Makalah Keperawatan Dasar Buk Id.docx

  • Uploaded by: Irma Lona
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Keperawatan Dasar Buk Id.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,204
  • Pages: 54
MAKALAH KEPERAWATAN DASAR “Standar Operasional Prosedur”

Oleh kelompok 4

Anne silvana

: 183110242

Bernica ifada

: 18311o246

Denada rahmadhani

: 183110248

Indah helmalia putri

: 183110256

Irma lona sintia

: 183110257

Liwa unnasari

: 183110259

Dosen pembimbing : Ns. Idrawati Bahar, S.Kep.M.Kep

Kelas I.C

D-III KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES PADANG TA 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Keperawatan Dasar. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Padang, 30 Januari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDHULUAN A. Latar belakang................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Melatih Batuk Efektif....................................................................................3 B. Postural Drainage..........................................................................................7 C. Memberikan Oksigen Nasal Kanul...............................................................17 D. Pemberian Nebulizer................................... ................................................22 E. Memberikan Kompres Hangat Dan Dingin...................................................26 F. Mengukur Suhu............................................................................................33 G. Mengukur Bb, Tb, Lla, Lp Dan Imt..............................................................39 H. Memberi Minum Per Oral.............................................................................47 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................51

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Latihan batuk efektif merupakan altifitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan napas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi (pneuomonia, atelektasis, dan demam). Fisioterapi dada termasuk di dalamnya adalah drainase prostural, perkusi dan vibrasi dada, latihan pernafasan atau latihan ulang pernafasan dan batuk efektif. Tujuan dari fisioterai dada adalah untuk membuang sekresi bronchiale, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernafasan. ( Muttaqin, 2008). Drainase postural adalah pembersihan sekret jalan napas segmen bronkus dengan pengaruh gravitasi. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis (hurarki maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan kematian. Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Secara umu, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Bronkospasme mengakibatkan gangguan dalam pertukaran gas dan bila terjadi pada klien, gejalanya yaitu klien sukar bernafas. Pengobatan yang tepat, cepat

dan dapat bekerja efektif sangat dianjurkan, salah satu obatnya yaitu bronkodilator. Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Tinggi badan merupakan aspek penting pada kehidupan manusia. Dalam berbagai kegiatan manusia, tinggi badan merupakan salah satu dari tampilan fisik yang menjadi ciri atau penanda khusus ari setiap manusia.

BAB II KAJIAN TEORI

A. SOP BATUK EFEKTIF 1. Pengertian : Batuk efektif adalah latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi di saluran pernapasan dengan cara dibatukkan 2. Tujuan

:

1.

Meningkatkan mobilisasi sekret

2.

Mencegah resiko tinggi retensi sekresi

3.

Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik

4.

Membebaskan jalan napas dari akumulasi sekret

5.

Mengurasi sesak napas akibat alumulasi sekret

3. Indikasi

:

1.

Pasien dengan tirah baring lama

2.

Pasien dengan hipoventilasi

3.

Pasien dengan peningkatan produksi sputum

4.

Pasien dengan batuk tidak efektif

5.

Pasien dengan mobilisasi sekret tertahan (atelektaksis, abses paru, pneumonia, post operative)

6.

Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk

4. Kontra Indikasi 1.Tensionpneumotoraks 2. Hemoptisis 3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia. 4. Edema paru 5. Efusi pleura yang luas

ALAT DAN BAHAN : 1.

Pot sputum di isi air + desinfektan

2.

Tissu

3.

Perlak/handuk kecil

4.

Tempat tidur yang memungkinkan untuk posisi semi fowler atau kursi jika pasien mampu melakukan pernapasan abdomen

5.

Bantal penyangga

6.

Air minum hangat

SOP BATUK EFEKTIF Nama Mahasiswa : NIM

:

Tanggal/waktu

:

NO

LANGKAH – LANGKAH

NILAI 0

A

TAHAP PRA-INTERAKSI

1

Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien

2

Kaji kebutuhan pasien

3

Siapkan peralatan

4

Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien

B

TAHAP ORIENTASI

1

Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang ia sukai

2

Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien.

3

Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai.

4

Mintalah persetujuan pasien sebelum memulai tindakan

C

TAHAP KERJA

1

Cuci tangan

1

2

2

Atur posisi pasien semi fowler ditempat tidur atau duduk di kursi

3

Pasang perlak/handuk kecil didada pasien

4

Berikan pasien minum air hangat

5

Anjurkan pasien bernapas pelan 2-3 kali melalui hidung dan kemudian mengeluarkan melalui mulut(lewat mulut, bibir seperti meniup)

6

In

Instruksikan pasien menarik napas dalam dan ditahan

selama 1-3 detik kemudian batukkan dengan kuat dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot asesoris pernapasan lainnya 7

Siapkan pot sputum, anjurkan pasien untuk membuang sputum kedalam pot sputum

8

B

Bersihkan mulut pasien dengan tisue

9

A Anjurkan pasien istirahat sebentar

10

Anjurkan klien untuk mengulangi prosedur (± 3 kali)

