Joshua Armando Sitompul 102016103 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondesi : Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak
Kata Kunci:
Abstract
Key Words:
PENDAHULUAN Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani; achondros yaitu tidak memiliki kartilago dan plasia yaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Parrot (1878) ini secara harfiah berarti pembentukan kartilago menjadi tulang – tulang (terutama tulang panjang) yang terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara spontan. Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Istilah lain yang biasa digunakan untuk penyakit ini antara lain Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndromeatau Osteosclerosis Congenital. Umumnya pertumbuhan tulang yang normal bergantung pada produksi tulang rawan, yaitu sebuah jaringan ikat fibrosa. Asupan kalsium ke dalam tubuh secara normal akan disimpan dalam tulang rawan sehingga tulang rawan akan mengeras menjadi tulang. Namun pada penyakit Achondroplasia, kelainan menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki, menjadi terhambat dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan tulang. Selain itu bukaan di tengkorak menuju sumsum tulang belakang dan sumsum tulang belakang itu sendiri berukuran lebih kecil dari ukuran biasanya sehingga terjadi akumulasi cairan yang berlebihan dikepala. Seseorang yang mengidap Achondroplasia ini memiliki lengan tangan dan kaki yang pendek. Umumnya kepala dan tulang belakang mereka normal, namun dengan adanya lengan dan kaki yang pendek tersebut menyebabkan kepalanya terlihat lebih besar. Selain itu terjadi penonjolan yang cukup ekstrim pada bagian dahi dan hidung (hidung pelana). Terjadi pula pembentukan midface deficiency yang terlihat mencolok pada bagian rahang penderita. Saat menginjak usia dewasa terjadi pula perkembangan otot yang berlebihan. Penyakit lain yang mungkin timbul sebagai komplikasi penyakit ini adalah gangguan pendengaran seperti infeksi telinga bagian tengah dan gangguan saraf. Tinggi badan penderita biasanya tidak lebih dari 130cm. Namun intelegensi, mental dan kemampuan reproduksi penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan. Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen faktor reseptor pertumbuhan fibroblast 3, atau FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3 Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang
secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang. Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi dan berdifferensiasi membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi dewasa membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron. Adanya mutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu. Besarnya kemungkinan terlahirnya bayi yang mengidapAchondroplasia adalah 1/10.000 kelahiran hidup. Selain itu pula didapatkan sekitar 80% Achondroplasia terjadi karena adanya mutasi genetik yang terjadi secara spontan. Penyakit ini merupakan penyakit genetika yang dapat diturunkan oleh autosom dominan maupun karana mutasi yang terjadi secara spontan, artinya meskipun kedua orang tua tidak memiliki gen penyakit ini, mereka memiliki kemungkinan untuk melahirkan seorang anak yang mengidap Achondroplasia. Apabila salah satu orang tua memiliki gen penyakit ini maka kemungkinan anaknya mengidap penyakit ini sebesar 50%, heterozygot achondroplasia. Jika kedua orang tua menderita Achondroplasia, maka peluang untuk mendapatkan anak normal 25%, anak yang menderita Achondroplasia 50% dan 25% anak dengan homozigot Achondroplasia(biasanya meninggal). Achondroplasia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan dengan frekwensi yang sama besar. Fakta menarik yang ditemukan dari penyakit ini adalah bahwa jumlah anak yang terlahir mengidap penyakit Achondroplasia kemungkinanya semakin besar seiring dengan semakin tuanya usia ayah sedangkan kebanyakan penyakit genetik lebih banyak terkait seiring dengan bertambahnya usia ibu. Penyakit Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit yang menyebabkan cacat secara morfologi yang juga mempengaruhi kinerja organ – organ tubuh. Penyakit komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sehingga penderita penyakit ini dapat memiliki jangka waktu hidup yang normal.1
Achondroplasia Istilah Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan. Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya individu dengan Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah gangguan pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulang-tulang panjang. Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16. Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain itu, Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial. Achondroplasia juga dikenal dengan nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy Syndrome atau Osteosclerosis Congenital.2 (Gambar 1)3
Gambar 1. Penderita Achondroplasia
Penyebab Achondroplasia Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada
gen FGFR3 bertanggung jawab pada hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Perubahan basa nukleat glisin menjadi arginin ini terjadi pada posisi 380. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang.
