Karlina Handayani (102016010) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06, Jakarta Barat, 11510, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Proses berkemih pasti di alami oleh seluruh manusia di dunia ini baik wanita maupun pria. Seperti pada skenario ini dimana organ genitalia pada pria (genitalia masculina) , terdiri menjadi dua bagian yaitu genitalia interna yang terdiri dari glandula vesicuosa, glandula prostat, ductus deferens (vas deferens) dan genitalia eksterna yang terdiri dari penis dan testis. Sistem kemih merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Berkemih merupakan dimana keluarnya urine atau air kencing dari dalam tubuh yang akan dikeluarkan melalui uretra dan penis. Kata Kunci: Genitalia masculina interna, genitalia masculina eksterna, dan proses berkemih. Abstract The process of urination must be experienced by all people in this world both women and men. As in this scenario where the male genital organ (the genitalia masculina), is composed into two parts: the internal genitalia consisting of the vesicuous gland, the prostate gland, the ductus deferens (vas deferens) and the external genitalia comprising the penis and testes. The urinary system is a system in which the process of blood filtration so that blood is free of substances that are not used by the body and absorb substances that are still used by the body. Urinary is where the urine or urine passes from within the body to be excreted through the urethra and the penis.
Keywords: Genitalia masculina interna, external masculina genitalia, and urination process.
1
Pendahuluan Proses berkemih pasti di alami oleh seluruh manusia di dunia ini. Sistem kemih merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Berkemih merupakan dimana keluarnya urine atau air kencing dari dalam tubuh yang di proses atau terbentuk di dalam ginjal kemudian dialirkan keluar melalui saluran urethra menuju penis dan dibuang. seperti pada skenario yang di dapat bahwa kita akan membahas tentang masalah yang lebih berkaitan pada saluran keluarnya urin yaitu urethra dan penis dimana terjadi fimosis pada penis anak berusia 4 thn yang mengakibatkan penisnya membengkak dan membuatnya BAK tidak lancar serta terasa sakit sehingga dilakukannya sirkumsisi. Tujuannya agar kita mengetahui organ-organ yang terkait dalam proses berkemih. Struktur Makroskopik Genitalia Masculine Genitalia masculina (organ genitalia pria) dibedakan menjadi genitalia masculine interna yang terdiri dari ductus deferens, vesicula seminalis, dan glandula prostat dan genitalia eksterna masculine yang terdiri dari penis dan scrotum (beserta testis).1 Genitalia Masculine Eksterna Penis Penis adalah alat kelamin laki – laki dan berisi saluran keluar bersama urin dan cairan mani . Penis terdiri dari tiga badan jaringan erectile yang diliputi oleh capsula fibrosa , yakni tunika albugenia. Di sebelah luar tunica albugenia terdapat fascia penis profunda yang membentuk pembungkus bersama untuk corpus spongiosum penis
dan kedua corpus
cavernosum penis. Di dalam corpus carvenosum penis melintas pars spongiosa urethra. Kedua corpus carvernosum penis saling bersentuhan di bidang median , kecuali disebelah dorsal karena bercerai untuk membentuk crus masing-masing yang melekat pada ramus bersama os pubis dan os ischii disebeah kanan dan sebelah kiri. Radiks penis terdiri dari crus penis , bulbus penis , dan musculus bulbospongiosum di kedua sisi. Corpus penis adalah bagian bebas yang tergantung sewaktu penis berada dalam keadaan lemas. Kecuali serabut musculus bulbospongiosus yang menutupi bulbus penis , dan serabut musculus ischiocavernosus pada kedua crus penis, penis
2
