Makalah Idk Sist Respirasi.docx

  • Uploaded by: dwi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Idk Sist Respirasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,187
  • Pages: 50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari mata kuliah fisiologi pada blok Ilmu dasar keperawatan pada jurusan keperawatan sangatlah penting karena ilmu fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi organ dan tubuh pada makhluk hidup yang saling terkait dengan ilmu keperawatan lebih khusus subjeknya adalah manusia. Oleh karena itu dipelajarilah ilmu fisiologi pada blok Ilmu Dasar keperawatan yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang mekanisme dan fungsi organ tubuh manusia.Salah satu yang terpenting dalam beberapa sistem tersebut adalah sistem pernafasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam hidupnya.maka dari itu perlu mempelari meliputi apa saja organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan, apa fungsi dari masing-masing organ tersebut dan bagaimana mekanisme pertukaran O2 dan CO2 di dalam tubuh, serta gangguan pada system respirasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian sistem pernafasan. 2. Jelaskan fungsi sistem pernafasan 3. Jelaskan organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan beserta fungsinya 4. Bagaimanakah mekanisme sistem pernapasan 5. Jelaskan kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan 1.3 Tujuan Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari sistem pernapasan. 1. Memahami pengertian sistem pernapasan pada manusia 2. Mengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia beserta fungsifungsinya Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 1

3. Memahami dan mengerti mekanisme sistem pernafasan 4. Memahami fungsi sistem pernapasan 5. Memahami dan mengerti kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996). Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida.

Sistem pernapasan secara umum terbagi atas : 1. Bagian Konduksi Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi. 2. Bagian Respirasi Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel

Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbale balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru -paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan -bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja (WHO, 1995)

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Definisi Sistem Respirasi Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut. penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

3.2 Fungsi Sistem Pernafasan Menurut ( WHO, 1995 ) Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbale balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahanbahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja (WHO, 1995). Oksigen diperlukan oleh sel tubuh untuk fungsi normal mereka, dan persyaratan ini dipenuhi oleh sistem pernapasan. Hal ini dicapai melalui proses respirasi, yang melibatkan menarik dan menghembuskan napas. Udara yang kita ambil dalam melalui hidung dan mulut perjalanan ke paru-paru, dimana pertukaran Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 4

gas berlangsung. Ketika kita menarik napas, oksigen diambil, dan ketika kita menghembuskan napas, karbon dioksida dikeluarkan. Diberikan di bawah ini adalah penjelasan singkat tentang prosedur, bersama dengan peran yang dimainkan oleh berbagai bagian dari sistem pernapasan.

1) Rongga hidung

: Udara dari lingkungan eksternal yang dihirup melalui hidung

dan mulut. Selain menyediakan lorong untuk udara yang dihirup, rongga hidung mengandung lendir dan rambut kecil yang menyaring udara. Udara juga dibasahi dan menghangatkan di dalam rongga hidung. Udara mengalir lebih lanjut untuk faring, dari mana ia mencapai laring.

2) Laring

: Ini adalah laring yang rumah pita suara - struktur yang terutama terlibat dalam memproduksi suara untuk berbicara, berbicara, dan bernyanyi. Ketika makanan ditelan, struktur lain yang disebut epiglotis menutup pembukaan laring. Hal ini untuk mencegah partikel makanan dari memasuki tenggorokan. Bahkan jika beberapa partikel makanan masuk ke laring, mereka dikeluarkan melalui refleks muntah.

3) Trakea

: Dari laring, udara lolos ke trakea, struktur seperti tabung yang masuk

ke rongga dada. Atau dikenal sebagai tenggorokan, trakea menghasilkan lendir yang perangkap partikel asing di udara yang dihirup. Lendir ini dapat keluar dari tubuh sebagai dahak atau mendapatkan ditelan ke dalam perut. Sebagai trakea memasuki rongga dada, ini terbagi menjadi dua cabang, yang disebut bronkus. Sementara kiri bronkus memasuki paru-paru kiri, bronkus kanan memasuki paru-paru kanan.

4) Bronki

: Di dalam paru-paru, bronkus selanjutnya membagi menjadi tubulus kecil yang disebut bronkiolus yang berakhir pada kantung udara kecil yang disebut alveoli. Ada jutaan alveoli pada

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 5

paru-paru manusia. Masing-masing memiliki lapisan tipis yang terbuat dari satu lapisan sel, dan dikelilingi oleh banyak pembuluh kapiler darah. Ini kantung udara kecil yang disebut alveolus adalah situs sebenarnya pertukaran gas.

5) Alveoli

: Di dalam alveoli, oksigen di udara yang dihirup berdifusi ke dalam

darah kapiler. Oksigen akan melekat pada molekul hemoglobin dalam darah. Darah beroksigen ini ke jantung, dari mana ia dipompa ke berbagai bagian tubuh. Sel-sel dalam jaringan dan organ menyerap oksigen dalam darah dan melepaskan karbon dioksida. Darah yang membawa karbon dioksida, ke paru-paru. Karbon dioksida diserap oleh alveoli, dan dikeluarkan melalui pernafasan.

6) Diafragma : Bahkan diafragma dan otot interkostal (ditemukan di antara tulang rusuk) yang terlibat dalam fungsi sistem pernapasan. Diafragma adalah struktur otot berbentuk kubah yang terletak di bawah rongga dada. Selama inhalasi, diafragma mendatar, sehingga untuk memfasilitasi perluasan paru-paru untuk mengisi udara. Bahkan kontrak otot intercostal untuk memperluas tulang rusuk. Selama pernafasan, kedua diafragma serta otot-otot interkostal bersantai dan kembali ke posisi mereka sebelumnya.

Terlepas dari pertukaran gas, sistem pernapasan memiliki beberapa fungsi tambahan juga. Sel-sel epitel saluran udara menghasilkan sekresi antimikroba tertentu yang dapat mencegah infeksi saluran napas. Seiring dengan ginjal, paru-paru juga memainkan peran kunci dalam menjaga pH darah. Pita suara dalam laring bertanggung jawab untuk produksi suara. Bahkan paru-paru memainkan peran utama dengan menjaga tekanan udara dan laju aliran udara yang mempengaruhi produksi suara. Seperti yang kita bahas sebelumnya, sistem pernapasan melakukan fungsi penyaringan, pemanasan dan melembabkan udara yang kita hirup. Hal ini juga dilengkapi dengan baik untuk mengusir partikel asing yang terjebak di saluran udara.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 6

Singkatnya, sistem pernapasan harus melakukan beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia.

