LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI AMENORE SEKUNDER DI POLI KANDUNGAN RSUD BANGIL I. KONSEP DASAR A. DEFINISI Amenore adalah kondisi di mana seorang wanita tidak mengalami menstruasi,meskipun berdasarkan periode mentruasi seharusnya wanita tersebut mengalami menstruasi. Amenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1.
Amenore primer : Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder normal
atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder, tidak mendapatkan menstruasi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. 2.
Amenore sekunder : Ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tetapi
kemudian berhenti setelah periode. Diagnosa yang terjadi pada amenore primer termasuk diantaranya vaginal agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sinroma Turner. Diagnosa yang lain tergantung pada pemeriksaan yang lain.
B. PATOFISIOLOGI Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Klien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai
kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan klien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisisovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosisovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
D. ETIOLOGI 1. Amenore Primer : a.
Kelainan kromosom
b.
Masalah hipotalamus
c.
Hipofisis
d.
Kurangnya organ reproduksi
e.
Struktural abnormal pada vagina
Disebut Hymen imperforata, yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila cewek sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Dia mengeluh sakit perut setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dioperasi untuk melubangi selaput daranya. Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim, hingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan cewek tidak mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya dengan terapi hormon. 2. Penyebab Amenore Sekunder a. Kehamilan b. Kontrasepsi
c. Menyusui d. Stres e. Obat-obatan f. Ketidakseimbangan hormone g. Berat badan rendah h. Olahraga berlebihan i. Kerusakan tiroid j. Masalah di jaringan Rahim k. Ketidakcukupan ovarium primer.
E. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala yang muncul diantaranya : a. Tidak terjadi haid b. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun. c. Nyeri kepala d. Badan lemah Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya : a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
b. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. d. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore : a. Sakit kepala b. Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui ) c. Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa ) d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti e. Vagina yang kering f. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan amenora 2. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus dilakukan untuk menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
a.
Follicle stimulating hormone (FSH).
b.
Luteinizing hormone (LH).
c.
Prolactin hormone (hormon prolaktin).
d.
Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
e.
Thyroid stimulating hormone (TSH).
Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
a.
Biopsi endometrium.
b.
Tes genetik.
c.
MRI.
d.
CT scan.
G. PENATALAKSANAAN Pengelolaan pada klien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan. Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer. Sedangkan pada Amenore tiroid atau disebabkan oleh gangguan hipofisis dapat diobati dengan obat-obatan.
II. KONSEP DASAR ASKEP A. PENGKAJIAN 1. Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat. 2. Keluhan utama Pasien tidak menstruasi selama lebih dari 3 bulan 3. Riwayat Penyakit Sekarang 4. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelum memiliki penyakit ini pasien mempunyai riwayat penyakit lain. 5. Riwayat menstruasi 6. Riwayat seksual 7. Pemeriksaan Fisik a. Kepala b. Mata c. Mulut d. Leher e. Dada f. Abdomen g. Genetalia h. Ekstremitas atas-bawah B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan, perseptual, dan penyakit 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang penyakitnya (amenorrhea)
C. INTERVENSI No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan 1
Ansietas berhubungan
Setelah a. Kaji
Tujuan:
dilakukan tindakan
tingkat a. Tingkat
kecemasan : ringan,
keperawatan selama dengan
2
x
24
perubahan dalam diharapkan status kesehatan
jam
sedang, berat, panic
cemas b. Kaji tanda tanda
klien dapat teratasi.
ringan dan sedang bias ditoleransi
dengan
pemberian
pengertian
sedangkan yang berat diperlukan tindakan.
vital
Kriteria hasil:
b. Untuk
a. Tanda-tanda vital
kecemasan
dalam
rentang normal
c. Berikan
perkembangan pasien.
kenyamanan
dan c. Agar
ketentraman hati
b. Cemas berkurang klien
untuk
c. Tidak
perilaku agresif
pasien
nyaman
dan tidak memikirkan kecemasannya.
d. Beri dorongan pada
menunjukan
mengetahui
mengungkapkan
d. Untuk
mengurangi
tingkat kecemasan pada pasien. e. Agar pasien lebih rileks
pikiran perasaan
dan untuk
mengeksternalisasi
dan
mengalihkan
kecemasannya melakukan
dengan kegiatan
tersebut. kan kecemasan e. Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan
radio,
permainan
untuk
mengurangi kecemasan.
f. Agar tenang
pasien
merasa setelah
mengetahui keadaannya
f. Jelaskan
tentang
hasil pemeriksaannya 2
Gangguan
Setelah a. Gunakan pendekatan a. Agar pasien tidak malu
citra Tujuan:
tubuh
dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama
dengan biofisik, 2
x
24
tahap
diharapkan
perkembangan,
tidak
perseptual,
jam klien
mengalami
dan gangguan
penyakit
yang menenangkan b. Berikan factual
informasi
mengenai penyakit yang dideritanya.
mengenai b. Untuk membantu agar
diagnosis, tindakan
pasien
prognosis
setelah
lebih
tenang
citra
tubuh.
c. Dengarkan
Kriteria hasil : a. Mengidentifikasi dan
dengan
penuh perhatin d. Identifikasi
mengungkapkan
informasi c. Agar
tingkat
kecemasan
mengetahui
pasien
tidak
merasa dikucilkan oleh orang lain
gejala cemas
d. Untuk
b. Mengungkapkan
mengetahui
tingkat kecemasan pada
tehnik
pasien
mengontrol cemas 3
Tujuan
pengetahuan
dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama
dengan
kurang 2
informasi didapat
x
:
Setelah a. Mengkaji
Kurang
24
yang diharapkan tentang mampu
penyakitnya
menjelaskan
jam klien
tingkat a. Untuk
pengetahuan
klien
mengetahui
seberapa pegetahuan
tentang
penyakit
yang dideritanya b. Memberikan
tingkat klien
tentang penyakit yang dideritanya b. Agar
pasien
dapat
memahami lebih dalam
(amenorrhea)
penyakit mampu
dan mengenal
pengajaran dengan
sesuai tingkat
penyakitnya. Kriteria hasil: a. klien
tentang penyakit yang dideritanya c. Agar
pemahaman klien c. Memberikan
mengetahui
informasi
tentang
sumber-sumber
penyakitnya
yang
akurat
terjadi
kesalahpahaman informasinya jelas.
dari
dan
dapat dipertanggungjawab kan
tidak
dan
DAFTAR PUSTAKA
Maryanti, Dwi. 2009. “Kesehatan Reproduksi”. Yogyakarta: Nuha Medika Prawirohardjo Sarwono, Prof, Dr, DSOG, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Suriadi & Yuliani. 2010. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto. Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action. Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20152017/Editor,T. Heather Herdman; Edisi 10. Jakarta: EGC Nurarif, Amin H., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20122014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC