Lp Irene 2 Baru.docx

  • Uploaded by: Santa Teresa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Irene 2 Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,621
  • Pages: 24
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.

Pengertian Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2005) Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Tjokronegoro, 2001) Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias

(sesak

nafas,

pernafasan

cuping

hidung,

sianosis

sekitar

hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2001) Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing. 2.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi 1) Anatomi sistem respirasi 1) Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis superior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara. 2) Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Pada kiri dan kanan dari faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring dibagi dalam 3 bagian: a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan konka b) Orofaring, bagian tengah yang tingginya sarna dengan istmus fausium. c) Laringofaring, bagian bawah 3) Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. 4) Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. 5) Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil

dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli. 6) Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Paru-paru di bagi dua, yaitu a. Paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada lobus superior, dan 5 segmen pada lobus inferior. Paru paru dibungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pleura visceral, yaitu selaput yang membungkus paru-paru b. Pleura parietal, yaiut selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar Antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura, dan berisi sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya dan menghindari gesekan antara dinding dada pada saat bernapas.

Gambar 1 Anatomi Sistem Respirasi

2) Fisiologi sistem respirasi Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. (Price,1994) Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. (Price,1994) Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gasgas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen

dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir. (Price,1994) Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, seperti fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama. (Rab,1996) Menurut P.M. Mowschenson (2008), fungsi pernapasan adalah sebagai berikut : 1. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran. 2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang. 3. Menghangatkan dan melembabkan udara. 3.

Etiologi a. Bakteri Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti

Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. d. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001) e. Aspirasi benda asing f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C, 2001) 4.

Tanda dan Gejala a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a) Nyeri pleuritik b) Nafas dangkal dan mendengkur c) Takipnea b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a) Mengecil, kemudian menjadi hilang b) Krekels, ronki, egofoni c. Gerakan dada tidak simetris d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium e. Diafoesis f. Anoreksia g. Malaise

h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat i. Gelisah j. Sianosis a) Area sirkumoral b) Dasar kuku kebiruan k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas. 5.

Fatofisiologi Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001).

6. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

7.

Pemeriksaan Penunjang Menurut Ngastiah (2002), yaitu sebagai berikut : 1) Foto thorax Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. 2) Laboratorium  Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial  Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi  Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi  Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba  Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus 3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan 4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan. 5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

8.

Komplikasi Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut : a.

Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Saluran napaskeadaan bagian bawah Empisema adalah suatu dimana terkumpulnya

b.

nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh Peningkatan produksi rongga secret pleura.

c.

Bronchiolus

Otitis Media Acute Alveolus

d. Akumulasi secretInfeksi sitemik

Set point bertambah Meningitis yaitu infeksi yang menyerang Reaksi peradangan pada selaput otak.

e.

bronchus dan alveolus

Obstruksi jalan napas

9.

Stimulasi chemoreseptor hipotalamus

Penatalaksanaan

Fibrosus dan pelebaran

Respon menggigil

Menurut Ngastiyah Pengobatan Gangguan ventilasi (2002), Rangsangan batukdiberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy Atelektasis

secepatnya maka biasanya diberkan : Bersihan jalan nafas tidak efektif a. Penisillin 50.000

Nyeri pleuritik

Reaksi peningkatan panas tubuh

U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50Gangguan difusi

70 mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum Hipertermi

Gangguan rasa

luas seperti Ampicillin, pengobatan iniGangguan diteruskan sampai bebas Peningkatan nyaman nyeri frekuensi4-5 hari demam napas

pertukaran gas

Evaporasi

b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya meningkat diperlukan campuran glucose dan NaCl O2 0,9% dalam perbandingan 3: kejaringan Perangsangan RAS

menurun 1 ditambah larutan KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.

Cairan tubuh berkurang

c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat Susah tidur

Kelemahan

Defisit volume kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai

dengan hasil analisis gas darah arteri.

Perubahan pola tidur

cairan

Intoleransi aktifitas

A. ASUHAN KEPERAWATAN 1.

Pengkajian a.

Identitas 1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record. 2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat. 3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan

alamat 4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan b.

Riwayat Kesehatan 1.

Keluhan Utama Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.

2.

Riwayat Kesehatan Sekarang a. Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas. b. Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang. c. Region/radiasi,

yaitu

lokasi

keluhan

utama

tersebut

dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada. d. Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran. e. Timing,

yaitu

kapan

keluhan

tersebut

mulai

ditemukan/dirasakan pada pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008) 3.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-

lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan. 4.

Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lainlain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit keturunan dan lain-lain.

5.

Riwayat Kehamilan a. Pre Natal Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan, pemeriksaan kehamilan.  Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)  Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)  Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi TT 2 kali selama kehamilan b. Intra Natal Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir. c. Post Natal Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu.

