BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang yang hidup pasti akan mengalami masa penuaan dalam hidupnya, penuaan pada umumnya dimulai pada usia 60 tahun lebih. Penuaan juga dimulai pada masa lansia, orang-orang lansia biasanya mengalami masa penuaan pada system tubuhnya . dimulai dari system endokrin, pada system endokrin para lansia akan mengalami berbagai penyakit contohnya diabetes militus , selain itu lansia akan mengalami menoupuse bagi lansia wanita , dan andropuse pada laki-laki. Diabetes militus adalah penyakit endokrin yang kebanyakan dialami oleh lansia, dimana penyakit ini tubuh akan kekurangan hormone insulin untuk mengangkut kadar glukosa dalam tubuh sehingga kadar glukosa dalam tubuh meningkat. Menopause akan dialami oleh wanita pada masa usia lanjut, sedangkan andropause akan dialami pria pada saat usia lanjut.
B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui dan memahami pengertian menopause 2. Mengerti dan memahami pengertian andropause 3. Mengetahui dan memahami pengertian dibetes mellitus 4. Dapat memebrikan edukasi senam diabetes mellitus pada lansia
C. Metode Penulisan Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu observasi dimana penulis mendapatkan data dan informasi dari berbagai sumber buku.
D. Sistematika penulisan Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari BAB I yaitu Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II terdiri penjelasan menopause, andropause, dan diabetes BAB III terdiri dari Simpulan Saran, dan lampiran Daftar Pustaka.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Endokrin Pada Masa Lansia Usia lanjut dapat dilihat dari beberapa aspek dan dituangkan dalam berbagai definisi (adams, 1981) : 1. Bertambah usia 2. Menurunnya vitalitas seseorang 3. Berkuraangnya efisiensi biologic 4. Berkurangnya respon seseorang terhadap tantangan lingkungan 5. Penurunan progresif kemampuan terhadap stress Guna membedakan mana kelainan yang preventable dan kelainan sebagai usia lanjut. Maka perubahan merupakan proses normal usia lanjut dan proses patologis perlu di klasifikasikan dan di identifikasikan, meskipun pembedaan ini pada umumnya bersifat artifisial saja. Untuk menilai dan sedikitnya memahami kelainan pada usia lanjut perlu di tilik beberapa teori yang dianut , seperti perubahan immunosenescene (pada mekanisme signal transduction dalam system imun) (nordin, 1987), pengaruh usia lanjut pada neurotransmitter (simpkins,1987), serta stress dan kortikosteroid yang menambah biomarker aging (sapolsky, 1987),dan teori sederhana (adam , 1981). B. Andropause dan Menopause 1. Andropause Kelenjar adrenal beratnya sekitar 4 gram, kelenjar adrenal duduk di atas ginjal dan terdiri dari medula dan korteks adrenal. Hilangnya total fungsi kelenjar adrenal menyebabkan kematian dalam hitungan hari. Namun, penurunan mineralokortikoid yang terkait dengan usia, glukokortikoid, dan hormon andrognik menunjukkan perubahan komposisi tubuh, massa tulang, kekuatan otot, berat badan,
metabolisme. Agerelated menurunkan DHEA dan norepinephrine sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan perubahan metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Penurunan DHEA dengan usia sejajar dengan hormon pertumbuhan jadi pada usia 65, tubuh manusia hanya menghasilkan 10 sampai 20. Penurunan ini secara paralel menurun.
Tanda dan gejala Andropause a. Tubuh terasa panas b. Berkeringat c. Insomnia d. Rasa gelisah e. Takut f. Mudah lelah g. Menurunnya motivasi h. Keluhan depresi i. Menurunnya kekuatan j. Berkurangnya tenaga k. Kehilangan rambut tubuh
2. Menopause HAID terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang masih di pengaruhi oleh hormon reproduksi yang terjadi pada lansia.
Fase menopause : a. Fase pramenpaue b. Fase menopause c. Paska menopause
Gejala menopause a. Gangguan neurovegetatife : 1) Sakit kepala 2) Keringat yang banyak 3) Sesak nafas 4) Kedinginan 5) Kaku pada jari b. Gangguan psikologis : 1) Cepat lelah 2) Serin tersinggung 3) Insomnia 4) Lesu 5) Menjadi depres c. Gangguan sistem tubuh 1) Gangguan sirkulasi 2) Osteporosis 3) Disuria 4) Dispareunia Perubahan organ organ kewanitaan menjelang menopause a. Ovarim : mengecil dan mengaami penurunan fungsi di mana fungsi ovrium adalah untuk menghasilkan hormon esterogen. b. Tubavalofi : fibrae-fibrae pada tuba menjadi memendek. c. Uterus : mengalami atropi karena penurunan fungsinya sehingga tidak bisa menjadi tempat implantasi . d. Servik : menjadi mengerut e. Vagina : pengikisan dinding-dinding vagina dan pengeringan lendir vagina
C. Diabetes Melitus Pada usia lanjut hanya terdapat dua tipe diabetes yaitu diabetes tipe 1 dan 2, kerusakan sel beta primer (DM-1) masih mungkin terjadi pada usia lanjut. Di usia lanjut terdapat 5% igt ringan dan berat (Marble,1985), di Barat 1/6 populasi di atas 60th DM dan di atas 85 th 1/4nya diabetes (Golbreg, 1987). Pada usia lanjut sehat umur 73 tahun dapat disimpulkan oleh Coon (1992) bahwa sensitifitas insulin dan toleransi glukosa dipengaruhi terutama oleh distribusi lemak regional (WHR), dan bukanya oleh usia , obesitas ataupun VO2 max . 1. Kriteria Diabetes Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut berhubungan dengan berkurangnya sensitifitas sel perifer terhadap efek insulin (resistensi insulin). Ada juga factor sekunder : perubahan pola hidup dan penyakit lain. Keduanya memang sama-sama ditandai dengan hiperglikemia namun dampak komplikasinya berbeda (Goldbreg, 1987). Ateroklerosis meningkat karena hiperglikemia. Ada yang menggunakan pengukuran umur criteria untuk usia di atas 50 th 2 jpp GTT : 20-40 th >200 mg% >50 th -210 mg% dsb dan >70 th >240 mg% (Davidson, 1991). Karena false negative banyak di usia lanjut , maka skrining diabetes di masyarakat dengan urine tidak di anjurkan. Pada usia lanjut dapat disebut DM terkendali apa bila GDP<140 mg% dan 2 jam pp<180 mg% (singh 1995). Perubahan degenerative pada diabetes muda lebih cepat terjadi dari kelompok non diabetes , perubahan ini sering dengan perubahan usia lanjut. Maka diabetes dapat digunakan sebagai model untuk proses penuaan dengan bertumpuan dari maka pencernaan kolagen manusia dapat digunakan untuk memperkirakan usia pasien. Hasil sementara menunjukan bahwa kolagen pasien diabetes tua lebih sulit dicerna dibandingkan dengan kolagen normal (shagan,1976).
Perubahan degenerative pada diabetes muda lebih cepat terjadi dari kelompok non diabetes. Perubahan ini pun terjadi dengan seiring perubahan usia lanjut.
