Makalah - Klpk Iv.docx

  • Uploaded by: Putri Nurcahyani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah - Klpk Iv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,655
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG a. Anti Emiiteka Hingga saat ini, mual dan masih dianggap efek samping pengobatan yang tidak bisa dihindari, terutama pasa pasien kemoterapi. Padahal dengan pengobatan tepat, hal ini bisa dihindari dan memudahkan pasien menjalani pengobatan. Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pasien terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Pada pasien kanker, mual dan muntah menjadi momok sendiri pada pasien yang menjalani kemoterapi dan radiasi. Kondisi serupa juga sering ditemui pada pasien yang usai menjalani pembedahan atau operasi. Obat-obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Untuk hasil terbaik, antiemesis diberikan sesaat sebelum tindakan kemoterapi atau radiasi.

b. Laxativa Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi farmakologis yang sangat umum digunakan masyarakat. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia masih kurang konsumsi serat dari sayur dan buah, kurang olah raga dan bertambah makan makanan yang mengandung pengawet, jadi laksatif masih menjadi pilihan utama untuk mengatasi konstipasi. Karena tidak semua laksatif dapat digunakan dalam waktu jangka panjang, maka pemilihan laksatif yang tepat harus sangat diperhatikan. Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive.

Laksatif

adalah makanan atau obat-obatan yang

diminum

untuk

membantu

mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping. Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Obat pencahar adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Konstipasi atau sembelit merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Untuk mencegah konstipasi adalah rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan kaya serat.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana deskripsi golongan obat anti emiteka dan laxatifa? 2. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari anti emiteka dan laxatifa? 3. Bagaimana efek samping dari anti emiteka dan laxatifa? 4. Apakah hal yang harus diperhatikan mengenai pemberian obat anti emiteka dan laxatifa? 5. Bagaimana pendidikan kesehatan yang perlu diperhatikan dari anti emiteka dan laxatifa?

1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui deskripsi golongan obat antiemiteka dan laxatifa. 2. Untuk mengetahui bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari antiemiteka dan laxatifa 3. Untuk mengetahui bagaimana efek samping dari antiemiteka dan laxatifa. 4. Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan mengenai pemberian obat antiemiteka dan laxatifa. 5. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan kesehatan yang perlu diperhatikan dari antiemiteka dan laxatifa.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANTIEMITEKA a. GOLONGAN OBAT  Antagonis 5-HT3, secara informal dikenal sebagai "setron", adalah kelas obat yang beraksi sebagai antagonis reseptor pada reseptor 5-HT3, subtipe dari reseptor serotonin yang ditemukan di terminal saraf vagus dan di daerah tertentu dari otak. Dengan pengecualian dari alosetron dan cilansetron yang digunakan dalam pengobatan sindrom iritasi usus besar, semua antagonis 5-HT3 adalah antimuntah, digunakan dalam pencegahan dan pengobatan mual dan muntah. Mereka sangat efektif dalam mengendalikan mual dan muntah yang dihasilkan oleh kemoterapi kanker dan dianggap sebagai standar emas untuk tujuan ini. Antagonis 5-HT3 menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat pasca-operasi dan sitotoksik obat. Adapun golongan dari antieitka ini adalah: 

Ondansetron adalah antagonis 5-HT3 yang pertama, yang dikembangkan oleh

Glaxo sekitar tahun 1984. Khasiatnya pertama kali ditentukan pada tahun 1987, pada model binatang, dan setelah itu dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun berikutnya. Ondansetron telah disetujui oleh FDA AS pada tahun 1991, dan sejak itu menjadi tersedia di beberapa negara lain, termasuk Inggris, Irlandia, Australia, Kanada, Perancis dan Brasil. Pada 2008, ondansetron dan granisetron adalah hanya antagonis 5-HT3 tersedia sebagai obat generik di Amerika Serikat. Ondansetron dapat diberikan beberapa kali sehari, tergantung pada beratnya gejala. Efek Samping: Sangat umum: sakit kepala Umum: sensasi hangat atau kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi Tidak umum: kejang, gangguan gerakan (termasuk reaksi ekstrap iramidal seperti reaksi distoni, oculogyric crisis, diskinesia), aritmia, nyeri dada dengan atau tanpa depresi segmen ST, bradikardi, cegukan, peningkatan uji fungsi hati tanpa gejala

Jarang: reaksi hipersensitivitas yang terjadi segera dan kadang berat termasuk anafilaksis, pusing saat pemberian intravena secara cepat, gangguan penglihatan sepintas (pandangan kabur) setelah mendapat obat intravena Sangat jarang: kebutaan sementara selama pemberian intravena. 