tidak memiliki otot . Penis terdiri dari kedua corpus cavernosum dan sebuah corpus spongiosum dan diliputi oleh kulit. Kearah distal corpus spongiosum penis melebar untuk membentuk glans penis. Tepi glans penis , yakni corona glandis , menjulang melewati ujung kedua corpus cavernosum penis . Corona penis menganjur diatas sebuah penyempitan berupa alur serong , yakni collum glandis , yang membatasi glans penis terhadap corpus penis . Lubang pars cavernosa urethra yang berupa celah sempit , yakni ostium urethrae externum , terletak di dekat ujung glans penis . Kulit dan fascia penis berkelanjutan sebagai lapis ganda kulit yang dikenal sebagai preputium dan menutupi glans penis sejauh berbeda-beda.2 (Lihat gambar 1)
Gambar 1. Makroskopis Penis.3 Ligamentum suspensorium penis adalah kondensasi fascia superficialis yang berasal dari permukaan ventral symphisis pubica . Ligamentum suspensorium penis melintas ke kaudal dan bercabang dua untuk membentuk ambin yang melekat pada fascia penis yang tak dapat di gerakkan dan bagian yang bebas. Selain itu juga terdapat ligamentum fundiforme penis. Muskulus perinea superficialis ialah musculus tranversus perinea superficialis, musculus bulbospongiosus, musculus ischiocavernosus. Otot- otot ini terletak dalam spatium perinea superficial, dan semua dipersarafi oleh nervus perinealis.2 Perdarahan arterial pada penis berasal dari cabang arteria pudenda interna yaitu :
3
Arteria dorsalis penis melintas dalam alur antara kedua corpus cavernosum penis , satu pada tiap sisi vena dorsalis profunda penis
Arteria profunda penis menembus crus penis dan melintas dalam kedua corpus cavernosum penis
Arteria bulbi penis memasuki bulbus penis dari kanan dan kiri
Arteria profunda penis dan cabang arteria dorsalis penis memasok darah kepada kedua crus penis dan corpus cavernosum penis. Arteria bulbi penis dan arteria dorsalis penis membawa darah kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis. Arteria dorsalis penis juga mengantar darah kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis . Arteria dorsalis penis juga mengantar darah kepada kulit dan fascia panis superficialis. Penyaluran balik darah pada penis di perankan oleh Vena dorsalis penis profunda yang menerima dari carvernae corporum cavernosum, pada fascies penis profunda. Darah dari fascies penis superficialis di tamping oleh vena dorsalis penis superficialis dan selanjutnya di salurkan ke vena pudenda externa. Pembuluh limfe dari hampir seluruh penis ditampung oleh nodi lymphoidei inguinales superficiales. Persarafan oleh N. dorsalis penis yang mengurus persarafan kulit dan juga glans penis . Dalam penis terdapat terdapat bentuk akhir saraf sensoris- terutama dalam glans penis –sehingga penis sangat sensitive.2 (Lihat gambar 2)
Gambar 2. Makroskopis penis.3 Scrotum
4
Scrotum Adalah sebuah kantong yang menonjol keluar dari bagian bawah dinding abdomen. Scrotum berisi testis , epididymis , dan ujung bawah funiculus spermaticus. Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut: a.) Kulit scrotum tipis , berkerut , berpigmen dan membentuk kantong tunggal . Sedikit peninggian di garis tengah menunjukan garis persatuan dari kedua penonjolan labioscrotalis, scrotum pada pria homolog dengan labia mayora pada wanita. Adapun suatu raphe scrotalis di garis tengah dapat dilihat pada kulit yang memisahkan sisi kiri dan kanan scrotum. b.) Fascia superficialis melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan stratum membranosum dinding anterior abdomen . akan tetapu penniculus adiposus diganti oleh otot polos yang dinamakan tunika dartos . Otot ini disarafi oleh serabut saraf simpatik dan berfungsi untuk mengkerutkan kulit di atasnya . Stratum membranosum fascia superfisialis ( fascia collesi ) di depan melanjutkan diri sebagai stratum membranosum dinding anterior abdomen ( fascia scarpe ), dibelakang melekat pada corpus perienale dan pingggir posterior membrana perinea . disampingnya melekat pada rami ischiopubica, kedua lapisan fascia superficialis berperan membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan memisahkan testis satu dengan yang