Komplikasi Diabetes Pada usia lanjut yang masih dapat berubah makroangiopati sedangkan mikroangiopati lebih sulit. Factor risiko lain yang dapat diubah adalah : a. Hipertensi b. Merokok c. Hiperlipedimia d. Obesitas e. HDL cholesterol yang sangat rendah
Pengelolaan Diabetes Pada Usia Lanjut Pertama tentu mengupayakan memperbaiki hipertensi kalau ada, baik sistolik maupun diastolic serta menghentikan rokok. Pengobatan dengan menggunakan OAD diberikan kalau ada hiperglikemia siatomatik (3P : polyuria, polifagi,pilidipsi) yang memberi penurunan berat badan , lemak tubuh , infeksi dan sebagainya. Risiko hipoglikemia dengan OAD dan insulin harus selalu di ingat, demikian pula risiko hiponatremia. Penggunan OAD generasi 2 (glipizid dan gliburid) dianjurkan sebab reasorbsinya lebih cepat karena adanya non-ionic-binding dengan albumin, sehingga risiko interaksi obat berkurang, demikian risiko hipoglikemia lebih rendah (Goldberg, 1987). Dosis hendaknya di mulai dengan dosis rendah. Glipzid lebih dianjurkan karena metaboliktnya lebih dianjurkan karena metaboliknya tidak aktif. Glibenclamide lebih sering memberi hipoglikemia diabanding gliclazide pada usia lanjut (stout 1997). Pasien yang lebih tua sering membutuhkan dua suntikan insulin sehari untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara memadai. Memisahkan dosis insulin intermidiete atau menambahkan insulin kerja
pendek dapat membantu mencegah hipoglikemia dan menawarkan fleksibilitas pada orang dewasa yang lebih tua dengan variasi pola makan atau mengurangi fungsi ginjal. Perawatan di rumah atau layanan keperawatan yang berkunjung mungkin bermanfaat bagi orang dewasa yang lebih tua dalam fase intensif terapi insulin (Farmer, Harderman, Hughes et al., 2012) Agen hipoglikemik oral (Ohashi) sebagai sulfonilurea sering digunakan untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah pada orang dewasa yang lebih tua dengan diabetes mellitus tipe 2. Glyburide dan Glipizide akan ditoleransi oleh orang dewasa yang lebih tua, tapi obat long acting klorpropamid meningkatkan risiko hypogycemica, yang tidak merespon dengan baik terhadap karbohidrat sederhana (Thompson, Vande, Linnerbur, & Saseen, 2013). Studi terbaru menunjukkan bahwa metformin, tergolong biguanide, mungkin merupakan pilihan yang lebih disukai untuk pasien dengan kelebihan berat badan. Efek samping seperti anoreksia, mual, dan ketidaknyamanan perut mungkin membatasi penggunaan pada orang dewasa yang lebih tua (Munshi, Maguchi, & Segal, 2012). Karena hipoglikemia adalah komplikasi utama terapi OHA, pasien harus diinstruksikan mengenai komplikasi ini. OHAs dikaitkan dengan efek samping lainnya seperti ruam, gatal, mual, muntah, kerusakan hati, dan peningkatan frekuensi dan urgensi kencing. Kunjungan medis rutin yang meliputi pengujian laboratorium untuk komplikasi adalah penting. Obat yang berbicara dengan pasien yang menurunkan kadar glukosa harus mengenali gejala hipoglikemia ringan dan menguji kadar gula darahnya. Jika hasilnya tidak normal, mereka harus menelan sumber karbohidrat dengan cepat bertindak seperti 4 ons jus jeruk. Rekondisi awal dan pengobatan hipoglikemia ringan mencegah gejala neuroglikopenik yang lebih parah yang terkait dengan hipoglikemia sedang dan berat. Hipoglikemia yang tidak dikenali dan tidak diobati menempatkan seorang individu dengan diabetes berisiko mengalami kejang dan bahkan kematian.
