM STUDI S1-PENYETARAAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa sumber daya alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan. Sebagai arahan pembangunan jangka panjang, GBHN menyebutkan bahwa : “Bangsa Indonesia menghendaki hubungan selaras antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya”. Dengan demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan semakin serasi. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, oleh karena itu harus selalu diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin. Hal ini dapat terjadi apabila analisis mengenai dampak lingkungan diterapkan pada setiap kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada Iingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya dan kesehatan masyarakat. Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak Iayak Iingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif Iebih besar daripada manfaat dari
dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan - tersebut dinyatakan tidak Iayak Iingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak Iayak Iingkungan tidak dapat dilanjutkan tahap pembangunannya.
1.2 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup yang akan dibahasa dalam makalah ini antara lain : 1. Pengertian AMDAL 2. Tujuan dan Manfaat AMDAL 3. Prosedur AMDAL 4. Dasar Hukum AMDAL 5. Contoh Matriks AMDAL
1.3 Tujuan Tujuan yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui Pengertian AMDAL 2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat AMDAL 3. Untuk mengetahui tahap – tahap penyusunan AMDAL 4. Untuk mengetahui dasar hukum AMDAL 5. Untuk mengetahui contoh matriks AMDAL
BAB II ISI 2.1 Pengertian AMDAL AMDAL atau yang lebih dikenal sebagai analisis dampak lingkungan, memiliki pengertian yaitu proses yang terjadi di dalam studi atau ilmu formal untuk memperkirakan dampak dari suatu lingkungan. Atau rencana kegiatan dan aktivitas yang berasal dari proyek yang memiliki tujuan yaitu memastikan adanya suatu masalah pada dampak lingkungan yang dianalisis sebagai pertimbangan keputusan. Lingkungan biasanya menjadi masalah yang paling banyak dibahas atau masalah yang paling banyak dibenahi oleh banyak orang, atau oleh sekelompok orang. Maka dengan adanya amdal atau analisis mengenai dampak di suatu lingkungan, masalah yang ada di dalam lingkungan dapat diatasi dengan baik. Bahkan dicari solusinya yang tepat, dan mencegah agar dampak buruk tidak terulang lagi. Pengertian AMDAL menurut PP no 27 tahun 1999, yaitu suatu kajian mengenai dampak yang telah ditimbulkan oleh lingkungan. Serta menjadi hal yang penting dalam pengambilan suatu keputusan atau dari kegiatan yang telah direncanakan di lingkungan hidup. Selain itu diperlukan juga proses pengambilan suatu keputusan tentang penyelenggaraan jenis usaha atau kegiatan. AMDAL merupakan suatu analisis yang meliputi beragam faktor seperti misalnya fisik, kimia, sosial ekonomi, biologi, dan juga sosial budaya yang menyeluruh. Pengertian lain dari amdal adalah proses suatu pengkajian yang digunakan untuk memperkirakan dampak, yang terjadi di lingkungan hidup dari suatu kegiatan atau proyek yang sudah dilakukan atau sudah direncanakan.Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1. Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting menjadi dampak besar dan penting. 2. Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting diganti dampak besar dan penting. 3. Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah : 1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL 2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan 3. Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Penentuan
kriteria
wajib
AMDAL,
saat
ini,
Indonesia
menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar
kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006 4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008 2.2 Tujuan dan Manfaat AMDAL Tujuan dari amdal ini adalah untuk menjaga kemungkinan dan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan tertentu. Amdal sangat diperlukan karena harus ada studi kelayakan di dalam undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk menjaga lingkungan dari sebuah operasi proyek pada kegiatan industri atau kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan di suatu lingkungan. Beberapa komponen yang terdapat pada amdal, diantaranya yaitu:
PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
KA (Kerangka Acuan)
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik
proyek atau pemrakarsa akan melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di samping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL merupakan cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam melaksanakan tugasnya. Karena di dalam suatu rencana kegiatan, banyak sekali halhal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harus dapat membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi proses pengambilan keputusan. AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan pembangunan maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka perubahan tersebut dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan tidak ada dampak negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan
timbul harus sudah diketahui sebelumnya (dengan
MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat yang dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu dikembangkan di dalam AMDAL. Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan AMDAL di negara-negara berkembang ditujukan untuk : 1. Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat kegiatan pembangunan
2. Mengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan alam dan ekonomi yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan pembangunan 3. Mengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan kajian lebih dalam dan pemantauannya. 4. Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang baik dari berbagai pilihan pembangunan. 5. Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. 6. Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan pihak pengelola lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya satu sama lain. AMDAL juga memiliki manfaat bagi beberapa pihak terkait yaitu bagi masyrakat, bagi pelaksana usaha dan pemerintah. Beberapa manfaat yang terdapat di AMDAL, diantaranya yaitu sebagai berikut : Manfaat amdal untuk pemerintah meliputi :
Dapat membantu di dalam suatu proses suatu perencanaan yang bertujuan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan, yang terjadi di dalam lingkungan tertentu.
