Makalah Asuhan Keperawatan Ningsih.docx

  • Uploaded by: Deni Ilham Putra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Asuhan Keperawatan Ningsih.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,331
  • Pages: 12
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN “HIPOPITUITARISME”

JUNARSIH NINGSIH 16CP1011

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR S1 KEPERAWATAN 2018

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb Rasa syukur tak mampu kami ucapkan dengan kata-kata Ya Allah ,ketika kau begitu setia menggerakkan tangan kami sehingga penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan yang menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan tugas mata Kuliah ini. Makalah ini merupakan suatu bukti upaya dari kerja keras kami untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik,semoga jerih payah yang telah dicapai dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu dan teknologi serta dapat digunakn juga sebagai informasi bagi pembaca kalangan umum. Semoga Allah SWt senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan hidayah-Nya,atas apa yang diusahakan selam ini. Kami menyadari sebagai manusia biasa makalah ini tidak lupuk dari kesalahan dan kekurangan .Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif untuk hasil yang lebih baik.

Takalar ,…Februari 2018

Penulis

BAB I PEMBAHASAN

1. DEFINISI Hipopituitarisme adalah hipofungsi kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme(penyakit Simmod) merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. 2. ETIOLOGI Keadaan hipofungsi kelenjar hiposis dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakekatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Kegagalan hipofisis anterior juga dapat disebabkan oleh aadanya nekrosis hipofisis pascapartus (syndrome Sheenan) namun merupakan penyebab yang jarang. Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi terapi radiasi pada bagian kepala dan leher. Kerusakan total kelenjar hipofisis akibat trauma, tumor atau lesi vaskuler akan menghilangkan semua stimulus yang secara normal diterima oleh kelenjar tiroid, gonad dan adrenal. Beberapa proses patologik dapat menyebabkan insufisiensi hipofisis dengan cara merusak sel-sel hipofisis normal yaitu tumor hipofisis, thrombosis vaskuler yang menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis normal, penyakit granulomatosa infiltratir dan idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat autoimun. 3. MANIFESTASI KLINIS Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormonhormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang. Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis. Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior. a. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan: 1) terhentinya siklus menstruasi (amenore) 2) kemandulan 3) vagina yang kering 4) hilangnya beberapa ciri seksual wanita. b. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:

1) 2) 3) 4)

impotensi pengkisutan buah zakar berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).

c. Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita: 1) celah bibir atau celah langit – langit mulut 2) buta warna 3) tidak mampu membaui sesuatu. d. Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). e. Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa : 1) kebingungan 2) tidak tahan terhadap cuaca dingin 3) penambahan berat badan 4) sembelit 5) kulit kering. f. Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi, bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa: 1) lelah 2) tekanan darah rendah 3) kadar gula darah rendah 4) rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi). g. Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan. h. Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu. 4. PEMERIKSAAN FISIK a. Inspeksi: amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis). b. Palpasi: palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar tergantung pada penyebab hipotuitari, perlu juga dikaji data lain sebagian data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukkan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

c. Dampak perubahan fisik terhadap klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. d. Data penunjang dari pemeriksaan seperti: foto cranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sela tursika, pemeriksaan serum darah untuk menilai LH, FSH, GH, prolaktin, aldosteron, testosterone, kortisol, androgen, tess stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone. 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan laboratorik Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun. b. Pemeriksaan radiologic Foto polos kepala, poliomografi berbagai arah (multi direksional), pneumoensefalografi, CT Scan, angiografi serebral. c. Pemeriksaan lapang pandang: adanya kelainan lapang pandang mencurigakan adanya tumor hipofisis yan gmenekan kiasma optic. d. Pemeriksaan diagnostic: pemeriksaan kortisol, T3, T4, serta estrogen atau testosterone, pemeriksaan ACTH, TSH dan LH, tes provokasi dengan menggunakan stimulant atau supresan hormone, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormone serum. 6. KOMPLIKASI a. b. c. d.

Kardiovaskuler: hipertensi, tromboflebitis, tromboembolisme, percepatan aterosklerosis Imunologi: peningkatan risiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi Perubahan mata: glaucoma, lesi kornea Musculoskeletal: pelisutan otot, kesembuhan luka yang jelek, osteoporosis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptic kaput femoris. e. Metabolic: perubahan pada metabolism glukosa sindrom penghentian steroid f. Perubahan penampilan: muka seperti bulan (moonface), pertambagan berat badan, jerawat.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormone-hormon yang kurang. GH manusia, hormone yan ghanya efektif pada manusia dihasilkan dengan teknik rekombinasi asam deoksiribonukleat (DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defisiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter spesialis.

Insufisiensi adrenal yang disebabkan karena defisiensi sekresi ACTH diobati dengan memberikan hidrokortison oral. Pemberian tiroksin oral dapat mengobati hipotiroidisme yang diakibatkan defisiensi TSH. Pemberian androgen dan estrogen dapat mengobati defisiensi gonadotropin, namun pemberian gonadotropin tersebut dapat pula menginduksi ovulasi. Defisiensi GH membutuhkan GH setiap hari. Bila defisiensi disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala-gejala tekanan oleh tumor progresif maka dilakukan operasi. Terapi substitusi dengan pemberian hidrokortison antara 20 – 30 mg sehari per oral. Umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10 – 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam. Prednisone dan deksametason tidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air. Bila terdapat stress (infeksi, operasi dan lain-lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan parenteral. Bila terjadi krisis adrenal, syok diatasi segera dengan pemberian cairan parenteral NaClglukosa, steroid dan vasopressin. Puluis tiroid/tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison. Pada penderita laki-laki diberikan suntikan testosterone enantot atau testosterone siprionat 200 mg intramuscular tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymetron 10 mg per oral setiap hari. Estrogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Diberikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki-laki dan dihentikan bila ada gejala virilisasi GH bila terdapat dwarisme. Pemberian desmopresin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

KONSEP MEDIS ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME 1. Pengkajian Pengkajian mencakup hal-hal berikut ini: a. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien serta riwayat radiasi pada kepala. b. Sejak kapan keluhan dirasakan Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa pra remaja. c. Apakah keluhan terjadi sejak lahir Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada pasien kretinisme d. Kaji tanda-tanda vital untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

e. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisikk klien. Bandingkan dengan standar pertumbuhan anak. f. Kaji keluhan utama klien seperti: 1) Pertumbuhan lambat 2) Ukuran otot dan tulang kecil 3) Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut aksila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid dan lain-lain. 4) Infertilitas. 5) Impotensi. 6) Libido menurun. 7) Nyeri senggama pada wanita. g. Pemeriksaan fisik 1) Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis. Pada klien pria, amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis). 2) Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar tergantung pada penyebab hipopituitasi, perlu dikaji juga data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala. i. Kaji dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. j. Data penunjang dari pemeriksaan diagnostic 1) Foto cranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika. 2) Pemeriksaan serum darah: LH, FSH, GH, androgen, prolaktin, testosterone, kortisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone. 2. Diagnose keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut: a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormone pertumbuhan. b. Koping individu inefektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. c. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh. d. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus. e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

f. Risiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal. 3. Intervensi Keperawatan Secara umum tujuan yang diharapkan perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah: a. b. c. d. e.

Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri tinggi. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Klien bebas dari rasa cemas. Klien terhindar dari komplikasi.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Diagnosa: gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh . Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. Criteria hasil: 1. melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya kerapian pakaian, postur tubuh, pola makan dan kehadiran diri. 2. Penampilan dalam perawatan diri/tanggungjawab peran. Intervensi: 1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan R/ mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh untuk mmepercepat teknik penyembuhan/penanganan. 2. Motivasi individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan R/ pengetahuan tentang proses perjalanan penyakit memudahkan klien secara bertahap menerima keadaannya. 3. Tingkatkan komunikasi terbuka, hindari kritik/penilaian terhadap perilaku klien. R/ membantu tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi. 4. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. R/ sebagai problem solving.

5. Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan snediri bila merawat pasien lain R/ perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga diri negative.

mempengaruhi

b. Diagnosa: Koping individu inefektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat. Kriteria hasil: 1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional. 2. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan. 3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melaului hubungan keperawatan. 4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal. Intervensi: 1. Berikan dukungan jika individu berbicara R/ klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain. 2. Bantu individu untuk memecahkan masalah (problem solving). R/ dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan kliena kan menurun dan tidak mengucil/ mengisolasi diri dari lingkungan 3. Instruksikan individu melakukan tehnik relasi dalam proses tehnik penatalaksanaan stress R/ ketepatan penanganan dan proses penyembuhan. 4. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan. R/ klien mengerti tentang penyakitnya c. Diagnosa: Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri meningkat. Kriteria hasil: 1. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri 2. Mengidentifikasi dua atributif positif mengenai diri. Intervensi: Tinneke A.Tololiu ( 2015 )

1. Bina hubungan saling percaya R/ Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh. 2. Tingkatkan interaksi sosial R/ pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan. 3. Diskusi harapan/keinginan/perasaan. R/ dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah faktor penyebab terjadinya harga diri rendah. 4. Rujuk ke pelayanan pendukung R/ memberikan tempat untuk pertukaran dan pengalaman yang sama. d. Diagnosa: gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan kesalahan interpertasi sekunder, gangguan transmisi, implus. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur-angsur membaik. Kriteria hasil: 1. Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori. 2. Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin. 3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan Intervensi: 1. Kurangi penglihatan yang berlebih. R/ mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata. 2. Orientasikan terhadap keseluruhan tiga bidang (orang, tempat, waktu). R/ untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan. 3. Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan. R/ meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan. 4. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera. R/ mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan

e. Diagnosa: ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan: ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan berkurang. Kriteria hasil: 1. Peningkatan kenyaman psikologi dan fisiologis 2. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya. Intervensi: 1. Catat respon verbal dan non verbal pasien. R/ mengetahui perasaan yang sedang dialami klien. 2. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan. R/ kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ansietas 3. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur. R/ mengatasi kelemahan, menghemat energi dan dapat meningkatkan kemampuan koping. f. Diagnosa: defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas perawatan diri. Kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan. 2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan. 3. Berpartisipasi secara fisik/verbal dalam aktifitas, perawatan diri/pemenuhan kebutuhan dasar. Intervensi: 1. Tingkatkan partisipasi optimal. R/ partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri. 2. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan. R/ dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien. 3. Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri. R/ dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKA

 Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.  Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta: EGC.  Michael, T. McDermott. 2005. Secret Series Endocrinology. Colorado: Mosby-Year Book.  Noer, Sjaifoelah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi ketiga.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.  Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.  Rumoharbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.  Scanlon, Valerie C. 2006. Essentials of Anatomy and Physiology Fifth edition.New York: F.A. Davis Company.  Smeltzer, Suzane. 2001. Buku Ajar Keperawatan Brunner & Suddarth Edisi ke 8. Jakarta: EGC  Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Related Documents


More Documents from ""