Makalah Asuhan Keperawatan Cairan Elektrolit.docx

  • Uploaded by: defi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Asuhan Keperawatan Cairan Elektrolit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,664
  • Pages: 17
MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

OLEH : KELOMPOK 8 1. AISYAH RAHMA DINI (1811313017 2. BEAUTY RIISHA ANANDA (1811313015) 3. NATASYA (1811313019) 4. NOVALINA WAFOM (1811319001) 5. VEBBY FITRI NURARITA (1811313021) 6. ZARA APRILIA (1811313013)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan, Elektrolit, dan Keseimbangan Cairan Elektrolit”. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Esthika Ariany Maisa, S.Kep.,M.Kep., selaku dosen Ilmu Keperawatan Dasar dan rekan-rekan yang suda hmembantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa kaerya ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Padang, 18 September 2018

Kelompok 8

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................1 1.2 RumusanMasalah ................................................................................................................1 1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh ........................................................3 2.2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ...................................................................3 2.3 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit ...........................4 2.4 Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit .........................................6 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................12 3.2 Saran ..................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi

nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma. Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler. Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air. 1.2

Rumusan Masalah 1.

Pengertian Keseimbangan Cairan dan elektrolit tubuh

2.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3.

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit

4.

Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit. 4

1.3

Tujuan dan Manfaat

1.

Dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.

Dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3.

Dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan

dan elektrolit 4.

Dapat melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan

sel

yang

relative

konstan

tapi

dinamis.

Kemampuan

tubuh

untuk

mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”. 2.2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Gangguan Keseimbangan Cairan 1.

Dehidrasi

2.

Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit 1. Hiponatremia Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L) Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison Tanda dan Gejala : •

Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit

kepala dan keram otot. •

Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,

kejang, disorientasi dan koma. •

Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit

Addison). •

Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda

syok seperti hipotensi dan takikardi 2. Hipernatremia Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L) 6

Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain. Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia. 3. Hipokalemia Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L) Etiologi •

§ Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot

nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar) •

§ Diuretik



§ Asupan K+ yang tidak cukup dari diet



§ Ekskresi berlebihan melalui ginjal



§ Maldistribusi K+



§ Hiperaldosteron

Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST. 4. Hiperkalemia Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L) Etiologi : •

Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat

kalium, penghambat ACE. •

Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),

pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan. •

Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi

insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah. •

Insufisiensi adrenal



Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket

7

terlalu lama •

Hipoaldosteron

2.3 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit. a.Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. b.Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari. c.Diet Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema. d.Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. e.Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. -

Penyakit

ginjal

dan

kardiovaskuler

sangat

mempengaruhi

proses

regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh - Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri. f.Tindakan Medis : Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain. 8

g.Pengobatan : Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. h.Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.4 Konsep asuhan keperawatan gangguan keseimbangan cairan & elektrolit a. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (misalnya berat badan harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang diperlukan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda-tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan kesetimbangan cairan.

c. Pengukuran Klinis Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain pengukuran berat badan harian, tanda-tanda vital, setra asupan dan haluaran cairan.

d. Pengukuran Berat Badan Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukan adanya perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak 1 L. Perubahan berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berat badan mencapai 5% - 8% dari total berat badan, ini mengidentifikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan standardisasi alat ukur yang digunakan sebelum dan sesudah penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan 9

sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama dan dengan mengenakan pakaian sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut : Kehilangan air = Berat badan normal – berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat badan, mungkin ini menunjukan retensi cairan.

e. Tanda Vital Perubahan tanda vital mungkin mengidentifikasikan adanya ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda pertama menunjukan adanya hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernafasan mungkin menunjukan adanya gangguankesetimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan menurun pada kekurangan cairan.

f. Asupan dan Haluaran Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah penting adalah besarnya asupan haluaran cairan. Pengukuran dan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam menentukan kesetimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya perhitungan asupan dan haluaran cairan yang akurat. Perhitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan, makanan cairan, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau slang. Adapun perhitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernafasan yang cepat dan dalam.

g. Pemeriksaan Fisik

10

Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis, vena-vena tangan dan sistem neurologis.