Mutasi gen pada Achondroplasia bersifat autosomal dominant inheritance namun sekitar 85-95% kasus merupakan mutasi genetik yang spontan. Apabila salah satu orang tuanya mengalami penyakit ini maka anaknya memiliki potensi terkena penyakit ini sebanyak 50 persen. Dan apabila kedua orang dua terjangkit penyakit ini maka kemungkinan keturunannya mengalai penyakit ini lebih besar lagi. Mutasi pada Achondroplasia sangat erat kaitannya dengan kenaikan umur sang ayah, penelitian menujukan bahwa mutasi gen pada achondroplasia tertutama diturunkan dari sang ayah dan terjadi saat pembentukan sperma.4 (Gambar 2)5
Gambar 2. Proses mutasi pada basa nitrogen Ciri – ciri dan Gejala Sindrom Achondroplasia Achondroplasia adalah suatu kondisi yang berbeda yang biasanya dapat diketahui pada saat lahir. Contoh dari Achondroplasia yaitu batang tubuh dan tungkai pendek . tungkai bengkok
dan segmen tungkai proksimal lebih pendek (rhizomelia), kepala besar dengan dahi menonjol, tulang pipi yang kurang menonjol, dan hidung yang kecil, jari-jari bayi yang terkena achondroplasia pendek dan jari tengah memiliki kelainan atau kecacatan. Kebanyakan persendiannya dapat memanjang lebih dari normal. Sebagai contoh, lutut dapat memanjang melampaui titik berhenti yang normal. Bayi dengan achondroplasia akan mengalami hypotonia. Hal ini disebabkan karena kepala yang besar, terutama dibandingkan dengan seluruh tubuh, anak dengan achondroplasia akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan dibandingkan anakanak lainnya.6
Diagnosa Achondroplasia Diagnosa achondroplasia dapat didasarkan pada ciri-ciri atau karakteristik fisik yang khas. Karakteristik tersebut dapat dilihat oleh radiologi (X-ray), USG, dan teknik pencitraan lain. Dengan pencitraan USG, diagnosis achondroplasia sudah dapat diduga kuat sebelum kelahiran. Diagnosis molekul achondroplasia sebelum kelahiran mungkin dilakukan jika ada kecurigaan diagnosis atau peningkatan risiko (seperti orangtua memiliki riwayat achondroplasia). Dalam suatu keluarga dengan kedua orang tua memiliki achondroplasia, diagnosis prenatal mungkin sangat berguna. Tujuannya adalah untuk membedakan achondroplasia homozigot yang fatal (dengan dua salinan dari gen yang cacat) dengan achondroplasia heterozigot (dengan satu salinan gen achondroplasia) dari normal. Diagnosis sebelum kelahiran dilakukan dengan memeriksa sel yang diperoleh dengan chorionic villus sampling (CVS) atau amniocentesis. (Gambar 4)8
7
Pencegahan Achondroplasia Satu-satunya bentuk pencegahan adalah melalui genetika konseling, yang dapat membantu orang tua mereka menilai risiko memiliki anak dengan achondroplasia. Pembelajaran dan penelitian mengenai penyakit ini, pencegahan dan penanggulangannya dirasakan perlu mendapat perhatian yang besar dan mendalam sehingga kemunculan penyakit ini pada kelahiran bayi dapat diminimalisir, dengan begitu angka kematian dan jumlah individu pengidap penyakit ini pun dapat dikurangi.9
Gen Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan molekul panjang yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik yang disimpan dalam DNA suatu sel disebut dengan genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen terdapat informasi mengenai suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan “orangtua” melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen. Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik ada pada kromosom, yang disebut dengan lokus, lokus pada kromosom dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai benang. Simbol gen yang menunjukan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil. Sementara itu simbol gen yang menunjukan karakter dominan ditulis dengan huruf besar. Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang resesif disimbolkan degan huruf “d”, sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf “D”. Konsep mengenai gen sendiri selalu berkaitan dengan alel. Alel disebut juga sebagai versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen a mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a). Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu kromosom dan kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut dikatakan bersesuaian. Gen se-alel tersebut harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu huruf kecil). Bila pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya, maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal: AA) dan disebut alel identik yang berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan huruf yang sama kecil (misal: aa). Kemungkinan lain adalah
munculnya heterozigot (misal: Aa). Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen dapat dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antargenerasi. Dengan diagram silsilah, kita dapat mengidentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks (genosom X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram ini juga dapat dilihat apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.10-13
Replikasi Gen Pertama, heliks ganda DNA dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk RNA primer (5) dan molekul DNA polimerase (3&8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (fragmen okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut. (Gambar 5)14
Gambar 5. Replikasi DNA
Jenis-jenis Mutasi Gen Gen adalah segmen DNA yang terletak di kromosom. Sebuah mutasi gen didefinisikan sebagai perubahan dalam urutan nukleotida dalam DNA. Perubahan ini dapat mempengaruhi sepasang nukleotida tunggal atau segmen gen yang lebih besar dari kromosom. DNA terdiri dari polimer nukleotida bergabung bersama-sama. Selama sintesis protein, DNA ditranskripsi menjadi RNA dan kemudian diterjemahkan untuk memproduksi protein. Mengubah urutan nukleotida yang paling sering mengakibatkan nonfunctioning protein. Mutasi menyebabkan perubahan dalam kode genetik yang menyebabkan variasi genetik dan potensi untuk mengembangkan penyakit. Mutasi gen secara umum bisa dikategorikan menjadi dua jenis: mutasi titik dan pasangan basa insersi dan delesi. Mutasi titik (point) Mutasi titik adalah jenis yang paling umum dari mutasi gen. Juga disebut substitusi pasangan basa, jenis mutasi perubahan pasangan basa nukleotida tunggal. Mutasi titik dapat dikategorikan menjadi tiga jenis: Silent Mutation (Mutasi Diam) : Meskipun perubahan dalam urutan DNA terjadi, jenis mutasi tidak mengubah protein yang akan diproduksi. Hal ini karena beberapa kodon genetik dapat mengkodekan untuk asam amino yang sama. Asam amino yang dikodekan oleh tiga set nukleotida yang disebut kodon. Misalnya, asam amino arginine dikodekan oleh beberapa kodon DNA termasuk CGT, CGC, CGA, dan CGG (A = adenin, T = timin, G = guanin dan C = sitosin). Jika CGC urutan DNA berubah menjadi CGA, arginin asam amino masih akan diproduksi. Mutasi Missense :
Jenis mutasi mengubah urutan nukleotida sehingga asam amino yang
berbeda diproduksi. Perubahan ini mengubah protein yang dihasilkan. Perubahan mungkin tidak banyak berpengaruh pada protein, mungkin bermanfaat bagi fungsi protein, atau mungkin berbahaya. Menggunakan contoh sebelumnya, jika kodon untuk arginin CGC berubah menjadi GGC, asam amino glisin akan diproduksi bukan arginin.