Tropisetron juga pertama kali dideskripsikan pada tahun 1984. Obat tersedia di

beberapa negara seperti Inggris, Australia dan Perancis, tapi tidak di Amerika Serikat. Efek dari tropisetron bertahan hingga 24 jam, sehingga hanya membutuhkan pemberian sekali sehari. Efek Samping: Konstipasi, diare, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, lesu, reaksi hipersensitivitas. 

Granisetron dikembangkan sekitar tahun 1988. Obat tersedia di AS, Inggris,

Australia dan negara-negara lainnya. Uji klinis menunjukkan bahwa lebih efektif daripada antagonis 5-HT3 lainnya dalam mencegah CINV tertunda (mual dan muntah yang terjadi lebih dari 24 jam setelah dosis pertama kemoterapi). Obat diberikan sekali sehari. Efek Samping: Konstipasi, sakit kepala, ruam kulit, kenaikan sementara enzim hati, reaksi hipersensitifitas 

Dolasetron pertama kali disebutkan dalam literatur pada tahun 1989. Obat adalah

prodrug, dan sebagian besar efeknya karena metabolit aktif, hidrodolasetron, yang dibentuk di hati oleh enzim karbonil reduktase. Dolasetron telah disetujui oleh FDA pada tahun 1997, dan juga diberikan sekali sehari. Efek Samping: Diare, konstipasi, dispepsia, nyeri abdomen, flatulens, gangguan rasa, takikardia, bradikardia. Perubahan pada EKG, flushing; demam, menggigil; sakit kepala, gangguan tidur, kelelahan, pusing, mengantuk, anoreksia; reaksi hipersensitivitas termasuk ruam, gatal, urtikaria, angioedema, dan anafilaksis; obstruksi usus jarang, pankreatitis, kuning, kejang, aritmia jantung, reaksi lokasi penyuntikan, hipotensi berat dan bradikardia pasca penyuntikan intravena sangat jarang. 

Palonosetron adalah antagonis5-HT3 terbaru yang tersedia di pasar AS. Obat ini

turunan isokuinolin, dan efektif dalam mencegah CINV tertunda. Palonosetron telah disetujui oleh

FDA pada tahun 2003, awalnya untuk digunakan infus. Formulasi oral disetujui pada tanggal 22 Agustus 2008 untuk pencegahan CINV akut saja, sebagai uji klinis besar tidak menunjukkan pemberian oral untuk seefektif penggunaan IV terhadap CINV tertunda. Efek Samping: Diare, konstipasi; sakit kepala, pusing; kurang umum terjadi, dispepsia, nyeri abdomen, mulut kering, flatulen, perubahan tekanan darah, takikardi, bradikardi, aritmia, iskemia miokard, tersedak, mengantuk, astenia, insomnia, ansietas, euforia, paraestesia, neuropati perifer, anoreksia, motion sickness, gejala mirip influenza, retensi urin, glikosuria, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit, artralgia, iritasi mata, amblyopia, tinitus, ruam kulit, pruritus. 

Ramosetron hanya tersedia di Jepang dan negara-negara Asia Tenggara tertentu

pada 2008. Obat memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk reseptor 5-HT3 dari antagonis 5-HT3 yang lebih tua , dan mempertahankan efeknya selama dua hari; oleh karena itu secara signifikan lebih efektif untuk CINV tertunda. Dalam penelitian hewan, ramosetron juga efektif terhadap gejala seperti-IBS (sindrom iritasi usus besar). Efek Samping: Syok, syok anafilaksis dan gejala anafilaktoid (seperti perasaan sakit, dispnea, mengi, hot flushes pada wajah, kemerahan, gatal-gatal, sianosis dan hipotensi, serangan epileptiform, reaksi hipersensitivitas (ruam kulit, gatal-gatal); sakit kepala; diare, konstipasi; peningkatan BUN dan kreatinin darah; peningkatan GOT, GPT dan γ-GPT.  Golongan antagonis dopamine Golongan obat ini di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah karena penyakit kanker, sakit akibat radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik dan anstesi umum. Selain dopamin, ada juga obat yang disebut Metoclopramide yang juga bekerja pada salura pencernaan sebagai prokinetik namun kurang berguna pada rasa ingin muntah karena sitotoksik dan anastesi umum. Yang harus diperhatikan sebelum mengkonsumsi metoclopramid adalah:  Konsultasikan ke dokter mengenai obat resep dan non-resep yang anda konsumsi yang mengandung amobarbital, insulin, narkotika, phenobarbital, sedative, transquilizer, dan vitamin.