1. Identifikasi Darurat Pasien harus diberi saran untuk melakukan identifikasi darurat medis. Bahkan, orang yang mengalami OHA mengalami komplikasi utama seperti hiprlikemia servdo, identifikasi darurat medis memfasilitasi perawatan kondisi oleh petugas kesehatan atau lainnya. 2. Pemantauan Pemantauan tingkat glukosa darah direkomendasikan untuk pasien diabetes tipe 2 yang lebih tua karena mereka cenderung memiliki ambang ginjal yang lebih tinggi. pemantauan glukosa darah digunakan untuk mencapai dan mempertahankan tujuan glukosa yang diinginkan, komplikasi cacat sebagai hiperglikemia dan hypoglicemia, dan mendidik pasien tentang efek dari diet, obatobatan, stres dan aktivitas (Mbaezue, Mayberry, Gazmararian et al., 2010). Pemantauan glukosa darah sangat penting bagi individu yang menggunakan obat-obatan yang menurunkan kadar glukosa darah (misalnya, OHAs dan insulin). Alat pemantau glukosa umumnya mudah digunakan dan dapat diandalkan; Namun, berlatih teknik pemantauan glukosa sangat penting untuk memastikan kebenaran hasil tes. 3. Latihan Olahraga adalah strategi untuk mengurangi resistensi insulin dan hiperglikemia. Hal ini bermanfaat bagi orang dewasa yang lebih tua dari perspektif fisiologis dan psikologis. Asumsi bahwa orang tua yang tidak mampu atau mau berolahraga secara fisik dapat menyebabkan pengabaian aspek perawatan yang penting ini. Begitu kemampuan dan keterbatasan pasien dipertimbangkan, program latihan dipersonalisasi untuk pasien. Orang dewasa yang lebih tua mungkin mendapatkan manfaat terbesar dari eksekusi pagi karena ini adalah saat resistensi insulin terbesar (Davidson, Hudson, Kilpatrick dkk., 2009). Topik pengajaran harus mencakup peraturan
olahraga keselamatan ini, termasuk mengenakan gelang peringatan medis,
memeriksa
glukosa
darah
sebelum
berolahraga,
mengidentifikasi tanda dan gejala hipoglikemia, membawa sumber karbohidrat, dan menghindari dehidrasi. Komplikasi terkait olahraga atau cedera lebih mungkin terjadi pada populasi ini sebagai akibat kondisi preexixting seperti penyakit jantung, muskuloskeletal, dan penyakit mata. Presisi dan modifikasi olahraga untuk orang dewasa yang lebih tua oleh karena itu ditunjukkan untuk membantu mencegah masalah. 4. Perubahan Gaya Hidup Perubahan gaya hidup sering dibutuhkan untuk penderita diabetes. Sulit untuk mengelola penyakit kronis yang mempengaruhi diet, olahraga, berat badan, pengobatan, seksualitas, dan keuangan. Pengelolaan diabetes yang tepat membutuhkan pengetahuan, sklills, dan pengorganisasian tim ahli yang mencakup pasien sebagai inti tim. Menyesuaikan merokok dan alkohol diyakini bisa memperbaiki manajemen diabetes. Kemampuan pasien yang lebih tua untuk beradaptasi dengan perubahan gaya hidup perlu dievaluasi sesering mungkin sehingga dukungan tambahan dapat diberikan, bila diperlukan. Panduan pengajaran perawatan kaki untuk klien lansia dengan diabetes 1. Cuci kaki setiap hari selalu keringkan bagian sela-sela kaki dengan hati-hati. Jangan menggosok kaki setiap hari (hal ini dapat memnyebabkan kekeringa yang luar biasa pada kaki). 2. Jaga kaki agar tetap hangat dan kering. Kaus kaki katun sangat bagus karna tidak menahan kelembaban di dalam. 3. Gunakan lotion pada daerah kaki yang kering. 4. Berikan bedak tanpa parfum di sela jari kaki untuk mencegah keringat yang berlebihan.
5. Gosok kuku selama 10-15 menit dalam air hangat pada hari anda memotong kuku. Potong kuku dengan perlahan agar tidak melukai jari kaki. 6. Periksa kaki setiap hari untuk mengetahui adanya luka terpotong. 7. Gunakan sepatu yang nyaman dan sesuai dengan kaki anda. 8. Bersihkan bagian dalam sepatu dengan cara menggncangkan sepatu, agar kotora atau benda asing yang terdapat di dalam sepatukelua dan tidak melukai kaki anda saat memakai sepatu. 9. Janagan berjalan telanjang kaki, walaupun sedang didalam rumah. 10. Jangan memotong penebalan kulit pada kaki atau kalus sendiri, sebaiknya minta ahli podiatri atau dokter ahlinya. 11. Jangan merokok, roko dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke arah kaki atau tungkai. 12. Jangan menggunakan penghilang kulit komersial, hal ini tidak hanya menghilangkn kulit tetapi bagian kaki anda juga. 13. Panggil dokter untuk berbagai masalah seperti rasa perih, kemerahan, kuku jari yang tumbuh ke dalam dll. 14. Hindari kaos kaki yang ketat yang bisa mengikat kaki anda.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
1. Pengkajian 1) Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya? Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. 2) Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. 3) Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah 4) Integritas Ego Stress, ansietas 5) Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare 6) Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. 7) Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. 8) Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) 9) Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) 10) Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit
2. Diagnosa keperawatan 1) Aspek fisik atau biologis a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan,
memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas. c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan. d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder. e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual. f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan neuromular. g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang. h. Risiko kerusakan integritas kulit. i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis. (NANDA, 2006).