Dapat membantu dalam mencegah konflik yang muncul di kelompok masyarakat, terhadap dampak dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan atau usaha.
Menjaga suatu proses pembangunan yang berjalan sesuai dengan prinsip pembangunan yang telah berkelanjutan.
AMDAL dapat membantu mewujudkan suatu pemerintahan yang bertanggung jawab, di dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Manfaat amdal untuk pemrakarsa atau sebagai pelaksana usaha :
Dapat membantu mewujudkan sebuah usaha dan kegiatan menjadi lebih terjamin dan juga aman.
Dapat dijadikan sebuah referensi dalam pengajuan kredit atau pengajuan usaha misalnya pengajuan ke Bank.
Dapat dijadikan sebagai sarana yang baik dalam membantu interaksi dengan masyarakat yang berada di sekitarnya, sebagai bukti nyata dari ketaatannya kepada hukum.
Manfaat amdal bagi masyarakat :
Dapat menjelaskan secara langsung kepada masyarakat sekitar tentang dampak dari sebuah usaha atau kegiatan yang telah dijalankan.
Masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan sebuah kegiatan serta dapat mengontrol kegiatan tersebut, melalui amdal.
Masyarakat dibilehkan untuk ikut terlibat di dalam proses pengambilan suatu keputusan, yang nantinya akan berpengaruh pada lingkungan di tempat tinggalnya.
2.3 Prosedur AMDAL Prosedur amdal biasanya terdiri dari beberapa poin, diantaranya yaitu : 1. Proses penapisan atau screening atau wajib amdal Proses penapisan pada amdal atau sering disebut juga dengan proses seleksi wajib amdal adalah suatu proses untuk menentukan, apakah rencana kegiatan ini wajib menyusun amdal atau tidak. Di indonesia, proses penapisan ini biasanya dilakukan dengan sistem penapisan hanya 1 langkah saja. Ketentuan di dalam suatu rencana kegiatan yang perlu menyusun dokumen amdal atau tidak, dapat dilihat dari keputusan Menteri Negara LH nomor 17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha atau kegiatan yang memang wajib
dilengkapi dengan adanya amdal. Yang menjadi bahan pertimbangan dalam penapisan biasanya mengacu kepada dasar pertimbangan, di suatu kegiatan dalam menjadi wajib amdal dalam Keputusan Mentri Negara LH nomor 17 tahun 2001. Yang isinya meliputi : a. Keputusan BAPEDAL nomor 064 tahun 1994 tentang pedoman pada dampak penting, yang mengulas tentang ukuran dampak penting di dalam suatu kegiatan. b. Referensi internasional yang isinya mengenai kegiatan wajib amdal yang telah diterapkan oleh beberapa negara. c. Ketidakpastian dalam kemampuan teknologi yang telah tersedia untuk menanggulangi dampak negatif, juga merupakan hal yang penting. d. Beberapa studi yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi yang di dalamnya ada kaitannya dengan wajib amdal. e. Adanya masukan dan atau usulan dari berbagai sektor teknis yang terkait. 2. Proses pengumuman Segala rencana kegiatan yang dilakukan dan diwajibkan untuk membuat amdal, maka wajib mengumumkan segala rencana kegiatannya kepada masyarakat dari sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan amdal. Pengumuman tersebut harus dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab serta oleh pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan juga bentuk pengumuman serta tata cara dalam penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan harus diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL nomor 08 tahun 2000. Yang isinya tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi di dalam proses amdal. 3. Proses pelingkupan (scaping) Pelingkupan
adalah
proses
awal
untuk
menentukan
lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi, dampak penting yang terkait dengan
suatu rencana kegiatan. Tujuan dari pelingkupan ini adalah untuk menetapkan suatu batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting suatu lingkungan, dan menetapkan tingkat kedalaman studi. Tujuan lainnya yaitu menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang telah terkait dengan rencana kegiatan yang sudah dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan ini adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan dari masyarakat harus menjadi suatu bahan pertimbangan, di dalam proses pelingkupan. 4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Jika KA-ANDAL selesai disusun maka pemrakarsa pun dapat mengajukan dokumen kepada komisi penilai amdal untuk kemudian dinilai. Berdasarkan peraturan yang ada, lamak waktu maksimal penilaian pada KAANDAL tersebut adalah 75 hari. Waktu tersebut dihitung di luar yang telah dibutuhkan
penyusun
untuk
memperbaiki
atau
menyempurnakan
dokumennya. 5. Penyusunan dan penilaian pada ANDAL, RKL, dan RPL Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL tersebut dilakukan dengan mengacu kepada KA-ANDAL yang telah disepakati bersama. Hal itu dapat dilihat dari hasil penilaian komisi amdal. Setelah semua itu selesai disusun, pemrakarsa baru boleh mengajukan dokumen kepada komisi penilai amdal untuk kemudian dinilai kembali. Berdasarkan peraturan yang berlaku, lamanya waktu penilaian amdal tersebut adalah sekitar 75 hari. Sama halnya dengan RKL dan RPL, semuanya di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau atau menyempurnakan kembali dokumen tersebut.
