Lp Kejang Demam Proses.doc

  • Uploaded by: Yuni Wulandari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Kejang Demam Proses.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 1,909
  • Pages: 10
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK DI RUANG ASOKA RSUD BANGIL PASURUAN

I.

KONSEP DASAR A. DEFINISI Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38⁰C. Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013). Kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia di bawah 6 tahun. Kriteria diagnostik mencakup: kejang pertama yang dialami oleh anak berkaitan dengan suhu yang lebih tinggi dari pada 38°C; anak berusia kurang dari 6tahun; tidak ada tanda infeksi atau peradangan susunan saraf pusat; anak tidak menderita gangguan metabolik sistemik akut. Kejang demam bersifat dependen-usia, biasanya terjadi pada anak berusia antara 9 dan 20 bulan; kejang jarang dimulai sebelum usia 6 bulan. Kejang demam ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul pada saat awal-awal demam. Penyebab yang paling sering adalah ispa. Kejang ini akan kejang umum dengan pergerakkan klonik selama kurang dari 10 menit. Sistem syaraf pusat normal dan tidak ada tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan telah menghilang. Sekitar 1/3 anak akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam, tetapi sangat jarang yang mengalami kejang demam setelah usia 6 tahun. Jadi, kejang demam merupakan kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang. B. PATOFISIOLOGI Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui

oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari ,trauma sekitarnya Toksik Penyakit infeksi ekstracranial dll c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang HIPERTERMI dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan prostaglandin dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun Merangsang peningkatan potensibantuan aksi pada neuron ke membran sel sekitarnya dengan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, + + Merangsang perpindah ion K ion Nuntuk meningkatnya kebutuhan oksigen dandan energi kontraksi otot skelet yang secara cepat dari luar sel menuju ke dalam sel akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan Meningkatkan fase depolarisasi neuron dengan cepat mengakibatkan metabolisme otak meningkat. KEJANG Spasme Bronkus Spasme otot C. PATHWAY ekstermitas

Penurunan kesadaran Kekakuan otot pernafasan

Resiko cidera Ketidakefektifan pola nafas

Metabolisme basal meningkat

Kekurangan volume cairan

D. ETIOLOGI Kejang demam dapat disebabkan oleh: a.

Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela, demam berdarah, dan lain-lain.

b.

Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.

c.

Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

d.

Perubahan cairan dan elektrolit.

e.

Faktor predispisisi kejang deman, antara lain: a)

Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.

b) Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap. c)

Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal tinggi

d) Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi. E.

TANDA DAN GEJALA Kejang parsial sederhana, lama kejang 15 menit. Kesadaran tidak

terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai berikut; a. Tanda-tanda motoris; kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama b. Tanda atau gejala otonomik; muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. c. Gejala sematosensoris atau sensoris khusus; mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia. d. Gejala psikik; dejavu, rasa takut, visi panoramik.

F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi: 1. Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. 2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. 3. Darah a) Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl) b) BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi c)

nepro toksik akibat dari pemberian obat. Elektrolit : Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Pengobatan a. Pengobatan fase akut Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. · Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). · Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.

b. Turunkan panas · Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. · Kompres air PAM / Os c. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. d. Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari. e. Penanganan sportif · Bebaskan jalan napas · Beri zat asam · Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit · Pertahankan tekanan darah 2. Pencegahan Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam. II. KONSEP DASAR ASKEP A. PENGKAJIAN Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi : 1. Data Subjektif a. Biodata/Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat. b. Riwayat Penyakit Sekarang c. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lainlain. d. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain. e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan

ditanyakan

apakah

sukar,

spontan

atau

dengan

tindakan

( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang. f. Riwayat Imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang. g. Riwayat kesehatan keluarga. Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam. h. Riwayat sosial Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?

i. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan Anamnesa 1) Aktivitas atau Istirahat 2) Sirkulasi 3) Intergritas Ego 4) Eliminasi 5) Makanan atau cairan 6) Neurosensori 7) Kenyamanan 8) Pernafasan 9) Keamanan 10) Interaksi Sosial 2.

Data Objektif a.

Pemeriksaan Umum

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi. b.

Pemeriksaan Fisik 1) Kepala 2) Rambut 3) Muka/ Wajah 4) Mata 5) Telinga 6) Hidung 7) Mulut 8) Tenggorokan 9) Thorax 10) Jantung 11) Abdomen 12) Kulit

13) Ekstremitas 14) Genetalia

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme. 2. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot pernafasan 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

C.

INTERVENSI

NO DX

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN ATAUINTERVENSI KRITERIA HASIL

1.

Hipertermi berhubunganSuhu tubuh normal. dengan proses penyakit KH: a.

b. c. d.

RASIONAL

1. Berikan cairan 1. elektrolit sesuai dengan kebutuhan. Cairan tubuh 2. tetap seimbang 2. Beri minum antara intake dan yang banyak. output. 3. Kolaborasi Membran dengan tim mukosa basah. medis (dokter) 3. dalam Turgor kulit baik. pemberian Klien tidak cairan infus. merasa haus.

Diharapkan cairan tubuh terpenuhi Dapat menambah cairan yang hilang akibat suhu badan yang tinggi. Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.

e. Tanda-tanda vital normal. 2.

Jalan nafas tidak efektifSetelah diberikan 1. berhubungan denganasuhan keperawatan selama 2x24 jam 2. kekakuan otot pernafasan diharapkan pola nafas kembali efektif . KH: 3. a. RR dalam batas 4. normal 1824x/menit b. Menunjukkan jalan nafas yang paten c. Tidak ada sianosis d. Tanda-tanda vital

Monitor frekuensi nafas Atur posisi pasien untuk mengoptimalka n ventilasi Monitor TTV Berikan Edukasi keluarga tentang hal yang dapat memicu serangan

1. Diharapkan nafas kembali normal 2. Diharapkan ventilasi kembali optimal 3. Diharapkan TTV kembali normal 4. Diharapkan keluarga paham mengenai pemicu dari kejang

dalam normal

3.

Kekurangan

rentan

volumeSetelah diberikan cairan berhubunganasuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan dengan peningkatan suhu cairan terpenuhi. KH: tubuh a. Tidak dehidrasi b. Suhu dalam batas normal c. Cairan terpenuhi

kejang 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen. 1. Observasi TTV 2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan 3. Catat intake dan output pasien 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

5. Untuk mempercepat kesembuhan

1. Untuk mengetahui perkembangan pasien 2. Memantau terjadinya dehidrasi 3. Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya makanan 4. Untuk mempercepat kesembuhan

DAFTAR PUSTAKA Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action. Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20152017/Editor,T. Heather Herdman; Edisi 10. Jakarta: EGC Nurarif, Amin H., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20122014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC

Related Documents

Lp Kejang Demam Icu.docx
April 2020 21
Kejang Demam
August 2019 53
Kejang Demam
October 2019 58

More Documents from ""