3.3 Anatomi Sistem Respirasi 1) Alat Pernafasan a) Alat Pernafasan Atas (i)

Hidung Nares anterior adalah saluran saluran yan berada di dalam lubang

hidung, saluran tersebut bermuara ke dalam bagian yang dikenal dengan Vestibulum (rongga hidung) Vestibulum ini dilaisi dengan epitellium yang bersambung dengan kulit . Lapisan Nares Anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu-bulu kasar . Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara parasinalis yang masuk ke dalam rongga rongga hidung,dan juga menghubungkan lubang lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung. Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 7

terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.

(ii)

Faring

Faring adalah pipa berototyang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus pada ketinggan tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) di belakang mulut orofaring dann dibelakang laring (faring-laringeal) Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings= dibelakang hidung) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring= di belakang mulut) Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.

(iii)

Laring

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 8

laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor). Laring terdiri dari atas kepingan tulang rawan yang diikiat bersama oleh ligamen dan membran.Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan di sebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri dari dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah . di tepi atas terdapat lekukan berupa V . tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid bentuknya seperti cincin mohor (ini adalah tulang rawan satusatunya yang berbentuk lingkaan lengkap).Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang membantu menutup laring waktu menelan.

2) Alat Pernafasan Bawah a) Trakea

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 9

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. (i)

Rongga Toraks

Batas-batas yang membentuk rongga dalam toraks -

Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan

-

12 ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan belakang

-

Diafragma dibawah

-

Dasar leher di atas (ii)

Isi Sebelah kanan dan kri rongga dada terisi penuh oleh paru paru beserta pleura

b) Bronkus

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 10

tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

c) Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 11

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

3.4 Fisiologi Sistem Pernafasan 3.4.1 Mekanisme Pernapasan Proses bernapas pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Bernapas secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat pernapasan, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa saat, serta mengeluarkannya. Bernapas secara tidak sadar, yaitu respirasi yang dilakukan tanpa perintah otak, misalnya pada saat kita tidur nyenyak pun kita melakukan pernapasan. Bernapas adalah pengambilan udara pernapasan masuk kedalam paru-paru (inspirasi) dan pengeluarannya (ekspirasi). Inspirasi dan ekspirasi ini berlangsng lima belas sampai delapan belas kali setiap menit. Proses tersebut diatur oleh otot-otot diafragma dan otot antar tulang rusuk. Kerja otot-otot tersebutlah yang dapat mengatur volume ruang dada, memperbesar ataupun memperkecil menurut kehendak kita. Proses bernapas selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada:

1) Tekanan intra-pleural Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 12

mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar. 2) Compliance Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai copliance. Ada dua bentuk compliance: a) Static compliance, perubahan volume paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O b) Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal: ±50 ml/cm H2O Compliance dapat menurun karena: a) Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru b) Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak c) Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas 1) Airway resistance (tahanan saluran nafas) Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 13

Volume udara pernafasan :

(i)

Udara pernafasan /tidal volume (UP) : udara yang masuk atau keluar sebanyak 500 cc saat inspirasi atau ekspirasi biasa. Setelah menghembuskan 500 cc tersebut (ekspirasi biasa) masih tersisa 2500 cc lagi di paru-paru.

(ii)

Udara komplementer (UK) : udara sebanyak 1500 cc yang masih dapat dihirup lagi dengan cara inspirasi yang maksimum setelah inspirasi biasa.

(iii)

Udara cadangan (UC) : udara sebanyak 1500 cc yang dapat dihembuskan lagi pada ekspirasi maksimum dengan mengerutkan otot perut kuat-kuat.

(iv)

Udara residu /udara sisa (UR) : udara sebanyak 1000 cc yang tidak dapat dihembuskan lagi dan menetap di paru-paru.

(v)

Kapasitas vital paru-paru (KVP) : volume udara yang dapat dikeluarkan dari paru-paru melalui penghembusan nafas sekuatkuatnya, setelah melakukan penarikan nafas sedalam-dalamnya.

3.4.2 Jenis – jenis Pernapasan Pada Manusia Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1) Respirasi luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. 2) Respirasi dalam yang merupakan pertukara antara O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel – sel tubuh.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 14

Dalam mengambil napas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu: a) Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanisme dapat dibedakan sebagai berikut:

(i) Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. (ii) Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menajadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga menjadi lebih besar daripada tekanan luar sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

b) Pernapasan Perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 15

(i)Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinyaotot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

(ii)Fase Ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diafragma ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi lebih kecil. Sebagai akibatnya, tekanan didalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat – lipat kali dan bisa sampai 10 – 15 kali lipat.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan

Page 16

3.4.3 Proses Kimiawi Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia : 1)

Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 —> H2CO3 —> H2 + CO2

2)

Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 —> HbO2

3)

Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 —> Hb + O2

4)

Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O —> H2 + CO2 Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan

mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer (Sloane, 2004).

Respirasi melibatkan proses berikut : 1) Ventilasi pulmonal (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernapasan dan paru-paru. 2) Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru dan kapilar pulmonar. 3) Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel jaringan 4) Respirasi selular adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi dan pelepasan produksi oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh (Sloane, 2004).

Sistem pernapasan mencakup paru dan sistem saluran yang menghubungkan tempat berlangsungnya pertukaran gas dengan lingkungan luar. Juga terdapat suatu mekanisme ventilasi yang terdiri atas rangka toraks, otot interkostal, diafragma dan unsur elastis serta kolagen paru penting dalam memindahkan udara melalui bagian konduksi dan respirasi paru. Sistem pernapasan dibagi dalam 2 bagian utama;

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 17

a) Bagian konduksi, terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea,bronkus, dan bronkiolus terminalis. b) Bagian respirasi (tempat berlangsungnya pertukaran gas), terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus (Junqueira, 1997). Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara. Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paru dengan bantuan darah (Komunitas & perpustakaan Indonesia). Prosesi kimiawi respirasi pada tubuh manusia: a) Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2 b) Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2 c) Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2 d) Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

3.4.4 Gangguan Sistem Respirasi 1. Faringitis A. Definisi Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan semua infeksi akut pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan stuktur lain di sekitarnya. Karena letaknya sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada tonsillitis namun juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan keluhan nyeri tenggorokan. Faringitis streptokokkus beta hemoltikus group A Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 18

(SBHGA) adalah infeksi akut orofaring dan/atau nasofaring oleh SBHGA (Rahajoe, 2012).

