LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
A. Pengertian Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2013). Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2013). Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup air terjun akibat keruhya lensa (Tamsuri,2011) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara, 2009) Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2013). B. Etiologi Pada banyak kasus penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkana oleh : cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan atau bisa disebabkan oleh : - Infeksi konginetal, seperticampak Jerman - Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah : - Penyakit metabolik yang diturunkan - Riwayat katarak dalam keluarga - Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi : - Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih - Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh - Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya. Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah : - Kadar kalsium darah yang rendah - Diabetes - Pemakaian kortikosteroid jangka panjang - Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik - Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet) (Nurarif dan Kusuma, 2015)
C. Patofisiologi
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
D. Manifestasi Klinis 1. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap. 2. Kesulitan melihat ketika malam hari 3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya 4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran 5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas lainnya. 6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman menggunakannya. 7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat, misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning. 8. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda, atau cahaya terlihat ganda. (Nurarif dan Kusuma, 2015)
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Kartu mata snellen/ mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/ vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg) 4. Pengukuran gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma. 6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi. 8. EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM. (Nurarif dan Kusuma, 2015)
F. Penatalaksanaan Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. Penatalaksanaan non bedah : 1.
Terapi penyebab katarak Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan kosumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari radiasi (inframerah atau sinar X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
2. Memperlambat progresivitas 3. Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur a. Refraksi : dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi b. Pengaturan pencahayaan : pasien dengan kekeruhan dibagian perifer lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang ditempatkan disamping dan sedikit dibelakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik. c. Penggunaan kacamata gelap : pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila beraktivitas di luar ruangan. d. Midriatil : dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5 % atau tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas. Pembedahan katarak : Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup : 1. Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering 2. Indikasi medis 3. Indikasi kosmetik Persiapan pasien dibedah a.
Uji and positif, tidak ada obstruksi fungsi eksresi saluran lakrimal
b.
Tidak ada infeksi sekitar mata
c.
Tekanan bola mata normal
d.
Tekanan darah sistolik 160 mmHg, diastolik 100 mmHg
e.
Bola darah normal
f.
Tidak batuk
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
G. Komplikasi 1.
Glaukoma
2.
Ablasio retin
3.
Uveitis
4.
Perdarahan vitreus
5.
Infeksi
6.
Pertumbuhan ke kamera okuli anterior
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pengkajian identitas meliputi nama pasie, tempat tanggal lahir, No. CM, dan diagnosa medis. Pengkajian juga dilakukan terhadap penanggung jawab pasien, yang meliputi nama, umur, dan hubungan dengan pasien. Persiapan Operasi Dilakukan pengkajian terhadap keluhan utama pasien, biasanya pasien mengalamai gangguan penglihatan yang sudah parah sehingga perlu dilakukannya operasi. Lalu riwayat penyakit, riwayat operasi sebelumnya, dan riwayat alergi terhadap obat. 2. Diagnosa Keperawatan Pasien yang akan dioperasi, yang sebelumnya sudah ataupun belum, kemungkinan akan mengalami rasa cemas terhadap gambaran proses pembedahan 3. Intervensi Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalamberalih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. NOC
NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Pengurangan kecemasan
1 x 20 menit, diharapkan rasa cemas pasien (5820) Nyatakan dengan jelas
berkurang dengan indikator sebagai berikut: Tingkat kecemasan (1211)
harapan terhadap perilaku
Indikator
Skala
pasien.
Awal Tujuan Akhir
Puji/kuatkan perilaku
Wajah tegang
3
4
5
yang baik secara tepat
Rasa cemas yang
2
4
5
Instruksikan pasien untuk
disampaikan secara lisan Perasaan gelisah
menggunakan teknik 3
4
5
relaksasi.
Bantu pasien Keterangan:
mengidentifikasi situasi
1 : berat
yang memicu kecemasan.
2 : cukup berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada
4. Implementasi Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tanggal/jam
Implementasi
Respon
22 Januari 2019
Membina hubungan saling Pasien kooperatif
08.45
percaya
Pasien tampak cemas
Mengidentifikasi tingkat
Pasien hanya
08.50
kecemasan pasien 08.55
09.00
Ttd
mengangguk
Menjelaskan kepada pasien sedikit gambaran
Pasien kooperatif
proses pembedahan.
Pasien termotivasi
Mengajarkan teknik
untuk berdoa
relaksasi nafas dalam 09.06
Menganjurkan pasien untuk berdoa menurut keyakinannya
5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Tanggal/jam
Evaluasi
Ttd
22 Januari 2019
S : Pasien mengatakan kecemasannya menurun walaupun
09.10
sedikit.
O:
wajah pasien masih tegang
Pasien tampak berdoa
Pasien tampak sering menghembuskan nafas dalam
A : masalah teratasi sebagian Indikator
Skala Awal Tujuan Akhir
Wajah tegang
3
4
5
Rasa cemas yang
2
4
5
3
4
5
disampaikan secara lisan Perasaan gelisah Keterangan: 1 : berat 2 : cukup berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada
P : Tingkatan Intervensi
Menganjurkan untuk sering relaksasi nafas dalam
Menganjurkan pasien untuk rileks
Menganjurkan pasien untuk terus berdoa agar tenang DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Terjemahan oleh Keliat, B. A., Heni, D. W., Akemat, P., & M. Arsyad S. 2015. Jakarta: EGC Ilyas S, Yulianti SR (2013). Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Istiqomah. (2013). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) pengukuran outcomes kesehatan. Edisi kelima (Edisi Bahasa Indonesia). Terjemahan oleh Nurjannah, I. & Roxsana, D. T. 2016. Yogyakarta: Mocomedia. Nurarif, A. H.,& Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC Utara, U. S. (2009). Universitas Sumatera Utara., pp.1-4.