Dampak Aktifitas Industri Hilir Migas Terhadap Lingkungan.docx

  • Uploaded by: Fang Twetu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dampak Aktifitas Industri Hilir Migas Terhadap Lingkungan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,094
  • Pages: 6
Dampak Aktifitas Industri Hilir Migas terhadap Lingkungan Dalam aktifitas industri hilir migas yang berkaitan dengan pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat dibutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya

alam, sehingga

berpotensi

terhadap

terjadinya

kerusakan/pencemaran

lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida (SO2), dan uap air. Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah, dan udara.(Peter et al., 1989; Setiani, 2005). Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar kilang minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani dengan baik dan benar (Susilo, 2006). Salah satu penyebab tingginya tingkat pencemaran dari industri hilir migas adalah tumpahan Minyak yang biasanya diakibatkan karena kapal-kapal dan truk yang kecelakaan, dan jalur pipa yang bocor. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari proses industry hilir migas antara lain : 1. Pencemaran air yang diakibatkan adanya tumpahan minyak ke air dimana bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak tersebut akan bercampur dengan air dan menggenang didalam air untuk beberapa waktu dan membentuk

lapisan minyak yang lebih tebal menyebar di seluruh permukaan dan mencegah masuknya udara ke dalam air. Ikan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di air tidak bisa bernafas. Ketika minyak tumpah ke dalam air, bahan-bahan kimianya yang tertinggal di sana akan menyebabkan air tersebut tidak aman diminum, bahkan setelah minyak yang kasat mata dikeluarkan. 2. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. 3. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya. 4. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi. 5. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari

makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.

6. Pencemaran tanah, dimana tumpahan minyak akan menghancurkan lapisan tanah dengan mendesak udara keluar dan membunuh makhluk-makhluk hidup yang membuat lapisan tanah menjadi sehat. Hal yang hampir serupa terjadi jika minyak mengenai kulit kita atau kulit hewan. Minyak akan menutupi kulit dan menghalangi udara masuk. Racun-racun yang berasal dari minyak juga meresap ke dalam tubuh melalui kulit, dan menimbulkan penyakit. Efek pencemaran tersebut dapat berakibat jangka pendek maupun jangka panjang. Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak yaitu molekulmolekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Hal ini mengakibatkan ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga berkurang mutunya (Soesanto, 1973). Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak. Sedangkan akibat-akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda (Sumadhiharga, 1995). Satu kasus yang menarik adalah usaha perikanan di Santa Barbara, California, yang mengalami penurunan hasil perikanan setiap bulannya dari tahun 1965-1969. Penurunan yang paling rendah terjadi ketika

pelabuhan Santa Barbara dicemari oleh minyak buangan. Kasus limbah minyak yang menyebabkan bau ikan tidak enak terjadi pada ikan-ikan yang diolah di pelabuhan Osaka. Hal ini juga terjadi pada ikan-ikan belanak yang berasal dari suatu tambak yang diisi air yang mengandung limbah minyak dari lapangan terbang Iwakuni. Ikan belut dan ikan sebelah yang ditangkap beberapa kilometer dari pelabuhan Yokkaichi juga berbau minyak karena masuknya limbah minyak dari pabrik minyak. Hasil penelitian terhadap kedua jenis ikan tersebut dapat diketahui bahwa batas toleransi minyak pada air laut berada antara 0,001-0,01 ppm. Apabila batas tertinggi kadar tersebut sudah terlewati maka bau minyak mulai timbul (Nitta, 1970). Di beberapa tempat di Australia telah ditemukan bahwa zat hidrokarbon dari minyak tanah terdapat pada ikan belanak yang diduga berasal dari air limbah pabrik penggilingan minyak yang dibuang ke laut (Sidhu, 1970). Selain dampak terhadap lingkungan, pengolahan minyak bumi juga berpotensi terhadap gangguan kesehatan. Pada proses pengolahan minyak bumi terdapat limbah solvent acidity berasal dari buangan proses pemeriksaan keasaman jug merupakan limbah kimia cair yang terdiri dari campuran isopropyl alcohol, toluene dan sample, berwarna gelap yang sangat berbahaya terhadap kesehatan (Imamkhasani, 1998). Bahaya isopropyl alcohol terhadap kesehatan adalah : 1. Efek jangka pendek (akut) antara lain pada penghirupan konsentrasi 400 ppm dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas. 2. Penghirupan lebih besar akan menyebabkan pusing dan mengganggu keseimbangan tubuh. 3. Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi, tetapi tidak pada kulit. 4. Bila terminum dapat menyebabkan muntah, diare dan hilang kesadaran.

5. Efek jangka panjang (kronis) antara lain bila terkena kulit dapat menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah. Nilai Ambang Batas : 200 ppm (500 mg/m3)kulit; STEL = 250 ppm; Toksisitas : LD50 (tikus, oral) = 1870-6500 mg/kg.

DAFTAR PUSTAKA G.S. Sidhu, Nature and effect of a kerosene like toint in mullet (Mugil cephalus), FAO Rome, FIR:MP/70/E-39, 1970, p.99. K. Sumadhiharga, Lingkungan & Pembangunan 15 (1995) 376. Peter, Max. And Clous D. Timeraus, 1989. Plant Design and Economic For Chemical Engeener, International Edition, Singapore. Setiani, O. 2005. Kesehatan Lingkungan Industri, Program Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang. Susilo, 2006. Studi Penanganan Limbah Solvent Sisa Analisis Acidity Untuk Pengendalian Pencemaran Lingkungan Di Pertamina UP IV Cilacap, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. V. Soesanto, Water Pollution, Corespondence-course Central, Jakarta, 1973, 1

.

Related Documents


More Documents from "Made Aste Purane"

Amdal.docx
November 2019 29
Makalah Pak Aman.docx
November 2019 31
Slide 30-43.docx
November 2019 18
Phosporic Acid.docx
November 2019 17