B. Etiologi Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus merupakan penyebab terbanyak seperti : a. Virus Epstein Barr (Epstein Barr virus, EBV) disertai dengan gejala infeksi mononukleus seperti splenomeali dan limfadenopati generalisita. b. Infeksi virus campak. c. Cyromegalovirus (CMV). d. Virus Rubella. e. Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan Virus Parainfluinza.

C. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala faringitis : a. Awitan akut disertai mual muntah. b. Faring hipermis. c. Tonsil bengkak dengan eksudasi. d. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri. e. Uvula bengkak dan merah. f. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder. g. Ruam skarlatina. h. Petekie palatinum mole. i. Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau. j. Demam, tonsil hyperemia, otaligia (sakit di telinga). Pemeriksaan penunjang : a. Leukosit terjadi peningkatan. b. Hemoglobin terjadi penurunan. c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 19

Penatalaksanaan : a. Tata laksana umum 1) Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup. 2) Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi nyeri tenggorokan. 3) Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol dan ibuprofen. b. Terapi antibiotik Pemberian antibiotic harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis streptokokkus dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen detection test dan/atau kultur positif dari usap tenggorokan. Antibiotic empiris dapat diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis streptokokkus, tampak toksisk dan tidak ada fasilitas pemeriksaan

laboraturium.

Golongan

penisilin

(pilihan

untuk

faringitis

streptokokkus) yaitu penisilin V oral 15-30 mg/KgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau amoksilin 50 mg/KgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari.

D. Masalah yang Lazim Muncul 1. Hipertermi b.d proses inflamasi pada tonsil. 2. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi. 3. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan. 4. Intoleransi aktivitas. 5. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro muskuler (hilangnya reflek muntah). E. Discharge Planning 1. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin. 2. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet. 3. Memakain masker di kawasan berdebu dan berpolusi. 4. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya tahan tubuh. 5. Berkumur-kumur dengan air gram minimal 3-4 kali sehari. 6. Mengkompres dengan air hangat pada leher. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 20

7. Isitrahat dan tidur yang cukup.

F. Patofisiologi

Gambar 1 Patofisiologi Faringitis 2. Bronkitis Definisi Bronchitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus Parainfluenza, adenovirus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis atau Corynebacterium diphteriae (Rahajoe, 2012).

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 21

A. Etiologi Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus Parainfluenza, adenovirus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut laporan penyebab lainnya dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah pejanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pejanan dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronchitis kronis. Bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia yang dapat menyebabkan bronchitis akut dan biasanya terjadi pada anak berusia di atas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan Corynebacterium diphteriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium kataral perkusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti denan usaha keras dan mendadak untuk inspirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe, 2012).

B. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala pada kondisi bronkitis akut : a. Batuk. b. Terdengar ronki. c. Suara yang berat dan keras. d. Wheezing. e. Menghilang dalam 10-14 hari. f. Demam. g. Produksi sputum. Tanda dan gejalan bronkitis kronis : a. Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab. b. Sering mengalami infeksi saluran napas (seperti misalnya pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk. c. Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 22

d. Demam tinggi. e. Sesak napas jika saluran tersumbat. f. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan yang dilakukan pada klien bronkitis kronik meliputi rontgen thorax, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri. C. Masalah yang Lazim Muncul 1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal. 2) Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan, hiperventilasi paru dan deformitas dinding dada. 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolic, anoreksia, mual/muntah, dyspnea, kelemahan. 4) Hipertermi b.d pemajanan lingkungan yang panas, proses penyakit peradangan. 5) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

D. Discharge Planning 1. Membatasi aktivitas. 2. Berhenti merokok dan hindari asap tembakau. 3. Lakukan vaksin untuk influenza dan pneumonia. 4. Hindari makanan yang meransang. 5. Jangan memandikan terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandi dengan air hangat. 6. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya. 7. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan. 8. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi. 9. Jangan mengonsumsi makanna seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran pernapasan. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 23

10. Cobalah untuk menjalani terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan dan mengencengkan lendir/dahak. 11. Minum banyak air agar lendir/dahak tetap encer dan mudah dikeluarkan.

E. Patofisiologi

Gambar 2 Patofisiologi Bronkitis 3. Asma Definisi Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia.A.Price). Beberapa faktor penyebab asma antara lain jenis kelamin, umumr pasien, status atopi, faktor keurunan, dan faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1) Asma Bronkial

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 24

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti debu rumah, bulu binatangm asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tibatiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakakn selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan. 2) Asma Kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

A. Etiologi Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respons saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan function laesa (fungsi yang terganggu). Dan rangsang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati,bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bjian, tomat), obat aspirin, kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan emosi. B. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala asma bervariasi sesuai dengan derajat bronkospasme. Klasifikasi keparahan eksaserbasi asma. Ringan

Sedang

Berat

Gagal Napas Mungkin Terjadi

GEJALA Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 25

Dispnea Bicara

Sakit

Saat berbicara

beraktivitas Dalam kalimat

Dalam frasa

Pada saat istiraha

Saat istirahat

Dalam kata-kata

Diam

TANDA Posisi tubuh Frekuensi napas Penggunaan obat bantu pernapasan

Mampu

Lebih suka

Tidak mampu

Tidak mampu

berbaring

duduk

berbaring

berbaring

Meningkat

Meningkat

Sering sekali > 30 x/ menit

>30 x/menit Gerakan

Biasanya tidak

Umumnya ada

ada

Biasanya ada

torakoabdominal paradoksial

Mengi sedang pada Suara napas

pertengahan sampai akhir

Mengi keras selama ekspirasi

Mengi keras saat inspirasi dan ekspirasi

Gerakan udara sedikit tanpa mengi

respirasi Frekuensi jantung Pulsus paradoksial Status mental

<100

100-120

>120

Bradikardia reaktif

<10

10-25

Sering >25

Sering kali tidak ada

Mungkin agitasi

Biasanya agitasi

Biasanya agitasi

Bingung/mengantuk

Sumber : National Asthma Educationand Prevention Program (Keperawatan Kritis)