2.4 Dasar Hukum AMDAL Ada beberapa dasar hukum dan peraturan yang dibuat mengenai amdal, namun saat ini sudah tidak berlaku lagi. Dasar hukum tersebut diantaranya yaitu :
1. Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 mengenai amdal. 2. Keputusan mentri negara dan lingkungan hidup nomor 8 tahun 2006
mengenai pedoman penyusunan amdal. 3. Keputusan mentri negara dan lingkungan hidup nomor 11 tahun 2006
mengenai jenis rencana usaha, dan segala jenis kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal. Beberapa peraturan menteri lingkungan hidup, diantaranya yaitu 1. Peraturan menteri negara lingkungan hidup republik Indonesia nomor 16 tahun 2012, mengenai pedoman penyusunan lingkungan hidup. 2. Peraturan menteri negara lingkungan hidup republik Indonesia nomor 17 tahun 2012, mengenai pedoman keterlibatan masyarakat dalam sebuah proses analisis pada dampak lingkungan hidup dan juga izin dari lingkungan. 3. Peraturan menteri negara lingkungan hidup republik Indonesia nomor 05 tahun 2012, mengenai jenis rencana usaha dan suatu kegiatan yang wajib memiliki amdal. Peraturan pemerintah tersebut disusun sebagai pelaksanaan ketentuan di dalam undang-undang no 32 tahun 2009, mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Khususnya ketentuan di dalam pasal 33 dan pasal 44 dalam undang-undang. Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 2012 mengatur 2 jenis instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kedua jenis instrumen tersebut diantaranya yaitu instrumen kajian lingkungan hidup dan instrumen izin lingkungan. Penggabungan substansi tentang amdal dan lingkungan hidup dilakukan dengan pertimbangan, dan izin lingkungan yang merupakan satu kesatuan. Hal itu tercantum di dalam pasal 2, diantaranya yaitu : 1. Setiap usaha dan kegiatan yang wajib memiliki amdal maka wajib memiliki izin lingkungan. 2. Izin lingkungan tersebut meliputi penyusunan amdal, penilaian amdal, dan permohonan akan peneribitan izin lingkungan.
BAB III CONTOH MATRIKS PEMBAHASAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT SELUAS 35.500 Ha DENGAN KAPASITAS 65 TON/TBS/HARI
3.1 Matriks Kegiatan No
Tahap
Kegiatan 1.
I
II
Tahap Prakonstruksi 2.
Tahap Konstruksi
Sosialisasi Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
3.
Mobilisasi Peralatan
1.
Penataan Areal Kerja
2.
Penyiapan Lahan
3.
Pembibitan
4.
Penanaman
5. Pemeliharaan, TBM-TM 1 6. Pembangunan Infrastruktur Sarana Prasarana 7. Pembangunan PKS + IPAL
III
IV
Tahap Operasi
Pasca Operasi
1.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
2.
Pemanenan
3.
Pemeliharaan Infrastruktur
4.
Pengolahan Kelapa Sawit
5.
Pengendalian Limbah PKS
6.
Pengamanan Areal Perkebunan PKS
7.
Pembinaan Dan Pengembangan Masyarakat
1.
Revegetasi
2.
Pemutusan Hubungan Kerja
3.
Demobilisasi Peralatan
4.
