Klpk 4 Makalah Kd.docx

  • Uploaded by: julia ningsih
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klpk 4 Makalah Kd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,539
  • Pages: 49
MAKALAH PRINSIP DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG

ANGGOTA KELOMPOK 4 1. DIANA NOVITA 2. EMMA MAULINA 3. GUNAWAN FEBRIANTO 4. IGA MAWARNI 5. JULIA NINGSIH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2019

1

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil‘alamin... Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Prinsip dan prosedur pemeriksaan penunjang”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salahsatu tugas perkuliahan yakni Keperawatan Dasar. Kami

menyadari bahwa makalah ini dapat membantu kami lebih

memahami lagi tentang apa itu pemeriksaan penunjang dan macam-macamnya.

Mataram, 12 Maret 2019 Penyusun

Kelompok 4

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

2

DAFTAR ISI ....................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................

4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ .

4

1.3 Tujuan Masalah .................................................................................... .

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pemeriksaan Penunjang Diagnostik ...................................

5

2.2 Persiapan Pemeriksaan Diagnostik ......................................................

16

2.3 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................................

35

2.4 Komplikasi Pengambilan Spesimen dan Cara Mencegahnya ..............

42

BAB III PENUTUP Kesimpulan ......................................................................................................

46

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

48

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat tiga faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:Faktor Pra instrumentasi: sebelum dilakukan pemeriksaan, faktor

instrumentasi:

saat

pemeriksaan(analisa)

sampel,

faktor

pasca

instrumentasi: saat penulisan hasil pemeriksaan. Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerja sama antar petugas, pasien dan dokter. Karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu atau mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi: Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium, Persiapan penderita, Persiapan alat yang akan dipakai, Cara pengambilan sample, Penanganan awal sample (termasuk pengawetan) dan transportasi 1.2.Rumusan Masalah 1.2.1. Apa saja pengertian pemeriksaan penunjang diagnostik? 1.2.2. Apa saja pemeriksaan diagnostik? 1.2.3. Apa saja pemeriksaann laboratoriumnya? 1.2.4. Bagaimana

komplikasi

dari

pengambilan

spesimen

dan

cara

mencegahnya? 1.3.Tujuan Masalah 1.3.1. Untuk mengetahui apa pengertian pemeriksaan penunjang diagnostik 1.3.2. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik 1.3.3. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaann laboratoriumnya 1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari pengambilan spesimen dan cara mencegahnya

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika penderita dalam keadaan stabil (Diklat RSUP Dr. M. Djamil, 2006). Dalam melakukan secondary survei¸ mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti: 1. Radiologi Radiologi merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh elektron-elektron bebas suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh pergerakan elektronelektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film radiologi. Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi menyebabkan pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih. Udara paling sedikit menyerap radiasi, menyebabkan pejanan pada film maksimal sehingga film nampak berwarna hitam. Radiologi bermanfaat untuk dada, abdoment, sistem tulang: trauma, tulang belakang. 2. EKG Alat ini merekam aktifitas listrik sel di atrium dan vetrikel serta membentuk gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktifitaslistrik tersebut di dapat dengan menggunakan elektroda di kulit yang di hubungkan dengan kabel ke mesin EKG. Jadi EKG merupakan voltmeter yang merekam aktifitas listrik akibat depolarisasi sel otot jantung. Elektrokardiografi merupakan alat yang sederhana sangat berguna dan tersedia untuk mendiagnosa kelainan jantung. EKG yang di lakukan segera ssetelah penderita di rumah sakit dapat digunakan untuk mengidentifikasi penderita yang memiliki risiko tinggi yang memerlukan penanganan segera. Perubahan gambaran EKG pada fase akut stroke telah dilaporkan sejak tahun 1947. Sejak saat itu, banyak penelitian yang mempublikasikan perubahan gambar EKG, seperti aritmia, abnormalitas hantaran dan

5

repolarisasi pada penderita akut stroke (Khechinashvili dkk, 2002) abnormalitas EKG paling sering terjadi pada penderita pendarahan subarakhnoid, tetapi abnormalitas ini juga di temukan pada penderita stroke iskemik pendarahan intrakranial, trauma kapitis prosedur bedah saraf, manigitis akut tumor intrakranial dan epilepshi (Mieghem dkk, 2004) dimana dijumpai pada 71% penderita pendarahan subarakhnoid, 64% penderita pendarahan intraparenkin dan 38% penderita stroke iskemik (familonil dkk, 2006) beberapa studi stroke iskemik, prognostik di yang terpenting dari parameter EKG, hususnya prubahan ST segment dan perpanjangan interval QT telah di buktikan. Namun, sedikit penelitian pada dispersi QT dan dispersi QT corrected ( QTc) studi yang telah dilakukan menujukan dispersi QT merpakan prediktor outcom yang jelek pada berbagai penyakit jantung. Peningkatan dispersi QT berhubungan dengan aritmia jantung dan kematin mendadak penderita infark miokard, hifertropi ventrikel kiri, gagal jantung kongestif , penyakit jantung korener diabetes melitus dan gagal ginjal tahap akhir ( afsark dkk, 2003: lazar dkk, 2018) 3. Pemeriksaan darah lengkap Yaitu suatu jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan yaitu : 

Hemoglobin



Hematokrit



Leukosit(



Laju

endap

darah

erithrocyte white

sedimenttetation rate

Blood

cell/ wbc )



Hitung jenis leukosit



Trombosit (platelet)



Platelet distribution width



Eritrosit



Red



Indeks eritrosit

cell

distribution

width

Pemeriksaan darah lengkap biasanya di sarankan kepada setiap pasien yang dantang kerumah sakit yang di sertai dengan suatu gejala klinis, dan

6

jika didapatkan hasil yang di luar nlai normal biasanya di lakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, segingga diagnosa dan terapi yang tepat yang bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu labolatorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal dua jam hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transfort oksigen dari paruparu ke selururuh jaringan tubuh dan mmbawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umr walaupun hal ini berbeda beda di tiap laboratorium klinik yaitu: 



bayi baru lahir :17 – 22 gram /dl



gram/ dl 

umur 1 minggu : 15 -20 gram /dl



perempuan dewasa:12-16 gram/ dl



umur 1 bulan :11- 15 gram/dl



lelaki dewasa : 14 -18

lelaki

tua:

12.4-14.9

gram/ dl 

anak anak :11-13 gram /dl

perempuan tua :11.7 -13.8 gram /dl

kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia ada banyak penyebap anemia diantaranya yang paling seing adalah pendarahan,kurang gizi, ganguan sumsum tulang,pengobatan kemotrapi dan penyakit sistemik, kangker, lupus, dll. sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tingggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor preklapsi, hemokonsentrasi dan lain lain. Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknnya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Seperti tertulis sebelumnya, bahwa kadar 7

hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama. Leukosit (White Blood Cell / WBC) merupakan komponen darah yang berperan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dan sebagainya. Nilai normal leukosit berkisar 4000-10.000 sel/𝜇l darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sum-sum tulang, dan lain lain. Sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeki bakteri, penyakit inflamasi kronis, pendarahan akut, leukimia, gagal ginjal, dan sebagainya. Trombosit (platelet) merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah dan menjga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platet (trombosit besar) dan platet clumping (trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 1500.000 – 400.000 sel/𝜇l darah. Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa

ditemukan

pada

kasus

demam

berdarah

(DBD).

