Laporan Agroekologi (laporan Klpk 2)

  • Uploaded by: Ariskayanti Ikka
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Agroekologi (laporan Klpk 2) as PDF for free.

More details

  • Words: 4,342
  • Pages: 24
LAPORAN AGROEKOLOGI

KUNJUNGAN LAPANGAN TANAMAN BUDIDAYA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 1. Andi Bangsawan Ashar 2. Ariskayanti 3. Dedi Agusriadi 4. Dwi Wisnu Aji Laksono 5. Indhira Fhahirah Aswar 6. Mutiara Halik 7. Rahmat Usman 8. St. Nurhalisa 9. Wasika Ninbi

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN GOWA 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Terima kasih kepada dosen pembimbing, karena penulis mendapat kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah penulis kunjungi sebelumnya. Terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan kepada penulis saat kunjungan maupun pada saat menyelesaikan laporan ini. Serta, terima kasih pula atas partisipasi dari teman-teman mahasiswa sekalian, yang telah mau berpartisipasi dalam kegiatan ini, hingga dalam proses pembuatan laporan Dasar-Dasar Budidaya Tanaman. Laporan kunjungan industri ini dibuat untuk menambah pengetahuan khususnya tentang dasar-dasar budidaya tanaman bawang prei, wortel, dan kentang serta penerapannya di lapangan. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kesalahan, sehingga penulis senangtiasa mengharap dan menunggu kritikan dan saran dari para pembaca untuk perbaikan laporan dimasa yang akan datang.

Gowa, 26 januari 2018

Penyusun,

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………...……….………..i DAFTAR ISI… ……………………………………………………….........…….ii BAB I PENDAHULUAN … …………...………………………………………1 A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Tujuan..................................................................................................... 2 C. Manfaat .................................................................................................. 2 BAB II METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat...………….……………………….….….…...……3 B. Alat dan Bahan...……………………….…………….…….....……..…3 C. Prosedur Kerja................................................................. . . . . . . . . ...... 4 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Budidaya Tanaman Bawang Prei.................................... . . . . . . . . ...... 5 B. Budidaya Tanaman Wortel..................................................................... 9 C. Budidaya Tanaman Kentang................................................................ 13 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................... 20 B. Saran..................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Keperluan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak

ada putus-putusnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan akrab dengan kehidupan manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia paling tua. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Budidaya tanaman adalah usaha untuk menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi. Kegiatan pertanian (budidaya tanaman) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Kunjungan lapangan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan melihat langsung berbagai kegiatan pertanian pada tempat-tempat yang dikunjungi . Kunjungan ini merupakan kegiatan kunjungan mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertania (STPP) Gowa yang berlokasi di dua tempat yaitu di kota Makasssar dan Malino. Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan para mahasiswa dapat menambah wawasan dalam mempelajari seluk beluk dalam bidang pertanian terutama yang berkaitan dengan dasar-dasar budidaya tanaman sehingga dapat menggugah motivasi mahasiswa dalam mempelajari berbagai bidang ilmu yang diterima dari luar kampus.

1

B.

Tujuan Adapun tujuan dari kunjungan industri ini diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dasar-dasar budidaya tanaman bawang prei, wortel, dan tanaman kentang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman bawang prei, wortel, dan tanaman kentang.

C.

Manfaat Adapun manfaat dari kunjungan industri ini adalah sebagai berikut: 1. Kita dapat melihat secara langsung dasar-dasar budidaya tanaman bawang prei, wortel, dan tanaman kentang. 2. Menambah wawasan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang prei, tanaman wortel, dan tanaman kentang.

2

BAB II METODE PELAKSANAAN

A.