h. Turgor Kulit Turgor kulit menggambarkan cairan interstisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kuliat akan segera kembali keposisi normal setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit kan kembali datar dalam jangka waktu yang lebih lama (hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan diatas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan diarea abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan pertimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi di samping dengan pengukuran turgor kulit.

i. Iritabilitas Neuromuskular Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda Chovstek dan tanda Trousseau. Pemeriksaan tanda Chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika : Tanda dan gejala kehilangan cairan

Kriteria Ringan

Sedang

Tanda/Gejala a)

Haus

b)

Berat badan turun

c)

Tidak ada gejala lain

a)

Rasa haus berat

b)

Sangat lelah

c)

Lidah kering

d)

Oliguria

e)

Na+ serum meningkat

f)

Suhu tubuh meningkat

g)

Hipertonik

Kehilangan Cairan 1-2 liter (2% BB)

11

3-4 liter (6% BB)

Berat

h)

BJ urine meningkat

a)

Gejala diatas bertambah

b)

Koma

c)

Konsentrasi darah tinggi

d)

Na+ serum meningkat

e)

Viskositas

5-10 liter (7% - 14% BB)

plasma

meningkat f)

Gangguan mental

g)

Delirium

Gejala gangguan keseimbangan cairan di CES dan CIS

Kompartemen CES

CIS

Penurunan

Peningkatan

1.

Gangguan sirkulasi perifer]1.

Aliran vena tidak lancar

2.

Denyut jantung lemah

2.

Tekanan darah vena tinggi

3.

Letih

3.

Detak jantung kuat

4.

Tekanan darah rendah

4.

Takikardia, sulit bernafas

5.

Respon lambat

5.

Sianosis

6.

Kulit dingin, lembab

6.

Muka bengkak,

7.

Lidah berkerut

8.

Anoreksia, mual, muntah

1.

Rasa haus, delirium

1.

Edema lapisan kulit

2.

Gangguan mental

2.

Sakit kepala

3.

Mual dan muntah

4.

Kejang

5.

Koma

edema

sistemik

Pada saat diketuk terjadi refleksi meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda Chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test Trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengidentifikasikan terjadinya hipokalemia dan hipomagnesemia. 12

Pemeriksaan Laboratorium

a. Elektrolit Serum Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kalium, dan ion bikarbonat. Perhitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na+ adalah :

Air yang hilang = 0,6 x BB ( Na+ serum terukur – 142) Na+ serum terukur

b. Hitung Darah Hematokrit (Ht) menggambarkan presentase total darah dengan sel darah merah. Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oelh jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overhidrasi dapat menurun. Normalnya 37% - 47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hemotokrit.

Air yang hilang = PAT x BB x [(Ht Normal/Ht terukur)]

Keterangan Perbandingan air tubuh (PAT): ·

Nilai 0,2 untuk dehidrasi akut

·

Nilai 0,6 dehidrasi kronis c. Osmolalitas Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg. d. pH Urine

13

pH urine menunjukan tingkat keasaman urine, yang dapat digunakan untuk menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6 – 8 pada kondisi asidosis metabolik. e. Berat Jenis Urine Berat jenis urine dapat digunakan sebgai indikator gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliable. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meingkat saat terjadi pemekatan akibar kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005 – 1,030 (biasanya 1,010 – 1,025). Selain itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontrasradiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.

14

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel

mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut). Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah : 1.

Usia

2.

Jenis kelamin

3.

Sel-sel lemak

4.

Stres

5.

Sakit

6.

Temperatur lingkungan

7.

Diet

15

3.2

Saran Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat

menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

16

DAFTAR PUSTAKA https://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/konsep-dasar-cairan-dan-elektrolit/ ners.unair.ac.id/site/index.php/download/category/6-bidang-akademik?download=99:modulpembelajaran-pemenuhan-kebutuhan-cairan-elektrolit Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit”. Jakarta: ECG Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC http://perawatbaru.blogspot.com/2017/01/asuhan-keperawatan-kebutuhan-cairan-dan.html

17

Related Documents


More Documents from ""