2) Aspek psikososial a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan. b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental. c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi. e. Resiko kesendirian. (NANDA, 2006)
3) Aspek spiritual Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian
atau
(NANDA, 2006).
pengasingan
social,
kurang
sosiokultural
Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan
NOC
NIC
Status nutrisi
Manajemen
Aspek fisik atau biologis 1.
Ketidakseimbangan nutrisi
:
kurang
kebutuhan
tubuh keperawatan selama 3x24 (eating
berhubungan tidak
dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
dengan jam
mampu
pasien
diharapkan management)
dalam mampu:
memasukkan,
1. Kolaborasi
1. Asupan nutrisi tidak
memasukan,
mencerna,
mengabsorbsi
makanan
karena factor biologi.
disorder
bermasalah
cairan tidak bermasalah 3. Energy bermasalah 4. Berat badan ideal
anggota tim kesehatan untuk
2. Asupan makanan dan
tdak
dengan
memuat
perencanaan perawatan jika sesuai. 2. Diskusikan
dengan
tim dan pasien untuk membuat target berat badann, badan
jika
berat
pasien
tdak
sesuia dengan usia dan bentuk tubuh. 3. Diskusikan ahli
dengan
gizi
untuk
menentukan
asupan
kalori
setiap
hari
supaya mencapai dan atau mempertahankan berat target.
badan
sesuai
4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien 5. Kembangkan hubungan
suportif
dengna pasien. 6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap
asupan
makanan
dan
kenaikan
atau
pemeliharaan
berat
badan. 7. Gunakan
teknik
modifikasi
tingkah
laku
untuk
meningkatkan
berat
badan
untuk
dan
menimimalkan berat badan. 8. Berikan pujian atas peningkatan badan
dan
berat tingkah
laku yang mendukung peningkatan
berat
badan. 2.
Gangguan
pola
berhubungan
tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur dengan keperawatan selama 2x24
1. Tetapkan
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan dapat
kegiatan
lama,
terbangun
pasien.
awal
atau
lebih memperbaiki pola tidurnya
terlambat dengan kriteria :
pola dan
tidur
bangun dan penurunan
1. Mengatur jumlah jam
kemampuan fungsi yng
tidurnya
pola
tidur
pasien dan jumlah jam
ditandai dengan penuaan
2. Tidur secara rutin
perubahan pola tidur dan
3. Miningkatkan
cemas.
2. Monitor
tidurnya. pola
tidur
3. Jelaskan
pentingnya
tidur selama sakit dan
4. Meningkatkan kualitas tidur
stress fisik. 4. Bantu pasien untuk
5. Tidak ada gangguan tidur
menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya.
3.
Inkontinensia
urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional
berhubungan keperawatan selama 3x24
urin
dengan
keterbatasan jam
1. Monitor
neuromuskular
diharapkan
pasien
yang mampu :
urin.
ditandai dengan waktu
1. Kontinensia urin
yang diperlukan ke toilet
2. Merespon dengan cepat
melebihi
waktu
menahan
untuk
pengosongan
keinginan
eliminasi
buang
2. Bantu
air
kecil (BAK)
klien
mengembangkan sensasi
keinginan
BAK.
bladder dan tidak mampu
3. Mampu mencapai toilet
mengontrol pengosongan.
dan mengeluarkan urin
lingkungan
secara tepat waktu
memudahkan klien ke
4. Mengosongkan bladder dengan lengkap 5. Mampu
memprediksi
pengeluaran urin
3. Modifikasi baju dan untuk
toilet. 4. Instruksikan untuk
pasien
mengonsumsi
air minum sebanyak 1500 cc/hari.