Idiopatik

Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sum sum tulang, dan lain lain. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, an berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta – 6,1 juta sel/𝜇l darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta – 5,4 juta sel/𝜇l darah. Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dan lain lain. Sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dan lain lain.

8

Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (suatu kondisi dimana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai anatara lain: MCV (Mean Corpuscular Volume) atau volume eritrosit rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl) MCV=Hematokrit Eritrosit x 10 nilai normal = 82-92 fl MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg) MCH = Hemoglobin Eritrosit x 10 nilai normal 27-31 pg MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”) MCHC = Hemoglobin Hematokrit x 100 nilai normal = 32-37 % Laju endap darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darh yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignasi, dan kondisi sterss fisiologi (misalnya kehamillan). International Commite for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam peemriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeksi. Nilai normal LED pada metode Westergreen : laki-laki: 0-15 mm/jam, perempuan: 0-20 mm/jam Hitung jenis leukosit (Diff Count) digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit yang masingmasing memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung

9

jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumalh relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/𝜇l. Nilai normal : Eosinofil 1-3 %, neutrofil 55-70%, llimfosit : 20-40 %, monosit 2-8 % Platelet Distribution Width (PDW) merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukkan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Red Cell Distribution Width (RDW) merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tingggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisinsi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukkan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi kecil. 4. pemeriksaan elektrolit plasma untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan tubuh cairan dan elektrolit sangat di perlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zaat tertentu (zat terlarut).elektrolik adalah zat kimia yang menghasilkan partikel partikel bermuatan listrik yang di sebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk dama tubuh mealui makanan, minuman, dan cairan intra vena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Jumlah penderita ginjal di Indonesia saat ini di perkirakan sekitar 150.000 pasien. Jumlah penderita bisa di kurangi jika ilmu kedokteran bisa lebih epektif mencegah atau menunda kerusakan tahap akhiran. Fator faktor yang mempengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain: 

umur, iklim,diet, setres, kondisi sakit. Seharusnya pemasukan air (intake) seharusnya seimbang dengan pengeluaran air (oufut).bila

10

kesehatan baik tubuh mempertahankan sifat kenetralan ekektiknya. Ini berarti bahwa ada suatu keseimbangan antara kelompok kation dan anion untuk mendeteksi adanya gangguan keseimbangan cairan tubuh dapat di lakukan pemeriksaan elektrolit plasma yang meliputi pemeriksaan Na,K,Cl dan pemeriksaan Ca. Pemeriksaan elektrolit plasma tersebut menggunakn banyak metode dan cara. Baik secara konfensoional maupun menggunakan metodologi terbaru yang telah di otomatisasi dengan komputer apabila hasil pemeriksaan di bawah maupun di atas batas nilai normal maka dapat di katakan bahwa ada tidak seimbangan elektrolit plasma dan cairan pada tubuh 5. pemeriksaan laboratorium berkala sebagai deteksi dini penyakit kronis pada lansia populasi lansia didunia pada tahun 2002di perkirakan sekitar 605 juta. Pada tahun 2025 jumlah populasi lansia di perkira sebesar 1,2miliar dan sebanyak 840juta terdapat di negara yang sedang berkembang. Menua merupakan suatu proses alamiah yang akan di alami oleh semua orang dan tak

seorangpun

dapat

menghindari.

Peningkatan

populasi

lansia

sedimikian besar dan harus di tunjang dengan konsep proses lebih baik pemeriksaan laboratorium secara berkala merupakan salah satu cara untuk mencapai healthy aging untuk dapat membuat keputusan atau memilih pemeriksan laboratorium yang di perlukan maka perlu di ketahui masalah kesehatan yang di alami oleh Lansia penilaian pertanda radang merupakan pemeriksaan penyaring yang sangat bermaanfaat untuk

dianosis dini

berbaga penyakit kronis pada lansia. pemeriksaan laboratorium umum ini adalah sekumpulan pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien lansia untuk mendeteksi gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia. Panel ini ditujukanuntuk mereka yang berusia dari 55 tahun yang belum diketahui adanya gangguan/penyakit tertentu (terutama penyakit regeneratif) pada waktu sebelumnya. Jenis tes yang termasuk dalm panel ini meliputi pemeriksaan hematologi rutin, urin rutin feses rutin, glukosa puasa, profil lipid, apo B, fungsi hati, fungsi gijal, fungsi tiroid dan hemosistein. Pemeriksaan hematologi rutin meliputi peemeriksaan

11

hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hitung jenis dan laju endap darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan penyakit darah seperti anemia, leukimia, inflamasi, dan infeksi. 6. Terapi oksigen Indikasi klinisnya: henti jantung paru, gagal nafas, gagal jantung atau ami, syok, meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma, keracunan CO post operasi, dan lain-lain. Metode dan peralatan yang harus diperhatikan pada terapi O2: mengatur persen praksi O2 (% FiO2, mencekah akumulasi kelebihan CO2, resistensi minimal untuk pernapasan, efisiensi dan ekonomi dalam penggunaan O2, diterima pasien PaO2 kurang dari 60 mmHg). Perkiraan konsentrasi oksigen pada alat masker semi rigid kecepatan aliran O2 %FiO2 yang pasti 4 1/menit 0,35 6 1/mntt 0,5 8 1/mnt 0,55 10 1/mnt 0,60 12 1/mnt 0,64 15 1/mnt 0,70 tidak ada peralatan yang dapat memberi O2 100% walaupun O2 dengan kecepatan > dari Peak Inspiratory flow rate (PIFR) 7. Endoskopi Pemeriksaan penunjang endoskopi bisa dilakukan pada pasien dengan pendarahan dalam. Pemeriksaan endoskopi dapat mendeteksi lebih dari 95% pasien dengan hemetemesis, melena atau hemetemesis melena dapat ditentukan lokasi pendarahan dan penyebab pendarahannya. Lokasi dan sumber pendarahan yaitu: a. Esofagus: varises, erosi, ulkus, tumor b. Gaster: erosi, ulkus, tumor, polip, angio displasia,dilafeuy, varises gastropati kongestif c. Duodenum: ulkus, erosi Untuk kepentingan klinik biasanya dibedakan pendarahan karena ruotur varises dan pendarahan bukan karena ruptur varises (variceal bleeding dan non variceal bleeding) (Djumhana, 2011). 8. Bronkoskopi

12

Bronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intrabronkus dengan menggunakan alat bronkoskop. Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar atau masa intrabronkial, tumor intra bronkus dan menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus (Pharpusip, 2004). 9. CT Scan CT Scan merupakan alt pencitraan yang dipakai kasus-kasus emergensi seperti emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan dalam stroke. Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai klasifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi lebih ari 90% kasus stroke iskemik dan menjadi baku emas dalam diagnosisi stroke (Widjaya, 2002). Pemeriksaan CT-Scan juga dapat mendeteksi kelainankelainan seperti pendarahan di otak, kelainan-kelainan tulang dan kelainan di rongga dada dan rongga perut dan khususunya kelainan pembuluh darah, jantung (koroner) dan pembuluh darah umumnya (seperti penyempitan darah dan ginjal) (Ishak, 2002). 10. USG Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik non invasif menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi di atas 20.000 hertz (>20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di alam tubuh. Ultrasonografi yang terbaru dapat menayangkan suatu objek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi, dan berwarna. USG bisa dilakukan pada abdomen, thorak (Lyandra, Antariksa, Syaharudin, 2011). a. Pengertian USG: 

USG adalah alat yang bekerja dengan prinsip pantulan gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh manusia (ultrasound) yang dipengaruhi sifat organ atau jaringan tubuh manusia

13



USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan



Komputer berfungsi menterjemahkan pantulan gelombang suara tersebut ke dalam bentuk visual yang mudah diinterpretasikan oleh dokter. Selain itu juga komputer dapat mengukur gambar yang dibuat sendiri.