Pemeriksaan penunjang : a. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP?KVP > 20%. b. Sputum : eosinophil meingkat c. Eosinofil darah meningkat. d. Uji kulit. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 26

e. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma. f. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2) turun. g. Foto dada AP dan lateral. Hiperinfilasi paru, diameter anteroposteriror membesar pada foto lateral, dapat terjadi bercak konsolidasi yang tersebar. Penatalaksanaan : Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu : 1) Edukasi Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality. Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga piihak lain yang membutukan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan. 2) Menilai dan monitor berat asma secara berkala Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor diantaranya : a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutukan perubahan terapi. b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya. c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga membantu penagananan asma terutama asma mandiri. 3) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus. 4) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang. 5) Menetapkan pengobatan pada serangan akut. 6) Kontrol secara teratur. 7) Pola hidup sehat a. Meningkatkan kebugaran fisis. b. Berhenti atau tidak pernah merokok. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 27

c. Kenali lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan asthma.

C. Masalah yang Lazim Ditemukan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus dalam jumlah berlebihan, peningkatana produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme. 2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan dan deformitas dinding dada. 3. Gangguan pertukaran gas b.d retensi karbon dioksida. 4. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontakbilitas dan volume sekunder jantung. 5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara ssuplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan. 6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolism dyspnea saat makan, kelemahan otot pengunyah. 7. Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita.

D. Discharge Planning 1. Kenali allergen yang akan muncul yang dapat menimbulkan asma. 2. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara menggunakan obat-obat asma (inhalasi). 3. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara menggunakan obat-obat asma (inhalasi). 4. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan, nama obatm dosis, efek samping, waktu pemberian. 5. Pelajari cara kontrol kecemasan, takut, stress. 6. Lakukan istirahat yang cukup dan latihan, termasuk latihan nafas. 7. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati dengan kotrikosteroid oral atau inhalasi. 8. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC). 9. Bersihkan rumah sekurang-kurangnya sekali seminggu. 10. Gunakan obat asma secara teratur. 11. Hindari asap rokok dan berhenti merokok. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 28

12. Jika hamil segera konsultasikan dengan tenaga medis sehingga asma dapat tekontrol.

E. Patofisiologi

Gambar 3 Patofisiologi Asma

4. Tuberkolosis

A. Definisi Tuberkolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia.A.Price).

B. Etiologi Penyebab

tuberkolosis

adalah

Mycobacterium

tuberculosis.

Dalam

perjalanan

penyakitnya terdapat 4 fase : 1. Fase 1 (Fase Tuberkolosis Primer) Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 29

Masuk dalam paru dan berkembang biak tanpa mnimbulkan reaksi pertahanan tubuh. 2. Fase 2 3. Fase 3 (Fase Laten) Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubhana keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang panjang, vetrebea, tuba fallopi, otak, kelenjar limfe hillus, leher dan ginjal. 4. Fase 4 dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.

C. Manifestasi Klinik 1. Demam 40-41OC serta ada batuk/batuk darah. 2. Sesak napas dan nyeri dada. 3. Malaise, keringat malam. 4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada. 5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit. 6. Pada anak a) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh. b) Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu. c) Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze. d) Riwayat kontrak dengan pasien TB paru dewasa. Penatalaksanaan : 1. Obat anti tuberkolosis (OAT) seperti rifampisin, INH, pirazinamid, streptomisin, etambutol. 2. Untuk TB paru kronik, bisa menggunakan pengobatan suportif/simptomatik, pemebedahan, bronkoskopi, punksi pleura, pemasangan WSD (Water Sealed Drainage).

D. Masalah yang Lazim Muncul 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkospasme. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 30

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung. 3. Hipertemia b.d reaksi inflamasi. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan intake nutrisi dan dyspnea. 5. Resiko infeksi b.d organisme purulent.

E. Discharge Planning 1. Pelajari penyebabdan penularan dari TB serta pencegahan di luar rumah. 2. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan secret di saluran pernapasan. 3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. 4. Lakukan pernapasana diafragma : tahan napas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. 5. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan setelah batuk juga cara pengontrolan batuk. 6. Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan konsultasikan kepada tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin. 7. Ibu menderita TB aman untuk memberikan ASI pada bayinya dengan catatan menghindari cara penularan TB. 8. Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan sampe putus tanpa instruksi. 9. Berhenti merokok dan berhenti minum alkohol. 10. Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi serta istirahat cukup.

F. Patofisiologi

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 31

Gambar 4 Patofisiologi Tuberkolosis

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 32

3.4.5 Pengkajian Umum Sistem Respirasi 1) Riwayat Kesehatan

Sebelum melakukan pengkajian fisik, maka perawat perlu mengumpulkan data riwayat kesehatan. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda distress pernafasan akut sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tanda-tanda distress pernafasan antara lain pasien payah, gelisah, tidak dapat mengikuti percakapan dan pernafasan gaduh. Bila mendapat pasien seperti ini, segera beri bantuan bila mungkin lakukan wawancara dengan keluarga untuk mengetahui masalah/riwayat kesehatan sekarang dan sewaktu pasien sudah tenang, pengumpulan riwayat kesehatan lengkap dapat dilakukan. Pengumpulan data riwayat kesehatan dimulai dengan mengamati factor-faktor umum yang mempengaruhi fungsi pernafasan, seperti usia, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan tempat tinggal pasien. Kemudian ajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah pernafasan. Data riwayat kesehatan yang dikumpulkan meliputi : keadaan kesehatan

