Lapsus Bab3.docx

  • Uploaded by: rdota
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapsus Bab3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,410
  • Pages: 7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Demam Berdarah Dengue (DBD)

3.1.1

Definisi DBD Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang

disebabkan infeksi virus dengue yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya Flavivirus, famili Flaviviridae. Dimana virus ini mempunyai empat serotype yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang mana spesies ini berperan sebagai tempat penyimpanan dan replikasi virus.

3.1.2

Manifestasi klinis Demam dengue mempunyai gejala demam, nyeri kepala dan nyeri

otot/sendi, yang dapat disertai trombositopenia dan perdarahan. Sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan demam, perdarahan, pembesaran hati, trombositopenia dan kebocoran plasma (dapat berwujud hemokonsentrasi, efusi pelura, asites dan hipoalbumin) yang jika berat dapat menimbulkan syok. Tabel berikut merupakan tanda klinis dan hasil laboratorium DD dan DHD. Tabel 1.1 Tabel 1.1 Klasifikasi infeksi virus dengue menurut WHO 1997 DD/DHF Grade Tanda dan gejala Laboratorium DD

Demam dengan minimal 2 tanda



≤5000/uL)

klinis : 

Nyeri kepala



Nyeri retro-orbital



Mialgia



Artralgia



Manifestasi perdarahan



Tidak ada kebocoran plasma

Leukopenia (WBC



Trombositopenia (≤150.000/uL)



Peningkatan hematokrit (5-10%)



Tidak ada kebocoran plasma

21

DBD

I



Demam 2-7 hari



Satu-satunya manifestasi perdarahan dengan uji

 Trombositopenia <100.000/uL  Peningkatan hematokrit ≥ 20%

bendung positif

DBD

II



Kebocoran plasma



Grade I ditambah



perdarahan spontan

Trombositopenia <100.000/uL



Peningkatan hematokrit ≥ 20%

DBD

III



Seperti grade I atau II



ditambah kegagalan sirkulasi (pulsasi teraba lemah,

Trombositopenia <100.000/uL



Peningkatan hematokrit ≥ 20%

tekanan nadi menyempit (≤20 mmHg)

DBD

IV



Hipotensi



Gelisah



Grade III ditambah syok



yang berkepanjangan dengan tekanan darah dan nadi yang tidak teraba

3.1.3

Trombositopenia <100.000/uL



Peningkatan hematokrit ≥ 20%

Tatalaksana

Menurut WHO tahun 2005, berikut adalah tatalaksana DBD tanpa atau dengan syok. 1. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok di rumah sakit a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.

22

b. Berikan parasetamol bila demam. Tidak memberikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan. c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang: 1) Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat 2) Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg

: 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg

: 5 ml/kgBB/jam

Berat badan > 40 kg

: 3 ml/kgBB/jam

d. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam e. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan. f. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi (compensated shock).

2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok di rumah sakit a. Memberikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal b. Memberikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya. c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen. d. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

23

e. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit. 3.2

Disentri

3.2.1

Definisi disentri Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir

dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Disentri adalah pengeluaran darah dan mucus dalam tinja disertai nyeri perut dengan atau tanpa tenesmus.11 3.2.2

Etiologi Adapun beberapa penyebab disentri pada anak dapat dilihat pada Tabel 1.12

Tabel 1. Penyebab disentri pada anak Bakteri

Parasit

Shigella spp.

Entamoeba histolytica (jarang pada balita)

Salmonella spp. Campylobacter jejuni (terutama pada bayi) dan Campylobacter coli

Schistosoma Balantidium coli dan Isospora hominis

Entamoeba histolytica memiliki 2 bentuk, yaitu kista dan trofozoit. Kista Entamoeba

histolytica

berperan

dalam

penularan

penyakit

(melalui

makanan/minuman), memiliki 4 inti, dan berukuran sekitar 10-60µm. Bentuk trofozoitnya merupakan stadium patologis (bersifat invasif, menembus dinding usus dan beredar secara hematogen). Trofozoit berukuran 10-60 μm, memiliki 1 inti, sitoplasma bergranular, bergerak dengan ektoplasma (pseudopodia).13

Gambar 2. Morfologi Entamoeba histolytica (Centers for Disease Control and Prevention. 2015

24

3.2.3

Patofisiologi Disentri Amuba12 Infeksi terjadi saat makanan dan minuman terkontaminasi feses yang

mengandung kista Entamoeba histolytica masuk ke dalam tubuh. Kista dapat hidup selama beberapa hari di dalam air dan tinja. Saat kista masuk ke dalam tubuh, kista akan berubah menjadi trofozoit di dalam usus halus. Trofozoit berkolonisasi dan menempel pada mukosa kolon. Trofozoit bermultiplikasi dan menyebar ke epitel usus, kemudian memproduksi ulser teardrop. Lesi ini biasa ditemukan di cecum, kolon transversum, dan kolon sigmoid. Beberapa trofozoit akan berubah menjadi kista dan akan bertahan pada tinja yang berada pada lingkungan yang lembab. Trofozoit lain akan menginvasi mukosa usus dan menyebar lewat pembuluh darah ke hati, paru, dan otak.

Gambar 4. Patofisiologi Disentri Amuba (Textbook of Pediatrics. Infections and Systemic Disorders. Volume 2. 2015) 3.2.4

Gejala Klinis Disentri amuba yang biasa sering disebabkan oleh Entamoeba histolytica

dapat menyebabkan kram dan penurunan berat badan. Kadang-kadang parasit tersebut bisa menyerang organ lain, paling sering yaitu hepar (abses hepar), dan menyebabkan demam serta nyeri perut kuadran kanan atas.14

25

3.2.5

Pengobatan15 Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi

semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: 1. Rehidrasi a. Pengobatan diare tanpa dehidrasi Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50 – 100 ml, 1 – 5 tahun adalah 100 – 200 ml, 5 – 12 tahun adalah 200 – 300 ml dan dewasa adalah 300 – 400 ml setiap BAB. b. Pengobatan diare dehidrasi ringan – sedang : Penderita diare dengan dehidrasi ringan–sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun adalah 300 ml, 1 – 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-tanda dehidrasi. c. Pengobatan diare dehidrasi berat Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral. Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena (± 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup

26

dengan pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun ½ jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kgBB. 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: 1.

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

2.

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit. 3. ASI dan makanan tetap diteruskan 4. Antibiotik selektif Disentri yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica dapat diberikan Metronidazole dengan dosis 10 mg/kgBB tiga kali per hari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat).3 5. Nasihat kepada orang tua

27

Related Documents

Lapsus Depresi.docx
December 2019 38
Lapsus Snhl.docx
November 2019 33
Lapsus Paraparese.docx
November 2019 41
Lapsus Tulunagung.doc
December 2019 42
Lapsus Neneng.docx
November 2019 43
Lapsus Oklusi.docx
June 2020 25

More Documents from "Hyder"

Ditabab Ii.docx
November 2019 8
Lapsus Bab3.docx
October 2019 9
Lapsus Bab4.docx
November 2019 13