USG merupakan prosedur yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memindai perut dalam rongga rahim, menghasilkan suatu citra (sonogram) dari janin dan plasenta.



Jadi, dalam hal ini, tidak seperti X-Ray (sinar rongen) yang berbahaya bagi bayi, USG mengunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk gambaran bayi di layar computer yang aman untuk bayi dan ibu.

b. Kegunaan USG secara umum berkaitan dengan kandungan atau kehamilan: 

Untuk konfirmasi kehamilan -

Embrio dalam kantung kehamilan dapt dilihat pada awal kehamilan 5 1/2 minggu

-

Detak jantung janin biasanya terobservasi jelas dalam usia kehamilan 7 minggu



Untuk mengetahui usia kehamilan -

Untuk mengetahui usia kehamilan dapat menggunakan ukuran tubuh fetus

-

Dengan demikian dapat digunakan untuk memperkirakan kapan tanggal persalinan.



Ujntuk menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan



Untuk meengetahui secara dini ancaman kehamilan -

Jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai kesehatan dari fetus

14

-

Jika detak ajntung janin jelas, maka prospek yang baik untuk melanjutkan kehamilan.

 Untuk mengetahui adanya masalah plasenta -

USG dapat menilai kondisi plasenta

-

USG juga menilai adanya masalah-masalah, seperti plasenta previa, dan sebagainya.

 Untuk mengetahui kehamilan ganda/kembar. Dalam hal ini, USG dapat memastikan apakah terdapat satu atau lebih fetus di dalam rahim (uterus).  Untuk mengukur cairan ketuban -

Masalah terjadi ketika kandungan berlebihan cairan ketuban atau terlalu sedikit cairan ketuban.

-

Volume (jumlah cairan) dapat dinilai atau dicek dengan USG

 Untuk mengetahui kelainan letak janin -

Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim, tapi banyak juga kelainan janin yang dapat diketahui dengan USG

-

Kelainan-kelainan

tersebut

antara

lain:

hidrosefalus,

anensefalus, sumbing (labiopalatoskizis, kelainan jantung, kelainan kromosom (sindrom down), dan lain-lain)  Juga dapat untuk menilai jenis kelamin bayi jika orang tua ingin mengetahuinya  Dalam hal ini berarti USG dapt digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus/pelvis.  Selain iyu USG juga dapt digunakan untuk membedakan kista dan tumor  Pada kehamilan cairan amnion dapt menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas, limpa, tiroid, da lain-lain 11. MRI (Magnetik Resonance Imaging)

15

Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT Scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan faktor. Kelemahan lainnya adalah prosesdur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang memiliki, harga pemeriksaan yang sangat mahal, serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran (Widya, 2002). 12. Rontgen a. pengertian  Rongen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya: dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka.  Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ. Untuk menilai seorang pasien, petugas kesehatan tidak hanya melakukan dengan penilaian fisiknya, akan tetapi juga memerlukan data dari pemeriksaan

lainnya,

antara

lainpemeriksaan

radiologi

(foto

thorax/rongen). Informasi yang diperoleh dari foto thorax menjadi penting, karena bidan sebagai petugas kesehatan yang mendampingi pasien juga perlu mengetahui pemeriksaan ini, selain pemeriksaan fisik. Apabila bidan dapat memahami dan mengerti mengenai thorax foto, maka bidan dapat mengenali sedini mungkin kelainan yang terjadi pada pasien sehingga keadaan yang lebih lanjut, bahkan kematian dapat diatasi dengan cepat. b. Tujuan pemeriksaan foto thoraks Berikut ini anatara lain tujuandari pemeriksaan atau pengambilan foto thoraks yaitu: 

Untuk menilai adanya perubahan patologi jantung dan paru pada rongga thoraks (pembesaran jantung, kolaps parung).

16



Untuk mengetahui adanya perubahan dalam rongga pleura (pneumo-thoraks).



Untuk menilai letak alat-alat yang dimasukkan dalam organ-organ rongga thoraks (ETT, CVP, dll).

c. Indikasi pemeriksaan foto thoraks secara khusus: 

Sesak nafas pada bayi: -

Untuk memastikan ada tidaknya keainan di thoraksnya (rongga dada).



Dokter membutuhkan foto rongen agar penanganannya tepat.

Bayi muntah hijau terus menerus: -

Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan foto rongenpun akan dilakukan.

-

Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia, melainkan lebih pada risiko dan manfaatnya.



deteksi masalah pada tulang, pau-paru, usus, dan organ dalam lainnya. Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rongen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalamnya.

13. Laparoskopi a. Pengertian 

Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat rongga peritoneum, struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif



Laparoskopi adalah sebuah prosedur operasi biasanya dilakukan dimana isi perut atau panggul diperiksa menggunakan laparoskopi.



Laparoskop adalah instrumen tipis panjang terdiri dari pada: -

Sebuah sumber cahaya untuk menerangi bagian dalam perut atau panggul

-

Serat-serat

optik

untuk

dalamperut atau panggul

17

mentransmisikan

gambar

dari

-

Gambar-gambar ini dihantar ke sebuah kanta mata dipegang oleh penyidik dan mungkin juga bisa ditularkan ke monitor atau kamera video.

b. Tindakan/indikasi yang dilakukan dengan laparoskopi 

Menilai status kesuburan



Memperbaiki posisi rahim



Memisahkan perlengketan



Endometriosis (misal: kista coklat)



Terapi hamil diluar kandungan



Kistektomi (mengangkat kista)



Miomektomi (mengangkat miom)



Histeriktomi (pengangkatan rahim)



Sterilisasi/ligasi



Terapi abses rongga panggul

c. Tujuan medik 

Menegenal pasien, mengetahui masalah saat ini, mengetahui riwayat penyakit dahulu, serta keadaan atau masalah yang mungkin menyertai pada saat ini



Menyusun rencana penatalaksaanaan sebelum, selama dan sesudah anastesi/operasi



Informed consent

d. Penilaian catatan medik (chart review) 

Membedakan masaah obstetri/genekologi dengan masalah nonobstetri yang terjadi pada kehamilan



Jenis operasi yang direncanakan



Indikasi atau kontraindikasi



Ada atau tidak kemungkinan terjadinya komplikasi, faktor penyulit



Obat-obatan yang pernah/sedang atau akan diberikan untuk masalah saat ini yang kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat atau prosedur anastesi

18



Hasil-hasil pemeriksaan penunjang atau laboratorium yang diperlukan

2.2. Persiapan Pemeriksaan Diagnostik Radiologi 1. Pemeriksaan BOF 

Merupakan pemeriksaan radiologi untuk melihat kemungkinan adanya batu pada saluran kemih ginjal, ureter, sampai buli-buli.