Pengembalian Areal Kerja
3.2 Rencana Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit Rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit berdasarkan pertahapannya, sebagai berikut : 3.2.1
Tahap Pra-Kontruksi
Tahap pra kegiatan terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :
Kegiatan Sosialisasi Pada tahap ini dilakukan kegiatan awal yaitu berupa sosialisasi yang merupakan suatu kegiatan yang memberikan penjelasan kepada masyarakat yang berada disekitar wilayah proyek mengenai gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan serta dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut dengan melibatkan instansi teknis terkait. Pada kegiatan ini juga disampaikan tentang pola kemitraan yang akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa melalui pendekatan-pendekatan kepada masyarakat seiring dengan kegiatan awal perkebunan kelapa sawit dan selanjutnya akan dilaksanakan dalam bentuk program pengembangan masyarakat.Sosialisasi diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa : Sikap dan persepsi masyarakat, dan Konflik social. Kegiatan ini akan memberikan respon dari masyarakat kepada pemrakarsa, apakah positif atau negatif. Dampak negative dari sosialisasi ini, diantaranya adalah konflik social yang biasa terjadi, yaitu masalah kepemilikan lahan yang digarap oleh masyarakat.
Penerimaan Tenaga Kerja Dalam pelaksanaan setiap tahap kegiatan perkebunan kelapa sawit mengenai tenaga kerjanya langsung dari penduduk setempat dan dibutuhkan pekerja ± 5000 – 10.000 pekerja. Dengan demikian terbuka lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat setempat.
Terbukanya lapangan pekerjaan akan menimbulkan dampak turunan berupa perubahan tingkat penfapatan dan taraf hidup masyarakat yang diterima (bekerja), pola konsumsi, aktivitas perekonomian, serta adanya pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar areal proyek. Penerimaan tenaga kerja dalam kegiatan ini akan berdampak pada parameter :1) Peluang kerja dan usaha, 2)Mata pencaharian penduduk. 3)Tingkat pendapatan dan taraf hidup, 4) Pertumbuhan perekonomian, dan 5) Sikap dan persepsi masyarakat.
Mobilisasi Peralatan Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan alatalat berat maupun kendaraan operasional proyek. Pada pelaksanaan kegiatannya
direncanakan
akan
menggunakan
jalur
darat
dengan
menggunakan mobil pengangkut khusus. Kegiatan ini diprakirakan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalulintas umum sebagai dampak primer jika jalur yang digunakan adalah jalan umum yang selanjutnya berpotensi mengancam keselamatan masyarakat akibat terjadinya kecelakaan dan juga penurunan kualitas udara.
3.2.2
Tahap Konsruksi
Pada tahap konstruksi yang diprakirakan mempunyai dampak potensial yaitu :
Survey Lahan Dan Penataan Areal Kerja Penataan batas terutama penataan batas luar akan menghasilkan batas hak penggunaan lahan bagi kegiatan perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengurangi kebebasan masyarakat disekitarnya untuk menggunakan lahan tersebut. Diprakirakan kegiatan ini akan menimbulkan dampak potensial, antara lain :1) Sikap dan persepsi masyarakat, 2) Pola kepemilikan lahan, dan 3) Konflik lahan, yang dapat berujung pada konflik social.
Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkunga, yaitu antara lain :1) Land clearing, 2) Pembuatan teras, 4) Pembuatan (parit), dan 5) Pembuatan jaringan jalan. Kegiatan-kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap :1)Komponen daya dukung lingkungan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah, 2) Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia air dan biota air, 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan masyarakat Hilangnya vegetasi akibat land clearing menimbulkan dampak terhadap satwa liar dilindung, vegetasi dilindungi, suhu dan kelembaban udara (iklim mikro) peningkatan laju erosi. Dampak peningkatan laju erosi berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan sedimentasi, penurunan kualitas air (peningkatan TSS) dan biota perairan. Kegiatan pembangunan jalan akan meningkatkan aksebilitas desa-desa atau pemukiman di sekitar areal kerja dan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, baik antar desa maupun pemukiman dan kota maupun pusat-pusat kegiatan perekonomian yang bersangkutan. Kegiatan pembangunan jalan, merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur masyarakat suatu wilayah, sebagai cerminan adanya proses pembangunan ekonomi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat wilayah sekitar areal perkebunan kelapa sawit. Dengan adanya perubahan taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan peningkatan pendapatan dan adanya pembangunan infrastruktur dapat berdampak kepada tingkat pendidikan dan kualitas kesehatan masyarakat. Secara langsung dapat memberikan kemudahan pencapaiannya (peningkatan aksebilitas) bagi masyarakat maupun secara tidak langsung yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan tersebut. Kegiatan land
clearing merupakan peluang usaha bagi masyarakat yang berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan pendapatan masyarakat.