4.
Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat berhubungan
dengan keperawatan selama 2x24
1. Diskusi dengan pasien
kemunduran
atau jam pasien diharapkan dapat
dan keluarga beberapa masalah ingatan.
kerusakan
memori meningkatkan daya ingat
sekunder.
dengan kriteria :
dengan
1. Mengingat
dengan
segera informasi yang tepat
ingatan mengulang
pemikiran
pasien
kemarin dengan cepat. 3. Mengenangkan
2. Mengingat yang
2. Rangsang
inormasi
baru
saja
disampaikan 3. Mengingat
tentang pengalaman di masalalu
dengan
pasien. informasi
yang sudah lalu 5.
Seksual
berhubungan Fungsi seksual
dengan
perubahan
struktur
tubuh/fungsi
yang
ditandai
perubahan mencapai
Konseling seksual
1. Mengekspresikan
1. Bantu pasien untuk
kenyamanan
mengekspresikan
dengan
2. Mengekspresikan
dalam
kepercayaan
perubahan diri
kepuasan
fungsi
tubuh termasuk organ seksual seiring dengan
seksual.
bertambahnya usia. 2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.
6.
Kelemahan mobilitas fisik Level mobilitas (mobility Latihan dengan terapi berhubungan kerusakan musculoskeletal neuromular.
dengan level) Setelah dilakukan intervensi dan keperawatan selama 2x24
gerakan
(exercise
therapy ambulation) 1. Kosultasi
kepada
jam diharapkan pasien dapat
pemberi terapi fisik
:
mengenai 1. Memposisikan penampilan tubuh 2. Ambulasi : berjalan 3. Menggerakan otot
rencana
gerakan yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Dorong
untuk
bergerak secara bebas
4. Menyambung
namun masih dalam
gerakan/mengkolabora sikan
gerakan
batas yang aman. 3. Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak
kuat
berdiri
untuk (mudah
goyah/tidak kokoh).
7.
Kelelahan dengan
berhubungan Activity tolerance kondisi
kurang.
Energy management
fisik Setelah dilakukan intervensi
1. Monitor intake nutrisi
keperawatan selama 2x24
untuk
jam
sumber energi yang
diharapkan
pasien
dapat:
adekuat.
1. Memonitor
usaha
bernapas dalam respon aktivitas 2. Melaporkan
memastikan
2. Tentukan keterbatasan fisik pasien. 3. Tentukan
aktivitas
harian
penyebab
kelelahan. 4. Bantu pasien untuk
3. Memonitor ECG dalam
jadwal istirahat.
batas normal 4. Memonitor warna kulit 8.
Risiko integritas kulit
kerusakan Kontrol risiko (risk control)
Penjagaan terhadap kulit
Setelah dilakukan intervensi
(skin surveillance)
keperawatan selama 2x24
1. Monitor
jam diharapkan pasien dapat
yang
:
kemerahan 1. Kontrol
perubahan
status kesehatan
area
kulit terlihat dan
adanya kerusakan. 2. Monitor kulit yang sering
mendapat
tekanan dan gesekan.
2. Gunakan
support
3. Monitor warna kulit.
system pribadi untuk
4. Monitor suhu kulit.
mengontrol risiko
5. Periksa pakaian, jika
3. Mengenal
perubahan
status kesehatan
pakaian terlihat terlalu ketat.
4. Monitor factor risiko yang
berasal
dari
lingkungan 9.
Kerusakan
memori Orientasi kognitif
berhubungan
dengan Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis.