Dikerjakan kepada pasien dengan indikasi: -

Batu

-

ISK

-

LBP

-

Nyeri abdomen dan lain-lain

a. Persiapan pemeriksaan BOF Sehari sebelum pemeriksaan 

Makan pagi, makan siang, makan malam HANYA boleh makan BUBUR NASI + kecap (sebagai perasa)/garam, tidak boleh pakai santan atau kuah kaldu. DILARANG MEMAKAN: makanan berserat, berlemak, ikan, daging, sayuran, buah-buahan, camilan, Minum: AIR PUTIH.



Makan malam terakhir pukul 19.00



Pukul 21.00: Minu obat urus-urus CASTOR OLIE 30 cc dicampur segelas air putih hangat



Selanjutnya puasa, dilarang makan sampai dinyatakan selesai pemeriksaan BOF



Boleh minum air putih



Untuk pasien rawat inap bisa ditambah dilakukan lavement Hari waktu pemeriksaan

19



Tetap dalam keadaan puasa makan, hanya boleh minum air putih, lalu pasien dikirim ke ruang radiologi. Catatan:



Selama melakukan persiapan untuk pemeriksaan BOF, pasien tidak boleh merokok dan mengurangi udara masuk (tidak boleh banyak bicara).



Fungsi persiapan pemeriksaan untuk membersihkan usus dari kotoran udara agar gambaran ginjal serta saluran kencing dan buli-buli dapat terlihat dengan jelas.

2. Pemeriksaan IVP 

Merupakan pemeriksaan radiologi untuk melihat kelainan pada saluran kemih dengan memasukkan bahan kontras secara disuntikkan.



Untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada ginjal ˗ buli-buli.

a. Persiapan Pemeriksaan IVP: Hasil laboratorium untuk BUN dan SERUM CREATININ NORMAL, dengan catatan hasil darah terbaru tidak lebih 7 hari dari hari pemeriksaan IVP. Sehari sebelum pemeriksaan 

Makan pagi, makan siang, makan malam HANYA boleh makan BUBUR NASI + kecap (sebagai perasa)/garam, tidak boleh pakai santan atau kuah kaldu. DILARANG MEMAKAN: makanan berserat, berlemak, ikan, daging, sayuran, buah-buahan, camilan, Minum: AIR PUTIH.



Makan malam terakhir pukul 19.00



Pukul 21.00: Minum obat urus-urus CASTOR OLIE 30 cc dicampur segelas air putih hangat



Selanjutnya puasa total, tidak boleh makan, tidak boleh minum sampai dinyatakan selesai pemeriksaan IVP



Untuk pasien rawat inap bisa ditambah dilakukan lavement

20

Hari waktu pemeriksaan 

Pagi puasa total tidak boleh makan dan tidak boleh minum



Apabila ada foto lama/USG harap dibawa beserta rekam medik pasien dibawa

b. Alat bahan medis yang harus dibawa ke ruang radiologi: 

Spuit 20 cc

: 2 buah



Needle ukuran 18

: 1 buah



Wings needle ukuran 19 : 1 buah

Jika pasien punya riwayat alergi 

Spuit 30 cc

: 1 buah



Obat anti alergi

: 1 ampul

3. Pemeriksaan Colon in loop 

Teknik pemeriksaan secara radiologi usus besar dengan menggunakan media kontras secara retrograde. Media kontras dimasukkan melalui dubur



Untuk mendapatkan gambaran antomis usus besar agar dapat membantu menegakkan penyakit atau kelainan-kelainan pada usus besar

a. Persiapan pemeriksaan colon in loop Sehari sebelum pemeriksaan 

Makan pagi, makan siang, makan malam HANYA boleh makan BUBUR NASI + kecap (sebagai perasa)/garam, tidak boleh pakai santan atau kuah kaldu. DILARANG MEMAKAN: makanan berserat, berlemak, ikan, daging, sayuran, buah-buahan, camilan, Minum: AIR PUTIH.



Makan malam terakhir pukul 19.00



Pukul 21.00: Minum obat urus-urus CASTOR OLIE 30 cc dicampur segelas air putih hangat

21



Selanjutnya puasa total, tidak boleh makan, tidak boleh minum sampai dinyatakan selesai pemeriksaan colon in loop pada hari pemeriksaan



Untuk pasien rawat inap pukul 05.00 pagi dilakukan lavement sampai bersih

Catatan: 

Selama melakukan persiapan untuk melakukan pemeriksaan colon in loop¸ pasien tidak boleh merokok dan mengurangi udar masuk (tidak boleh banyak bicara)



Fungsi persiapan pemeriksaan untuk membersihkan usus dari kotoran dan udara agar usus besar dapat diisi kongtras secara keseluruhan



Membawa baju ganti, serta kain bersih (Sarung atau kain panjang)



Apabila ada foto lama/USG serta rekam medik pasien harap dibawa

b. Alat bahan medis yang harus dibawa ke ruang radiologi 

Kateter ukuran 20 : 2 buah



Perlak

: 1 buah

USG (Ultrasonografi) a. Indikasi pemeriksaan USG 

Dalam bidang obstretri, indikasi yang dianut adalah melakuakan pemeriksa USG dilakukan begitu diketahui hamil, penaksiran USG pada trimester pertama (kehamilan 10-14 minggu), penapisan USG pada kehamilan trimester kedua (18-20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin



Dalam bidang ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemuakan kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi padapemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelaianan tersebut.



Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi invertilitas, dan pemeriksaan pada pasien gangguan haid

22



Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan

pasien

dengan

kecurigaan

metastatis

dari

organ

genekologi dan lain-lain. b. Waktu dilakukan pemeriksaan USG Seringkali timbul pertanyaan, kapankah waktu biasanya USG tersebut dilakukan? Berikut beberapa penjelasan tentang waktu penggunaan USG. Antara laijn: 

Pada umumnya, USG pertama dilakukan pada kehamilan minggu ke 7 untuk memastikan kehamilan, menilai detak jantung lain, mengukur panjang janin, dan untuk menilai usia kehamilan



USG kedua biasanya dilakukan pada kehamilan 18-22 minggu untuk menilai kehamilan komenital, kelainan bentuk, posisi plasenta,

detak

jantung

janin

dan

juga

untuk

menilai

peerkembangan janin. Pada pemeriksaan pada minggu ini, orang tua mungkin juga dapat mengetahui jenis kelamin bayinya. 

USG yang ketiga biasanya dilakukan pada kehamilan minggu ke34. Pemeriksaan USG pada saat ini untuk mengevaluasi ukuran fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakan dan pernafasan, detak jantung bayi dan juga menaksir jumlah air ketuban disekeliling bayi serta posisi bayi dan plasenta.



Pada dasarnya, USG dapat dilakukan kapan saja selama masa kehamilan. Hal ini karena USG tidak berbahaya untuk bayi dan ibu. USG terutama dilakukan apabila terjadi masalah kehamilan, misalnya adanya detak jantung janin yang tidak teratur



Dengan kata lain, pemeriksaan USG dapat dilakukan kapan saja selama masa kehamilan dan hasilnya dapat langsung dilihat pada layar selama pemeriksaan ini dilakukan



Pemindaian transvaginal dapat digunakan di awal kehamilan untuk mendiagnosa kemungkinan ‘KET’ atau hamil anggur (mola)

23



Pemeriksaan USG doppler dapat menangkap detak jantung setidaknya pada 6 minggu awal, namun akan terlihat jelas pada usia 7 minggu



Ada yang menjadwalkan pemeriksaa USG setiap 7 minggu, adapula yang melakuakan pemeriksaan ini di awal kehamilan antara 6-10 minggu dan dilakukan lagi pada usia 20 minggu

c. Cara pemeriksaan USG Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 

Perveginam -

Memasukkan probe USG transvagina atau seperti melakukan pemeriksaan dalam



-

Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu

-

Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing

-

Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim

-

Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi

-

Tidak menyebabkan keguguran

Per-abdominal -

Probe USG di atas perut

-

Bisa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu

-

Karena dari atas perut maka daya tembusnya akanmelewati otot perut, lemak baru menembus rahim

d. Jenis USG 

USG transvaginal -

Sebuah alat pemindai yang dirancang khusus digunakan di dalam vagina untuk menghasilkan citra sonogram



Paling sering digunakan di masa awal kehamilan

USG standar/ 2 dimensi -

Pemeriksaan USG umum yang menggunakan sebuah pemindai untuk menghasilkan citra dua dimensi dari janin yang diperiksa

24

-

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapt ditampilkan



USG lanjutan Pemerikaan ini mirip dengan USG standar, namun pemeriksaan ini lebih

ditujukan

untuk

memeriksa

penyakit

tertentu

dan

menggunakan peralatan yang lebih canggih. 

USG doppler -

Prosedur pemeriksaan ini mengukur perubahan pada frekuensi gelombang ultrasonografi saat dipantulkan obyek bergerak, seperti sel darah.

-

Pemeriksaan USG ini mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat

-

Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin

-

Penilaiaan kesejahteraan janin ini meliputi: gerak napas janin (minimal 2x/10 menit), tonus (gerak janin), indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm), doppler arteri umbilikalis, reaktivitas denyut jantung janin



USG 3-D / USG 3 Dimensi -

Dilakukan dengan menggunakan pemindai yang dirancang khusus dan piranti lunak untuk mnghasilkan citra 3 dimensi dari janin yang sedang berkembang

-

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal

-

Gambar yang tampil mirip seperti aslinya

-

Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas

-

Begitupun keaadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar)



USG 3-D Dinamis / 4-Dimensi

25

-

Dilakukan pemindaian yang dirancang khusus untuk melihat wajah dan pergerakan janin sebelum kelahiran

-

Sebetulnya USG 4-Dimensi ini, hanay istilah untuk USG 3 Dimensi yang dapat bergerak (Live 3D)

-

Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”

-

Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim



Echokardiografi janin -

Menggunakan gelombang suara ultra untuk mengetahui fungsi dan anatomi jantung janin

-

Ini digunakan untuk membantu pemeriksaan dugaan cacat jantung congenital

1. Pemeriksaan USG abdomen 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa organ-organ dalam abdomen

a.

Persiapan pemeriksaan USG abdomen

Untuk pasien dewasa 

Puasa makan minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan



Harus minum air putih 600 ml 1 jam sebelim pemeriksaan dan tahan kencing



Kalau pakai kateter 1 jam sebelum pemeriksaan di klem dan harus minum air putih. Klem bisa dibuka setelah USG selesai



Jika buli masih kosong dan pasien menggunakan kateter maka bisa diisi lewat bawah



Bisa bawa spuit kateter 50 cc dengan aquades 300 ml Untuk pasien anak-anak dan bayi



Tidak boleh minum susu 4-6 jam sebelum pemeriksaan. Hanya boleh minum air putih atau air gula

26



Puasa makan minimal 4-6 jam sebelum pemeriksaan



Untuk pasien anak-anak bisa tahan kencing setengah jam sampai 1 jam sebelum pemeriksaan

2. Pemeriksaan USG abdomen atas/USG upper abdomen 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa organ-organ abdomen bagian atas

a. Persiapan pemeriksaan USG abdomen bagian atas/USG upper abdomen Untuk pasien dewasa 

Puasa makan minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan



Boleh minum air putih

Untuk pasien anak-anak dan bayi 

Tidak boleh minum susu 4-6 jam sebelum pemeriksaan. Hanya boleh minum air putih atau air gula



Puasa makan minimal 4-6 jam sebelum pemeriksaan

3. Pemeriksaan USG abdomen bawah/USG lower abdomen 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa organ-organ bagian bawah abdomen

a. Persiapan pemeriksaan USG abdomen bawah/USG lower abdomen Untuk pasien dewasa 

Harus minum air putih 600 ml 1 jam sebelum pemeriksaan dan ahan kencing



Kalau pakai kateter 1 jam sebelum pemeriksaan diklem dan harus minum air putih. Klem bisa dibuka setelah USG selesai



Jika buli masih kosong dan pasien menggunakan kateter maka bisa diisi lewat bawah



Pasien tidak harus untuk puasa



Bisa bawa spuit kateter 50 cc dengan aquades 300 ml

Untuk pasien anak-anak dan bayi

27



Tidak boleh minum susu 4-6 jam sebelum pemeriksaan. Hanya boleh minum air putih atau air gula



Untuk pasien anak-anak bisa tahan kencing setengah jam sampai 1 jam sebelum pemeriksaan

4. Pemeriksaan USG thorax 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk melihat adanya effusi pleura dan menentukan tititk effusi

a. Persiapan pemeriksaan USG thorax 

Harus ada foto thoraks

5. Pemeriksaan USG mammae 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa benjolan di daerah payudara

6. Pemeriksaan USG thyroid 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa benjolan di daerah leher

7. Pemeriksaan USG muscolosletal 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa jaringan otot

8. Pemeriksaan USG prostat 

Merupakan periksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa daerah prostat

Pemeriksaan USG prostat sama dengan persiapan pemeriksaan USG abdomen bawah/USG lower abdomen 9. Pemeriksaan USG kepala bayi 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa parenkim otak