 Kemukakan pada dokter bila anda pernah mengidap atau masih mengidap tumor adrenal, penyakit kejiwaan, parkinson, hipertensi, penyakit hati, liver atau ginjal.  Kemukakan pada dokter tentang kehamilan maupun rencana kehamilan dan menyusui anda.  Saat anda masa operasi termasuk operasi dentist, kemukakan pada sentist tersebut mengenai konsumsi metoclopramid anda.  Obat ini menekan saraf sadar anda sehingga dapat menyebabkan kantuk, jadi usahakan untuk tidak berktivitas

berkendara selama mengkonsumsi obat ini dan jangan

mengkonsumsi alkohol bersama obat ini. 

Golongan Antihistamines Golongan antihistamin ini juga disebut golongan antagonis reseptor H1 histamin. Obat ini

efektif untuk beberapa kondisi seperti mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu hamil. 

Dimenhydramine selain sebagai anti emetik juga mengatasi vertigo.



Pyrathiazine



Promethazine pada penderita penyakit jantung atau kegagalan fungsi hati perlu

pengawasan yang ketat sewaktu minum obat ini atau bila tidak perlu, dianjurkan untuk tidak meminum obat ini. Selain itu anak-anak juga dianjurkan tidak meminum obat ini karena dapat menyebabkan Sindron Reye dan dapat menyebabkan konvulsi, halusinasi bahkan kematian pada anak. Obat ini juga menyebabkan kantuk dan tidak dianjurkan pada BUMIL dan Ibu Menyusui. 

Betahistine Betahistin dihidroklorida adalah obat yang sangat mirip senyawa histamin alami.

Betahistine bekerja secara langsung berikatan dengan reseptor histamin yang terletak pada dinding aliran darah, termasuk didalam telinga. Dengan mengaktifkan reseptor ini dapat menyebabkan vasokontraksi. Dengan peningkatan sirkulasi darah, mengurangi tekanan di telinga. Betahistine fungsi utamanya sebagai obat penyakit Meniere. Obat ini mwmbantu menghilangkan tekanan didalam telingan dan mengurangi frekuensi dan keparahan serangan mual dan pusing. Betahistine juga mengurangi bunyi mendenging di telinga (tinitus) dan membantu fungsi pendengaran menjadi normal. 

Penghambat Channel Kalsium

Penghambat channel kalsium atau Flunarizine adalah penghambat masuknya kalsium dengan cara ikatan calmudolin dan aktivitas hambatan histamin H1. Obat ini efektif untuk mencegah migren, penyakit vaskular periferal terbuka, vertigo, dan sebagai terapi tambahan pada pasien epilepsi.

b. FARMAKOKINETIK dan FARMAKODINAMIK Farmakokinetik Difenoksilat dengan atropin diabsorpsi dengan baik di saluran gastrointestinal. difenoksilat 1

di metabolisasi di hati. ada dua waktu paruh 22jam untuk difenoksilat dan 3-14 jam untuk metabolit difenoksilat. obat ini diekskresikan melalui tinja dan air kemih.

Farmakodinamik Difenoksilat dengan atropin merupakan agonis opium dengan khasiat antikolinergik (atropin) yang mengurangi motilitas gastrointestinal (peristaltik). obat ini mempunyai mula kerja yang sedang yaitu 45-60 menit, dan masa kerjanya 3-4 jam. banyak efek samping yang timbul akibat atropin antikolinergik. klien dengan glaukoma harus memakai antidiare lain yang tidak mempunyai efek antikolinergik. jika obat ini dipakai bersama dengan alkohol, narkotik, atau hipnotik-sedatif, depresi SSP dapat terjadi.

c. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT Anti Emiteka 

Mengetahui jumlah muntah atau mual klien



Memperhatikan warna muntah



Mengecek prestaltik usus klien



Minum dikurangi, sebelum dan sesudah minum obat.

d. EFEK SAMPING

e. PENDIDIKAN KESEHATAN YANG PERLU DIKETAHUI

2.2 LAXATIVA a. GOLONGAN OBAT 1. Bulking agents Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) dapat meningkatkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Jika menggunakan bahanbahan ini harus banyak minum air.

2. Pelunak Tinja Dokusat Pelunak yang akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh. Baca Juga : Hati-hati Saat Mengkonsumsi Obat Pencahar.

3. Minyak Mineral : Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkan tinja keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.

4. Bahan Osmotik : Bahan-bahan osmotik mendorong air dalam jumlah besar ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).

Beberapa bahan osmotik yang mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Baca Juga : Penyakit Diare pada Anak Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.

5. Pencahar Perangsang : Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).

b.