lain. c.) Fascia spermatica ini terletak di bawah fascia superficialis dan berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing – masing sisi . Musculus cremaster di dalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit sisi medial paha . Hal ini di sebut refleks cremaster, Serabut aferen lengkung refleks ini berjalan pada ramus femoralis nervi genitofemoralis ( L1 dan 2 ) dan serabut efferent motorik berjalan pada ramus genital nervi genitofemoralis . d.) Tunika vaginalis ini tertelak didalam fasciae spermaticae dan meliputi permukaan anterior , media , dan lateraiis masing – masing testis. Tunica vaginalis merupakan perluasan kebawah merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis peritonei dan biasanya sesaat sebelum lahir menutup dan memisahkan diri dari bagian atas processus vaginal peritonei dan cavitas peronealis . Dengan demikian tunika vaginalis merupakan kantong tertutup , diinvaginasi dari belakang oleh testis.1 Arteri pudenda eksterna mengurus perdarahan bagian ventral scrotum , dan mengurus perdarahan bagian ventral scrotum , dan arteria pudenda interna pada bagian dorsal. Bagian ini juga di pasok oleh cabang – cabang dari arteria testicularis dan arteri cremasterica. Sedangkan pembuluh baliknya sendiri diperankan vena scrotales mengiringi arteria scrotales dan bergbung dengan vena pudenda externa. Bagian ventral testis dipersarafi oleh nervus ilioinguinalis dan oleh ramis
5
genitalis nervus genitofemoralis. Bagian dorsal memperoleh persarafan dari ramus medialis dan ramus scrotalis nervi perinealis dan ramus perinealis nervi cutanei femoralis posterioris.1 Genitalia Masculine Interna Vesicular seminalis Vesikula seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari 2 gelembung lobus kanan dan kiri yang berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma , panjangny kira-kira 5 cm. Pada bagian ujung tertutup peritoneum. Pada bagian depan glandula ini berbatasan dengan permukaan dorsal vesica urinaria , pada bagian belakangnya berhubungan dengan rectum , sedangkan sisi medialnya berhubungan dengan vas deferens.4,5 Glandula Prostata Merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bangunan berbentuk limas terbalik . Glandula ini di bedakan menjadi : Basis merupakan bagian superoanterior antara collum vesica urinaria. Dan apex terletak pada diaphragm urogenitale. Pada bagian ventral , glandula prostata berbatasan dengan vesica urinaria , pada bagian dorsal dengan pars analis recti dan pada bagian lateral dengan M. levator ani.5 Glandula prostat terdiri dari 5 lobus, yaitu: a.) Lobus anterior terletak di depan urethra pars prostatica dan tidak mengandung jaringan kelenjar. b.) Lobus medius terletak diantara urethra dan ductus ejakulatorius. Lous medius ini banyak mengandung kelenjar dan dapat berubah menjadi adenoma. c.) Lobus posterior terletak di belakang urethra dan di caudal ductusejaculatorus. Lobus posterior mengandung jaringan kelenjar dan dapat berubah menjadi kanker primer. d.) Lobus lateral terdapat 2 buah , terletak di kanan dan kiri urethra pars prostatica . pada usia lanjut bagian ini sering mengalami hipertrofi prostat.5 Glandula ini di perdarahi oleh cabang – cabang dari a. vesikalis inferior , a. rectalis media dan arteri pudenda interna . Sedangkan aliran balik darah melalui plexus venosus prostaticus . aliran getah bening glandula prostate di alirkan ke nnll. gl. prostata dan akhirnyabermuara ke nnll. Iliaca interna. Glandula prostat dipersarafi oleh cabang plexus hypogastricus inferior.5
6