Pelatihan
memori
keperawatan selama 2x24
1. Stimulasi
memory
jam diharapkan pasien dapat
dengan
:
pembicaraan
mengulangi
1. Mengenal diri sendiri
jelas
2. Mengenal orang atau
pertemuan
hal penting 3. Mengenal
secara
di
akhir dengan
pasien. tempatnya
sekarang 4. Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar
2. Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien. 3. Menyediakan gambar untuk
mengenal
ingatannya kembali. 4. Monitor
perilaku
pasien selama terapi. Aspek psikososial 1.
Koping
tidak
berhubungan
efektif Koping (coping) dengan Setelah dilakukan intervensi
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 dalam
kemampuan jam pasien secara konsisten
koping, dukungan social diharapkan mampu :
Koping enhancement 1. Dorong aktifitas social dan komunitas
tidak
adekuat
yang
dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
1. Mengidentifikasi pola koping efektif
mengembangkan
2. Mengedentifikasi pola koping
2. Dorong pasien untuk
yang
tidak
efektif
hubungan. 3. Dorong berhubungan dengan
3. Melaporkan penurunan stress
seseorang
yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang
4. Memverbalkan control perasaan
sama. 4. Dukung pasein untuk
5. Memodifikasi
gaya
hidup yang dibutuhkan 6. Beradaptasi
dengan
perubahan
menguunakan mekanisme pertahanan
yang
sesuai.
perkembangan
5. Kenalkan
7. Menggunakan
pasien
kepada
seseorang
dukungan social yang
yang mempunyai latar
tersedia
belakang pengalaman
8. Melaporkan
yang sama.
peningkatan kenyamanan psikologis 2.
Isolasi berhubungan perubhaan
social Lingkungan
keluarga
dengan internal
: Keterlibatan
(family
penampilan environment: interna)
keluarga
(family involvement) 1. Mengidentifikasikan
fisik, peubahan keadaan Setelah dilakukan intervensi
kemampuan anggota
sejahtera,
keluarga untuk terlibat
status mental.
perubahan keperawatan selama 3x24 jam pasien secara konsisten
dalam
diharapkan mampu :
pasien.
1. Berpatisipasi
dalam
aktifitas bersama 2. Berpatisipasi tradisi keluarga
perawatan
2. Menentukan
sumber
fisik, psikososial dan dalam
pendidikan
pemberi
3. Menerima
kunjungan
dari teman dan anggota keluarga besar
pelayanan
kesehatan
yang utama. 3. Mengidentifkasi
4. Memberikan dukungan satu sama lain
deficit perawatan diri pasien.
5. Mengekspresikan
4. Menentukan
tinggat
perasaan dan masalah
ketergantungan pasien
kepada yang lain.
terhadap keluarganya
6. Mendorong
anggota
yang sesuai dengan
keluarga untuk tidak
umur
ketergantungan
penyakitnya.
7. Berpatisipasi
dalam
rekreasi
acara
dan
atau
aktifitas komunitas 8. Memecahkan masalah 3.
Gangguan
harga
berhubungan ketergantungan, perubahan
diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga diri
dengan intervensi
keperawatan
selama 2x24 jam pasien peran, diharapkan
akan
bisa
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri fungsi seksual.
dengan criteria :
1. Kuatkan rasa percaya diri
terhadap
kemampuan
pasien
mengndalikan situasi. 2. Menguatkan
1. Mengidentifikasi pola
tenaga
pribadi
dalam
koping terdahulu yang
mengenal dirinya.
efektif dan pada saat ini
3. Bantu pasien untuk
tidak
mungkin
digunakan
lagi akibat
penyakit
dan
penanganan (pemakaian dan
alkohol
obat-obatan;
memeriksa
kembali
persepsi
negative
tentang dirinya.
penggunaan
tenaga
yang berlebihan) 2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi
dan
mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan 3. Mencari
konseling
profesional, jika perlu, untuk
menghadapi
perubahan
akibat
penyakitnya 4. Melaporkan kepuasan dengan
metode
ekspresi seksual 4.