10. Pemeriksaan USG vaskuler ekstremitas 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara



Untuk memeriksa pembuluh darah yang terdapat pada ekstremitas

11. Pemeriksaan USG kandungan 

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara 28



Untuk memriksa organ eproduksi



Untuk memeriksa janin dan usia kehamilan

CT-Scan CT-Scan

adalah

suatu

prosedur

pemeriksaan

radiologi

yang

dapat

menghasilkan gambaran suatu obyek dari berbagai sudut kecil anatomi obyek yang sedang diperiksa. Keunggukan dari pemeriksaan CT-Scan adalah: 1. CT-Scan tidak menimbulkan rasa sakit, non-invasif dan akurat 2. Pencitraan tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah dalam waktu yang sama. 3. Memberiksn gsmbaran lebih terperinci dari banyak jenis jaringan seperti paru-paru, tulang dan pembuluh darah 4. Pemeriksaannya lebih cepat dan sederhana. Dalam kasus-kasus darurat dapat menunjukkan luka atau pendarahan dengna cukup cepat 5. Diagnosis dengan CT-Scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk eksplorasi operasi dan biopsi bedah Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukakan pemeriksaan CTScan antara lain: 1. Tidak ada benda logam yang menempel pada obyek yang diperiksa, termasuk perhiasan, kaca mata, jepit rambut, serta alat bantu dengar agar tidak mempengaruhi hasil gamabaran CT-Scan. 2. Menginformasikan penyakit apapun yang diderita atau kondisi medis lainnya. Jika memiliki riwayat penyakit 3. Memberi tahukan terkait obat apapunyang dikonsumsi dan jika memiliki alergi terhadap sesuatu, contoh alergi obat atau alergi makanan 4. Untuk wanita, harus memberi tahu kepada pihak radiologi jika ada kemungkinan sedang hamil Catatan: Penggunaan tambahan obat kontras yaitu untuk meningkatkan visibilitas di daerah obyek CT-Scan. Dan sebelum rencana untuk pemeriksaan CT-Scan 29

dengan kontras pasien harus diperiksakan laborat terlebih dahulu yaitu untuk meihat hasil pemeriksaan BUN dan Serum Creatininnya. 1. CT-Scan kepala b. Indikasi pemeriksaan: 

Tumor



Hematoma



Abes



Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark



Brain cotusion



Brain atrofi



Hydrochephalus inflamasi



Trauma kepala

Dari studi retrospektif, direkomendasikan dua standart yang dipakai untuk pasien memerluksn tidaknya pemeriksaan CT-Scan yaitu: New Orland and The Canadian CT Head (Jhonatan, 2004). c. New Orland menyebutkan ada 7 kriteria: 

Sakit kepala



Muntah



Umur lebih dari 60 tahun



Adanya intosikasi alkohol



Amnesia retrogade



Kejang



Adanya cidera di area clavicula ke superior

d. The Canadian CT Head menyebutkan ada 5 kriteria: 

GCS kurang dari 15 setelah 2 jam kejadian



Adanya dugaan open atau depressed fracture



Lebih dari dua kali muntah



Bukti fisik adanya fraktur di basal skull



Umur lebih dari 65 tahun

e. Persiapan pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kontras untuk pasien rawat inap:

30



Pasien sudah terpasang surflo ukuran 20/ukuran 18



Pasien sebelum dibawa ke ruang radiologi jalan infus terlebih dahulu dispul 10 cc dengan cepat untuk memastikan bahwa cairan surflo lancar tidak terhalang adanya darah beku di surflo

f. Alat bahan medis yang harus dipersiapkan dan dibawa ke ruang radiologi 

Spuit 10 cc

: 1 buah bekas spul infus



Spuit 20 cc

: 2 buah



Treeway tutup

: 1 buah



Needle ukuran 18 : 1 buah

Untuk pasien dengan riwayat alergi ditambah membawa: 

Obat anti alergi dexametason

: 1 ampul



Spuit 3 cc

: 1 buah

Sebaiknya pasien puasa 2-3- jam sebelum pemeriksaan 2. CT-Scan Abdomen a. Indikasi pemeriksaan: 

Abdominal discomfort



Hepatomegali



Spleeno megali



Colecytitis



Cholelithiasis



Sol/tumor



Acites

b. Persiapan pemeriksaan ST-Scan abdomen dengan kontras untuk pasien rawat inap 

Pasien puasa makan minimal 5 jam sebelum pemeriksaan



Pasien sudah terpasang surflo ukuran 20/ ukuran 18



Pasien sebelum dibawa ke ruang radiologi jalan infus terlebuh dahulu dispul 10 cc dengan cepat untuk memastikan bahwa cairan surflo lancar tidak terhalang adanya darah beku di daerah surflo

c. Alat dan bahan medis yang harus dipersiapkan dan dibawa ke ruang radiologi

31



Spuit 10 cc

: 1 buah bekas spul infus



Spuit sonde

: 1 buah



Treeway slang sedang

: 1 buah



Kateter ukuran 20

: 1 buah



Cairan NS 100 ml

: 2 botol

Catatan: Untuk pasien dengan riwayat alergi ditambah membawa: 

Obat anti alergi dexametason

: 1 ampul



Spuit 3 cc

: 1 buah

Pasien membawa air sebanyak 600 ml untuk diminum sebelum dilakukan pemeriksaan 3. CT-Scan Thorax a. Indikasi pemeriksaan 

Tumor, massa



Aneurisma



Abses



Lesi pada hilus atau mediastinal

b. Persiapan pemeriksaan dengan kontras untuk pasien rawat inap 

Pasien sudah terpsang surflo ukuran 20/ukuran 18



Pasien sebelum dibawa ke ruang radiologi jalan infus terlebih dahulu dispul 10 cc untuk memastikan bahwa saluran surflo lancar tidak terhalang adanya darah beku di daerah surflo

c. Alat bahan medis yang harus dipersiapkan dan dinawa ke ruang radiologi 

Spuit 10 cc

: 1 buah (bekas spul infus)



Treeway slang ukuran sedang

: 1 buah



Cairan NS 100 ml

: 2 botol

Catatan: Untuk pasien dengan riwayat alergi ditambah membawa: 

Obat anti alergi dexametason

32

: 1 ampul



Spuit 3 cc

: 1 buah

Sebaiknya pasien puasa 2-3 jam sebelum pemeriksaan 4. CT-Scan Columna Certebra a. Indikasi pemeriksaan: 

Lesi pada vertebra



Ligamentum flavum



Destruksi



Kelainan di facet joint

Laparoskopi a. Pemeriksaan pasien Anamnesis: penting mengumpulkan data tamabahan tentang: 

Riwayat penyakit yang dapat menjadi penyulit atau risiko tindakan anastesi (asma, hipertensi, penyakit jantung, pembekuan darah dan lain sebagainya)



Riwayat operasi atau anestesi sebelumnya



Riwayat alergi, riwayat pengobatan, kebiasaan merokok atau alkohol obat-obatan

b. Pemeriksaan fisik 

Tinggi/berat badan



Tanda vital lengkap



Kepala/leher (perhatian khusu pada mulut/gigi/THT/saluran napas atas, untuk airway maintenance selama anestesi/operasi)



Jantung/paru/abdomen/ekstremitas



Pada kasus obstetri/kasus non-obstetri dalam kehamilan, penting dilakukan: pemeriksaan obstetri (umumnya telah dilakukan oleh dokter obstetri), pemantauan kesejahteraan janin (dengan fetal monitoring)

c. Menetapkan rencana anestesi 

Konsultasi dengan dokter yang akan melakukan tindakan obstetrik



Penjelasan kepada pasien: metode, kemungkinan risiko, cara, persiapan(diet, puasa, premidikasi), pemulihan.