Ductus deferens Ductus derefens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang merupakan lanjutan dari cauda ductus epididymis . Mulai dari annulus inguinalis medialis menuju lateral A. epigastrica inferior kemudia turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis , menyilang ureter disisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria . ductus ini menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan urethra . Pada bagian ujung akhir ductus deferent terdapat bagian yang melebar disebut : Ampulla ductus deferens . Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl. Vesikulosa membentuk : ductus ejaculatorius ,ductus ini akan bermuara pada urethra pars prostatica.1,4 Urethra Urethra masculine merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22 cm dan mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dann juga tempat lewatnya semen/ sperma. Urethra dibagi menjadi 4 bagian : a.) Urethra pars intramularis ( preprotatica ) : panjangnya adalah 0.5 – 1,5 cm. b.) Urethra pars protatica : berawal dari ostium urethane internum pada puncak trigonum vesicae dan melintas ke kaudal menembus prostate degan membentuk sebuah lengkung yang sedikit mencekung ke ventral. c.) Urethra pars membranacea : merupakan bagian urethra yang terpendek , tertipis dan dan tersempit. Berawal pada apex prostate dan berakhir pada bulbus penis untuk beralih menjadi pars spongiosa urethra, dan di sebelah kanan dan kiri terdapat glandula bulbourethralis yang kecil. d.) Urethra pars spongiosa : bagian urethra yang terpanjang . melewati bulbus penis dan corpus spongiosum penis dan berakhir pada ostium urethrae externum ( pada glans penis ). Kedalam pars spongiosa dan pada bagian anterior bermuara glandula urethralis littrei yang menghasilkan lender.4 Mikroskopik Genitalia Maskulina Testis Testis berperan untuk membentuk sel kelamin / gamet lelaki, yaitu spermatozoa dan juga sebagai tempat produksi hormone seks lelaki , testosterone. Testis dewasa berbentuk oval , panjang kurang lebih 4 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 3 cm. Semasa embryogenesis , testis berkembang dalam rongga abdominal retroperitoneal pada dinding posterior rongga abdomen. 7
Selagi turun ke skrotum, testis membawa serta sebagian peritoneum disebut tunika vaginalis. Testis di liputi oleh tunika albuginea ( jaringan ikat padat yang tersusun irregular), dan dibawah nya ada jaringan ikat longgar tunika vaskulosa yang membentuk kapsul vascular testis. Dan pada aspek posterior dari pada tunika albugenia terdapat bagian yang menebal membentuk mediastinum testis , yang akan membentuk septa yang membagi ruang testis menjadi 250 lobus testis. Setiap lobules berisi satu hingga empat tubulus seminiferus.6 Tubulus Seminiferus Tubulus seminiferus merupakan tabung ( tubules) berlumen yang amat berkelok-kelok disebut juga tubulus kontruktus seminiferus , panjang 30-70 cm dan diameter 159-250 nanometer, dinding tubulus seminiferus terdiri atas tunika propria, suatu lapisan jaringan ikat yang tipis dan epitel seminiferus yang tebal. Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan oleh lamina basal yang berkembang baik dan pada lamina basalis ini terdapat beberapa sel yang melekat padanya yaitu :6,7
Sel sertoli merupakan sel silindris tinggi ,yang terdapat di dalam tubulus seminiferus fungsi dari sel sertoli adalah sebagai penyokong guna melindungi sel kelamin , berperan menyalurkan nutrisi dari kapiler di bawah membran basalis kepada
untuk
spermatozoa ,
membentuk cairan testis , melisis sisa – sisa sitoplasma , dan menghasilkan hormone estrogen .
Sel spermatogenik : o Sel Spermatogonium :
merupakan sel benih diploid yang kecil terletak dalam
ruang basal tubulus seminiferus. Sel – sel ini terletak diatas lamina basal , dan setelah pubertas, dipengaruhi oleh testosterone untuk memulai siklus sel. Terdapat tiga kategori spermatogonium : (a) Spermatogonium tipe A gelap , dengan inti yang berbentuk oval dan pipih
terdapat banyak heterokrematin ; (b)
Spermatogonium tipe B pucat , dengan inti yang banyak terdapat eukromatin ; (c) Spermatogonium tipe B , yang menyerupai spermatogonium tipe A akan tetapi intinya bulat. Sel spermatogonium tipe B inilah yang nantinya akan membelah secara mitosis menghasilkan spermatosit primer.
