Ditabab Ii.docx

  • Uploaded by: rdota
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ditabab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,958
  • Pages: 35
BAB I PENDAHULUAN Ciri seorang anak ialah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah.1 Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskular, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

3

Masalah tumbuh kembang anak yang sering di jumpai salah satunya adalah Keterlambatan Perkembangan Umum atau Global Developmental Delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan. Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motorik kasar, motorik halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian. Terminologi keterlambatan perkembangan umum biasanya digunakan pada anak dibawah usia 5 tahun. Terdapat beberapa faktor risiko dan etiologi keterlambatan gangguan perkembangan umum, mulai dari faktor intrinsik seperti genetik, metabolik, neurologik, maupun ekstrinsik seperti nutrisi dan stimulasi. Untuk menentukan etiologi diperlukan anamnesis yang komprehensif tentang faktor risiko dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan sesuai dengan kemungkinan etiologi dari anamesis dan pemeriksaan fisik yang didapat.1,2 Ciri khas tumbuh kembang terlambat biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah dari pada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya. Sekitar 8% dari seluruh anak usia lahir hingga 6 tahun di dunia memiliki masalah perkembangan dan keterlambatan pada satu atau lebih area perkembangan. Sekitar 1-3 % anak usia 0-5 tahun di dunia mengalami GDD.2 Dalam pemantauan perkembang anak, skrining dan deteksi dini penyimpangan perkembangan sangat diperlukan. Karena deteksi dini ini dapat membantu diagnosis sehingga pemulihannya dapat dilakukan lebih awal yang nantinya dapat menjadikan perkembangan anak dapat berlangsung seoptimal mungkin.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Global development delay (GDD) adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motorik kasar/motorik halus, berbicara/berbahasa, kognisi, personal/social dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Istilah GDD menggambarkan keadaan klinis yang berhubungan dengan berbagai penyebab dan ketidaksesuaian perkembangan adaptasi serta belajar pada kelompok umur tertentu. Keterlambatan bermakna artinya pencapaian kemampuan pasien kurang dari 2 standar deviasi (SD) dibandingkan dengan rata-rata populasi pada umur yang sesuai.3 2.2 Epidemiologi Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan. Keterlambatan perkembangan umum atau Global Developmental Delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan. Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motorik kasar, motorik halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.2 Masalah perkembangan dan perilaku merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak setelah infeksi akut dan trauma. Kurang lebih sebesar 15-18% anak di Amerika Serikat memiliki gangguan perkembangan atau gangguan perilaku. Sebanyak 25% anak memiliki masalah psikososial serius. Orangtua seringkali mengesampingkan masalah ini karena menganggap dokter tidak tertarik atau tidak bisa membantu.4

5

Angka kejadian keterlambatan perkembangan secara umum sekitar 10% anakanak di seluruh dunia. Di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada bulan Januari 2013 sampai Maret 2013, gangguan yang paling panyak ditemukan adalah Global developmental delay (GDD) atau keterlambatan perkembangan global (KPG) yaitu sebesar 39,1%. 5 2.3 Tahap Perkembangan Normal pada Anak 2.3.1 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.6 Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.6 Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara simultan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskular, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lain perkembangan menimbulkan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya, pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta perkembangan memiliki tahap yang berurutan. 6,7

6

Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga memiliki prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan sebagai kaidah atau pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.6,7

2.3.2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak

Penyebab keterlambatan perembangan umum yang terbanyak adalah kelainan kromosom dan malformasi otak, tetapi banyak juga penyebab lainnya. Keterlambatan perkembangan umum pada pasien dengan kelainan fisik nyata atau riwayat penyakit berat dapat dinilai lenih dini, namum hal ini lebih sulit pada pasien dengan fisik normal dan tidak ada riwayat penyakit berat atau penyakit penyerta lainnya. Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor tersebut antara lain : Faktor Internal : 

Ras/etnik atau bangsa Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih/ ras eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi dari pada bangsa asia.



Umur Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.



Genetik Faktor genetik merupakan modal besar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik. sedangkan di negara berkembang,

7

gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak- anak sebelum mencapai usia balita. banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti sindrom down, sindrom turner. Faktor Eksternal : 

Gizi Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik diperlukan nutrisi yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, khusus pada perkembangan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi otak. Otak manusia mengalami perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama kehidupan. Dengan demikian pertumbuhan sel otak berlangsung sampai usia 3 tahun. Kekurangan gizi pada usia di bawah 2 tahun akan menyebabkan sel otak berkurang 15%– 20%, sehingga anak kelak di kemudian hari mempunyai kualitas otak sekitar 80%–85%. Gunawan G, Fadlayana E, Rusmil K. 2011. Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Universitas Padjajaran.



Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya

potensi

bawaan.

Lingkungan

yang

cukup

baik

akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.

8



Toksin/ zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, aminopterin dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatokisis. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi mental.



Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya pada peristiwa di Hirosima, Nagasaki, dan Chernobyl.



Infeksi Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis.



Anoksia embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah.

2.3.3 Periode Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut6,8: 1. Masa prenatal atau masa intra uterin Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:  Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.  Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh. 9

 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.  Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina. 2. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan) Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu: 

Masa neonatal (umur 0 – 28 hari) Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi



Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan) Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.

Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. 3. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan) Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabutserabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-

10

hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. 4. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan) Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.

2.4 Etiologi GDD dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuskular. Menurut penelitian yang dilakukan di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita didapatkan 187 (30,9%) pasien dengan keterlambatan perkembangan umum, 93 kasus (49,7%) di antaranya mempunyai sebab yang jelas kelainan kongenital, mikrosefali, makrosefali, epilepsy, gangguan sensori integrasi, kejang demam, ensefalitis, cerebral palsy, hipotiroid kongenital, sindrom down, riwayat asfiksia dan ADHD. Sisanya 94 (40,3%) tanpa penyakit penyerta, terdiri dari 62 (66%) laki-laki dan 32 orang perempuan.

11

Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi GDD ; Tabel 1. Penyebab GDD menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV, 2010)2 Kategori Komentar Genetik atau Sindromik  Sindrom yang mudah Teridentifikasi dalam 20% diidentifikasi, misalnya Sindrom dari mereka yang tanpa tandaDown tanda neurologis, kelainan  Penyebab genetik yang tidak dismorfik, atau riwayat terlalu jelas pada awal masa keluarga kanak-kanak, misalnya Sindrom Fragile X, Sindrom Velo-cardiofacial (delesi 22q11),Sindrom Angelman, Sindrom Soto, Sindrom Rett, fenilketonuria maternal, mukopolisakaridosis, distrofi muskularis tipe Duchenne, tuberus sklerosis, neurofibromatosis tipe 1, dan delesi subtelomerik. Metabolik  Skrining universal secara nasional Teridentifikasi dalam 1% dari neonatus untuk fenilketonuria mereka yang tanpa tanda(PKU) dan defisiensi acyl-Co A tanda neurologis, kelainan Dehidrogenase rantai sedang. dismorfik, atau riwayat  Misalnya, kelainan siklus/daur keluarga urea Endokrin  Terdapat skrining universal neonatus untuk hipotiroidisme kongenital Traumatik  Cedera otak yang didapat Penyebab dari lingkungan  Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian, kehangatan, cinta, dan stimulasi untuk dapat berkembang secara normal  Anak-anak tanpa perhatian, diasuh dengan kekerasan, penuh ketakutan, dibawah stimulasi lingkungan mungkin tidak menunjukkan perkembangan yang normal  Ini mungkin merupakan faktor yang berkontribusi dan ada bersamaan dengan patologi lain dan merupakan kondisi yaitu 12

Malformasi serebral Palsi Serebral dan Kelainan Perkembangan Koordinasi (Dispraksia) Infeksi

Toksin

ketika kebutuhan anak diluar kapasitas orangtua untuk dapat menyediakan/memenuhinya  Misalnya, kelainan migrasi neuron  Kelainan motorik dapat mengganggu perkembangan secara umum  Perinatal, misalnya Rubella, CMV, HIV  Meningitis neonatal  Fetus: Alkohol maternal atau obat-obatan saat masa kehamilan  Anak: Keracunan timbal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM didapatkan bahwa lima penyebab terbanyak GDD adalah disgenesis serebral, palsi serebral, infeksi TORCH, sindrom genetik dan kelainan metabolik kongenital. Berdasarkan waktu terjadinya kelainan maka faktor prenatal dan peri natal lebih banyak mempengaruhi dibanding paska natal. Tabel 2.1 Identifikasi etologi keterlambatan perkembangan global5

13

Etiologi KPG yang dapat diidentifikasi paling banyak adalah disgenesis serebral. Sedangkan 25% pasien KPG tidak diketahui etiologinya, sebagian di antaranya dicurigai suatu sindrom genetik. Untuk tumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi enensial yang mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang sesuai dengan tahapan usianya. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut. Defisiensi nutrient tertentu sangat menentukan perkembangan susunan saraf pusat maupun perifer yang menimbulkan kelainan neurologis. Anak dengan malnutrisi mempunyai risiko yang lebih besar untuk keterlambatan perkembangan. Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat mempengaruhi aspek perkembangan jika anak menderita penyakit kronis, sehingga pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis. Penyimpangan perkembangan yang terjadi akibat dari gejala/kelainan yang menetap, pengobatan yang lama, keterbatasan aktivitas atau mobilitas, atau keterbatasan terhadap kegiatan sekolah, rekreasi, bermain, aktivitas keluarga dan perkembangan. Balita yang sedang menderita atau memiliki penyakit kronis, masa kritis dalam perkembangan akan mengalami hambatan.

2.5 Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6,7,8,9 : 1. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya. 2. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

14

3. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan

untuk

memberikan

respon

terhadap

suara,

berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya. 4. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

2.6 Periode Tumbuh Kembang Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa postnatal. Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya. Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 – 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.

15

2.7 Deteksi Dini Pemantauan perkembangan anak secara dini dan berkelanjutan

sangat

dibutuhkan untuk mendeteksi secara dini adanya keterlambatan dan gangguan perkembangan yang angka kejadian semakin meningkat, sehingga dapat dilakukan intervensi dini. Intervensi dini ini dapat dilakukan karena adanya kemampuan plastisitas otak. Pemantauan perkembangan harus dilakukan pada semua bayi baik dengan maupun tanpa faktor risiko. Sebagian besar anak dengan masalah perkembangan tidak menunjukan gejala yang jelas sehingga milestone dilakukan

tidak

perkembangan dengan

terdiagnosis saja. Pemantauan

survailance

kalau

hanya

menggunakan

perkembangan

anak

dapat

perkembangan (menggunakan milestone

perkembangan tetapi dilakukan secara berkelanjutan) maupun skrening perkembangan dengan mengunakan intrumen yang telah tervalidasi. Skrining perkembangan adalah suatu proses pemeriksaan anak untuk mengindentifikasi apakah mereka memerlukan penilaian lebih lanjut. Hal ini untuk mencari atau mengkatagorikan adanya kecurigaan gangguan perkembangan. Skrining

perkembangan

harus

menggunakan alat/instrumen yang dapat

dipercaya serta penilaiannya meliputi seluruh domain perkembangan yaitu motorik halus dan kasar, bahasa, personal sosial, dan kognitif. Instrumen skrening perkembangan ada yang diisi oleh orang tua-pengasuh, misalkan PEDS’ maupun yang harus dilakukan oleh tenaga profesional yang telah terlatih, misalkan Denver II. PEDS merupakan salah satu alat skrining yang telah tervalidasi, dan telah dilakukan ditercemahkan dan diadaptasi dalam bahasa Indonesia, yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah perkembangan dan perilaku, dengan hasil apakah anak tanpa resiko, resiko rendah dan resiko tinggi mengalami gangguan perkembangan dan perilaku. Test ini berisi 10 item pertanyaaan tentang cara belajar-perkembangan; bahasa reseptif; bahasa ekpresif; motorik halus; motorik kasar; perilaku; sosial; kemandirian; belajar dan masalah kesehtan umum. Test ini dapat digunakan pada anak sejak lahir usia sampai 8 tahun.

16

Denver II merupakan salah satu test skrening perkembangan umum yang meliputi 4 domain: motorik kasar, motorik halus-adaptif; bahasa dan personalsosial, yang telah tervalidasi dan harus dilakukan tenaga profesional terlatih. Test ini dapat digunakan untuk anak usia 0-6 tahun, dengan hasil normal, curiga adanya gangguan perkembangan atau tidak dapat ditest, sehingga dapat ditentukan apakah anak hanya perlu pemantauan, pemeriksaan ulangan atau dirujuk untuk pemeriksaan selanjutnya. Instrumen

yang

dapat

dilakukan

untuk

mendeteksi

keterlambatan

perkembangan anak antara lain, 1. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). 

Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.



Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan. Apabila orang tua dating dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat – yang lebih muda.



Alat/instrument yang digunakan adalah: 

Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.



Alat banntu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 – 1 Cm. 17

Contoh KPSP yang digunakan pada bayi 12 bulan dan 15 bulan

Gambar 1. Contoh KPSP 2. DDST (Denver Developmental Screening Test – II)12 Denver II menilai perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun dalam 4 dominan : 

Personal-sosial



Motorik halus dan adaptif



Bahasa



Motorik Kasar

18

Untuk melakukan Uji Denver, pemeriksaan tes perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan bersih, lalu disediakan meja tulis dengan kursinya dan matras serta formulir Denver. Untuk melakukan pemeriksaan Denver, dibutuhkan alat seperti : 1. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm) 2. Kismis/manik-manik 3. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm 4. Kerincing dengan gagang yang kecil 5. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm 6. Bel/lonceng kecil 7. Bola tennis 8. Pensil 9. Boneka kecil dengan botol susu 10.Cangkir plastic dengan gagang / pegangan 11.Kertas kosong

Gambar 2. Alat-alat yang digunakan skrining DDST II10

3. Parents Evaluation of Developmental Status (PEDS) Parents Evaluation of Developmental Status atau PEDS terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi seluruh aspek perkembangan anak yaitu aspek kognitif, aspek bahasa ekspresif maupun reseptif, motoric kasar dan halus, perilaku, emosi sosial, kemandirian, sekolah dan penyakit/kelainan lain. Ditanyakan adakah kekhawatiran orangtua tentang aspek perkembangan anak. Orangtua dapat menjawab “ya”, “ tidak” atau “sedikit” kawatir. Jika

19

orangtua menjawab “ya” atau “sedikit” orangtua diminta untuk memberikan jenis atau contoh keterlambatan atau gangguan yang menjadi kekhawatiran orangtua tersebut. Peneliti kemudian mengisi lembar peniliaian sesuai umur anak. Pada jawaban pertanyaan nomor 1, kemudia ditentukan termasuk kategori aspek perkembangan yang mana, sedangkan untuk pertanyaan nomor 2 hingga 10 diberi tanda pada kotak sesuai dengan umur anak. Peneliti kemudian menghitung jumlah kotak berwarna dan tidak berwarna. Jika jumlah kotak berwarna bernilai 2 atau lebih, dikelompokkan dalam langkah A. Jika kotak berwarna berjumlah 1, dikelompokkan dalam langkah B. Jika jumlah kotak tidak berwarna 1 atau lebih dan kotak berwarna bernilai 0 dikelompokkan dalam langkah C. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna maupun tidak berwarna, tetapi orangtua mempunyai masalah komunikasi yang mungkin disebabkan masalah Bahasa, kurang akrab dengan anak atau masalah mental orangtua maka dikelompokkan dalam langkah D. Jika didapatkan nilai 0 untuk kotak berwarna maupun tidak berwarna dan orangtua dapat berkomunikasi dengan baik dikelompokkan dalam langkah E.

2.8 Gejala Klinis Mengetahui adanya GDD memerlukan usaha karena memerlukan perhatian dalam beberapa hal. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining atau beberapa kali kunjungan, karena memerlukan data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan berat badan. Sesuai dengan pengertian GDD yang berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari dimana belum diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik GDD terkait ketidakmampuan anak dalam mencapai perkembangan milestones yang seharusnya, yaitu 1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan 2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan

20

3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk 4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan 5. Anak memiliki masalah komunikasi 6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus. Secara umum, orangtua sebaiknya mengenal tanda bahaya (red flags) perkembangan anak yang sederhana seperti, a. Tanda bahaya perkembangan motorik kasar 1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan. 2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan 3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot 4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh 5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol b. Tanda bahaya gangguan motorik halus 1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan 2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun 3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan 4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten c. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif) 1. Kurangnya

kemampuan

menunjuk

untuk

memperlihatkan

ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan 2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan 3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan

21

d. Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif) 1.

Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons

2.

Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan

3.

Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan

e. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional 1.

6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain

2.

9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah

3.

12 bulan: tidak merespon panggilan namanya

4.

15 bulan: belum ada kata

5.

18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura

6.

24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti

7.

Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi / interaksi

f. Tanda bahaya gangguan kognitif 1.

2 bulan: kurangnya fixation

2.

4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda

3.

6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara

4.

9 bulan: belum babbling seperti mama, baba

5.

24 bulan: belum ada kata berarti

6.

36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata4

2.9 Diagnosis Diagnosis

GDD

dengan

dokter

yang

memulai

anamnesis

dengan

mendengarkan penjelasan orangtua secara seksama tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap keterlambatan perkembangan, perubahan

22

tubuh dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda. Keluhan utama terbanyak orang tua membawa anaknya berobat adalah “belum bisa berjalan dan bicara”. Keluhan lain dilanjutkan dengan belum bisa duduk, berdiri dan riwayat kejang. Keluhan tersebut mulai dikeluhkan ibu paling banyak pada usia >2 tahun. Menurut penelitian tersebut ditemukan bahwa anak dengan Keterlambatan Perkembangan Global mampu memiliki status gizi dan pertumbuhan lingkar kepala yang baik. Tabel 2.3 Karakteristik klinis pasien Keterlambatan Perkembangan Global5

23

Pada saat anamnesa pada orang tua, orang tua diharapkan mencatat setiap keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak, apakah anak perlu perhatian khusus. Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi risiko terjadinya gangguan pada anak akibat gangguan saat prenatal atau perinatal, perubahan lingkungan akibat salah asuh dan apakah ada penyakit kronis yang dikeluhkan orang tua. Dapat ditanyakan seperti bayi baru lahir dengan BBLR yang sering berisiko terhadap kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis, gangguan metabolit dan deficit nutrisi yang dapat secara langsung mempengaruhi perkembangan otak. Anak dengan risiko lingkungan termasuk orang tua anak yang memiliki permasalahan secara individu. Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obat-obatan terlarang hingga kekerasan sering menyebabkan hasil yang kurang baik. Anak dengan faktor risiko kondisi medis seperti myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Kurangnya motorikic milestones, perubahan perilaku atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama sering dikaitkan dengan HIV yang saat ini menambah perhatian khusus akan gangguan perkembangan anak. Anamnesis yang perlu dilakukan sebagai evaluasi Global Delay Development : 1. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan tentang contoh gangguan neurologis yang spesifik, misalnya epilepsi, retardasi mental, riwayat keguguran atau kematian bayi pada minimal 3 generasi keluarga. 2. Riwayat prenatal dan natal Kondisi medis ibu, komplikasi kehamilan ibu, penggunaaan obat-obatan, alkohol, tembakau dan narkotika oleh ibu selama kehamilan, usia kehamilan saat melahirkan, komplikasi persalinan, skor APGAR bayi, lama perawatan bayi di rumah sakit pasca natal. 3. Riwayat anak Ditanyakan mengenai riwayat medis anak, riwayat penggunaan obat-obatan saat ini serta riwayat kejang.

24

4. Riwayat sosial Riwayat perkembangan anak, menilai kemajuan perkembangan anak dengan skala perkembangan Denver, tanyakan mengenai gejala autisme, seperti lemahnya kontak mata, perilaku berulang atau kurangnya interaksi sosial.

2.10Pemeriksaan Fisik Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik. Pengukuran lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali) dan pemeriksaan antopometri untuk menilai status gizi anak adalah bagian penting dalam pemeriksaan fisik.8 Cara mengukur lingkaran kepala: 

Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.



Baca angka pada pertemuan dengan angka 0

Gambar 2. Pengukuran lingkar kepala10 

Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.



Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak



Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang. 25

Gambar 2.3. Circumference Boy11

Gambar 2.4. Circumference Girl11

Gambar 2.5 Kurva WHO Kurva Berat Badan sesuai umur untuk Perempuan

26

Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan kromosom misalnya sindrom down, sindrom turner dll, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan yang cepat.10

Gambar 2.5. Sindrom down (kelainan kromosom 21)14 Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang lebih mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi

penyakit

ektodermal

seperti

tuberous

sklerosis

atau

neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya gangguan tonus.10,11

27

2.11 Pemeriksaan Penunjang Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya antara lain : a. Skrining metabolik Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa, bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi inisial pada GDD. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular dystrophy. b. Tes sitogenetik Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan GDD meskipun tidak ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan GDD. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan keparahan yang lebih buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat dijelaskan. c. Skrining tiroid Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan GDD hanya dilakukan bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid. Terdapat banyak kelinan kromosom yang dapat dihubungkan dengan

28

peningkatan dan risiko hipotiroidisme. Pemeriksaan fungsi hormon tiroid lebih baik diulangi secara berkala pada anak yang secara klinis menunjukkan hipotiroidisme dan adanya gangguan perkembangan. d. EEG Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan GDD yang memiliki riwayat epilepsia atau sindrom epileptik yang spesifik dan keterlambatan berbicara (Landau-Kleffner) yang dihubungkan dengan GDD. Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan GDD tanpa riwayat epilepsi. e. Imaging Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada GDD (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis sebelumnya. MRI kranial pada anak (<5 tahun) terkadang memerlukan sedasi atau anestesi umum. Neuroimaging dapat dilakukan pada dua tahun awal kehidupan sebelum myelinisasi otak selesai, lalu pemeriksaan dapat diulang kembali dengan interval satu tahun. CT scan hanya digunakan jika terduga ada kalsifikasi pada cerebral atau untuk melihat kelainan dari tengkorak. f.

Biokimia a) Creatinine Kinase (CK) Anak

laki-laki

dengan

Duchene

Muscular

Dystrophy

dapat

bermanifestasi keterlambatan pada lebih dari satu aspek perkembangan (contohnya keterlambatan bicara dan motorik). Maka dari itu Creatinine Kinase (CK) digunakan sebagai pemeriksaan pertama anak dengan GDD. Pada anak perempuan, CK dapat digunakan pada anak dengan gangguan GDD yang parah, terutama pada gangguan motorik. b) Ginjal dan tulang Pemeriksaan elektrolit dan urine, serta pemeriksaan Calcium dapat membantu diagnosis Velo-cardio-facial dan Williams syndromes serta pseudohypoparathyroidsm.

29

c) Timbal Toksisitas kronis dari timbal memiliki efek pada perkembangan mental anak, hal ini seperti keterlambatan perkembangan, perubahan perilaku dan

koordinasi

yang

buruk.

Anak-anak

dengan

gangguan

perkembangan memiliki kadar timbal dalam darah yang tinggi disbanding anak secara umum, tetapi interpretasi kadar timbal dalam darah masih diperdebatkan. d) Ferritin Pemeriksaan kadar ferritin dapat mengidentifikasi defisiensi besi yang dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. g. Pemeriksaan lainnya Anak dengan keterlambatan perkembangan global harus dilakukan pemeriksaan

penglihatan

dan

pendengaran

sesegera

mungkin.

Ophthalmologist akan memberikan pendapat jika terdapat gangguan pada fungsi penglihatan atau keadaan klinis mata anak yang mampu membantu menegakkan diagnosa. Pemeriksaan screening TORCH pada infeksi kongenital dapat dilakukan pada bayi dengan Intrauterine Growth Retardation (IUGR), mikrosefali atau gangguan sensorik. Pemeriksaan PCR untuk organisme infektif pada sampel darah dapat dilakukan untuk skrining neonates. Pemeriksaan radiografi dilakukan terutama untuk terduga displasia skeletal atau toksisitas timbal.

2.12Diagnosis Banding Etiologi dan penyebab dari GDD saat ini belum bisa memprediksi secara spesifik, gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan GDD ini, terdapat beberapa penyakit atau gangguan dengan gambaran serupa GDD, namun memiliki beberapa perbedaan yaitu retardasi mental, palsi serebral, Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism Spectrum Disorder (ASD).13,15 ADHD merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak umur 3 tahun. Pervasif berati meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang

30

mempengaruhi anak secara mendalam. gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Deteksi dini yang digunakan adalah Kuesioner Deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan GDD. Beberapa kata kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan antara ASD dengan GDD, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek kurang, berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain. Kuesioner deteksi dini yang digunakan CHAT (Checklist for Autism In Todlers) ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak dan ada 5 perintah bagi anak untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT. Anak dengan kelemahan kemampuan motorik nantinya dapat didiagnosis dengan Cerebral Palsy atau Muscular Dystrophy.

2.13 Penatalaksanaan Jika ditemukan masalah dalam pendengaran atau penglihatan, dapat dilakukan koreksi. Perlu mengingat bahwa penyebab GDD dapat saja tidak diketahui. Tatalaksana GDD merupakan kerjasama beberapa tim, yaitu bagian anak, rehabilitasi medik, THT, Mata, maupun ortopedi. Sehingga penanganan GDD dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain: 1. Speech and Language Therapy Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP, autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Pada beberapa kasus, beberapa anak tidak mengerti penggunaan Bahasa, mampu mengerti Bahasa tetapi gagal untuk mengkomunikasikannya secara efektif karena kesulitannya mengucapkannya, terkadang beberapa anak juga kesulitan pada ekspresi wajah dan gestur tubuh. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan kemampuan motoric oral. Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan

31

kondisi dari anak tersebut, metode yang mampu digunakan dapat menggunakan tongkat permen, jari, peluit, sedotan dan barang lainnya untuk membantu anak mengendalikan otot mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut. Terapis akan membantu terapi dengan cara yang berbeda sesuai gangguan anak, contohnya pada anak dengan gannguan berbicara yang cukup banyak, terapis akan menstimulasi anak dengan permainan sebagai media komuikasi. Pada anak dengan gangguan koordinasi mulut untuk menghasilkan kalimat, sebagai contoh dyspraxia , pendekatan dilakukan dilakukan saat anak meniru suara berulang-ulang. Terapis mampu membantu anak dengan gangguan yang parah dengan menggunakan alat bantu seperti computer dengan synthesizer suara, atau simbol benda atau benda-benda yang umumnya ditemukan setiap hari agar anak mampu menunjukkan keinginannya. Intervensi latihan berbicara dari orang tua atau orang yang tinggal bersama anak diharapkan dapat memperkuat latihan yang telah dilakukan atau membantu anak meningkatkan kemampuan baru dalam komunikasi. Pada lingkungan sekolah, anak akan dibantu dengan kelompok bermain atau guru dapat diedukasi untuk memperhatikan anak khususnya dalam hal berkomunikasi.