Pembibitan Kegiatan ini yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain :1) Pengisian tanah pada polybag, 2) Penanaman kecambah, 3) Transplanting, 4) Penyiraman, 5) Pengendalian HPT bibit,6) Peupukan bibit, 7) Pengendalian gulma, dan 8) Penyeleksian bibit. Kegiatankegiatan dalam pembibitan dapat memberikan dampak terhadap peluang usaha dan pendapatan masyarakat. Terbukanya peluang usaha masyarakat berpotensi menimbulkan dampak turunan terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang terlibat serta pola konsumsi masyarakat. Selain itu, kegiatan ini terutama menyangkut penggunaan pestisida dan pupuk kimia, juga berpotensi memberikan dampak terhadap kualitas daya dukung lahan, kualitas air dan kondisi flora serta fauna di wilayah proyek.
Penanaman Kegiatan penanaman yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) penanaman LCC, 2) pemancangan, 3) pembuatan lubang tanam, 4) pemupukan pada lubang tanam, 5) pengangkutan dan pelangsiran bibit, 6) penanaman bibit kelapa sawit, dan 7) pemagaran. Kegiatan penanaman berpotensi menimbulkan dampak terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat berupa upah borong pengangkutan dan penanaman bibit. Hal ini berkontribusi pada terbukanya lapangan usaha yang berdamapak pada tingkat pendapatan dan taraf hidupmasyarakat yang terlibat. Kegiatan pengangkutan dan bibit dari lokasi pembibitan menuju lahan kerja.
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan 1 s/d TM 1 Pada kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) Penyisipan tanaman, 2) Pengendalian gulma dipiringan secara manual, 3) Pengendalian gulma di jalan panen secara kimia, 4) Pengendalian gulma selektif secara manual, 5) Ablasi, 6) Pemupukan, 7) Sensus tanaman, Penandaan blok tanaman, 8) Pemantauan dan pengendalian HPT, 9) Pemeliharaan jalan, dan 10) Pemeliharaan saluran drainase.
Kegiatan
ini
berpotensi
menimbulkan
dampak
terhadap
:1)Komponen daya dukung lahan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah, 2) Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia dan biologi air. 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan masyarakat.
Pembangunan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Tahapan kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup adalah pembersihan lahan vegetasi penutup tanah, pematangan lahan dan pendirian bangunan. Pembersihan lahan berpotensi menimbulkan dampak terhadap vegetasi, habitat satwa liar, laju erosi, sedimentasi dan kualitas air permukaan.
Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Pendirian bengunan berpotensi menimbulkan dampak terciptanya peluang usaha, pendapatan masyarakat dan adanya resiko kecelakaan kerja. Hilangnya vegetasi penutup tanah akibat pembersihan lahan menimbulkan dampak turunan berupa migrasi satwa liar dan peningkatan laju erosi. Sementara itu, dampak peningkatan laju erosi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan sedimentasi dan penurunan kualitas air permukaan.
3.2.3
Tahap Operasional
Pada tahap ini komponen kegiatan yang akan menimbulkan dampak potensial adalah :
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan TM Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) Pembersihan piringan, TPH, 2) Kalibrasi alat semprot, 3) Pemeliharaan alat semprot, 4) Pengendalian gulma secara manual, 5) Pemupukan dan pruning, 6) Sensus tanaman, dan 7) Pemantauan dan pengendalian HPT. Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap : 1)Komponen daya dukung lahan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah. 2)Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia dan biologi air, 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan mesyarakat.
Pemanenan TBS Kegiatan pemanenan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkunga, yaitu antara lain :1) Pemanenan TBS, dan 2) Pengangkutan TBS. Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat.Selain itu juga, kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Kegiatan pengangkutan TBS juga memberikan dampak terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, kesehatan dan keselamatan kerja, serta kualitas udara. Dampak terhadap kualitas udara adalah terjadinya peningkatan kadar debu akibat proses pengangkutan TBS dari lokasi panen menuju PKS.
Pemeliharaan Infrastruktur Sarana Prasarana Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan kerjadan kualitas hidrologi.
Pengolahan TBS (CPO) dan Limbah PKS Kegiatan ini di perkirakan berpotensi menimbulkan dampak antara lain :1) Terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat, 2) mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, 3) berdampak pada kualitas hidrologi, 4) berpengaruh pada kualitas udara, dan 5) berdampak pada kualitas daya dukung lahan.