sekarang,

kesehatan

dulu,

kesehatan

keluarga,

system

fisiologis,

perkembangan, pola pemeliharaan kesehatan, serta pola berhubungan peran (morton, 1991). Pertanyaan dasar yang berkaitan dengan keadaan kesehatan sekarang antara lain meliputi pertanyaan tentang keadaan pernapasan (napas pendek), nyeri dada, batuk, sputum. Pertanyaan untuk mengetahui keadaan kesehatan dulu meliputi jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cidera dan pembedahan. Untuk mengetahui keadaan kesehatan keluarga dapat diajukan pertanyaan misalnya adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan tuberkulosa. Karena system pernapasan berkaitan dengan system-sistem yang lain maka untuk pasien yang mengalami gangguan pernafasan perlu diberi pertanyaan mengenai keadaan system yang lain yang mungkin menunjukkan gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya demam, menggigil, lemah, keringat dingin malam hari merupakan gejala yang berkaitan dengan tuberkulosa. Status perkembangan juga merupakan factor yang harus menjadi pertimbangan dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan. Misalnya ibu yang melahirkan bayi Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 33

premature perlu ditanya apakah sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup. Ini penting karena bayi premature dapat memiliki gangguan perkembangan system pernafasan sewaktu lahir. Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola nafas, cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas sewaktu berbaring, atau apakah bila flu sembuhnya lama. Ini penting diajukan karena pasien usia lanjut mudah mengalami gangguan pernafasan karena adanya keterbatasan dinding dada dan kelemahan otot pernafasan. Perubahan system imunitas juga menyebabkan usia lanjut mudah mengalami flu dan infeksi Data pola pemeliharaan kesehatan diperoleh dengan memberi pertanyaan pada pasien tentang pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur-istirahat dan stress.Untuk mengetahui pola peranan-kekerabatan maka pasien ditanya adakah pengaruh dari gangguan/penyakitnya terhadap dirinya dan keluarga, serta apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai istri/suami, dan dalam melakukan hubungan seksual.

a) Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala (head to too) Sistem Pernafasan

(i)

Inspeksi Dada Posterior dan Anterior

Inspeksi pasien meliputi pemeriksaan terhadap adanya atau tak adanya beberapa faktor. 1) Sianosis adalah satu faktor dimana kita paling tertarik. Sianosis memang sulit untuk mendeteksi bila pasien anemis, dan pasien yang mengalami polisitemik dapat mengalami sianosis pada ekstremitas meskipun tekanan oksigen normal. Secara umum kita membedakan antara sianosis perifer dengan sianosis sentral. Sianosis perifer terjadi pada ekstremitas atau pada ujung hidung atau telinga, meskipun dengan tekanan oksigen normal, atau bila ada penurunan aliran darah pada area ini, khususnya bila area ini dingin atau sakit. Sianosis sentral terlihat pada lidah dan bibir, mempunyai arti paling besar; ini berarti pasien secara nyata mengalami penurunan tekanan oksigen. Pernapasan “bekerja” adalah tanda penting untuk diperiksa; kita tertarik untuk mengetahui apakah pasien menggunakan otot asesori pernapasan. Terdapat bicara terbata-bata dapat diobservasi. Pola bicara yang terhenti ini disebabkan oleh udara napas. KadangFisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 34

kadang jumlah kata yang dapat disebutkan oleh pasien sebelum menarik napas untuk napas berikutnya adalah pengukuran yang baik terhadap jumlah pernapasan bekerja. 2) Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dada (mis., peningkatan dalam ukuran dada dari depan ke belakang) juga diperiksa. Ini sering disebabkan oleh ekspansi maksimal paru pada penyakit paru obstruksi, tetapi peningkatan dalam diameter AP juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami kifosis (lengkung ke depan pada tulang belakang. Deformitas dan jaringan parut dada penting dalam membantu menentukan penyebab distres paru. Sebagai contoh, jaringan parut dapat merupakan indikasi pertama bahwa pasien pernah mengalami pengangkatan paru. Deformitas paru seperti kifoskoliosis dapat menunjukan mengapa pasien mengalami distres paru. Postur pasien juga harus dikaji, karena pasien dengan penyakit paruobstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetapmengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada. 3) Posisi trakea juga penting diobservasi. Apakah trakea pada garis tengah leher atau deviasi ke satu sisi? Efusi pleural atau tekanan pnernotoraks selalu membuat deviasi trakea ke sisi jauh dari yang sakit. Pada atelektasis, trakea sering

tertarik

pada

sisi

yang

sakit.

Frekwensi pernapasan adalah parameter penting untuk diperhatikan; ini harus dihitung sedikitnya 15 detik lebih sering dari baisanya. Seringkali frekwensi pernapasan dicatat sebagai 20 kali per menit, yang sering berarti bahwa frekwensi diperkirakan daripada menghitungnya. 4) Kedalaman pernapasan sering berarti sebagai frekwensi pernapasan. Sebagai contoh, bila pasien bernapas 40 kali per menit, seseorang dapat berpikir masalah pernapasan berat terjadi, tetapi bila pernapasan sangat dalam pada frekwensi tersebut, ini dapat berarti pasien mengalami pernapasan Kussmaul sehubungan dengan sidosis diabetik atau asidosis lain. Namun demikian, bila pernapasan dangkal pada frekwensi 40 kali per menit, dapat menunjukan distres pernapasan berat karena penyakit paru obstruktif, penyakit paru restriktif, atau masalah paru lain. Durasi inspirasi versus durasi ekspirasi penting dalam menentulcan apakah Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 35

ada obstruksi jalan napas. Pada pasien dengan penyakti paru obstruktif, ekspirasi memanjang lebih dari 1½ kali panjang inspirasi. 5) Observasi ekspansi dada umum adalah bagian integral dalam pengkajian pasien. Secara normal kita mengharapkan kurang lebih 3 inci ekspansi pada ekspirasi maksimal ke inspirasi maksimal. Gerakan abdomen dalarn upaya pernapasan (normal terjadi pada pria daripada wanita) dapat diobservasi. Spondilitis ankilosis atau artritis Marie- StAimpell adalah satu kondisi dimana ekspansi dada umurn terbatas. Perbandingan ekspansi dada atas dengan dada bawah dan observasi gerakan diafragma untuk menentukan apakah pasien dengan penyakit obstruksi paru difokuskan pada ekspansi dada bawah dan penggunaan diafragma dengan benar. Lihat pada ekspansi satu sisi dada versus sisi yang lain, memperlihatkan bahwa atelektasis, khususnya yang disebakan oleh plak mukus, dapat menyebabkan menurunnya ekspansi dada unilateral. Emboli paru, pnemonia, efusi pleural, pnemotoraks, atau penyebab nyeri dada lain seperti fraktur iga, dapat menimbulkan menurunnya ekspansi paru. Pemasangan endotrakeal atau nasotrakeal yang terlalu dalarn sehingga meluas ke antara trakea kedalam salah satu cabang utama bronkus (biasanya kanan) adalah penyebab serius dan sering menurunkan ekspansi salah satu dada. Bila selang masuk ke cabang utama bronkus kanan maka paru kanan tidak ekspansi, dan pasien biasanya mengalami hipoksemia dan atelektasis pada sisi kiri. Untungnya perawat selalu menyadari potensial masalah ini sehingga mengenali masalah ini. Bila terjadi retraksi interkostal (mis., penyedotan pada otot dan kulit atau iga selama inspirasi) selalu berarti bahwa pasien membuat upaya lebih besar pada inspirasi daripada normal. Biasanya ini menandakan bahwa paru kurang komplain (lebih kaku) dari biasanya. Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan. 6) Efektivitas dan frekwensi batuk pasien penting untuk dilaporkan, juga karakteristik sputum seperti jumlah, warna, dan konsistensi.

2) Palpasi Dada Posterior dan Anterior

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 36

Palpasi dada dilakukan dengan meletakan turnit tangan mendatar di atas dada pasien. Seringkali kita menentukan apakah fremitus taktil ada. Kita melakukan ini dengan meminta pasien mengatakan “sembilan-sembilan.” Secara normal, bila pasien mengikuti instruksi itu, vibrasi terasa pada luar dada di tangan pemeriksa. Ini mirip dengan vibrasi yang terasa pada peletakan tangan di dada kucing bila ia sedang mendengkur. Pada pasien normal fremitus taktil ada. Ini dapat menurun atau takada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun. Bila pasien mengalami atelektasis karena sumbatan jalan napas, vibrasi juga takdapat dirasakan. Fremitus taktil agak meningkat pada kondisi konsolidasi, tetapi deteksi terhadap ini sulit. Hanya dengan palpasi pada dada pasien dengan napas perlahan, seseorang dapat merasakan ronki yang dapat diraba yang berhubungan dengan gerakan mukus padajalan napas besar.

a) Perkusi Dada Posterior dan Anterior Pada perkusi dada pasien, kita harus mengunakan jari yang ditekan mendatar di atas dada; ujung jari ini diketokan di atas tulang tengah jari dengan jari dominan. Normalnya dada mempunyai bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit dimana ada peningkatan udara pada dada atau, paru-paru seperti pada pneumotoraks dan emfisema dapat terjadi hiperesonan (bahkan lebih seperti bunyi drum). Perkusi hiperesonan kadang-kadang sulit dideteksi. yang lebih penting adalah perkusi pekak atau kempis seperti terdengar bila perkusi di atas bagian tubuh yang berisi udara. Perkusi pekak dan kempis terdengar bila paru di bawah tangan pemeriksa mengalami atelektasis, pnemonia, efusi pleural, penebalan pleural atau lesi massa. Perkusi pekak atau kempis juga terdengar pada perkusi di atas jantung.

b) Auskultasi Dada Posterior dan Anterior Pada auskultasi, secara umum menggunakan diafragma stetoskop dan menekannya di atas dinding dada. Penting untuk mendengarkan intensitas atau kenyaringan bunyi napas dan menyadari bahwa secara normal ada peningkatan kenyaringan bunyi napas bila pasien menarik napas dalam maksimum sebagai lawan Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 37

napas sunyi. Intensitas bunyi napas dapat menurun karena penurunan aliran udara melalui jalan napas atau peningkatan penyekat antara stetoskop dengan paru. Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Dengan napas dangkal ada penurunan gerakan udara melalui jalan napas dan bunyi napas juga tidak keras. Pada gerakan ter batas dari diafragma toraks, dapat menurunkan bunyi napas pada area yang terbatas gerakannya. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pnemotoraks, dan kegemukan ada substansi abnormal Oaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tak nyaring. Secara umum, ada tiga tipe bunyi yang terdengar pada dada normal: (i) bunyi napas vesikuler, yang terdengar pada perifer paru normal; (ii) bunyi napas bronkial, yang terdengar di atas trakea; (iii)bunyi napas bronkovesikuler yang terdengar pada kebanyakan area paru dekat jalan napas utama Bunyi napas bronkial adalah bunyi nada tinggi yang tampat terdengar dekat telinga, keras, dan termasuk penghentian antara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas vesikuler lebih rendah, mempunyai kualitas desir, dan termasuk takada penghentian antara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas bronkovesikuler menunjukan bunyi setengah jalan antara kedua tipe bunyi napas. Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pnemonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Dimanapun terdengar napas bronkial, di sini bisajuga terjadi dua hal lain yang berhubungan dengan perubahan: (1) perubahan E ke A, dan (2) desiran otot pektoralis. Perubahan E ke A hanya berarti bahwa bila seseorang mendengar dengan stetoskop dan pasien mengatakan “E” apa yang didengar orang tersebut secara nyata adalah bunyi A daripada bunyi E. Ini terjadi bila ada konsolidasi.

Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui stetoskop bila pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada, yang harus ada juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli, atau (2) alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 38

Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan gesekan. a) Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Crackles keras dapat terdengar pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat. Seringkali crackles keras dapat terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi padajalan napas besar. b) Dispnea Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga pleura). Pada pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea mendadak menunjukkan adanya embolisme pulmonal. c) Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak, mungkin ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit obstruktif paru menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat penyempitan jalan napas atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau benda asing. d) Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. Bila mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi pada inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi. Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila bunyi abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih sebagai ronki daripada friction rub.