33

d. Frekuensi Diperkirakan sekitar 700.000 tindakan sterilisasi bilateral dilakukan secara laparoskopi e. Pemeriksaan penunjang: 





Pemeriksaaan laboratorium -

Pemeriksaan darah lengkap

-

Tes kehamilan

-

Urinalisa

-

Pemeriksaan laboratorium lainnya (hati, ginjal, dan elektrolit)

Pemeriksaan radiografis -

Radiografi thoraks

-

Intravenous Pyelografi atau USG ginjal

-

Barium enema

pemeriksaan lainnya -

elektrokardiografi

f. pemeriksaan sebelum laparoskopi 

pasien dirawat minimal 12 jam pra-operasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium, rongen dada, konsultasi ahli jantung dan lainnya sesuai indikasi



puasa selama 8 jam sebelum tindakan operasi



kulit bagian pusar dibersihkan dan ditutup dengan kain kassa yang telah dibasahi dengan alkohol



dilakukan pengosongan usus besar untuk membuang sisa-sisa kotoran (klisma)



diberikan obat pencahar, premidikasi, antibiotik propilaksis

g. persiapan pasien untuk laparoskopi oleh bidan persiapan pasien untuk laparoskopi merupakan suatu tindakan oprasi melalui dinding perut, klien dalam pembiusan dengan luka minimal menggunakan alat laparoskopi h. Tujuan: Melihat langsung keadaan alat alat kelamin dalam dan keadaan rongga panggul

34

i. Persiapan alat alat 

Meja oprasi



Meja mayo



Hysterolapasoskopi set



Linen set



Sikat tangan



Sarung sangan steril 3 sampai 6 pasang



Spuit 20 ml 2 buah,spuit 5ml 2 buah



Infus set 2 buah



Plastik steril 2 buah

j. Alat 

Three way



Bisturi



NaCl 1 liter 2buah



Na CL 500 ml 2 buah



Cindex1 derijen (5 liter)



Alkohol 70% secukupnya



Bethadine secukupnya



Methilene bul 5ml



Sofratulle secukupnya



Profenid/ tramal 1 buah



Catgut 1/2 meter

k. Persiapan klien 

Klien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakaukan



Menandatangani surat izin oprasi



Mendaftar TPP (tempat pendaftaran pasien)



Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan urine lengkap



Konsultasi ke dokter ahli penyakit dalam



Bulu pubis dan bulu di sekitar pusar di brsihkan



Kuku di bersihkan, tidak boleh memakai cat kuku memakai gigi palsu dan perhiasan

35



Puasa lebih kurang 8 jam



Memakai obat dulkolax sesuai anjuran

l. Pelaksanaan 

Mengirim surat penganjuran oprasi keruang anestesi / ok



Pelayan di kontrol persiapannya dan perawat atau bidan Ok menyiapkan alat-alat untuk laparoskopi



Klien diantar ke kamar operasi, dan operan dengan perawat OKNES (Ok-Anestesi) tentang kondisi klien, kelengkapan dokumen klien



Perawat anestesi mencuci tangan



Klien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, klien dipindahkan ke tempat tidur di ruang RR dan pakaian klien diganti dengan pakaian khusus



Bidan mengobservasi TTV (suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah) dan memasang infus sesuai instruksi dokter



Memerisa kelengkapan alat-alatb set laparoskopi yang akan digunakan



Klien diantar ke ruang tindakan (OK) dan dipindahkan ke meja operasi



Perawat atau bidan kamar operasi ikut melaksanakan tindakan histerolaparoskopi bersama tim dan memenuhi kebutuhan alat yang diperlukan selama proses pembedahan



Perawat atau bidan kamar operasi berperan serta dalam menghentikan pembedahan, jika ada



Luka ditutup dengan penutup steril



Perawat anesthesi mengobservasi TTV klien selama tindakan dilakukan



Selesai tindakan klien dipindahkan dan diobservasi di ruang pemulihan



Alat-alat dibersihkan dan di set kembali



Kamar operasi dibersihkan dan dirapikan kembali

36



Perawat atau bidan cuci tangan dan mendokumentasikan tindakan

m. hal hal yang perlu diperhatikan: 

setelah kesadaran kompos mentis dan tanda tanda vital stabil klien di pindahkan ke ruang rawat inap ibu.



Bila kondisi klien menurun dan tanda tanda vital tidak stabil kolaborasi dengan dokter untuk di alih rawat keruang intensive (ICU)



Kelengkapan alat alat sebelum dan setelah tindakan harus sama

2.3. Pemeriksaan Laboratorium Pengenalan tabung darah: 

Tabung merah: untuk pemeriksaan kimia klinik (faal hati, ginjal, lipid, gula darah, jantung, serelogi, elektrolit dan lain-lain)



Tabung ungu: untuk pemeriksaan DL, HbA1c



Tabung hijau: untuk pemeriksaan FH (PPT, KPTI)

1. Pengertian Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaa khusus dengan mengambil bahan/sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy. 2. Tujuan a. Mendeteksi penyakit b. Menentukan risiko c. Memantau perkembangan penyakit d. Memantau pengobatan dan lain-lain e. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan 3. Prosedur pra instrumentasi Paa tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruh hasil pemeriksaan laboratorium Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi: 37

a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium b. Persiapan penderita c. Persiapan alat yang akan dipakai d. Cara pengambilan sample e. Penanganan awal sample (termasuk pengawetan) dan transportasi. Catatan: Pemahaman instruksi dan pengisian formulir dilakukan secara lengkap dan teliti meliputi identitas pasien: nama, alamat/ruangan umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau perlu pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu interpretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang 4. Persiapan penderita a. Puasa Dua

jam

setelah

makan

sebanyak

kira-kira

800

kalori

akan

mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolah raga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / 𝜇l darah. b. Obat Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya: asam folat, Fe, vitamin B12 dan lain-lain. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis. c. Cara pengambilan

38

Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tikngkat kegawatan pasien dan memrlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. d. Posisi pengambilan Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pada sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek. e. Persiapan alat Pengambilan darah yang harus dipersiapkan antara lain: kapas alkohol 70%, karet pembendung (torniket) spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung anti koagulan. f. Penampung urin Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin. g. Penampung khusus Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar. h. Tempat pengambilan sampel

39





Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah: -

Tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut

-

Tidak pucat dan tidak sianosis

Lokasi pengambikan darah vena -

Umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelanagan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral

-

Untuk melakukan test diagnostik

-

Memberikan informasi sistem hematologi dan sistem tubuh yang lain CBC (complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.



Cara pengambilan darah vena -

Lakukan pembendungan dengan torniket

-

Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70% dengan arah putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering.

-

Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap permukaan kulit

-

Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi hemolisis – cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah tusukan

-

Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis

-

Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah dengan mengocok tabung seperti angka 8.

-

Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan Na2 EDTA / K2 EDTA, sedang untuk untuk hemostasis digunakan Na sitrat 0,109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi.



Lokasi pengambilan darah arteri

40

-

Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis).

-

Untuk pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

-

Untuk mengetahui status respirasi dan status asam basa darah klien



Cara pengambilan darah arteri -

Siapkan spuit yang sudah dibasahi antikoagulan heparin steril

-

Tanda-tanda pembuluh darah arteri/nadi

adalah terabanya

denyutan yang tidak ditemukan pada vena -

Lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70% dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah

-

Lakukan fiksasi arteri dan lakukan tusukan tegak lurus (karena letaknya dalam), bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri

-

Cabut spuit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara

-

Goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku

-

Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri



Lokasi pengambilan darah kapiler -

Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah, atau jari manis dan anak daun telinga.