Pengendalian Limbah PKS ( IPAL ) Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak, antara lain : 1)Terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat, 2) Mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, 3) berdampak pada kualitas hidrologi, 4) berpengaruh pada kualitas udara, dan 5) berdampak pada kualitas daya dukung lahan.
Pengamana Areal Proyek Kegiatan penyuluhan, pembuatan papan informasi/ pencegahan/ peringatan beserta fasilitasnya di perkirakan dapat memperbaiki sikap serta dapat menurunkan tekanan masyarakat terhadap keamanan areal proyek dan lingkungan hidup.
Pembinaan dan Pengembangan Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada komponen social ekonomi mayarakat, yaitu peluan bekerja dan peluang berusaha, peningkatan pendapatan dan peningkatan
taraf
hidup,
perekonomian, sikap dan
peningkatan
pendidikan,
pertumbuhan
presepsi mayarakat. Pada komponen kesehatan
berdampak pada komponen sanitasi dan status gisi.
3.2.4
Tahap Pasca Operasi
Pada akhirnaya perkebunan kelapa sawit akan berujung pada akhir kegiaatan yaitu :
Revegetasi Kegiatan
ini
dapat
menimbulkan
dampak
potensial
berupa
:1)Pemulihan erosi, 2) sedimentasi, 3) kesuburan lahan, 4) meningkatnya potensi vegetasi, dan 5) meningkatnya potensi satwa liar.
Pemutusan Hubungan Kerja Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak potensial berupa :1) Kesempatan bekerja dan berusaha.2) Sikap dan presepsi mayarakat, dampak ini bersifat langsung (primer)
Demobilisasi Peralatan Kegiatan ini di perkirakan dapat menimbulkan dampak potensial berupa :1) Peluang bekerja dan berusaha.2) Ganguan lalulintas umum sebagai dampak primer jika jalur yang di gunakan adalah jalan umum.Dapat mengancam keselamatan masyarakat, dan 3) Sikap dan presepsi mayarakat.
Pengembalian Areal Kerja. Pada kegiatan ini di perkirakan berpotensi menimbulkan dampak berupa sikap dan presepsi mayarakat, bersifat positif karena dapat memanfaatkan jaringan jalan perkebunan kelapa sawit sebagai jalan umum masyarakat.
3.3
Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Pekerbunan Kelapa Sawit
Prakiraan dampak rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit, meliputi : 3.3.1
Tahap Pra Konstruksi
Dampak yang akan dipantau akibat kegiatan pada tahap pra konstruksi, yaitu dantaranya : 1. Sosialisasi Rencana Kegiatan Sikap dan Presepsi Masyarakat Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit akan berdampak pada presepsi masyarakat, bahwa masyarakat setuju dan mengharapkan agar perkebunan dan pabrik kelapa sawit dapat memenuhi aspirasi dan keinginan mereka serta adanya penerimaan tenaga kerja dari warga sekitar areal kegiatan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap sikap dan presepsi positif masyarakat adalah sosialisasi rencana kegiatan.
2. Penerimaan Tenaga Kerja Peluang Bekerja dan Berusaha Kegiatan ini berdampak terhadap penerimaan tenaga kerja, yaitu tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan dapat membuka lapangan usaha lain. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap tersedianya lapangan pekerjaan dan usaha bagi masyarakat adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Tingkat Pendapatan dan Taraf Hidup Kegiatan ini berdampak dengan diterimanya masyarakat bekerja dan mendapatkan kemudahan peluang berusaha, maka tingkatan
pendapatan penduduk akan bertambah dan berdampak pada peningkatan taraf kehidupan masyarakat. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Pertumbuhan Pusat Perekonomian Kegiatan
ini
berdampak
terhadap
pertumbuhan
pusat
perekonomian yang merupakan dampak turunan dari dampak-dampak yang telah terjkadi sebelumnya. Diharapkan desa-desa disekitar areal kerja perkebunan dan pabrik kelapa sawit akan dapat melengkapi kebutuhan pokoknya melalui pertumbuhan kios-kios yang ada didalam desa, karena perputaran uang akan meningkat dengan masuknya rencana kegiatan terkait. Komponen
kegiatan yang menjadi sumber dampak penting
terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit.