FARMAKOKINETIK dan FARMAKODINAMIK

FARMAKOKINETIK Obat pencahar osmotik: merangsang tubuh untuk meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga tinja menjadi lebih lunak dan mudah didorong keluar tubuh. Contoh: laktulosa. Obat pencahar yang berupa serat (fiber) atau bulking agents/bulk-forming: serat bekerja dengan cara meningkatkan kandungan air di dalam feses (tinja) sekaligus membuat tinja yang

terbentuk menjadi lebih padat sehingga dapat melewati usus dengan mudah. Contoh: ispaghula husk. Obat pencahar stimulan: merangsang dan membantu otot yang melapisi saluran pencernaan untuk mendorong feses atau mempercepat pergerakannya di dalam usus besar menuju anus. Contoh: sodium picosulphate.

FARMAKODINAMIKA 1.

Kram Menggunakan obat pencahar stimulan bisa menyebabkan kram di perut dan saluran

pencernaan bawah. Obat pencahar meringankan sembelit dengan merangsang kontraksi dinding perut sehingga feses bergerak lancar ke rektum untuk kemudian dibuang. Selama bekerja, obat pencahar berpotensi menyebabkan kram akibat perubahan keseimbangan cairan pada usus besar dan rektum.

2.

Anus terasa terbakar Supositoria gliserin dimasukkan ke dalam anus untuk meredakan sembelit ringan sampai

sedang. Kontak harus terjadi antara supositoria dengan anus selama penyisipan. Menggunakan supositoria untuk mengobati sembelit berpotensi menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada anus (rektum). Iritasi bisa dikurangi dengan menggunakan pelumas sebelum memasukkan supositoria ke dalam anus.

3.

Kembung Pembengkakan perut, atau kembung umum terjadi selama penggunaan obat pencahar.

Kembung terjadi ketika otot-otot saluran pencernaan berkontraksi untuk menambah massa feses. Kembung umumnya akan hilang setelah sembelit reda.

4.

Gas berlebih Mengobati sembelit melaluinpenggunaan obat pecahar yang mengandung serat akan

menyebabkan produksi gas berlebih dan menyebabakan sering buang gas (kentut).

Gas diproduksi berlebih karena diserat kedalam saluran pencernaan menambahkan terlalu banyak serat dalam waktu singkat dapat memperburuk sembelit pada orang yang dengan sidrom iritasi usus dan megokolon congenital

5.

Pendarahan anus Mengunakan obat pencahar dapat memicu pendarahan anus pendarahan anus antara lain

disebabkan oleh diare yang terkait dengan pengunaan obat pencahar pengunaan obat pencahar Konsultasikan dengan dokter jika terjadi pendarahan rectum selama lebih dari dua tiga hari setelah

6.

memburuknya sembelit Mengobati sembeit degan obat pencahar sebenarnya bisa menyebabkan konstipasi menjadi

lebih buruk Hal ini disebabkan toleransi tubuh akan terus meningkat dan menagih dosisi pencahar yang lebih besar gunakan obat pencahar hanya setelah metode lain tidak menbuahkan hasil.

7.

Menyebabkan ketergantungan Pengunaan obat pencahar dalam jangka penjang misalnya untuk menurungkan berat badan

akan menimbulkan ketergantungan dan membuat sesorang tidak bisa buang air besar secara normal tanpa bantuan pencahar. Pengunaan obat pencahar untuk menurunkan berat badan akan menyebabkan otot-otot usus menjadi lemah dan tidak mampu berfungsi normal.

c. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT

d. EFEK SAMPING

e. PENDIDIKAN KESEHATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN

BAB III PENUTUP

SIMPULAN 1. Obat antiemesis digunakan untuk mencegah atau menghentikan rasa mual dan muntah setidaknya 24 jam setelah pengobatan atau operasi. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. 2. Anti emetik terbagi atas Golongan Antagonis Reseptor 5HT3-, Golongan Antagonis Dopamin, Golongan Antihistamines, Penghambat Channel Kalsium. 3. Golongan Antagonis Reseptor 5HT3- terbagi atas : a. Ramosetron b. Ondansentron c. Tropisetron d. Dolasetron e. Palonosetron f. Granisetron 4. Golongan Antihistamines terbagi atas : a.

Dimenhydramine

b.

Promethazine

c.

Betahistine

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Antagonis_5-HT3 http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/antimual http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/46-mual-dan-vertigo/antagonis-5-ht3 http://hawiyahawhi.blogspot.co.id/2012/06/farmakologi.html

Related Documents

Makalah - Klpk Iv.docx
November 2019 15
Klpk 4 Makalah Kd.docx
October 2019 28
Makalah Pajak Klpk 4.docx
December 2019 29
Klpk.9.docx
April 2020 15

More Documents from "Ariskayanti Ikka"

Kop Amplop.docx
October 2019 43
Dokumen (1) (3).docx
May 2020 20
Kdm (makalah Bab).docx
October 2019 31
Soal Kelompok.docx
April 2020 28