8
o Spermatosit primer : merupakan sel terbesar epitel seminiferus . Mempunyai inti besar dan gelap , yang akan berkembang menjadi spermatosit sekunder. o Spermatosit sekunder : merupakan sel yang relative kecil dan karena usianya singkat , mereka tidak mudah terlihat dalam epitel seminiferus. Sel ini kemudian akan melakukan pembelahan meisosis kedua dan membentuk 2 sel spermatid. o Spermatid : merupakan sel haploid bulat , berkelompok , padat dan kecil . selanjutnya sel – sel ini akan bertransformasi menjadi spermatozoa. Spermatid ada 2 macam , yaitu early spermatid ( belum berekor ) dan late spermatid ( sudah berekor) o Spermatozoa : terdiri atas sebuah kepala , berisi nucleus ( inti ) , dan ekor. Rete testis Rete testis terdiri atas ruangan – ruang labirin , di batasi epitel selapis kuboid , di dalam mediastinum testis ( gambar 3) . lumennya berkelok dan bervariasi. Spermatozoa imatur disalurkan dari tubuli recti ke dalam rete testis , ruang-ruang labirin yang dilapisi epitel kuboidal.7
Gambar 3. Rete Testis 8
9
Ductus Eferent Duktus efferent terletak di antara rete testis dan epididimis ( gambar 4). Merupakan saluran pendek yang menyalurkan spermatozoa dari rete testis san menembus tunika albugenia testis untuk menyampaikan sperma ke epididymis. Lumennya bergelombang dan epitelnya terdiri dari dua macam sel epitel yaitu sel kuboid tanpa silia ( untuk sekretorius ) dan sel toraks bersilia dengan jenis kinosilia yang akan bergerak kearah distal untuk mendorong spermatozoa kearah epididimis.7 Ductus Genital Ekstratestikular Ductus genital ekstratestikular yang berhubungan dengan setiap testis ialah epididymis, ductus deferent ( vas deferens ) dan ductus ejakulasi. 7 Epididymis Epididymis adalah suatu tubulus yang berkelok – kelok terbagi dalam kepala , badan dan ekor , melanjutkan diri menjadi ductus deferent. Epididymis memproduksikan banyak faktor yang memfasilitasi pematangan spermatozoa, namun belum diketahui mekanisme kerjanya. Lumenya rata dan dibatasi oleh epitel bertingkat yaitu , sel basal dan sel toraks . Pada ductus epididymis sperma telah motil dan vertil sehingga disini epitel toraks dengan kinosilia berubah menjadi sterosilia.7 Ductus Deferens ( vas deferens ) Ductus ini merupakan tabusng muscular yang menyalurkan spermatozoa dari ekor epididimis ke ductus ejakulatorius. Dinding saluran relative tebal dibandingkan dengan lumennya, lumennya berbentuk seperti bintang. Terdiri dari 3 lapisan otot yaitu tunika muskularis longitudinalis eksterna , tunika muskularis sirkular dan tunika muskularis longitudinalis interna. Epitel bertingkat torak, biasanya mempunyai sterosilia. Epitel mukosanya bergelombang dengan lamina propria di bawahnya.6,7 Glandula vesikulosake Mukosa vesikulosa samat berkelok , membentuk ruang – ruang buntu mirip dengan labirin, yang secara tiga dimensi , mempunyai lumen yang sama di tengah . Lumen di batasi 10
epitel silindris bertingkat terdiri atas sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah. Tunika mukosanya sama dengan kelenjar prostat akan tetapi di dalam lamina proprianya tidak terdapat serat otot polos . kelenjar ini menghasilkan globulin , vitamin c dan fruktosa. 6,7 Glandula Prostat Kelenjar ini merupakan kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh urethra dan ductus ejaculatorius. Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat kolagen padat irregular dengan banyak pembuluh darah , diselingi sel – sel otot polos. Mukosanya berlipat-lipat dilapisi oleh epitel selapis torak atau dapat pula bertingkat , didalam lamina propria terdapat serat otot polos . Biasanya didalam lumen terdapat konkremen ( sering di temukan pada usia lanjut ) yang berwarna merah homogen. Berperan dalam pengaktivan sperma , dan akan memasuki urethra saat ejakulasi.9 Penis Pada potongan melintang penis, terdapat gambaran penis dengan ketiga korpus kavernosum dan urethranya. Di dalam jaringan penyambung bawah kulit pada bagian dorsal dapat ditemukan a.v.n dorsalis penis. Lebih kedalam lagi ditemukan tunika albugenia penis yang merupakan jaringan ikat padat fibrosa yang membungkus kedua korpus cavernosum dan korpus spongiosum. Diantara kedua corpus cavernosum penis , terdapat jaringan ikat fibrosa membentuk septum penis atau septum mediana. Arteri profunda penis dapat ditemukan biasanya di bagian tengah korpus cavernosum penis . pembuluh ini bercabang – cabang menjadi arteri helisina yang berdinding khusus. Di bagian tengah korpus spongiosum terdapat urethra pars spongiosa yang epitelnya selapis torak dengan lumen yang tidak bulat.7
11
Gambar 4. Mikroskopis penis.10 Proses Mikturasi Mikturisi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh 2 mekanisme yakni, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam kandung kemih terangsang. Semakin besar peregangan melebihi ambang ini, semakin besar pula tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Untuk membuka sfingter interna tidak diperlukan mekanisme khusus, perubahan bentuk kandung kemih sewaktu organ tersebut berkontraksi secara mekanis menarik sfingter interna menjadi terbuka. Sfingter eksterna melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin terdorong ke luar melalui uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.11,12
Pengisian kandung kemih, selain memicu refleks berkemih, juga menyebabkan timbulnya keinginan sadar untuk berkemih. Persepsi kandung kemih yang penuh muncul sebelum sfingter eksterna secara refleks melemas, sehingga hal tersebut memberi “peringatan” bahwa proses berkemih akan dimulai. Akibatnya, kontrol volunter terhadap berkemih dapat mengalahkan refleks berkemih, sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai keinginan orang
12
yang bersangkutan dan bukan pada saat pengisian kandung kemih pertama kali mencapai titik yang menyebabkan pengaktifan reseptor regang.11,12
Apabila saat berkemih tidak tepat sementara refleks berkemih sudah dimulai, pengosongan kandung kemih dapat secara sengaja dicegah dengan mengencangkan sfingter eksterna dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter yang berasal dari korteks serebrum mengalahkan masukan inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron- neuron motorik yang terlibat, sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan urin tidak dikeluarkan. Namun berkemih tidak dapat ditunda selamanya. Apabila isi kandung kemih terus bertambah, masukan refleks dari reseptor regang juga semakin meningkat. Akhirnya, masukan inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternal menjadi semakin kuat, sehingga tidak lagi dapat dikalahkan oleh masukan eksitatorik volunter, yang mengakibatkan sfingter melemas dan kandung kemih secara tidak terkontrol dikosongkan.11,12
Proses berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, walaupun kandung kemih belum teregang, yakni oleh relaksasi volunter dari sfingter eksternal dan diafragma pelvis. Penurunan lantai panggul juga memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan membuka sfingter uretra interna dam meregangkan kandung kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang selanjutnya menyebabkan kandung kemih berkontraksi melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara volunter dapat dibantu lebih lanjut oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen yang selanjutnya “memeras” kandung kemih untuk mengosongkan isinya.11,12 Simpulan Fimosis dapat menyebabkan BAK sakit dan tidak lancar pada anak usia 4 tahun karena terjadinya penyempitan atau perlengketan pada kulup kelamin sehingga ujung penis tidak bisa terbuka sepenuhnya dan juga mengakibatkan penisnya membengkak. Maka dari itu, Tindakan ini dilakukan dengan cara
sirkumsisi agar ujung penisnya
dapat terbuka sehingga dapat
membuat BAK lancar dan tidak terasa sakit lagi serta penisnya tidak membengkak lagi.
13
Daftar Pustaka 1. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC ; 2011.h. 779- 95 . 2. Moore KL. Anatomis klinis dasar. Jakarta : Hipokrates ; 2002.h. 162, 184-6. 3. Organel
genetalia
maskulina.
Edisi
2012.
Diunduh
dari
http://sriendahistiqhfarin.blogspot.co.id/2012/12/organel-genetalia-maskulina.html, pada tanggal 19 september 2017. 4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC ; 2003. h. 347-53. 5. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Jakarta : Penerbit Ukrida ; 2012.h. 31-8 . 6. Gartner LP , Hiatt JL. Buku ajar berwarna histology. Singapore : Saunders Elsevier; 2014 . h. 473- 90. 7. Mescher AL . Histologi dasar junqueira : teks dan atlas . Jakarta : EGC ; 2011.h. 223, 373-6 . 8. Gambar
di
unduh
dari
:
http://www.vetmed.vt.edu/education/curriculum/vm8054/Labs/Lab27/lab27.htm
,
29
September 2014 9. Fawcett DW . Buku ajar histology . Jakarta : EGC ; 2002.h.727-30. 10. Eroschenko VP. Atlas histologi. Jakarta :PenerbitBukuKedokteran EGC ;2016. Halaman 500-1 11. Guyton AC, Hall JE. Bukuajarfisiologikedokteran. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC;2008.h.325-33 12. Sherwood
L.
Editor
BahasaOng
HO,
Mahode
AA,
Ramdhani
D.
Fisiologimanusiadariselkesistem edisi-8. Jakarta: EGC; 2016. Hal. 576
14