Mutasi Nonsense:
Jenis mutasi mengubah urutan nukleotida sehingga kodon berhenti
dikodekan dalam tempat asam amino. Sebuah penghentian kodon sinyal akhir proses penerjemahan dan menghentikan produksi protein. Jika proses ini berakhir terlalu cepat, urutan asam amino dipotong pendek dan hasil protein yang paling selalu nonfungsional. 15 Penyebab Mutasi Gen (Mutagen) Biologi. Contohnya: virus. virus yang hidup di dalam sel hidup dapat mengubah susunan materi genetik inang dengan menyisipkan materi genetik virus. Fisika. Contohnya: sinar gamma, sinar X, dan sinar UV sebagai mutagen. susunan gen makhluk hidup dapat berubah jika terpapar pancaran sinar gamma, sinar X, dan sinar UV. mutasi yang terjadi adalah perubahan susunan materi genetik dalam skala kromosom Kimiawi. Contohnya: senyawa kimia asam nitrit sebagai mutagen: reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin. mutasi yang terjadi adalah perubahan susunan materi genetik dalam skala gen mutase buatan yaitu mutasi yang ditujukan untuk merubah susunan gen, sehingga sifat yang diturunkan pun berubah. Mutasi buatan ini umumnya menggunakan radiasi.16 Kromosom Kromosom-kromosom adalah struktur-struktur genetik yang terdapat pada inti sel dan pada setiap kromosom terdapat lebih dari 1000 gen dan kira-kira 100.000 gen terdapat pada setiap sel tubuh manusia. Sel manusia biasanya mengandung 46 kromosom (ada 26 pasang kromosom). Kromosom-kromosom itu tersusun dari molekul-molekul DNA (deoxyribonucleic acid) yang besar dan kompleks. Gen menempati berbagai macam bagian mengikuti panjangnya kromosom-kromosom itu. Bentuk atau struktur dari DNA pertama kali diperlihatkan oleh James Watson Francis Crick (1958). Dalam semua makhluk hidup, DNA berbentuk sirkular rangkap yang menyerupai tangga yang berliku-liku (lihat gambar 1). Urutan dari gen-gen itu disebut kode genetik. (Gambar 6)17
Gambar 7 . Bentuk gambar kromosom.
Berdasarkan fungsinya, kromosom dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: Kromosom tubuh (Autosom), yaitu kromosom yang menentukan ciri-ciri tubuh; Kromosom kelamin (Genosom), yaitu kromosom yang menentukan jenis kelamin pada individu jantan atau betina atau pada manusia pria atau wanita. Misalnya: pada kromosom lalat buah (Drosophilamelanogaster) memiliki 4 pasang kromosom, terdiri atas 3 pasang autosom dan 1 pasang genosom. Autosom (kromosom somatis), berjumlah 22 pasang (44 buah) dan tidak berhubungan dengan penentuan jenis kelamin; Kromosom seks, berjumlah sepasang (2 buah), yaitu X dan Y untuk laki-laki serta X dan X untuk
perempuan. Kromosom ini berhubungan dengan penentuan jenis kelamin.
Kromosom autosomal adalah kromosom tubuh yang tidak ada kaitannya dengan pembentukan atau penentuan jenis kelamin. Kromosom autosomal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kromosom autosomal dominan dan kromosom autosom resesif.3,4 Kromosom autosomal dominan adalah kromosom yang gen nya memaparkan satu salinan gen abnormal maupun gen yang normal. Sehingga kromosom autosomal dominan tidak hanya terlihat pada homogizot (HH) saja tetapi juga pada heterozigot (Hh) Beberapa gangguan dominan autosomal seperti polidaktili mungkin sangat ringan. Sedangkan gangguan yang lain seperti osteogenesis imperfekta bentuk letal merupakan kelainan yang berat. Kromosom autosomal resesif gangguan yang diturunkan oleh pewarisan sifat resesif autosomal biasanya terjadi karena adanya gangguan pada aktivitas enzim. Berbeda dengan dominan autosomal yang berhubungan dengan kelainan struktur. Gangguan resesif autosomal adalah gangguan yang hanya terjadi pada individu yang mewarisi dua salinan gen autosomal yang abnormal, satu salinan gen abnormal dari masing-masing orang
tua. Indvidu-individu yang terkena penyakit disebut homozigot; dan disebut karier bila heterozigot. Kromosom Genosom, Genosom memilik nama lain, diantaranya aelosom atau heterokrosom atau kromosom kelamin. Kromosom ini memiliki susunan pasangan yang berbeda pada individu jantan dan betina. Pada manusia genosom berjumlah satu pasang atau dua buah kromosom. Jumlah tersebut sama dengan genosom yang terdapat pada lalat buah.18
Hukum Mendel Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik suatu jasad hidup. Gregor Mendel sendiri lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang biarawan. Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis (Pisum sativum). Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan bebas Mendel). 19
Hukum Mendel I Hukum Mendel I (Hukum Segregasi), Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan bersegrasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan berisi gen ibu asli-lainnya berisi gen ayah asli. Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I. Hubungan antara hukum tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya. Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid (persilangan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan menampilkan sifatsifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gametgamet setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif a.