3. Mobilisasi Kegiatan Ganguan Lalu Lintas Kegiatan ini berdampak pada gangguan lalu lintas pada ruas-ruas jalan yang dirasakan masyarakat yang berada disekitar lokasi rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit dan juga sungai disekitar lokasi kegiatan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap munculnya gangguan lalu lintas umum adalah pergerakan alat-
alat berat yang diperlukan dalam pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Keselamatan Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada keselamatan masyarakat akibat mobilisasi alat-alat yang digunakan selama tahapan persiapan tahapan konstruksi pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit dan juga kepada masyarakat umum pengguna sarana prasarana umum dan operator alat-alat itu sendiri. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap keselamatan masyarakat adalah transportasi alat-alat yang digunakan dalam proses pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang dapat meningkatkan kemungkinan kecelakaan
lalu
lintas.
3.3.2
Tahap Konstruksi
1. Penataan Areal Proyek Konflik Lahan Kegiatan ini berdampak pada konflik lahan yang bersifat negatif, masyarakat akan bereaksi pada saat ladang atau kebun miliknya dipatok pada kegiatan penataan batas areal kerja perkebunan pabrik kelapa sawit dan pemerintah terkait dengan tata batas areal. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap konflik lahan masyarakat adalah kegiatan penataan batas areal kerja perkebunan kelapa sawit. Sikap dan Presepsi Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada presepsi masyarakat menyatakan setuju dan berharap agar aspirasi dan keinginannya dapat dipenuhi. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap Sikap
dan presepsi masyarakat adalah kegiatan penataan batas areal kerja rencana kegiatan.
2. Penyiapan Lahan Laju Erosi Kegiatan ini berdampak terhadap terjadinya peningkatan laju erosi pada saat penyiapan lahan di areal kerja perkebunan pabrik kelapa sawit yang negative. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap peningkatan laju erosi tanah adalah kegiatan penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi dan lapisan penutup tanah. Laju Sedimentasi Kegiatan ini berdampak terhadap laju sedimentasi, yaitu berupa peningkatan beban sedimen pada badan perairan di sekitar lokasi penyiapan lahan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap laju sedimentasi adalah kegiatan penyiapan lahan perkebunan pabrik kelapa sawit. Perusakan Hutan dan Lahan Dampak penting perusakan hutan dan lahan adalah hilangnya flora dan fauna, menurunkan kualitas udara dan menyebabkan konflik social. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan pembakaran kayu/ranting dalam proses penyiapan lahan dan/atau pembuangan bahan-bahan mudah terbakar sembarangan pada areal kerja. Tata Guna Air (Hidrologi) Dampak penting terhadap tata guna air adalah terjadinya penurunan kuantitas air yang melewati areal perkebunan pabrik kelapa
sawit. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak peda terjadinya erosi serta hilangnya suumber air yang mengakibatkan penurunan debit air sungai. Kualitas Air Dampak penting kualitas air adalah terjadinya penurunan kualitas air pada badan perairan di sekitar lokasi penyiapan lahan perkebunan pabrik kelapa sawit. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi serta sedimentasi. Biota Perairan Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap biota perairan berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi, sedimentasi hidrologi dan kualitas air. Iklim Mikro Dampak penting Iklim mikro adalah terjadinya perubahan iklim mikro akibat pembersihan lahan pada kegiatan penyiapan lahan. Dengan masuknya cahaya matahari akibat pembersihan lahan ke dalam lantai kebun akan meningkatkan suhu, mengurangi kelembaban di dalam perkebunan kelapa sawit. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap iklim mikro adalah kegiatan penyiapan lahan, khususnya pembersihan lahan. Satwa Liar Dilindungi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap penurunan jenis dan populasi satwa liar dilindungi adalah
kegiatan penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi sebagai habitat satwa liar dilindungi. Aksebilitas Dampak penting dari kegiatan aksebilitas adalah kemudahan aksebilitas bagi masyarakat setempat berupa pembangunan jalan poros saja tetapi juga akibat aktifnya lalu lintas di sekitar areal kerja. Peluang Bekerja dan Berusaha Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja dan berusaha adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat sekitar areal kerja untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja dan berusaha. Mobilitas dan Persebaran Penduduk Dampak penting dari kegiatan ini adalah terbukanya kesempatan untuk meningkatkan perekonomian melalui Mobilitas dan persebaran penduduk perkebunan kelapa sawit.
3. Pembibitan Populasi hama penyakit tanaman Dampak penting dari kegiatan ini adalah meningkatnya populasi hama penyakit tanaman yang dapat mengganggu kelestarian tanaman lainnya. Sikap dan presepsi masyarakat Dampak ini adalah dampak turunan dari dampak populasi hama penyakit tanaman. Agar dapat mengelola tanaman dengan baik dan benar.