3) Pengkajian Kemampuan Bernafas

a) Frekuensi Pernafasan Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 39

Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali permenit (Brunner, 2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan penurunan tekanan intra kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan takipnea adalah pernapasan cepat, umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema pulmonal, asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga. Frekuensi napas normal tergantung umur : (i) Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit (ii) Usia < 2 tahun 25 – 35 x/menit (iii)Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit (iv) Dewasa 16 – 20 x/menit. (v) Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit (vi) Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut (vii)

Apnea : Bila tidak bernapas .

b) Volume Paru Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam bagian ang lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar. (i) Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada tiap pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal. (ii) Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana seseorang dapat dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi tidal normal. VC1 biasanya kira-kira 3.000 MI. (iii)Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE biasanya kira-kira 1. 100 MI. (iv) Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat diukur secara langsung.

c) Kapasitas Paru Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 40

Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur sebagai kombinasi volume sebelumnya. (i) Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup) sengan kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah VCI dan kurang lebih 3.500 ml. (ii) Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah jumlah sisa udara pada akhir ekspirasi normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml. (iii)Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE. Volume ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal. (iv) Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat diekspansi dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih 5.800 ml.

4) Pengkajian Diagnostik Fungsi Pernafasan

a) Uji Fungsi Pulmonal Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan ventilasi dasar dilakukan dengan menggunakan spirometer dan alat pencatat sementara khen bernapas melalui masker mulut (mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang penghubung. Pengukuran yanc, dilakukan mencakup volume tidal (Vt), volume reserve inspirasi (IRV), volume residual (VR), dan volume ekspirasi yang dipaksa selama 1 detik (FEV1).

Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di laboratorium fungsi pulmonar. Perawat mempersiapkan klien dengan menjelaskan prosedur. Sebuah klip hidung mencegah klien menghirup udara atau mengeluarkan udara melalui hidung. Klien bernapas melalui sebuah masker mulut yang dihubungkan ke spirometer, yang berfungsi untuk mengukur volume paru. Klien diminta pada waktu-waktu tertentu untuk menghirup udara atau mengeluarkan sebanyak mungkin udara. Kerja sama klien sangat penting untuk memastikan hasil yang akurat. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 41

Kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate [PEFR]) adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjaclinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar. Pengukuran ini sangat berkorelasi dan sama dengan FEV, (Walsh, 1992). Meter aliran ekspirasi puncak merupakan alat yang dipegang tangan sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh mina jalan napas terbuka. Informasi tentang kecepatan aliran ekspirasi puncak merupakan data pengkajian esensial untuk klien asma.

b) Analisa Gas Darah (Arteri, Vena, PCO2, Po2, PH) Pengukuran gas darah arteri dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen, tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida, dan saturasi oksihemoglobin. Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapileralveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan Oksintetri. Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri kutaneus (Prosedur 44-1). Saturasi oksigen (0, sat) adalah persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keun- tungan pengukuran oksimetri transkutaneus meliputi pengukura dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh (Whitney, 1990). Oksimetri tidak menimbulkan nyeri, jika dibandingkan dengan pungsi arteri. Klien yang mencyalami kelainan perfusi/ventilasi, seperti pneumonia, emfisema, bronkitis kronik, asma, embolisms pulmonar, gagal jantung kongestif merupakan kandidat ideal untukmenggunakan oksmetri nadi (Ahrens dan Rutherford, 1993). Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Tips oksimeter ini melaporkan amplitude nadi dengan data saturasi oksigen. Perawat biasanya mengikatkan sensor noninvasif ke jari tangan, jari ari kaki, atauhidung klien yang inemantau saturasi oksigen darah. Nasal probe (alas untuk menyelidiki kedalaman) direkomendasi untuk kondisi perfusi darah yang sangat rendah. Aliran darah di dalam arteri ethmoid anterior septum nasal tetap lebih besar daripada aliran darah ke jari-jari dalam kondisi aliran terganuou (Ahrens dan Rutherford, 1993). Pemantauan saturasi oksigen yang kontinu bermanfaat dalam pengkajian gangguan tidur, toleransi terhadap latihan fisik, penyapihan Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 42

dari ventilasi mekanis, dan penurunan sementara saturasi oksigen. Keakuratan nilai oksimetri nadi secara langsung berhubungan dengan perfusi di daerah probe. Pengukuran oksimetri pada klien yang memiliki perfusi jaringan yang disebabkan syok, hipotermia, atau penyakit vaskular perifer mungkin tidak dapat dipercaya. Keakuratan oksi-metri nadi kurang dari 90 mm Hg. Data hasil pengukuran oksimetri memiliki sedikit nilai klinis. Tren saat ini memberikan informasi terbaik tentang status oksigenasi klien. Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan set darah putih per mm3 darah. Perawat memperoleh contoh darah vena dengan menggunakan pungsi vena. Nilai normal untuk hitung darah lengkap bervariasi menurut usia dan jenis kelamin. Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam set darah merah (eritrosit). Defisiensi set darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen ke jaringan lebih sedikit. Apabila jumlah set darah merah meningkat, misalnya polisitemia pada kondisi paru kronis dan kondisi jantung sianosis, kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun, peningkatan jumlah set darah merah akan meningkatkan kekentalan (viskositas) darah dan risiko klien terbentuknya trombus.

5) Pemeriksaan Radiografi Dada Pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi, dan pemindaian paru digunakan untuk memvisuali- sasi struktur sistem pernapasan. Pemeriksaan sinar-X dada. Pemeriksaan sinar-X dada terdiri dari radiografi thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapangan paru untuk mendeteksi adanya cairan (mis. seperti yang terjadi pada pneumonia), massy (mis. kanker paru), fraktur (mis. fraktur klavikula dan tulang iga), dan proses-proses abnormal lain (mis. tuberkulosis). Biasanya suatu film lateral dan PA (posterior-anterior) dilakukan untuk mem-visualisasi lapangan paru secara adekuat.

6)

Prosedur Endosekopi Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea, dan

bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 43

a) Bronkoskopi diagnostik bertujuan : (i) untuk memeriksa jaringan dan mengumpulksn sekret. (ii) Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses proses patologi dan untuk mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep biopsi, kuretase, sikat biopsi). (iii)menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan bedah. (iv) mendiagnosa tempat perdarahan (sumber hemoptisis) b) Bronkoskopi terapeutik bertujuan: (i) mrngangkat benda asing dari pohon trakeobronkial. (ii) mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeabronkial, ketika pasien tidak dapat membersihkannya. (iii)memberikan pengobatan pascaoperatif pada atelektase. (iv) menghancurkan dan mengeksisi lesi Komplikasi bronkoskop mencakup: reaksi terhadap anestesi lokal, infeksi, aspirasi, bronkospasme, hipoksemia pneumotoraks, perdarahan dan perfusi.