11

Dokumentasikan hari, tanggal jam dan respon klien

D

TAHAP TERMINASI

1

Rapikan peralatan

2

Observasi respon pasien setelah tindakan

3

Cuci tangan

4

Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan

E

TOTAL NILAI

Keterangan : 0 = tidak dilakukan, 1=dilakukan tapi tidak sempurna, 2= dilakukan dengan sempurna Nilai = { jumlah nilai yg didapat / jumlah asek yg dinilai (x2) }× 100%

Penilai / Observer

(……………………)

B. SOP PROSTURAL DRAINAGE, CLAPPING DAN VIBRASI 1. Postural Drainage KETERANGAN Pengertian

Postural drainage adalah tindakan keperawatan untuk melepaskan sekresi dengan berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gravitasi. Area yang dipilih untuk di drainage berdasarkan pada: 1. Pengetahuan akan kondisi klien dan proses penyakitnya 2. Pemeriksan fisik dada 3. 4. hasil pemeriksaan rontgen dada

Tujuan

1. Mempercepat pengeluaran sekret 2. Mencegah terkumpulnya sekret pada saluran nafas 3. Mencegah terjadi ateletaksis

Indikasi

1. Pasien telah terbaring lama 2. Pasien dengan peningkatan produksi sputum 3. Fibrosis kistik 4. Bronkietaksis 5. Ateletaksis 6. Pneumonia 1. Pasien dengan PTIK

Kontra Indikasi

2. Pasien dengan trauma medula spinalis 3. Pasien dengan fraktur costae 4. Pasien post op bedah thorak 5. Pasien dengan abses paru atau tumor 6. Pasien dengan pneumotoraks 7. Kondisi nyeri dada 8. Tuberkulosis

Prosedural

Persiapan Alat 1. Bantal 2. Ranjang yang dapat mengatur posisi klien 3. Tisue 4. Handscon bersih

5. Segelas air hangat 6. Pot sputum dengan desinfektan

Persiapan Pasien 1. Memgucapkan salam 2. Menyebut/menanyakan nama pasien 3. Mengenalkan diri dan instansi 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan 6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien

Cara Kerja 1. Mencuci tangan 2. Memasang masker dan sarung tangan bersih 3. Pilih area tersumbat yang akan didrainage berdasarkan pengkajian semua bidang apru, data klinis dan gambar photo dada 4. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat. Bnatu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien memposisikan postur lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakkan bantal untuk menyangga dan kenyamnan. Minta klien mempertahankan posisi nselama 10-15 menit. 5. Selama posisi lakukan perkusi dan vibrasi dada di area yang

didrainage 6. Berikan tisue untuk membersihkan sputum yang keluar 7. Setelah posisi pertama, minta klien duduk napas dalam dan batuk efektif. Tampung sekret dalam pot sputum 8. Minta klien untuk istirahat sebentnar dan minum sedikit 9. Ulangi langkah 6-12. Setiap tindakan tidak lebih dari 20--30 menit pada bidang paru lain yang terjadi bendungan

Posisi untuk Drainase Postural 1. Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas Minta klien duduk di kursi, bersandar pada bantal (Gbr. 135 dan 136).

2. Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri Atas Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau meja (Gbr. 137 dan 138).

3. Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas Minta klien berbaring datar dengan bantal kecil di bawah lutut (Gbr. 139 dan 140).

4. Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan di atas kepala pada posisi Trandelenburg, dengan kaki tempat tidur ditinggikan 30 cm (12 inci). Letakkari bantal di belakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke atas bantal (Gbr. 141 dan 142).

5. Bronkus Lobus Kanan Tengah Minta klien berbaring miring ke kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm (12 inci). Letakkan bantal di belakang punggung dan gulingkan klien seperempat putaran ke atas bantal (Gbr. 143 dan 144).

6. Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Bawah Minta klien berbaring terlentang dengan posisi Trandelenburg, kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci). Biarkan lutut menekuk di atas bantal (Gbr. 145 dan 146).

7. Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah Minta klien berbaring miring ke kiri pada posisi Trendelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci) (Gbr 147 dan 148).

8. Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah Minta klien berbaring miring ke kanan pada posisi trendelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci) (Gbr. 149 dan 150).

9. Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah lambung (Gbr. 151 dan 152).

10. Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri Minta klien berbaring tengkurap dalam posisi Trendelenberg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci) (Gbr. 153 dan 154).

2. Clapping dan Vibrasi KETERANGAN Pengertian

Perkusi dan vibrasi adalah teknik yang dilakukan secara manual untuk melepaskan lendir dan meningkatkan pengaliran mukus serta sekret dari paru-paru pada klien dengan masalah-masalah paru-paru tertentu. 1.1 Perkusi yaitu pergerakan yang ditimbulkan melalui ketukan pada dinding dada dalam irama yang teratur dengan menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk. Pergelangan tangan dalam posisi fleksi

dan ekstensi selama pengetukan. 1.2 Vibrasi adalah teknik kompresi manual dan getaran pada dinding dada selama fase ekspirasi.