-

Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.



Untuk pemeriksaan glukosa darah

Cara pengambilan darah kapiler -

Dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 %, biarkan kering

-

Lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering selanjutnya dapat dianbil dengan menggunakan tabung kapiler

41



Perbedaan daraharteri dan vena -

Lokasi tusukan lebih dalam

-

Teraba denyutan yang tidak ada pada vena

-

Warna darah lebih merah terang dibandingkan vena

-

Darah akan mengalir sendiri ke dalam spuit

Spesimen Spesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit Dasar pengumpulan spesimen adalah: 1. Jenis spesimen yang dikirikm tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan 2. Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan, dan disterilisasi 3. Botol diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan 4. Botol spesimen disimpan dalam termos es dan selama proses pengambilan spesimen lakukan secara hati-hati khususnya terhaadap pencemaran Pemeriksaan Urin, Feses dan Dahak 1. Urin rutin Urin pertama pagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi dan Ph-nya lebih asam. Urin yang diperlukan = 120 ml. Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam waktu lama. 2. Urin sewaktu Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1-2 jam hingga 24 jam ). Urin dibekukan dan dimasukkan ke dalam wadah

42

pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Tujuannya untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan-gangguan metabolisme glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urin. 3. Urin pancar tengah Untuk kultur urin (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih). Menentukan tipe organisme dan antibiotik yang sensitif terhadap organisme. Urin dimasukkan ke wadah yang tertutup dan steril. Urin yang dibutuhkan 30-60 ml. 4. Pemeriksaan feses a. Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi, dan tumor b. Mengetahui adanya gangguan pada gastrointestinal c. Mendeteksi telur dan parasit d. Mendeteksi adanya virus dan bakteri dengan kultur e. Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, ampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur. 5. Spesimen dahak a. Usahakan mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung b. Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup dan bermulut lebar c. Untuk perawatan BTA, jangan menggunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini bisa dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran d. Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dahulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu. e. Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak

43

f. Penderita diminta untuk menarik nafas 2-3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar g. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke mulut h. Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml). 2.4. Komplikasi Pengambilan Spesimen dan Cara Mencegahnya 1. Syncope Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, penglihatan kabur/gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. a. Cara mengatasi 

Hentikan pengambila darah. Baringkan pasien di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu sisi. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala)



Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang. Minta pasien menarik nafas panjang



Hubungi dokter. Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukkan kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang

b. Cara pencegahan 

Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan



Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah



Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/sandaran tangan

2. Rasa nyeri

44

Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat. a. Cara pencegahan 

Setelah disinfeksi kulit, yakni dulu bahwa alkohol sudah mengering sebelum pengambilan darah dilakukan



Penarikan jarum tidak terlalu kuat



Penjelasan/menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh).

3. Hematoma Hematoma adalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi/jaringan di bawah kulit) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah: 

Jarum terlalu menungkik sehu=ingga meembus dinding vena



Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada di luar vena



Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan



Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, torniquet (tourniket) belum dikendurkan



Tempat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat torniquet.

a. Cara mengatasi Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera: 

Lepaskan torniquet dan jarum



Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kassa



Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (± 15 menit)



Kalau perlu kompres untuk mengurangi rasa nyeri

4. Pendarahan Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah arteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang risikonya. Pendarahan yang

45

berlebihan (sukar berhenti) terjadi karena terganggunya sistem koagulasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena: 

Pasien mengalami pengobatan dengan obat anti koagulan sehingga menghambat pembekuan darah



Pasien menderita gangguan pembekuan darah (hemofilia)



Pasien mengidap penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu)

a. Cara mengatai: Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera: 

Lepaskan torniquet dan jarum



Tekan tempat penusuka jarum dengan kain kassa



Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (± 15 menit)



Kalau perlu kompres untuk mengurangi rasa nyeri

5. Alergi Alergi bisa terjadi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat antiseptik/desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, torniquet atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-Kadang bahkan bisa (shock) a. Cara mengatasi: 

Tenangkan pasien, beri penjelasan



Pangil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya

b. Cara pencegahan: 

Wawancara apa ada riwayat alergi



Memakai plester atau sarung tangan yang tidak mengandung latex

6. Trombosis Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali di tempat yang sama sehingga menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan (occlusion) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat (narcotics) yang memakai pembuluh darah vena a. Cara pencegahan:

46



Hindari pengambilan berulang di tempat yang sama



Pembinaan pengguna narkotika

7. Radang tulang Penyakit ini sering pada bayi karena jarak kulit tulang yang sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang a. Cara mengatasi: 

Mengatasi peradangan tulang

b. Cara pencegahan: Menggunakan lanset yang sesuai 8. Anemia Pada bayi, terutama pada bayi baru lahir dimana volume darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia 9. Komplikasi neuologis Komplikasi neuologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya syaraf di lokasi penusukan dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Walapun jarang, serangan kejang (seizures) dapat pula terjadi. a. Cara penanganan: 

Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan



Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit



Segera mungkin aktifkan pelegkapan keselamatan, hubungi dokter



Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi pergerakan pasien.

47

BAB III PENUTUP Kesimpulan Pengertian pemeriksaan penunjang diagnostik yakni pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika penderita dalam keadaan stabil (Diklat RSUP Dr. M. Djamil, 2006). Dalam melakukan secondary survei¸ mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti: radiologi, EKG, pemeriksaan darah, pemeriksaan elektrolit plasma untuk mendeteksi gangguan keseimbangan cairan tubuh, pemeriksaan laboratorium berkala sebagagai deteksi dini penyakit kronis pada lansia, terapi O2, endoskopi, bronkoskopi, CT Scan, USG, MRI, rontgen, laparoskopi. Persiapan dari tindakan lanjutan tersebut memiliki prosedur yang hampir-hampir mirip, yakni pasien/klien terlebih dahulu berpuasa total, maupun berpuasa beberapa jam sebelum dilaksanaknnya pemeriksaan tersebut, yang bertujuan agar perawat atau badan ahli yang melakukan pemeriksaan tersebut mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selain itu beberapa dari pemeriksaan penunjang tersebut juga ada yang tidak perlu dilakukannya tindakan bagi klien seperti misalnya, berpuasa total, puasa beberapa jam saja sebelum dilakukan pemeriksaan, menahan kencing, tidak boleh minum, dll. Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang tersebut perawat atau tenaga ahli juga memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium klien untuk lebih memastikan keadaan klien.

48

DAFTAR PUSTAKA Maryunani Anik. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: Trans Info Media. Bandiyah Siti. 2013. Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan (KDDK). Yogyakarta: Nuha Medika Dharma Surya. 2009. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta: EGC

49

Related Documents

Klpk 4 Makalah Kd.docx
October 2019 28
Makalah Pajak Klpk 4.docx
December 2019 29
Makalah - Klpk Iv.docx
November 2019 15
Klpk.9.docx
April 2020 15

More Documents from "Ariskayanti Ikka"