6.

Riwayat Tumbuh Kembang Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.

7.

Riwayat Psikologis a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lainlain d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri. e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)

8. Riwayat Sosial Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi. 9. Kebiasaan Sehari-hari Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan personal hygiene. c.

Pemeriksaan fisik a.

Keadaan umum 1) Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar kepala atas dan lingkar dada. 2) Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu. 3) Keadaan sistem tubuh

b.

Sistem optalmikus 3) Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera. 4) Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan. 5) Pada

pasien

bronchopneumoni

biasanya

ditemukan

perubahan warna sklera mata bila terjadi hipertermi. c.

Sistem respiratorik

1) Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal fremitus. 2) Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru. 3) Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi, kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan. 4) Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk dengan produksi sputum. d.

Sistem kardiovaskuler 1) Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer. 2) Perkusi : untuk mengetahui batas jantung 3) Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan jantung. 4) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.

e.

Sistem gastro intestinal 1) Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan gerakan abdomen. 2) Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus yang dihasilkan. 3) Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan pekak hati.

4) Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi subkutan dan organ abdomen. 5) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah, penurunan berat badan dan distensi abdomen. f.

Sistem neurologis 1) Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien 2) Perkusi : mengetahui refleks pasien. 3) Pada

bronchopneumonia

biasanya

ditemukan

dalam

keadaan gelisah, bila suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan kesadaran. g.

Sistem muskulo skeletal 1) Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas. 2) Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot 3) Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot 4) Pada

bronchopneumonia

biasanya

ditemukan

dalam

keadaan kelelahan, tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas. h.

Sistem urogenetalia Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

2.

Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infasif f. Cemas berhubungan dengan dyspneu

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi

3. Intervensi keperawatan Diagnosis

Tujuan Keperawatan Pola napas tidak Setelah

Intervensi dilakukan

tindakan

1. Posisikan

Rasional pasien

efektif

keperawatan selama .......x 24

ventilasi

berhubungan

jam,

fungsi

contoh : posisi semifowler

dengan

2. Hindari pakaian yang ketat

dengan inflamasi

menunjukan

proses pernapasan

normal,

kriteria :

yang

untuk

maksimum

3. Beri oksigen lembab sesuai

 Frekuensi napas 20-40 x/menit (menurut

Katreen

Morgan

Speer (2008)  Tidak ada penggunaan otot-

ketentuan

ekspansi

paru

maksimum

2. Untuk

menghindari

penekanan

diafragma

4. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan

1. Memungkinkan

penjadwalan

3. Meningkatkan reoksigenasi

yang

tepat

otot aksesori pernapasan  Pernapasan teratur  Anak istirahat dan tidur

4. Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah

dengan baik Bersihan

jalan Setelah

dilakukan

tindakan

napas tidak efektif keperawatan selama ......x 24 berhubungan

jam, jalan napas bersih, dengan

1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada 2. Hisap secret sesuai kebutuhan

1. Tachipneu, pernapasan dangkal dan gerakan dada sering terjadi karena ketidaknyamanan

dengan akumulasi kriteria hasil : secret

pada 

Bronkhiolus

2. Merangsang batuk atau pembersihan Jalan

jalan napas secara mekanik pada

napas

pasien

bersih 

Suara

napas

Frekuensi 20-40

x/menit

adanya ronchi

napas

Tidak

respon terhadap secret auskultasi 5. Beri peningkatan kelembaban oksigen

dyspneu 

3. Memudahkan pengeluaran secret area konsolidasi ronchi terjadi akibat

(menurut ada

mampu

4. Penurunan aliran udara terjadi pada

Katreen Morgan Speer (2008) 

tidak

melakukan karena batuk tak efektif

4. Auskultasi area paru catat

vesikuler 

3. Lakukan fisioterapi dada

yang

suplemen

sesuai

ketentuan.

Tidak ada ronchi

5. Untuk mencegah pengerasan sekresi nasal dan pengeringan membrane

6. Kolaborasi untuk pemberian therapy mukolitik (pengencer dahak) bila memungkinkan berikan

area paru catat adanya ronchi

ekspektoran

mukosa. 6. Memudahkan

pengenceran

dan

pengeluaran secret

atau

nebulizer sesuai ketentuan

Cemas

setelah

dilakukan

tindakan

1.

Beri aktifitas pengalihan

1. Untuk mengalihkan perhatian anak

berhubungan

perawatan selama .....x 24 jam,

yang

dengan dyspneu

cemas hilang /berkurang, dengan

anak : misal membacakan

kriteria hasil :

cerita/ dongeng



2.

sesuai

kondisi 2. Berikan obyek kedekatan missal :

Beri tindakan kenyamanan

boneka

yang diinginkan anak

Anak tidak menunjukan tandatanda ketidaknyamanan fisik

tepat

3.