Waktu dan Tempat Waktu dan tempat pelaksanaan kunjungan industri adalah sebagai berikut: 1. Waktu Rincian waktu pelaksanaan kegiatan kunjungan industri yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Sabtu, 13 januari 2018. Jam 11.00-12.30 WITA kami berkunjung ke kebun tanaman bawang prei. b. Sabtu, 13 januari 2018. Jam 11.00-12.30 WITA kami berkunjung ke kebun tanaman wortel. c. Sabtu, 13 januari 2018. Jam 11.00-12.30 WITA kami berkunjung ke kebun tanaman kentang. 2. Tempat Tempat pelaksanaan kegiatan kunjungan industri yang dilakukan adalah: a. Kebun Tanaman Bawang Prei di Malino b. Kebun Tanaman Wortel di Malino. c. Kebun Tanaman Kentang di Malino.

B.

Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan kunjugan industri

adalah sebagai berikut: 1. Alat a. Buku b. Pulpen c. Camera d. Bus 2. Bahan a. Tanaman Bawang Prei b. Tanaman Woretl

3

c. Tanaman Kentang

C.

Prosedur Kerja Berikut prosedur kerja yang dilaksanakan dalam kegiatan kunjungan

industri diantaranya: 1. Kunjungan ke kebun tanaman bawang prei, dimana setiap mahasiswa memakai baju almamater dengan membawa alat tulis, kemudian menerima materi dari pengelola kebun tanaman bawang prei sambil melihat tanaman bawang prei yang ada, dan juga mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh pengelola kebun dan mencatat hal-hal yang diamati. 2. Kunjungan ke kebun tanaman wortel, setiap mahasiswa memakai baju almamater dengan membawa alat tulis, kemudian menerima materi dari pengelola kebun tanaman wortel sambil melihat tanaman wortel yang ada, dan juga mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh pengelola kebun dan mencatat hal-hal yang diamati. 3. Kunjungan ke kebun tanaman kentang, setiap mahasiswa memakai baju almamater dengan membawa alat tulis, kemudian menerima materi dari pengelola kebun tanaman kentang sambil melihat tanaman kentang yang ada, dan juga mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh pengelola kebun dan mencatat hal-hal yang diamati.

4

BAB III PEMBAHASAN

A.

Tanaman Bawang Prei Bawang prei merupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak

digunakan dalam masakan. Dalam seni masak Indonesia, daun bawang bisa ditemukan misalnya dalam martabak telur, sebagai bagian dari sop, atau sebagai bumbu tabur seperti pada soto. Bawang prei (Allium porrum) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Daunnya menyerupai daun bawang merah, tetapi memiliki ukuran yang lebih besar, warna daun hijau. 2. Perbanyakan daun prei dilakukandengan anakan atau belahan rumpun, sedangkan anakan yang ditinggalkan dapat dipanen berikutnya. 3. Kualitas bawang prei yang baik ditunjukkan oleh tunas dan warna batang (putih). 4. Pertumbuhan tanaman prei lambat, dipanen pada umur 6 bulan.

1. Syarat Tumbuh Bawang prei bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang prei menginginkan ketinggian sekitar 2501.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan bawang prei juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5) cocok untuk budidaya bawang prei. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Penyebab gagal panen biasanya disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi pada bulan 2 dan bulan 3.

5

2. Teknik Budidaya a. Benih Benih bawang daun dapat berasal dari biji atau dari tunas anakan (stek tunas). Tunas anakan diperoleh dengan cara memisahkan anakan yang sehat dan bagus pertumbuhannya dari induknya. Benih bawang yang berasal dari biji mempunyai kelemahan yaitu waktu panen yang lebih lama dibandingkan dengan benih yang berasal dari tunas anakan. b. Persemaian Bibit dari stek tunas dapat langsung ditanam di lapangan dengan terlebih dahulu mengurangi perakarannya untuk mengurangi penguapan. Benih dari biji harus disemai dahulu sebelum ditanam di lapangan. Media semai berupa campuran pupuk kandang dan tanah (1:1) yang telah digemburkan. Biji disebar secara merata kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis (dengan ketebalan 0,5-1 cm) dan disiram secukupnya. Bibit siap dipindahkan ke lapangan bila telah mempunyai 2-3 helai daun. c. Penyiapan lahan dan penanaman Lahan