Gambar 2.7. Speech and language Therapy

32

2. Occupational Therapy Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya. Fisioterapi dan terapi okupasi dapat membinggungkan satu sama lain. Fisioterapi berkaitan dengan masalah nyeri, kekuatan, range of motion sendi, endurasi dan fungsi motoric kasar, sedangkan terapi okupasi lebih banyak membantu

keterampilan

motoric

halus,

keterampilan

visual-persepsi,

keterampilan kognitif dan defisit pemrosesan sensorik. Kedua terapi ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak.

Gambar 2.8. Occupational Therapy 3. Physical Therapy Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil 33

barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Gambar 2.9. Physical Therapy 4. Behavioral Therapies Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lainlain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini menggunakan teknik secara psikologis untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan komunikasi. Teapi ini dapat digunakan pada anak dengan perilaku destruktif maupun meningkatkan anak yang megalami kemunduran pribadi. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Sebagai contoh, saat anak mendapatkan fisioterapi saat anak mencoba melakukan tugas motorik kasar, terapis mampu memuji, memberikan hadiah kecil sebagai bentuk terapi. Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,

34

sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy. Beberapa anak pada dasarnya memiliki karakter kepribadian, tingkatan perasaan frustasi, kesediaan untuk melakukan perintah orang tua yang berbeda. Anak dengan kondisi ADHD dan gangguan kecemasan memberikan tantangan khusus pada orang tua. Maka, orang tua perlu bimbingan tentang cara mengembangkan perilaku anak sambil mengelola perilaku sulit yang mungkin terjadi.

Gambar 2.10. Behavorial Therapy

2.14Prognosis Prognosis GDD pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan pemberian terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak memberikan respon yang baik terhadap perkembangannya. Kemajuan perkembangan anak sebagian besar bergantung pada diagnosis yang mendasarinya. Beberapa anak mungkin dapat mengejar ketertinggalan dari teman sebayanya, sementara anak lain mungkin memiliki kecacatan yang bertahan hingga dewasa. Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gengguan pendengaran 35

sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan pendengaran biasanya prognosisnya lebih baik. Sedangkan ganggan bicara pada anak yang intelegensianya normal perkembangan bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gagguan yang multipel, terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada umur 5,5 tahun.13 Prognosis dari anak dengan Global Delay Development sebagai berikut : a. Ad Vitam

: Dubia

b. Ad Functionam

: Dubia

c. Ad Sanationam

: Dubia

36

BAB III KESIMPULAN

Perkembangan anak meliputi aspek motorik halus, motorik kasar, bahasa/berbicara, personal social, kognitif, dan aktivitas sehari-hari. Keterlambatan Perkembangan Global (KPG) adalah keterlambatan bermakna pada lebih dari dua domain perkembangan. Anamnesis kepada orangtua sangat penting sebagai dasar diagnose anak dengan KPG. Jika orang tua menemukan salah satu tanda bahaya. sebaiknya jangan menunda dan segeralah memeriksakan buah hatinya ke tenaga kesehatan terdekat. Yang nantinya akan dilakukan anamnesis untuk mencari faktor prenatal, faktor perinatal, faktor postnatal, faktor riwayat dalam keluarga, dan faktor riwayat sosial. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pertumbuhan anak sesuai umur baik dari lingkar kepala, berat badan, dan tinggi badan/panjang badan serta tes daya lihat dan daya dengar. Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan skrining perkembangan menggunakan KPSP, DDST II, dan PEDS. Apabila terdapat keterlambatan perkembangan umum maka dapat dilakukan terapi Speech and Language Therapy, Occupational Therapy, Physical Therapy, Behavioral Therapies. Prognosis keterlambatan perkembangan umum pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Semakin cepat di diagnosis dan di terapi maka prognosisnya semakin baik.

37

Related Documents

Ditabab Ii.docx
November 2019 8

More Documents from "rdota"

Ditabab Ii.docx
November 2019 8
Lapsus Bab3.docx
October 2019 9
Lapsus Bab4.docx
November 2019 13