Beri

obyek

kedekatan

3. Untuk mengalihkan perhatian anak

misal : mobil-mobilan

seperti gelisah  Anak tampak tenang dan dapat melakukan

aktifitas

seperti

biasa  Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R Resiko

: 20-40

x/menit S : 36,5o-37o C tinggi Setelah dilakukan tindakan

penyebaran infeksi perawatan selama .........x 24 berhubungan dengan

jam,

infeksi

sekunder

tidak

adanya terjadi, dengan kriteria hasil :

1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4

1. Untuk memantau status kesehatan

jam sekali 2. Dorong tehnik mencuci tangan yang baik

2. Mencegah infeksi nasokomial

organisme infeksi



3. Kolaborasi : berikan antibiotic

Terjadi

sesuai indikasi

penurunan tanda-tanda infeksi  Tanda-tanda vita normal : TD : 86/54 mmhg, N

: 130

x/menit, R : 20-40 x/menit, S

dilakukan

tindakan

berhubungan

perawatan selama .........x24 jam,

dengan

terjadi

ketidakseimbangan

aktifitas, dengan kriteria hasil :

antara suplay dan

 Tidak ada dyspneu

kebutuhan oksigen

 Tanda-tanda

peningkatan

R

vital

aktifitas

mikroorganisme

sedang pengunjung

sesuai

5. Menurunkan pemajanan terhadap

indikasi 1. Kaji tingkat toleransi fisik

pathogen infeksi lain 1. Menunjukan respon fisiologis klien

anak

terhadap aktifitas 2.

Penghematan

energi

membantu

menurunkan

energi

sehingga

membantu dalam keseimbangan suplay oksigen

dalam

:

untuk

4. Memudahkan proses penyembuhan

hidup sehari-hari

S

digunakan

inefektif

2. Bantu anak dalam aktifitas

: 130 x/menit,

: 20-40 x/menit,

36,5o-37o C

dengan

toleransi

batas normal : TD : 86/54 mmhg, N

adekuat

ini

membunuh

4. Dorong keseimbangan istirahat

5. Batasi

: 36,5o-37o C Intoleransi aktifitas Setelah

3. Obat

3. Beri periode istirahat dan tidur

3.

yang sesuai dengan usia dan kondisi 4. Seimbangkan

menurunkan penggunaan energi 4.

istirahat

dan

tidur bila psien berambulasi

Tehnik penghematan energi untuk Konsumsi oksigen selama aktifitas dapat

meningkatkan

oksigen yang ada

jumlah

Gangguan nyaman

rasa Setelah :

dilakukan

tindakan

selama

.........x24

Nyeri perawatan

berhubungan dengan jam, proses inflamasi

nyeri

hilang,

dengan

1.

Berikan

tindakan

1. Dapat

kenyamanan 2.

kriteria hasil :

menghilangkan

ketidaknyamanan

Anjurkan

aktifitas

2. Untuk mengalihkan perhatian klien

pengalihan sesuai usia



3.

Berikan analgesic sesuai

3. Obat ini dapat digunakan untuk

indikasi

Klien tampak tenang

meningkatkan klien

 Klien tidak rewel  Skala nyeri berkurang Perubahan

proses Setelah

keluarga

perawatan

berhubungan dengan jam, hospitalisasi anak

ansietas

dilakukan

tindakan

selama

.........x24

terjadi

1.

dengan

2.

Gali

perasaan

dan

masalah seputar hospitalisasi



dan penyakit anak



Dapat menurunkan stress

2.

Memudahkan dalam pemilihan

informasi dan dukungan

kriteria hasil : Kecemasan keluarga berkurang

1.

kebutuhan orang tua untuk

pengurangan

keluarga,

Kenali kekhawatiran dan

3.

Berikan

informasi

seputar kesehatan anak

intervensi 3.

Untuk

menurunkan

yang dialami keluarga

ansietas

Secara

verbal

mengatakan berkurang

keluarga

4.

cemas

Berikan

dukungan

4.

sesuai kebutuhan 5.

Anjurkan

Meningkatkan

kemampuan

koping perawatan

yang berpusat pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan.

5.

Meningkatkan keluarga

pemahaman

DAFTAR PUSTAKA Doenges, marylinn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta. EGC. Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak cetakan ke-3. Jakarta : Salemba Medika.

Related Documents

Lp Irene 2.docx
December 2019 26
Lp Irene 2 Baru.docx
December 2019 30
Irene
October 2019 40
Irene
May 2020 34
Irene Laura
December 2019 36
Lp 2
October 2019 32

More Documents from ""