4. Penanaman Laju Erosi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap peningkatan laju erosi tanah adalah kegiatan pembuatan lubang untuk bibit kelapa sawit yang menghasilkan tanah hasil galian dan penanaman. Laju Sedimentasi Dampak laju sedimentasi merupakan dampak lanjutan dari dampak erosi, akibat kegiatan penanaman cenderung bersifat negatif yaitu terjadinya peningkatan sedimentasi pada badan sungai yang berhulu atau melewati lokasi kegiatan perkebunan. Sehingga mempengaruhi kualitas hidrologi, kualitas air dan kualitas kesuburan lahan. Dengan melakukan pengelolaan yang baik maka laju sedimentasi dapat diminimalisir bahkan dapat dihindari. Iklim Mikro Dampak positif iklim mikro adalah terjadinya perubahan iklim mikro akibat penanaman. Juga akan mempengaruhi suhu dan kelembaban areal perkebunan kelapa sawit. Kualitas Air Dampak kualitas air merupakan dampak lanjutan dari dampak erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh erosi tanah selama kegiatan penanaman yang bersifat negatif yaitu terjadinya penurunan kualitas air sungai yang melewati areal kerja.
Biota Perairan Dampak biota perairan merupakan dampak lanjutan dari dampak kualitas air, sedimentasi dan erosi yang disebabkan oleh kegiatan penanaman yang bersifat negatif yaitu terjadi penurunan kualitas biota perairan yang melewati areal kerja.
5. Pembangunan Bangunan Perusahaan dan PKS Peluang bekerja dan Berusaha Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja dan berusaha adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat sekitar areal kerja untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja dan berusaha. Tingkat Pendidikan Dampak penting dari parameter pendidikan dalam kegiatan pembangunan bangunan dan PKS adalah peningkatan bangunan dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
6. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (pH) tanah. Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO4.
3.3.3
Tahap Operasi
1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (pH) tanah. Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO4. Satwa Liar Dilindungi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhdap penurunan jenis dan populasi satwa liar dilindungi adalah kegiatan penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi sebagai habitat satwa liar dilindungi. Biota Perairan Dampak biota perairan merupakan dampak lanjutan dari dampak kualitas air dan pemupukan yang disebabkan oleh kegiatan peliharaan TM yang bersifat negatif yaitu terjadi penurunan kualitas biota perairan yang melewati areal kerja.
2. Pemanenan Peluang Bekerja Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja adalah terbukanya kesempatan
bagi
masyarakat
sekitar
areal
kerja
meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja.
untuk
3. Pengolahan TBS (CPO) dan Limbah PKS Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (pH) tanah. Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO4.
3.3.4
Tahap Pasca Operasi
1. Pemutusan Hubungan Kerja Sama Peluang Bekerja Dampak penting dari tahap ini adalah hilangnya kesempatan kerja untuk meningkatkan perekonomiannya pada perkebunan pabrik kelapa sawit. Sikap dan Presepsi Masyarakat Dampak penting dari tahap ini adalah kekecewaan masyarakat akibat kehilangan pekerjaan karena pengembalian areal kerja.
2. Demolitas Peralatan Gangguan Lalu Lintas Kegiatan ini akan berdampak kepada gangguan lalu lintas pada ruas jalan yang ada di sekitar lokasi rencana kegiatan perkebunan pabrik kelapa sawit. Keselamatan Masyarakat
3. Pengembalian Areal PKS Sikap dan Presepsi Dampak penting dari tahap ini adalah kekecewaan masyarakat akibat kehilangan pekerjaan karena pengembalian areal kerja.
BAB IV KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan dari makalah AMDAL ini, antara lain : 1. Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. 2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
3. Dalam melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit harus diperhatikan AMDALnya menyangkut tahapan-tahapan pekerjaan pembangunan, seperti : Tahap Pra Kontruksi, Tahap Kontruksi, Tahap Operasi dan Tahap Pasca Operasi. Karena tahapan-tahapan ini saling mempengaruhi/saling mendukung dalam hal
pembangunan suatu usaha/kegiatan yang akan berlangsung.
4. Perkebunan kelapa sawit selain memberikan dampak-dampak positif juga memberikan dampak-dampak negatif, seperti adanya penurunan kualitas udara,
penurunan
kualitas
air,
penurunan
kualitas/kesuburan
tanah,
peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan potensi vegetasi serta kebisingan, kecelakaan kerja dan sebagainya.