Laporan Pendahuluan Yunii.docx

  • Uploaded by: Yuni Wulandari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Yunii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,884
  • Pages: 14
LAPORAN PENDAHULUAN I. DEFINISI Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010). World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500gram.

II. Klasifikasi BBLR Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) : 1) Prematuritas murni Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan. 2) Baby small for gestational age (SGA) Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis. a) Simetris (intrauterus for gestational age) Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama. b) Asimetris (intrauterus growth retardation) Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan. c) Dismaturitas Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. III. Etiologi BBLR Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Faktor ibu 1) Penyakit a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preeklamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol. 2) Ibu

a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. 3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan 4) Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. 5) Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. 6) Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun. 7) Faktor yang memberikan efek pada masalah gizi. a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur. b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm. d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang meningkat.

e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori. IV. Masalah-Masalah Bblr 1. Asfiksia 2. Gangguan napas 3. Hipotermi 4. Hipoglikemi 5. Masalah pemberian ASI 6. Infeksi 7. Ikterus 8. Masalah perdarahan V. Tanda-tanda Bayi Kurang Bulan 1. Kulit tipis dan mengkilap 2. Tulang rawan telinga sangat lunak 3. Lanugo banyak terutama pada punggung 4. Jaringan payudara belum terlihat jelas 5. Perempuan Laki-laki

: labia mayora belum menutupi labia minora : skrotum belum banyak lipatan.

6. Rajah telapak kaki < 1/3 bagian atau belum terbentuk 7. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur 8. Aktifitas dan tangisanya lemah 9. Menghisap dan menelan tidak efektif / lemah VI. Tanda-tanda Bayi KMK 1. Umur janin dapat cukup, dapat kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram 2. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat 3. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis 4. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. 5. Bila cukup bulan payudara dan puting SMK 6. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora 7. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun 8. Rajah telapak kaki mungkin lebih dari 1/3 bagian 9. Mengisap cukup kuat

VII. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Keperawatan a. Penanganan bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

b. Pelestarian suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5o C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25o C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram c. Inkubator Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. d. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. e.

Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan

sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. f. Pemberian makanan Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm. g. Memulangkan Bayi Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus) c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

(Bobak, Irene M. 2005)

VIII. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari. 2. Laboratorium a. Darah rutin

b. Gula darah (8–12 jam post natal). c. Analisa gas darah d. Elektrolit darah (k/p) e. Tes kocok/shake test IX. Patofisiologi Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok. BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia,

patent

ductus

arteriosus,

perdarahan

ventrikel

otak,

hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi,

retrolental

fibroplasia,

necrotizing

enterocolitis

(NEC),

bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal. (Bobak, Irene M. 2005)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

1. Pengkajian a. Biodata pasien Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin . Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat. b. Riwayat kesehatan Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu: a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru. b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan. d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). e) Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji : c. Riwayat post natal Yang perlu dikaji antara lain : a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

d. Pola nutrisi Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

e. Pola eliminasi Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, dan jumlah. f. Latar belakang sosial budaya Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu. g. Hubungan psikologis Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif h. Keadaan umum Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik. i. Tanda-tanda Vital Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur . j. Kulit Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.

k. Kepala Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial. l. Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya. m. Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. n. Mulut Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. o. Telinga Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan p. Leher Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek q. Thorax Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit. r. Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costae

pada garis

papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. s. Umbilikus Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat t. Genitalia Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. u. Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses. v. Ekstremitas Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

w. Refleks Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang

(Doenges E marlyn,2007)

2. Diagnosa yang mungkin muncul a) Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru b) Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan c) Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit d) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi e) Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam system gastrointestinal f) Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat g) Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

3. Intervensi Keperawatan a. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru Tujuan : Setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang efektif Kriteria hasil : a)

Kebutuhan oksigen menurun

b) Nafas spontan, adekuat c)

Tidak sesak.

d) Tidak ada retraksi Rencana Tindakan : a.

Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b.

Beri posisi semifowler R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.

c.

Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi pernapasan pada bayi

R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada bayi d.

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan

e.

Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai. R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

b. DX: Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat Rencana Tindakan : a. Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai. R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi. c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas. R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas. d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu. R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh. e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi : fenobarbital R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia. c. DX: Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak phlebitis Rencana tindakan : a. Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet. c. Lakukan perawatan tali pusat. R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik. d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin

R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium. f. Kolaborasi pemberian antibiotika. R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan. d. DX: Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin darah dalam batas normal Rencana Tindakan : a. Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien b. Catat intake dan output R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar. c. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat. R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. d. Timbang berat badan setiap hari R/: Timbang berat badan setiap hari e. DX: Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam system gastrointestinal Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam system gastrointestinal berfungsi dengan baik Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu makan meningkat, peristaltic usus dalam batas normal 15-30x/menit Rencana tindakan : a. Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien b. Monitor bising usus R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal c. Monitor status cairan dan elektrolit R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh d. Catat intake dan output secara akurat R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat e. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit(membran mukosa kering, sianosis)

R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit f. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh

DAFTAR RUJUKAN Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Doenges E marlyn,2007.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM. NANDA

NIC

NOC. 2016.Asuhan

1.Jogjakarta:Mediaction.

Keperawatan

Praktis

Edisi

Revisi

Jilid

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"