Hukum Mendel II Hukum Mendel II menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan bersegregasi dengan bebas satu sama lain. Yaitu jika dua pasang gen atau lebih saling berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Syaratnya, gen tersebut tidak berada dalam kromosom yang sama. Secara lebih sederhana, hukum Mendel II mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas. Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dihibrid (dengan dua atau lebih sifat) yang dapat dikenal, yang kemudian menghasilkan kesimpulan diantaranya: pertama, alel yag mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Kedua, apabila dua pasangan gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, perbandingan genotip pada F2 adalah 9:3:3:1.20
Kelainan Pewarisan Sifat (Kelainan Genetik) Kelainan pewarisan sifat atau kelainan genetik (genetic abnormality) merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia. Kelainan genetik ini disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan susunan gen yang umumnya tidak sempurna atau cacat. Secara umum gangguan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, gangguan gen tunggal (disebabkan perubahan DNA untuk satu sel), gangguan multifaktorial (perubahan gen dan faktor lingkungan), serta abnormalitas kromosom. Pada pembahasan kali ini, akan dititik beratkan pada gangguan gen tunggal yang disebabkan perubahan DNA untuk satu sel. Gangguan gen tunggal (single gene disorders) disebut juga dengan istilah Mendelian, sebagai penghargaan terhadap Gregor Mendel yang pertama kali mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari pewarisan gen tunggal. Ironisnya kemaknaan pekerjaan Mendel baru diketahui lama setelah kematiannya, sehingga ia tidak pernah membayangkan bahwa pegamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat besar. Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola pewarisan menurut Mendel (misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait seks, atau terbatas seks). Dalam pembahasan kali ini akan menitik beratkan pada pewarisan kelainan autosomal dominan dan resesif. Pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada pewarisan autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri
tertentu (yakni berbeda dari normal), namu pada heterozigot ciri-ciri ini dapat mucul. Lebih lanjut materi terkait penurunan autosomal dominan dan resesif akan dibahas dibawah ini.21
Pewarisan Autosom Dominan dan Resesif Seperti yang telah disebutkan diatas, pada pewarisan autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Dengan kata lain, hadirnya gen dominan dalam genotip menyebabkan penampakan sifat. Salah satu gangguan autosomal dominan yang ringan adalah polidaktili. Contoh keadaan autosomal dominan lainnya adalah akondroplasia, buta warna (kuning-biru), sindrom Ehlers-Danlos, Chorea Huntington, sindrom Marfan, dsb. Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria paling sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi baru), perkawinan homozigot-normal menghasilkan semua keturunan yang memiliki ciri tersebut, perkawinan heterozigot-normal 50% keturunan dengan ciri tersebut, dan sebagian besar individu yang menunjukan ciri akan merupakan heterozigot.3 Pewarisan Autosom Resesif, Pada pewarisan aurosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang tidak cukup untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. Telah diketahui lebih dari 1500 kelainan autosomal resesif. Contoh keadaan autosomal resesif adalah albino, kondrodistrofi, miotonia, buta warna (total), fenilketonuria. Berikut ini beberapa kriteria pewarisan autosom resesif: frekuensi munculnya ciri ini sama besar pada kedua jenis kelamin dan supaya ciri muncul maka kedua orangtua harus merupakan pembawa (heterozigot). Apabila dilakukkan proses persilangan, maka akan didapatkan hasil sebagai berikut: jika kedua orangtua homozigot resesif, semua keturunannya akan mempunyai ciri tersebut. Sementara itu, jika kedua orangtua heterozigot kemugkinan keturunan memiliki ciri tersebut mengikuti pola: 25% tidak terpengaruh, 50% sebagai karier (heterozigot), 25% mempunyai ciri tersebut (homozigot). Gangguan autosomal resesif khususnya yang jarang, menunjukkan peningkatan insiden pada keturunan dari orangtua yang mempunyai pertalian keluarga (ayah dan ibu ada pertalian keluarga). Diperkirakan hampir semua manusia membawa sekurang-kurangnya satu gen autosomal resesif yang rusak, karena itu jika antara keluarga menikah maka ada resiko keduanya membawa satu gen abnormal dari leluhurnya yang sama dan meneruskannya dalam dosis ganda kepada seorang anak.22
Simpulan Achondroplasia merupakan suatu penyakit genetika yang diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara spontan. Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Pada penyakit Achondroplasia, kelainan menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki, menjadi terhambat dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan tulang. Tingkat prevalensi achondroplasia diperkirakan antara 0,5 dan 1,5 dari 10.000 kelahiran dengan
kadar mutasi 0.000014.
Achondroplasia memiliki gejala yang dapat diketahui sejak lahir seperti tungkai yang pendek, tulang-tulang yang pendek, kepala yang besar, dll. Diagnosis molekul achondroplasia sebelum kelahiran mungkin dilakukan jika ada kecurigaan diagnosis atau peningkatan risiko (seperti orangtua memiliki riwayat achondroplasia). Dalam suatu keluarga dengan kedua orang tua memiliki achondroplasia, diagnosis prenatal mungkin sangat berguna.
DAFTAR PUSTAKA 1. Latar
belakang
dari
Achondroplasia.
http://www.penyebabachondroplasia.com/2010/11/achodroplasia-what-why.html achondroplasia 2. http://www.medicinenet.com/achondroplasia/article.htm 3. http://health.sahabat.click/2016/03/penyakit-achondroplasia.html
gambar
orang
achondroplasia 4. http://www.slideshare.net/nsyafiq/common-medical-problems-in-special-needs-people penyebab acondroplasia 5. http://www.biomagz.com/2016/04/mutasi-gen-penggantian-basa-nitrogen.html gambar basa nitrogen pada mutase gen 6. http://penyakit.co.id/achondroplasia.html ciri-ciri dari acondroplasia 7. Diagnosa acondroplasia http://www.healthline.com/health/achondroplasia 8. Gambar penyilangan acondroplasia http://slideplayer.info/slide/2696680/ 9. http://umm.edu/health/medical/ency/articles/achondroplasia how to prevent achondroplasia
10. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.95-7 11. Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam. Jakarta: Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3 12. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.h.41-2 13. Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.105-8 14. Yuwono, T. Biologi molekular. Jakarta : Erlangga. 2010. 15. William D, Jaime. Biologi molekuler dan Sel. Erlangga. 2006; H. 56-57 16. Yuwono T. Biologi Molekuler. Penerbit erlangga. 2007; H.80-82 17. structure of chromosomes http://www.passmyexams.co.uk/GCSE/biology/images/structurechromosome.jpg 18. http://www.livescience.com/27248-chromosomes.html Meaning of chromosomes 19. Fried GH, Hademenos GJ. Schaum’s outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.h.105-8 20. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.19-21 21. Karmana, O. Cerdas belajar biologi. Jakarta : Grafindo Media Pratama. 2004. 22. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5