Lp Ttnb Insyaallah.docx

  • Uploaded by: Yuni Wulandari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Ttnb Insyaallah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,596
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN I. KONSEP DASAR A. DEFINISI Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada bayi yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir aterm). (Brooker, 2008). Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi baru lahir (newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari normal karena kondisi di paru-paru. Sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami hal ini dan umumnya menghilang setelah beberapa hari dengan tatalaksana yang optimal. Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu pernapasan cepat (frekuensi nafas > 60 x/menit ) sementara yang terjadi pada bayi waktu lahir umunya cukup bulan dan biasanya ringan serta dapat sembuh sendiri dengan perawatan yang baik.

B. PATOFISIOLOGI Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-

paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.

D. ETIOLOGI Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya: a. Lahir secara secar b. Lahir dari ibu dengan diabetes c. Lahir dari ibu dengan asma d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali.

E. TANDA DAN GEJALA 1. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit 2. Napas cuping hidung (nasal flare) 3. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)

4. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis) 5. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya.

F. KOMPLIKASI Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti : a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal. b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain. 2) Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia. 3) Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri. b. Pemeriksaan Radilogi Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN: 1) Hiperexpansi paru, khas pada TTN.

2) Garis prominen di perihiler. 3) Pembesaran jantung ringan hingga sedang. 4) Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral. 5) Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. 6) Prominent pulmonary vascular markings.

H. PENATALAKSANAAN Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika

keadaan bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.

II. KONSEP DASAR ASKEP A. PENGKAJIAN a. Identitas TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam). b. Riwayat Penyakit Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari ibu dengan asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age). c. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi. Pernapasan >60x/m. 2) Palpasi Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi) 3) Perkusi 4) Auskultasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan pengeluaran cairan dalam paru tidak adekuat 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi.

3. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit. 4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.

C. INTERVENSI No Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Keperawatan 1

Gangguan

pola Tujuan:

Setelah a. Posisikan pasien a. Posisi

nafas berhubungan dilakukan tindakan dengan terbentuknya surfaktan tubuh.

semi powler

dapat

belum keperawatan selama b. Auskultasi suara zat 2

x

24

dalam diharapkan nafas

semi

powler

memaksimalkan

ventilasi

jam

napas,

catat b. Suara napas tambahan

pola

adanya

suara

kembali

efektif.

napas tambahan c. Monitor

Kriteria hasil:

respirasi

a. Tidak

ada

sianosis

dapat menjadi sebagai tanda jalan napas yang tidak adekuat

dan c. Pada sepsis terjadinya

status O2,TTV

dan d. Berikan

gangguan respirasi dan status

O2

sering

disipnea,

pelembab udara

ditemukan

yang

mendemonstrasi

kasa basah Nacl

menyebabkan

TTV

kan

lembab

tidak

batuk

efaktif dan suara

normal

nafas

jumlah

yang

bersih

rentan

Mengurangi lokasi

yang

dapat menjadi tempat

b. Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak

dalam

merasa

tercekik,tidak ada suara nafas

masuk organisme

abnormal) c. Tanda-tanda vital

dalam

rentang normal

2

Resiko

tinggi Tujuan. :

gangguan

Setelah

termoregulasi hipotermi

a. Tempatkan bayi a. Mencegah dilakukan

: tindakan

pada

tempat

yang hangat

b.d keperawatan selama

belum

2

x

24

terbentuknya

diharapkan

kestabilan

suhu tubuh suhu c. Memonitor

suhu

incubator

perkembangan

lapisan lemak pada tubuh tetap normal.

Rasional :

tinggi

kulit.

Kriteria hasil :

c. Pantau

a. Suhu 37 °C b.

Bayi

tidak

suhu

hipotermi

jam

terbentuknya

: a. Berikan

cairan a. Glukosa

nutrisi kurang dari Mempertahankan

IV

kebutuhan

kandungan

mendukung

dengan

berhubungan

intake nutrisi

glukosa

dengan

Kriteria hasil:

kebutuhan

ketidakmampuan

a. Klien

neonatus.

menerima nutrisi

mendemonstrasi kan

intake

:

b.d

belum lapisan

sesuai

b. Mengidentifikasi c. Membantu factor

yang

adekuat

dan

sulit menelan.

b. Intake makanan

tubuh

OGT

menyebabkan

uh.

pengganti

b. Indikasi pemangsangan

yang

metabolismetub

sebagai

digunakan

cadanngan energi dalam

makanan

meningkat,

termoregulasi

lemak pada kulit.

Ketidakseimbangan Tujuan

tubuh dan

Resiko

gangguan

tubuh setiap 2

kedinginan

3

hipotermi b. Menjaga

Rasional :

jam b. Atur

terjadinya

c. Rujuk

kepada

ahli diet untuk membantu memilih

cairan

memperbaiki gizi pada bayi

tidak

ada

yang

penurunan

BB

memenuhi

lebih

lanjut,

dapat

kebutuhan gizi.

menyatakan perasaan sejahtera. 4

Risiko

tinggi Tujuan. :

infeksi

Setelah

berhubungan

tindakan

a. Berikan dilakukan

dengan penurunan keperawatan selama daya tahan tubuh.

2

x

24

diharapkan

atau

isolasi a. Isolasi/pembatasan pantau

pengunjung

untuk

melindungi

sesuai indikasi

pasien

imunosupresi

jam b. Cuci

tangan

tidak

sebelum

ada terdapat injeksi

sesudah

dengan

melakukan

kriteria

hasil: a. Suhu

dalam

batas normal b. Perkembangan status

klien

membaik selama terapi

dan

dan mengurangi risiki kemungkinan infeksi b. Mengurangi kontaminasi silang

aktivitas

c. Bersihan paru yang baik

walaupun

mencegah pneumonia

menggunakan sarung

tangan

steril. c. Dorong

masa

pengunjung dibutuhkan

d. Mencatat

tanda-tanda

inflamasi atau infeksi lokal, perubahan pada

sering

karakter drainase luka

menggati posisi,

atau sputum dan urine.

napas

Mencegah infeksi yang

dalam/batuk

berkelanjutan

d. Batasi penggunaan alat/prosedur invasif

jika

memungkinkan

DAFTAR PUSTAKA Suriadi & Yuliani. 2010. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto. Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action. Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20152017/Editor,T. Heather Herdman; Edisi 10. Jakarta: EGC Nurarif, Amin H., Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction Jogja Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 20122014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96

More Documents from ""