Tujuan

1. Mempercepat pengeluaran sekret 2. Mencegah terkumpulnya sekret pada saluran nafas 3. Mencegah terjadi ateletaksis

Indikasi

1. Pasien telah terbaring lama 2. Pasien dengan peningkatan produksi sputum 3. Fibrosis kistik 4. Bronkietaksis 5. Ateletaksis 6. Pneumonia

Prosedural

Persiapan Alat 1. Pot sputum berisi desinfeksi 2. Kertas tisue 3. Dua balok tempat tidur (untuk drainage postural) 4. Satu bantal (untuk drainage postural) 5. Stestoskop

Persiapan Pasien 1. Memgucapkan salam 2. Menyebut/menanyakan nama pasien 3. Mengenalkan diri dan instansi 4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan 6. Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien

Cara Kerja 1. Jelaskan prosedur yang dilakukan 2. Cuci tangan 3. Atur posisi sesuai dengan postural drainage 4. Lakukan clapping dan vibrasi pada :

1. Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus apikal 2. Lebar bahu kanan masing-masing sisi apabila yang akan di clapping/vibrasi adlah daerah bronkus pasterior 3. Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di clapping/vibrasi adlah daerah bronkus anterior 4. Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang akan di clapping/vibrasi

adalah

daerah

lobus

tengah

(bronkus lateral dan medial) 5. Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus suoerior dan inferior 6. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabla yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal 7. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial 8. Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral 9. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior 5. Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih satu menit 6. Setelah dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi dapat dilakukan tindakan pengisapanlendir (lihat tindakan pengisapan lendir/suction)

7. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi 8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

C. Sop Pemberian Oksigen Menggunakan Nasal Kanul 1. Pengertian Nasal Kanul adalah plastik, tabung tipis yang memberikan oksigen langsung ke hidung melalui dua cabang kecil, karena digunakan didalam dan pediatrik pasien dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan pernafasan. Nasal kanul merupakan selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. adapun keuntungannya adalah pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju, pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, pasien bebas makan, Pasien bebas berbicara dengan nyaman. Selain itu nasal kanul juga memiliki kerugian di antaranya adalah tidak dapat memberi konsentrasi oksigen lebih dari 44% , suplai oksigen berkurang bila pasien bernafas melalui mulut, dapat mengiritasi selaput lendir.

2. Tujuan Meningkatkan ekspansi dada ,Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan

oksigen

,Membantu

kelancaran

metabolism,

Mencegah

hipoksia ,

Menurunkan kerja jantung, Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea, Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani, 2009:53) 3. Tempat pemberian oksigen a.

Pemberian oksigen melalui nasal.

4. Indikasi Efektif diberikan pada klien yang mengalami : 1) Gagal nafas Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh 2) Gangguan jantung (gagal jantung) Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.

3) Kelumpuhan alat pernafasan Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2dan CO2. 4) Perubahan pola napas. Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)

5) Keadaan gawat (misalnya : koma) Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi. 6) Trauma paru Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi. 7) Metabolisme yang meningkat : luka bakar Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme. 8) Post operasi Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup. 9) Keracunan karbon monoksida Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53) 5. Kontradiksi Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini 1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95% 2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah 3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.(Aryani, 2009:53)

6. SOP

PENGERTIAN

Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal kanut digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2) rendah (bila 24% berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2 liter/menit, dan bila 35-40% mendapat 4-6 liter/menit). Face mask digunakan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih dari nasal kanul (30-60%) pada 5-8 liter/menit

TUJUAN

1. Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen 2. Mencegah atau mengatasi hipoksia

KEBIJAKAN PRINSIP

Pasien dengan gangguan oksigenasi 1. Jauhkan sumber oksigen dari api atau rokok 2. Jaga humidikasi/ kelembabanoksigen 3. Cegah terjadinya keracunan oksigen

PERALATAN

1. Nasal kanul/ masker oksigen 2. Selang oksigen 3. Sumber oksigen dengan flowmeter 4. Cairan steril 5. Humidifier 6. Bengkok, plester, kassa pembersih

PROSEDUR

Tahap PraInteraksi 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 2. Mencuci tangan 3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar Tahap Orientasi 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 2. Menjelaskan keluarga/pasien

tujuan

dan

prosedur

tindakan

pada

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Tahap Kerja 1.

Berikan salam terapeutik

2.

Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya

3.

Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan kesamping tempat tidur klien

4.

Kaji fungsi pernafasan klien, adanya tanda hipoksia, dan hasil analisis gas darahn klien

5.

Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan)

6.

Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat

7.

Sambungkan nasal kanul/masker ke selang oksigen dan kesumber oksigen yang sudah dihumidifikasi

8.

Berikan oksigen sesuai dengan program terapi

9.

Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke klien

10. Beri fiksasi pada kanula 11. Cek kanul/face mask, humidifier, & sumber oksigen tiap 8 jam 12. Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu Tahap Terminasi 1.

Melakukan evaluasi tindakan

2.

Berpamitan dengan klien

3.

Membereskan alat-alat

4.

Mencuci tangan

5.

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

7. Evaluasi a) Observas kondisi hidung, mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal b) Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)

c) Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali d) PO2 arterial berkisar antara 80-100 mmHg e) Kondisi hipoksia dapat teratasi f) Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14-20 kali per menit

D. Pemberian Nebulizer 1. Pengetian Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.Nebulizer adalah alat untuk merubah cairan (obat) menjadi uap yang sangat halus agar bisa dihisap ke dalam saluran pernafasan dan paru-paru.

2.

Tujuan Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak,bronkospasme berkurang/ menghilang. Pengobatan dengan uap dapat membantu mengeluarkan lendir (Riak) dari tenggorokan (khususnya pada anak) dan membersihkan saluran pernafasan akibat polusi udara, rokok.

3.

Indikasi Membantu kelancaran pernafasan bagi pasien karna gangguan pernafasan, diberikan

kepada pasien dengan keluhan sesak atau rasa tertekan di dada, peningkatan produksi sekret. Nebulizer biasa diberikan pada pasien dengan kontra : a) Tekanan darah tinggi autonomic hiperrefleksia b) Nadi yang meningkat/takikardia c) Riwayat reaksi yang tidak baik pada pengobatan

4.

Kontraindikasi Nebulizer

Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung.

5.

SOP

PENGERTIAN

Nebulaizer adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan melonggarkan jalan nafas

TUJUAN

1. Merelaksasi jalan nafas. 2. Mengencerkan dan mempermudah mobilisasi sekret. 3. Menurunkan edema mukosa. 4. Pemberian obat secara langsung pada saluran pernafasan untuk pengobatan penyakit, seperti : bronkospasme akut, produksi sekret yang berlebihan, dan batuk yang disertai dengan sesak nafas.

KEBIJAKAN

1.

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

2.

Peralatan nebulizer standar

1. PERALATAN

Tabung O2

Obat

untuk

bronchodilator

antara

lain

:

ventolin,

dexamethasone Masker oksigen Nebulizer 1 set. Obat untuk terapi aerosol dan pengencernya bila diperlukan. Stetoskop. Tissue. Nierbeken/bengkok. Suction (kalau perlu).

PROSEDUR

Tahap PraInteraksi 1.

Mengecek program terapi

2.

Mencuci tangan

3.

Menyiapkan alat

Tahap Orientasi 4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 5. Menjelaskan

tujuan

dan

prosedur

tindakan

pada

keluarga/pasien 6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur pasien dalam posisi duduk 3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer 4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik 6. Memasukkan obat sesuai dosis 7. Memasang masker pada pasien 8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan pasien/keluarga 3. Membereskan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

6. Evaluasi a. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur terhadap keadaan umum, tanda-tanda vital, dan efek samping obat. b. Mengauskultasi suara nafas. c. sMengobservasi sputum/sekret yang dikeluarkan klien

E. SOP KOMPRES HANGAT DAN DINGIN

1. Indikasi INDIKASI PILIHAN KOMPRES PANAS DAN DINGIN Indikasi

Efek Panas

Efek Dingin

Spasme

Merelaksasi

otot

kontraktilitasnya

Inflamasi

Meningkatkan aliran darah, melunakkan Vasokontriksi

otot

dan

meningkatkan Merelaksasi

otot

dan

menurunkan

menurunkan

permeabilitas

kontraktilitasnya

eksudat

kapiler

menurunkan

aliran

darah,

memperlambat metabolisme soluler Nyeri

Meredakan nyeri, kemungkinan dengan Meredakan meningkatkan

relaksasi

nyeri

dengan

memperlambat

otot, kecepatan konduksi saraf dan menghambat

meningkatkan sirkulasi, meningkatkan inpuls saraf, menyebabkan mati rasa, bekerja relaksasai

psikologis,

dan

merasa sebagai counterirritant, meningkatkan ambang

nyaman; bekerja sebagai counterirritant Kontraktur

Mengurangi

kontraktur

nyeri.

dan

meningkatkan rentang pergerakan sendi dengan lebih memungkinkan terjadinya sintesis otot dan jaringan penyambung. Kaku sendi Mengurangi menurunkan

kaku

sendi

dengan

viskositas

dan

meningkatkan distensibilitas Cedera

Meredakan pendarahan dengan konstriksi

traumatik

pembuluh darah, meredakan edema dengan mengurangi permeabilitas kapiler

Kontraindikasi a. Tentukan adanya kondisi yang merupakan kontraindikasi pemberian kompres panas yaitu; b. 24 jam pertama setelah cedera traumatik, panas akan meningkatkan pendarahan dan pembengkakan. c. Pendarahan aktif. Panas menyebabkan Vasodilitasi dan meningkatkan pendarahan. d. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema. e. Tumor ganas terlikalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat mempercepat metastase (tumor skunder). f. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh g. Tentukan adanya kondisi yang merupakan kontraindikasi penggunaan kompres dingin yaitu : h. Luka terbuka. Dingin dapat meningkatkan kerusakan jaringan karna mengurangi aliran darah keluka terbuka. i. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit reynaud, dingin akan meningkatkan spasme arteri. j. Alergi atau hipersensivitas tehadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi terhadap dingin yang dimanifestasikan dengan respons inflamasi. k. Tentukan adanya kondisi yang mengindikasikan perlunya tindakan kewaspadaan khusus selama pemberian komres panas dan dingin. l. Kerusakan neurosensori. Individu yang memilki kerusakan sensori tidak mampu merasakan bahwa panas merusak jaringan dan berisiko mengalami luka bakar, atau mereka tidak mampu merasakan ketidaknyamanan akibat dingin dan tidak mampu mencegah terjadinya cidera jaringan. m. Gangguan status mental. Indifidu yang mengalami konfusi atau perubahan tingkat kesadaran membutuhkan pemantauan dan superfisi selama pemberian kompres untuk memastikan keamanan terapi tersebut bagi klien. n. Gangguan sirkulasi. Individu yang memiliki penyakit pembuluh darah parifer, diabetes atau gagal jantung kongestif kurang memiliki kemampuan untuk menghilangkan panas

melalui sirkulasi darah, yang membuat mereka berisiko mengalami kerusakan jaringan akubat kompres panas. Kompres dingin dikontraindikasikan pada individu ini. o. Luka terbuka. Jaringan disekeliling luka terbuka lebih sensitif terhadap panas dan dingin

KOMPRES KERING DENGAN BULI-BULI HANGAT PENGERTIAN TUJUAN

Memberikan kompres hangat kering dengan buli-buli hangat 1. Memperlancar sirkulasi darah 2. Mengurangi rasa sakit 3. Merangsang peristaltik 4. Menurunkan suhu tubuh

PERALATAN

1. Buli-buli hangat (Warm Water Zack) 2. Perlak dan alasnya 3. Air hangat 4. Termometer suhu air 5. Alat tulis 6. Lap kerja 7. Lembar observasi

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Tahap pra interaksi a. Memperkenalkan diri b. Mencuci tangan c. Menempatkan alat ditempat pasien dengan benar 2. Tahap orientasi a. Memberikan salam b. Menjelaskan maksud dan tujuan c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 3. Tahap kerja a. Menjaga privasi pasien b. Meminta pasien untuk mengisi lembar biodata (khusus pertemuan pertama)

c. Meminta pasien untuk mengisi lembar observasi skala pengukuran nyeri Wong Baker Facial Gramace Scale d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin e. Mengisi WWZ dengan air hangat : 1⁄2 − 1⁄4 (saat mengisi air, WWZ diletakkan rata dengan kepala, WWZ ditekuk sampai permukaan air kelihatan agar udara tidak masuk) f. Mengukur suhu air dengan termometer suhu : 41-43ᵒC g. Mengeringkan WWZ dengan lap kerja agar tidak basah, lalu bungkus dengan sarung WWZ h. Meletakkan pengalas di bawah daerahyang akan dipasang WWZ i. Memantau respon pasien 4. Tahap terminasi a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan b. Membereskan alat c. Merapikan pasien d. Mencuci tangan e. Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

KOMPRES KERING DENGAN KIRBAT ES PENGERTIAN TUJUAN

Memberikan kompres dingin kering dengan buli-buli dingin/kirbat es 1. Mengurangi rasa sakit 2. Mencegah peradangan meluas 3. Mengurangi perdarahan setempat 4. Menurunkan suhu tubuh

PERALATAN

1. Buli-buli dingin (Cold Water Zack) 2. Perlak dan alasnya

3. Air dingin 4. Termometer suhu air 5. Alat tulis 6. Lap kerja 7. Lembar observasi PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Tahap pra interaksi d. Memperkenalkan diri e. Mencuci tangan f. Menempatkan alat ditempat pasien dengan benar 2. Tahap orientasi d. Memberikan salam e. Menjelaskan maksud dan tujuan f. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 3. Tahap kerja j. Menjaga privasi pasien k. Meminta pasien untuk mengisi lembar biodata (khusus pertemuan pertama) l. Meminta pasien untuk mengisi lembar observasi skala pengukuran nyeri Wong Baker Facial Gramace Scale m. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin n. Mengisi CWZ dengan air hangat : 1⁄2 − 1⁄4 (saat mengisi air, CWZ diletakkan rata dengan kepala, WWZ ditekuk sampai permukaan air kelihatan agar udara tidak masuk) o. Mengukur suhu air dengan termometer suhu : 10-18ᵒC p. Mengeringkan CWZ dengan lap kerja agar tidak basah, lalu bungkus dengan sarung CWZ q. Meletakkan pengalas di bawah daerahyang akan dipasang CWZ r. Memantau respon pasien 4. Tahap terminasi

f. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan g. Membereskan alat h. Merapikan pasien i. Mencuci tangan j. Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

KOMPRES BASAH DENGAN WASLAP AIR HANGAT PENGERTIAN TUJUAN

Memberikan kompres hangat basah dengan waslap 1. Memperlancar sirkulasi darah 2. Mengurangi rasa sakit 3. Merangsang peristaltik 4. Menurunkan suhu tubuh

PERALATAN

1. Kom berisi air hangat 40-45ᵒC 2. Termometer suhu air 3. Alat tulis 4. Lap kerja 5. Waslap 6. Lembar observasi

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Tahap pra interaksi a. Memperkenalkan diri b. Mencuci tangan c. Menempatkan alat ditempat pasien dengan benar 2. Tahap orientasi a. Memberikan salam b. Menjelaskan maksud dan tujuan c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 3. Tahap kerja a. Menjaga privasi pasien b. Meminta pasien untuk mengisi lembar biodata (khusus

pertemuan pertama) c. Meminta pasien untuk mengisi lembar observasi skala pengukuran nyeri Wong Baker Facial Gramace Scale d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin e. Mengukur suhu air dengan termometer suhu : 40-45ᵒC f. Mengompres daerah perineum menggunakan waslap g. Memantau respon pasien 5. Tahap terminasi a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan b. Membereskan alat c. Merapikan pasien d. Mencuci tangan e. Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

KOMPRES BASAH DENGAN WASLAP AIR DINGIN PENGERTIAN TUJUAN

Memberikan kompres dingin basah dengan waslap 1. Memperlancar sirkulasi darah 2. Mengurangi rasa sakit 3. Merangsang peristaltik 4. Menurunkan suhu tubuh

PERALATAN

1. Kom berisi air dingin 10-18ᵒC 2. Termometer suhu air 3. Alat tulis 4. Lap kerja 5. Waslap 6. Lembar observasi

PROSEDUR

1. Tahap pra interaksi a. Memperkenalkan diri

PELAKSANAAN

b. Mencuci tangan c. Menempatkan alat ditempat pasien dengan benar 4. Tahap orientasi a. Memberikan salam b. Menjelaskan maksud dan tujuan c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 5. Tahap kerja a. Menjaga privasi pasien b. Meminta pasien untuk mengisi lembar biodata (khusus pertemuan pertama) c. Meminta pasien untuk mengisi lembar observasi skala pengukuran nyeri Wong Baker Facial Gramace Scale d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin e. Mengukur suhu air dengan termometer suhu : 10-18ᵒC f. Mengompres daerah perineum menggunakan waslap g. Memantau respon pasien 2. Tahap terminasi a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan b. Membereskan alat c. Merapikan pasien d. Mencuci tangan e. Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

F. SOP MENGUKUR SUHU TUBUH/TEMPERATUR 1.

Pengertian Suhu badan ialah derajad panas yang di hasilkan oleh tubuh manusia sebagai

keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat, pernapasan,

sisa-sisa pembuangan (ekskresi) dan penyinaran (radiasi), hantaran (konduksi) dan convection (konveksi) 2.

Tujuan Untuk mengetahui suhu badan pasien, apakah suhu badannya normal atau tidak

3.

4.

Tempat pengambilan suhu a.

Pengambilan suhu secara oral (mulut).

b.

Pengambilan suhu secara rectal (pelepasan).

c.

Pengambilan suhu secara aksila (ketiak).

Indikasi a.

b.

c.

Pengambilan suhu secara oral (mulut) 1)

Kebiasaan Rumah Sakit

2)

Pada pasien dewasa

3)

Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain

4)

Atas instruksi dokter

Pengambilan suhu secara Rectal (anus) 1)

Pada bayi, anak, dan pasien dalam keadaan parah

2)

Atas instruksi dokter

3)

Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain

Pengambilan suhu secara aksila (Ketiak) 1)

Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain

2)

Atas instruksi dokter

5.

Kontraindikasi a.

Pengambilan suhu secara oral (mulut). 1)

Tidak boleh di lakukan pada pasien yang tidak sadar atau gelisah.

2)

10 menit sebelum suhu di ambil, pasien tidak boleh minum atau makan

yang panas / yang dingin (es). 3)

Selama thermometer adadi mulut, pasien di karang berbicara.

4)

Berbahaya bila pecah didalam mulut, pecahnya dapat melukai selaput lender

mulut dan air raksanya dapat tertelan (bila menggunakan thermometer raksa). b.

Pengambilan suhu secara rectal (pelepasan). 1)

Pada pasien yan luka di daerah anus.

2)

Pada pasien yang berpenyakit kelamin.

3)

Selama mengukur suhu pasien harus di jaga, untuk menghindari bahaya

pecahnya reservoir, untuk mempertahankan reservoir selama waktu pengambilan suhu. c.

Pengambilan suhu secara aksila (ketiak) 1)

Bayi.

2)

Pasien yang sangat kurus.

3)

Pasien yang luka / kudis ketiak, operasi pada mammae (payudara).

4)

Pasien harus tenang dan berada si tempat tidur.

5)

Ketiak harus kering dan tertutup rapat.

6)

Tidak boleh ada yang menghalangi antara ketiak dan thermometer.

7)

Sebelum thermometer di gunakan, di periksa dahulu apakah air raksa sudah

di turunkan atau belum.

6. SOP

Tahap Pra Interaksi Prosedur tindakan

Memastikan program terapi pasien (Prinsip 6 benar obat). Mencuci tangan Menyiapkan Alat : 1. Alcohol swab 2. Sarung tangan/handscoen 4. Thermometer (raksa, digital/elektrik) 5. Thermometer rectal 6. Tissue 7. Kassa 8. Jelly/Lubrikan 9. Pulpen 10. Bengkok 11. Lembar dokumentasi

Tahap Orientasi

Memberikan salam dan menyapa nama pasien. Memperkenalkan diri. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien.

Tahap Kerja

TEMPERATUR Minta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman. AXILA

Gulung lengan baju klien atau buka baju atas sampai axila terlihat. Keringkan daerah axila dengan kassa. Pastikan thermometer siap (jika menggunakan thermometer raksa suhu awal <35°C). Pasang thermometer pada daerah tengah axila, minta klien untuk menurunkan lengan atas dan meletakkan lengan bawah diatas dada. Jelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5 menit atau sampai alarm berbunyi pada thermometer elektrik. Ambil thermometer dan baca hasilnya. Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan menggunakan sabunsavlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa.

TEMPERATUR ORAL Menjaga privasi pasien. Minta pasien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman. Siapkan thermometer atau turn on pada thermometer elektrik. Tempatkan ujung thermometer dibawah lidah pasien pada sublingual. Minta pasien menutup mulut. Jelaskan pada pasien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 3-5 menit atau sampai alarm berbunyi pada thermometer elektrik. Ambil thermometer dan baca hasilnya. Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan menggunakan sabun-

savlon-air bersih lalu keringkan dengan kassa. TEMPERATUR RECTAL Menjaga privasi pasien. Pakai sarung tangan. Persilakan pasien untuk melepas celana. Bantu pasien berbaring kearah lateral sinistra atau dekstra dengan kaki fleksi Pada bayi periksa keadaan anus pasien. Olesi thermometer dengan jelly/lubricant. Minta pasien untuk nafas dalam dan masukkan thermometer ke lubang anus sedalam 3 cm (jangan paksakan bila ada tahanan/hambatan). Jelaskan pada pasien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5 menit atau sampai alarm berbunyi pada thermometer elektrik. Ambil thermometer dan baca hasilnya. Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan menggunakan sabunsavlon-air bersih lalu keringkan dengan kasa. Tahap Terminasi Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan dengan pasien Membereskan alat-alat Buka sarung tangan dan cuci tangan Mencatat kegiatan pada lembar catatan keperawatan.

G. Mengukur tinggi badan

1. Pengertian Mengukur tinggi badan dengan alat pengukur

2. Tujuan a. Mengetahui tinggi badan dan perkembangannya. b. Menentukan status nutrisi klien.

3. SOP Standar operasional prosedur

dilakukan 0

Persiapan

Persiapan alat :

1. Pita ukur procedure

Tahap pra orientasi 1. Memberikan

salam

sebagai

pendekatan terapeutik 2. Menjelaskan

tujuan

dan

prosedur

tindakan pada klien/keluarga 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan

1

2

klien sebelum kegiatan dilakukan. Tahap procedure kerja 1. Beritahu klien 2. Bantu klien naik ke timbangan berdiri yang dilengkapi dengan alat ukur tinggi badan. 3. Beritahu klilen untuk menghadap ke perawat (saling berhadapan) 4. Beritahu klien untuk berdiri tegak di atas timbangan. 5. Ukur tinggi badan klien. 6. Bantu klien turun dari timbangan. Tahap terminasi 1. Evalasi respon klien saat dan setelah tindakan dilakukan. 2. Buat

dokumentasi

catatan

keperawatan,dibuat dengan nama jelas perawat, tanggal dan waktu pelaksanaan dan diberi paraf.

Indeks masa tubuh ( IMT)

1. pengertian Indeks masa tubuh merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi pasien dewasa (usia lebih dari 18 tahun)

IMT = berat badan (kg) / tinggi badan (meter) x tinggi badan (meter)

Kategori IMT :

Kategori Kurus

IMT (kg/m²)

kekurangan berat badan IMT kurang dari 17,0 tingkat berat

kekurangan berat badan IMT 17,0-18,4 dan tingkat ringan Normal

Gemuk

IMT 18,5-25,0



Gemuk kelebihan badan ringan

dengan IMT 25,1-27,0 berat tingkat



Gemuk

dengan IMT lebih dari 27,0

kelebihan

berat

badan tingkat berat

Pengukuran lingkar perut

1. Pengertian Pengukuran

lingkar

perut

dilakukan

untuk

mengetahui

ada

tidaknya

obesitas

abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juuga erat kaitannya dengan kejadian sindroma metabolik`