Cemas
berhubungan Anxiety control
Anxiety reduction
dengan perubahan dalam Setelah dilakukan intervensi status
peran,
status keperawatan selama 2x24
kesehatan, pola interaksi, jam
diharapkan
pasien
fungsi peran, lingkungan, dapat: status ekonomi.
1. Memonitor
menidentifikasi situasi percepatan cemas. 2. Dampingi
intensitas
cemas
pasien
untuk mempromosikan
2. Melaporkan tidur yang adekuat 3. Mengontrol
1. Bantu pasien untuk
kenyamanan
dan
mengurangi respon
cemas 4. Merencanakan strategi koping dalam situasi
ketakutan. 3. Identifikasi perubahan cemas.
ketika level
stress
4. Instuksikan
pasien
dalam
teknik
relaksasi. 5.
Resiko kesendirian
Family Coping
Family support
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan
pasien
dapat:
1. Bantu
pekembangan
harapan yang realistis. 2. Identifikasi
alami
dukungan
1. Mendemontrasikan fleksibelitas peran
spiritual
bagi keluarga. 3. Berikan kepercayaan
2. Mengatur masalah
dalam
3. Menggunakan strategi
dengan keluarga.
pengurangan stress
hubungan
4. Dengarkan
4. Menghadapi masalah
untuk
berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan.
6.
Gangguan
citra
berhubungan
tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh dengan keperawatan selama 2x24
perubahan ketergantungan
dan jam
pasien
diharapkan
fisik meningkatkan
citra
(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi.
tubuhnya dengan criteria : 1. Merasa puas dengan penampilan tubuhnya 2. Merasa puas dengan fungsi
anggota
badannya 3. Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan
1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan
karena
penyakit
atau
pembedahan. 2. Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru
saja
diterima
dapat masuk dalam citra tubuh pasien. 3. Memudahkan hubungan individu
dengan lain
yang
mempunyai penyakit yang sama. Aspek spiritual 1.
Distress
spiritual Pengharapan (hope)
berhubungan
Penanaman
dengan Setelah dilakukan intervensi
peubahan hidup, kematian keperawatan selama 3x24 atau sekarat diri atau jam orang
lain,
diri,
kesendirian
atau
kurang
secara
luas
cemas, diharapkan mampu :
mengasingkan
pengasingan
pasien
social, sosiokultural.
1. Mengkaji pasian atau keluarga
untuk
pengharapan
orientasi masa depan yang positif arti
kehidupan
dalam
hidup. 2. Melibatkan
pasien
secara
dalam
aktif
perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa optimis
3. Mengajarkan keluarga tentang aspek positif
4. Mengekspresikan perasaan
pengharapan. untuk
mengontrol diri sendiri 5. Mengekspresikan kepercayaan 6. Mengekspresikan rasa percaya
(hope instillation)
mengidentifikasi area
1. Mengekspresikan
2. Mengekspresikan
harapan
pada
diri
sendiri dan orang lain
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin,
yang mengurangi kemampuan lansia untuk
metabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes terjadi hampir satu dari lima orang yang berusia 65 tahun atau lebih. Karena gejalanya samar, para peneliti percaya lebih banyak pasien lansia yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terdiagnosis. Selain itu, lebihari 40% individu pada usia ini memiliki beberapa bentuk intoleransi glukosa.
B. Saran Kelompok
berharap
setelah
mendapatkan
pemaparan
dan
memahami DM yang terjadi pada lansia, kelompok dan rekan lainnya mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan evidence based yang sudah di tampilkan dan mampu menerapkan sedini mungkin pencegahan terjadinya DM pada lansia yang belum menderirta DM atau mengurangi angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC Darmojo, B & Hadi Martono.(2000). Buku Ajar Geriatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI www.academia.edu/35143512/ASKEP_GANGGUAN_ENDOKRIN_PADA_LA NSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gerontik dengan dosen Pembimbing Ibu Ni Luh Wayan
Oleh : Mega Putri Tri H
30140116016
Desyana Lilita
30140116030
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS Jalan Parahyangan Kav. 8 Blok B/1, Kota Baru Parahyangan 2018