dicangkul

dengan

kedalamam

30-40

cm

kemudian

ditambahkan pupuk kandang. Hal ini dilakukan karena bawang daun menghendaki tanah yang gembur untuk pertumbuhannya. Kemudian siapkan bedengan dengan lebar 1-1,2 m dengan panjang sesuai dengan kondisi lahan. Parit antar bedengan dibuat dengan kedalaman 30 cm dan lebar 30 cm. Pembuatan parit sangat diperlukan agar drainase lancar karena bawang daun tidak menyukai adanya genangan air. Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 25 cm, 25 cm x 25 cm atau 20 cm x 30 cm. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam kecil dan bibit atau tunas anakan ditanam dengan posisi tegak lurus dan ditimbun dengan tanah kembali dan disiram.

6

d. Pemeliharaan Penyiangan terhadap gulma dapat dilakukan bersamaan dengan pendangiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan.Selain itu diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Langkah ini diperlukan untuk mendapatkan warna putih pada batang semu bawang daun. Bawang prei berkualitas mempunyai batang semu yang berwarna putih dengan panjang kurang lebih 1/3 keseluruhan tanaman. Batang semu yang berwarna putih rasanya lebih enak sedangkan yang berwarna hijau lebih liat sehingga kurang disukai. Penimbunan batang sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari pembusukan batang dan daun terutama saat tanaman masih muda. Penyiraman harus dilakukan terutama bila bawang daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan apabila ditanam dimusim penghujan harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan. Pemupukan terdiri dari pupuk kandang yang diberikan pada saat pengolahan tanah dengan dosis 10-15 ton/ ha. Pupuk lain yang diperlukan adalah pupuk Urea 200 kg/ha yang diberikan 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Pemupukan dilakukan dengan membuat larikan kurang lebih 5 cm di kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan tersebut dan menimbunnya kembali dengan tanah. e. Panen dan Pascapanen Tanaman bawang daun mulai dapat dipanen pada umur 2 bulan setelah tanam. Potensi hasilnya berkisar antara 5-10ton/ha. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar, buang akar dan daun yang busuk atau layu. Apabila bawang daun akan ditanam kembali pada pertanaman berikutnya, maka dilakukan pemilihan tunas anakan yang sehat dan bagus

7

pertumbuhannya kemudian dipisahkan dari bagian tanaman yang hendak dijual. Sortasi sederhana dilakukan menggabungkan rumpun yang berdaun besar secara terpisah dengan rumpun yang berdaun kecil. Pengikatan rumpun bawang daun dilakukan dengan lebih dahulu memberi alas pada bagian luar rumpun sehingga ikatan tidak langsung mengenai rumpun bawang daun. Bawang daun tidak dapat disimpan lama, sehingga sebaiknya segera dipasarkan agar mutunya masih terjaga saat sampai ke tangan konsumen. Harga bawang prei biasanya paling mahal Rp.5000/kg. f. Hama dan Penyakit Hama yang banyak ditemukan di pertanaman bawang daun antara lain adalah Agrotis sp. (menyebabkan batang terpotong dan putus sehingga tanaman mati), Spodoptera exigua (ulat bawang yang memakan daun bawang daun), dan Thrips tabaci (menghisap cairan daun). Pengendalian ulat bawang secara mekanis dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur dan memusnahkannya. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya. Penyakit yang menyerang tanaman bawang daun adalah Erwinia carotovora dengan gejala berupa busuk lunak, basah dan mengeluarkan bau yang tidak enak, selain itu juga serangan Alternaria porri (bercak ungu) yang menyerang daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit dan sanitasi kebun agar tidak lembab. Kondisi kebun yang kotor dan lembab menyebabkan penyakit dapat berkembang dengan cepat.

8

B.

Budidaya Tanaman Wortel Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman sayuran yang diambil

umbinya. Umbi wortel berwarna oranye terang, rasanya gurih, renyah dan sedikit manis. Sayuran ini dikenal sebagai sumber vitamin A, selain itu wortel juga mengandung banyak vitamin B dan vitamin C. Budidaya wortel paling cocok dilakukan di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Meskipun begitu, budidaya wortel masih bisa dilaksanakan pada lahan di atas 500 meter dpl. Tanaman wortel menyukai tanah yang mengandung banyak humus dan gembur dengan tingkat keasaman antara pH 5,5-6,5.

1. Syarat tumbuh a. Tanah Sifat fisik tanah yang diperlukan untuk budidaya wortel adalah tanah yang memiliki tekstur struktur tanah yang baik. Jenis tanah yang sesuai

adalah

andosol,

alluvial,

regosol

dan

latosol

yang

kebanyakannya terdapat di dataran tinggi, namun tidak menutup kemungkinan di dataran rendah dapat diusahakan. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya wortel adalah 5.5 – 6.5. Tanah dengan topografi/tingkat kemiringan kurang dari 30% masih dapat dianggap layak untuk budidaya wortel, sedangkan pada kemiringan di atas 30% dianggap tidak menguntungkan. b. Suhu Suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman baik respirasi,

fotosintesis,

transpirasi,

aktifitas

enzim,

absorpsi

(penyerapan air), hara, pembelahan sel, dll. Suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan umbi yang normal adalah 15.6 – 21.1 °C, namun demikian pada suhu 26 °C dengan ketinggian 500 m dpl, namun produksi umbi kurang memuaskan. Pada suhu yang terlalu tinggi, tanaman wortel akan menghasilkan umbi yang pendek dan kecil-kecil.

9

c. Curah Hujan Keadaan curah hujan memegang peran penting dalam produktifitas tanaman. Curah hujan berkaitan dengan ketersediaan air tanah. Kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman sedangkan jika kelebihan air juga tidak baik karena tanaman mudah terserang penyakit. Daerah yang sesuai untuk budidaya wortel adalah daerah yang memiliki iklim basah (1.5 – 3 bulan kering dalam satu tahun) dan iklim agak basah ( 3 - 4.5 bulan kering dalam 1 tahun). Meskipun demikian tanaman wortel masih toleran terhadap iklim sangat basah ( 0 – 1.5 bulan kering dalam satu tahun). d. Kelembaban Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan wortel adalah 80 – 90%. Kelembaban yang terlalu tingigi akan merangsang pertumbuhan cendawan penyebab penyakit. Kelembanan yang terlau tinggi juga stomata tertutup sehingga penyerapan CO2 terhambat. Terbatasnya penyerapan CO2 akan membatasi proses fotosintesis tanaman yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan tanaman. e. Intensitas Penyinaran Matahari Cahaya

matahari

merupakan

sumber

energy

dalam

proses

fotosintesis. Kekurangan sinar matahari menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga proses pembelahan organ vegetative dan generative terganggu. Gejala tanaman yang kurang sinar matahari akan menujukan gejala etiolasi sehingga tanaman akan tumbuh memanjang,

kurus,

lemah

dan

pucat.

Kondisi

seperti

ini

menyebabkan tanaman tidak akan membentuk umbi. Semakin besar energy cahaya matahari yang dapat diterima tanaman, semakin besar pula pengaruhnya terhadap kenaikan hasil. Semakin besar intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman, semakin besar pula pengaruhnya dalam mempercepat proses pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Untuk kegiatan

10

fotosintesis, tanaman wortel memerlukan penyinaran cahaya matahari penuh selama 9 – 10 jam per hari.

2. Teknik Budidaya a. Benih Penanaman benih dalam budidaya wortel bisa dilakukan secara langsung, tanpa tahap penyemaian terlebih dahulu. Kebutuhan benih untuk budidaya wortel kurang lebih sebanyak 3-5 kg per hektar. Benih wortel berasal dari biji, bentuknya kecil-kecil dan cenderung menempel

karena

mempunyai

serabut

seperti

bulu

pada

permukaannya. Jadi, sebelum ditaburkan gosok-gosokkan terlebih dahulu dengan telapak tangan agar benih tidak saling menempel. Atau, campurkan abu pada benih tersebut. Taburkan benih diatas larikan kemudian tutup dengan tanah. Apabila tanahnya kering siram sedikit untuk menjaga kelembabannya. Tanaman wortel akan tumbuh setelah 10 hari. b. Pemeliharaan Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman berumur satu bulan. Untuk budidaya wortel secara organik, gunakan kompos atau pupuk kandang. Bisa juga dengan mengimplementasikan pupuk cair organik atau pupuk hayati. Pupuk kompos ditaburkan dipermukaan bedengan sekitar tanaman. Dosisnya 10-15 kg per hektar. Untuk budidaya wortel non organik, gunakan campuran pupuk urea dan KCl dengan perbandingan 2:1 sebanyak 300 kg per hektar. Pemberian pupuk ditaburkan dalam bentuk alur yang berjarak 5 cm dari pangkal tanaman. Selain pemupukan lakukan juga penyiangan gulma dan penjarangan tanaman. Agar pertumbuhan umbinya sempurna, atur penjarangan tanaman sehingga jarak antara satu tanaman dengan yang lainnya berkisar 5-10 cm.

11

f. Hama dan penyakit Hama yang paling umum dijumpai dalam budidaya wortel adalah ulat tanah dan kutu daun. Ulat tanah bisa diberantas dengan cara mencari sarangnya, kemudian diambil manual dan dibasmi. Lakukan pada pagi hari. Untuk mencegah serangan ulat, jaga selalu kebersihan lahan dan siangi gulma secara teratur. Bila serangan mengganas, bisa menggunakan pestisida jenis furadan. Kutu daun menyerang pucuk daun dengan menghisap cairan dan merusak bentuk daun menjadi keriting. Untuk mengendalikan kutu daun lakukan rotasi tanaman agar siklus hidupnya terputus. Penyemprotan bisa menggunakan insektisida. Sedangkan penyakit yang sering menyerang budidaya wortel adalah bercak daun dan bintil akar. Bercak daun disebabkan oleh sejenis cendawan Cercospora. Penyakit ini menyerang daun tua, gejalanya berupa bercak-bercak coklat dengan pinggiran hitam. Penyakit bercak daun bisa dikendalikan dengan memilih benih yang sehat atau benih diberi larutan fungisida terlebih dahulu. Untuk menurunkan resiko serangan penyakit bercak daun, jaga selalu kebersihan kebun. c. Cara panen budidaya wortel Usaha tani budidaya wortel sudah bisa diambil hasilnya setelah 3 bulan hitung sejak benih ditanam. Waktu pemanenan harus benarbenar diperhatikan. Apabila umur tanaman terlalu tua tekstur umbi menjadi keras dan rasanya tidak enak. Cara memanen dilakukan dengan dicabut. Kemudian cuci atau bersihkan kotoran tanah yang menempel pada umbi dengan air bersih. Batang dipangkal umbi bisa dipotong atau dibiarkan. Tergantung dari keinginan pasar yang dituju. Budidaya wortel yang dilakukan dengan baik bisa menghasilkan 2030 ton per hektar. Tergantung pada jenis dan varietas wortel yang ditanam.

12

C.

Budidaya Tanaman Kentang Tanaman kentang tergolong jenis tanaman yang tidak bisa tumbuh di

sembarang tempat. Maka dari itu, kalau ingin sukses dan meraih keuntungan yang besar, termasuk mengurangi kerugian atau kegagalan, harus memperhatikan lingkungan yang disenangi tanaman ini. Memilih lokasi yang tepat sangatlah dianjurkan, sebelum memulai menanam sesuatu jenis tanaman. Teknis penanaman yang benar belum menjamin keberhasilan usaha, keberhasilan itu masih harus didukung dengan kondisi lingkungan yang cocok. Sehingga ada ungkapan dikalangan jago-jago pertanian, yaitu “klimatic determines what crops we can growth,weather determines the yield we can get.”. Artinya kira-kira: tanaman yang diusahakan ditentukan oleh iklim setempat, sedangkan hasil yang dicapai ditentukan oleh cuaca selama tanaman itu ditanam Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. Untuk itulah dibutuhkan penanganan yang lebih baik dalam penanaman dan pemeliharaannya. Syarat pertumbuhan, kentang ditanam pada iklim yang curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Kemudian mempunyai struktur tanah yang remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0. Tanaman kentang memiliki berbagai macam varietas, namun yang dibudidayakan di daerah Malino adalah varietas Granola. Hal ini karena varietas ini cocok tumbuh diaerah Malino karena tidak mengandung terlalu banyak air serta sesuai dengan permintaan konsumen.

1. Syarat tumbuh a. Iklim Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang. Lama penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah

13

9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-210C. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 100C dan lebih dari 300C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan. b.

Media Tanam Secara fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. Tanah yang memiliki sifat ini adalah tanah andosol yang terbentuk di pegunungan-pegunungan. Keadaan pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7.

c. Ketinggian Tempat Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300-700 m dpl).

2. Teknik Budidaya a. Pembibitan Bibit kentang adalah bagian tanaman berupa umbi dan bukan biji botani. Umbi yang akan ditanam perlu diseleksi dulu, dipilih yang sehat dan berasal dari tanaman yang bebas hama dan penyakit. Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180

14

hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Penanaman dapat dilakukan tanpa atau dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air). b. Pengolahan Media Tanah Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. c. Teknik Penanaman Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam. Pupuk organik berupa SP-36=400kg/ha Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 3045 gram. Jarak tanaman tergantung varietas. Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman

15

dilakukan dipagi/sore hari. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium. d. Pemeliharaan Tanaman Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama. Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari

sebelum/bersamaan

dengan

pemupukan

susulan

dan

penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi. Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan. Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit). e. Hama dan Penyakit Hama ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan

16

memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC. Hama kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus bagi tanaman kedelai. Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP. Pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian: secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP, Lammnate L. Pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi abu-abu perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; (2) secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP. Gejala penyakit busuk daun, timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini akan berkembang dan warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium. Selanjutnya daun akan membusuk dan mati. Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain. Gejala penyakit busk umbi, daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Pada bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. f. Panen

17

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari, varietas medium 120-150 hari, dan varietas dalam 150-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen. d. Pascapanen Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas). Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi. Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan. Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai

18

menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.

19

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan Adapun kesimpulan dari isi laporan kegiatan kunjungan industri ini adalah

sebagai berikut: 1. Dasar-dasar budidaya tanaman bawang prei, wortel dan kentang meliputi:syarat pertumbuhan tanaman (iklim dan ketinggian tempat) dan teknik budidaya tanaman yang terdiri dari penyemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pascapanen. 2. Budidaya tanaman bawang prei, wortel dan kentang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, intenstas cahaya, ketinggian tempat, curah hujan dan pH tanah.

B.

Saran Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam membudidayakan

tanaman bawang prei, tanaman wortel, maupun kentang hendaknya: 1.

Memperhatikan dasar-dasar budidaya tanaman bawang prei, wortel,maupun kentang yang benar sesuai teknik budidaya.

2.

Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang prei, wortel, maupun kentang.

20

DAFTAR PUSTAKA

Abdilbarr, Abu. 2012. Menanam Bawang Prei. (http://petanirumahan.net, diakses 20 November 2014). Arif,

Arifin.

2014.

Budidaya

Tanaman

Wortel.

(http://rachmatsibali.blogspot.com/2014/06/vbehaviorurldefaultvmlo_4470. html,diakses 20 November 2014). Fitri,Surya Setiadi.1993.Kentang Varietas dan Pembudidayaan. (http://professorkentang.blogspot.com, diakses 13 November 2014). Margiyanto,Eko.2008.Budidaya Tanaman Bawang Prei. (http:/zuldesains.wordpress.com, diakses 20 Novenber 2014).

21

Related Documents


More Documents from "fadil firdian"