7) Pemeriksaan Sputum Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisms yang berkembang dalam sputum. Suatu sputum kultur dan sensitivitas sputum (C dan S) mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dan resistansi serta sensitivitasnya terhadap obat. Spesimen sputum juga dapat diambi I untuk mengidentifikasi adanya tuberkel basilus (TB), sputum untuk basilus cepat-asam (sputum for acid-fast bacillus [AFB]). Spesimen AFB diperoleh riga hari berturut-turut pada awal pagi hari. Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker paru abnormal dengan tipe set. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengumpulan spesimen riga hari berturut-turut pada awal pagi hari. Perawat harus memastikan spesimen sputum yang mengandung lendir dari bagian dalam bronkus dan bukan saliva. Carat warna, konsistensi, jumlah, dan bau sputum dan dokumentasi tanggal dan waktu spesimen dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisis.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 44

8) Torasentesis Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi. Prosedur dilakukan dengan teknik aseptik dengan meng-gunakan anestesi lokal. Klien biasanya ducluk tegak dengan thoraks anterior yang ditopang bantal atau dengan meja di etas tempat tidur. Sakit tidaknya prosedur ini tergantung pada toleransi klien terhadap nyeri. Perawat dapat mengurangi rasa cemas klien dengan menjelaskan prosedur dan mengatakan kepada klien apa yang akan terjadi seat prosedur dilakukan. Klien harus memahami pentingnya menahan napas sesuai instruksi dan untuk tidak batuk selama dilakukan prosedur. Gerakan mendadak dapat menyebabkan pungsi paru jarum torasentesis. Klien diinstruksikan untuk memberi tabu dokter sebelum batuk atau bersin sehingga jarum dapat ditarik. Setelah prosedur, perawat memantau klien untuk melihat adanya tanda-tanda pneumothoraks; sesak napas mendadak, deviasi trakea, desaturasi oksigen, dan an-sietas. Terjadinya pneumothoraks setelah pelaksanaan torasentesis merupakan suatu situasi kedaruratan. Tipe pneumotoraks ini dikenal sebagai tension pneumotoraks dan tipe ini dapat menyebabkan henti kardiopulmonar jika tidak ditangam segera.

9) Biopsi Pleura Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan pleuroskopi, yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang dimasukka kedalam spasium pleural. Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau pewarnaan jaringan untuk mengidentifikasi tuberkulosis atau fungi Prosedur diagnostik Radioisotop (pemindaian paru) Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.

10) Prosedur Diagnostik Radioisotop (Pemindaian Paru) Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian computed tomografi (CT). Pemindaian CT mengombinasikan sinar-X dan teknologi komputer. Cahaya sinar-X melalui Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 45

suatu bagian atau bidang thoraks dari sudut-sudut yang berbeda dan kompu-ter menghitung absorpsi jaringan dan memperlihatkan hasil cetakan dan gambar pemindaian jaringan, yang memperhatikan densitas (kepadatan) berbagai struktur intrathorak. Sebuah pemindaian CT dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan. Identifikasi tipe Jaringan harus dilakukan dengan biopsi.

11) Prosedur Biopsi Paru Ada 3 biopsi paru non bedah dengan angka kesakitan yang rendah yaitu:

a) Penyikatan bronkial trankateter à prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi paru dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut pemasukan kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah prosedur ini pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat pungsi ketika batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya. b) Biopsi jarum perkutan à aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi. c) Biopsi paru tranbronkial à menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan pemeriksaan sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif. Anestesi diberikan sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi dan dibuat insisi kecil. Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan pasien menahan napas saat midekspirasi.

12) Biopsi Nodus Limfe Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui nodus limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti penyakit hodgkin, sarkoidosis, penyakit jamur, tuberkulosis dan karsinoma. Mediastinoskopi pemeriksaan endoskopi mediastinum untuk mengeksplorasi dan biopsi nodus limpe mediastinum

yang

mengaliri

paru-paru.

Biopsi

dilakukan

melalui

insisi

suprasternal.Mediastinotomi anterior insisi dibuat pada kartilago kosta kedua atau ketiga. Mediastinum dieksplorasi, dan biopsi dilakukan pada nodus limpe yang ditemukan. Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 46

Drainase selang dada akan dibutuhkan setelah prosedur. Diagnmosis ini sangat bermanfaat untuk menentukan apakah Lesi pulmonal dapat direseksi.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 47

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. 4.2 Saran Diharapkan kepada semua mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan jelas mengenai system respirasi agar dapat lebih mudah dalam melakukan suatu tindakan.

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 48

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction

Beatricia, Santoso. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Despopoulus, Agamemnon. 2000. Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. Penerbit Hipokrates. Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 17. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Kuntarti.2005.Fisiologi Peranpasan. Diakses 17 Desember 2015. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&u act=8&ved=0ahUKEwjZ_aTj4OTJAhXIJKYKHVF7AjIQFghSMAg&url=http%3A %2F%2Fstaff.ui.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fusers%2Fkuntarti%2Fmaterial%2Ffisi ologipernapasan.pdf&usg=AFQjCNHhTcxtfBkdtkEh0EY6OfwOLrCZJQ Potter and Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Praworo, kukuh. 2011. Terapi Medipic : Medical Picture. Jakarta : Penebar Plus ( Penebar Swadaya Plus ). Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahajoe Nastini, Supriyanto Bambang, dkk. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1. Jakarta : IDAI Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Jantung. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 49

Fisiologi Sistem Pernafasan : Ilmu Dasar Keperawatan Page 50

Related Documents

Sist
November 2019 45
Sist
November 2019 46

More Documents from "Nurhaeda Anwar"

Bab2bronkiolitis.docx
May 2020 32
Soal Us.docx
May 2020 34
2.notulen.doc
April 2020 33
1 Konsep Tumbuh Kembang.docx
December 2019 48
Cover Fix.docx
December 2019 61