Standar operasional prosedur

Dilakukan 0

Persiapan

Persiapan alat : 1. Pita

pengukur,bila

tidak

menggunakan meteran kain. 2. Spidol atau pulpen

ada

bisa

1

2

prosedur

Tahap pra orientasi : Persiapkan alat

Tahap orientasi : 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 2. Menjelaskan

tujuan

dan

prosedur

tindakan pada klien/keluarga 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan. Tahap prosedur kerja : 1. Jelaskan

kepada

pasien

tujuan

pengukuran lingkr perut dan tindakan apa saja

yang

akan

dilakukan

dalam

pengukuran 2. Untuk pengukuran ini pasien diminta dengan cara santun untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir pasien untuk menetapkan titik pengukuran. 3. Tetapkan titik batas tepitulang rusuk paling bawah 4. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul

5. Tetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis. 6. Minta pasien untuk bediri tegak dan bernafas

dengan

normal

(ekspirasi

normal). 7. Lakukan

pengukuran

lingkar

perut

dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara

sejajar

horizontal

melingkari

pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diwal pengukuran. 8. Apabila pasien mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi. 9. Pita mengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm. 10. Mencatat hasil pengukuran

Mengukur LLA (lingkar lengan atas)

1. Pengertian Kegiatan pengukuran lingkar lengan atas untuk mengetahui jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

2. Tujuan Untuk mengetahui jaringan lemak bawah kulit. 3. SOP

Standar operasional prosedur

Dilakukan 0

Persiapan

Persiapan alat : 1. Pita ukur LILA 2. Alat tulis

Prosedur

Tahap pra orientasi : Persiapkan alat Tahap orientasi : 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga 3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.

Tahap prosedur kerja : 1. Cuci tangan 2. Beritahu pasien tindakan yang akan

1

2

dilakukan 3. Minta

pasien

untuk

menyingsingkan

lengan baju tangan kiri sampai pada pangkal bahu 4. Minta pasien untuk melipat siku 5. Letakkan titik nol pita LILA pada ujung bahu dan ditarik ke ujung siku, baca hasilnya di

ujung

siku

tersebut

dan

tentukan

pertengahan (dibagia dua ) dan beri tanda pada lengan pasien 6. Pindahkan pita LILA ke pertengahan lengan pasien dan masukkan ke ujung pita 7. Eratkan ke tangan pasien dan bacalah hasilnya 8. Informasikan pasien 9. Catat 10. Cuci tangan.

hasil

pengukuran

pada

H. Pemberian minum per oral

Standar operasional prosedur

1.

Pengertian

Pemberian minum per oral No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal terbit

Ditetapkn oleh

Halaman

cara pemberian minum melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit.

2.

Tujuan

1. Mecegah terjadinya dehidrasi 2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuhnya.

3.

indikasi

Pada klien koma

4.

Kontra indikasi

Pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan, seperti kanker oral,gangguan menelan,dsb.

5.

Persiapan pasien

1. Pastikan identitas klien 2. Kaji kondisi klien 3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarga tindakan yang dilakukan. 4. Jaga privasi klien Atur posisi klien

6.

Persiapan alat

1. Meja

2. Air minum dalam gelas dan sedotan 3. Gelas ukuran kalau sirup 4. Tissue 5. Pengalas 7.

Cara kerja

Tahap orientasi : 1. berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaannya) 2. Kaji kondisi pasien 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai tujuan dan tindakan yang dilakukan 4. Jaga privasi klien

Tahap kerja : 1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Kaji kondis pasien 4. Bantu untuk meminumkannya 5. Catat perubahan,reaksi terhadap pemberian,dan evaluasi respon pasien. 6. Cuci tangan

Tahap terminasi:

1. Evaluasi respon klien 2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya. 3. Membersihkan peralatan 4. Mengakhiri kegiatan dengan baik 5. Mencatat reaksi/respon klien tentang pemberian cairan per oral. 6. Buka sarung tangan dan cuci tangan. 8.

Dokumentasi

1. Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,hasil tindakan (respon objektif dan subjektif) dalam catatan 2. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya 3. Buka APD dan cuci tangan 4. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

9.

Sumber

Rochimah,dkk.2011.keterampilan dasar praktik klinik. Jakarta : Trans Info Media

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Drainase postural adalah pembersihan sekret jalan napas segmen bronkus dengan pengaruh gravitasi. Teknik drainase postural dapat dilakukan dengan perkusi, clapping dan vibrasi. Oksigen adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang dgunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Indikasi pemberian kompres panas untuk klien yang kedinginan, klien dengan perut kembung, klien yang punya penyakit peradangan seperti radang persendian, sepasme otot, adanya abses dan hematoma. Sedangkan kompres dingin untuk klien dengan suhu tubuh yang tinggi, klien dengan batuk dan muntah darah, pascatonsilektomi, radang dan memar.

DAFTAR PUSTAKA Rochimah,dkk.2011.keterampilan dasar praktik klinik. Jakarta : Trans Info Media. Https://id. Scribd.com/doc/3113009683/Pemberian-Minum-Per-Oral. http://tisnawati-tis.blogspot.com/2017/03/sop-batuk-efektif.html

Related Documents


More Documents from "wathy"