Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada” Ny. A “ Dengan Masalah Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Gili Trawangan Kelas III RSUDP NTB Dari tanggal 5 Feb s/d 7 Feb 2018
Ruang
: R. Gili Trawangan
Nama Mahasiswa : Ni Komang Ayudhya S.
Tanggal
: 5 Februari – 7 Februari 2018
NIM/Kelompok
Inisial Pasien
: Ny. A
: 019 SYE 16/ 6
Umur/ No.Reg : 64 thn/005619
I.
Masalah Keperawatan Dasar Kebutuhan pemenuhan oksigen
II. Landasan teori A. Anatomi fisiologi Menurut Wahit Mubarak dan Nurul (2007). Anatomi fisiologi sistem pernapasan terdiri dari sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. 1. Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring. a. Hidung : pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan. b. Faring : saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring, orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama udara. c. Laring : struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun. Selain berperan
dalam
menghasilkan
suara.
Laring
juga
berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melinudngi jalan nafas di bawah dari air dan makanan yang masuk 2. Sistem pernafasan bawah terdiri atas trachea, dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, jaringan kapiler paru, dan membran pluera. a. Trakea. Trachea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincincincin kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir dibronkiolus terminal.
b. Paru. Paru-paru ada dua buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masingmasing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. B. Konsep gangguan pemenuhan kebutuhan Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. C. Fisiologi Oksigen Menurut Wahit Mubarak dan Nurul (2007). Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian: a. Menghirup udara (inpirasi) Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil. b. Menghembuskan udara (ekspirasi) Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar. D. Klasifikasi Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor: a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah. b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik. c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksinya paru-paru. 2. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Luasnya permukaan paru-paru. b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O2 Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O2² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O2 dalam darah vena vulmonalis. d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB. 3. Transportasi gas Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi. b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb. E. Etiologi Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli. F. Faktor Predisposisi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), faktor pencetus dari kekurangan oksigen yaitu : 1. Faktor Fisiologi a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia. b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain. e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru. 2. Faktor Perkembangan a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut. c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. 3. Faktor Perilaku a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis. b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner. d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat 4. Faktor Lingkungan a. Tempat kerja b. Suhu lingkungan, Ketinggian tempat dan permukaan laut. G. Tanda Dan Gejala Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013). a.
Suara napas tidak normal.
b.
Perubahan jumlah pernapasan.
c.
Batuk disertai dahak.
d.
Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e.
Dispnea.
f.
Penurunan haluaran urin.
g.
Penurunan ekspansi paru.
h.
Takhipnea
H. Patofisiologi Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002). I.
Saturasi oksigen Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran , oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh ( Hidayat, 2007). Menurut Tarwoto, 2006). Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain : 1. Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai dengan sianosis . Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasif secara kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Meski oksimetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan dalam banyak lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi oksigen selama prosedur. 2. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak mengkonsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di bawah 60%, menunjukkan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran ini sering digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat. 3. Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah dekat . Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan dalam berbagai kondisi. 4. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa.
J.
Penatalaksanaan keperawatan Menurut W ahit Mubarak dan Nurul Chayatin (2007) dalam buku KDM penatalaksanaan keperawatan pada kebutuhan oksigenasi yaitu :
1. Fisioterapi Dada Fisioterapi dada (perkusi, vibrasi) dan drainase postural merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan untuk membersihkan dan mempertahankan kepatenan jalan nafas. Fisioterapi dada terdiri atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk secara bergantian. Tindakan ini bertujuan melepaskan sumbatan secret pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi adalah serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakkan mendatar di atas dada klien. Tujuannya untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga secret terlepas dari dinding bronkus. 2. Drainase postural Drainase postural adalah drainase secret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan secret dari segmen paru yang berbeda dibutuhkan posisi yang berbeda pula. Posisi yang paling sering digunakan pada prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkan secret dari segmen bawah paru, ini karena segmen atas paru dapat mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi. 3. Terapi oksigen Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui tiga cara, seperti kanula hidung, masker, transtrakea, dll. 1.
Kanula hidung. Pemberian oksigen melalui kanula hidung dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Perlengkapan: - Set perlengkapan oksigen - Flowmeter - Suplai oksigen - Kanula hidung dan selang oksigen - Plester Prosedur: - Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien - Cuci tangan
- Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmeter - Cek apakah oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul gelembung pada humidifier, atau apakah selang oksigen terlipat - Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung - Atur
selang
dengan
cara
melingkarkannya
di
kepala
atau
menyelipkannya pada daun telinga - Anjurkan klien untuk bernafas melalui hidung dengan mulut tertutup - Cuci tangan - Catat respon klien pada catatan perawatan - Angkat dan bersihkan selang dari lubang hidung setiap 8 jam 2.
Masker. Pemberian oksigen melalui masker dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut. Perlengkapan: - Suplai oksigen dan flowmeter - Humidifier dan air suling - Masker yang akan digunakan - Bantalan elastic Prosedur: - Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan masker kepada klien - Cuci tangan - Sambungkan masker dan set oksigen - Letakkan masker pada wajah, di atas hidung dan mulut - Gunakan tali elastis agar masker tidak lepas - Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang kepala - Cuci tangan - Jika oksigen diberikan terus menerus, lepaskan masker dan keringkan kulit setiap 2-3 jam - Kaji atau observasi respon klien terhadap pemberian terapi oksigen
III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Fokus assessment a. Identitas klien dan penanggung jawab Meliputi nama, umur. Pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, ruang rawat, nomor medical record, diagnose medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum, dan tanda vital.
b. Riwayat keperawatan Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernafasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk, sputum, medikasi; dan adanya faktor risiko untuk gangguan status oksigenasi. 1) Masalah pada pernafasan (dulu dan sekarang) 2) Riwayat penyakit atau masalah pernafasan a) Nyeri b) Paparan lingkungan atau geografi c) Batuk d) Bunyi nafas mengi e) Faktor risiko penyakit paru (misalnya: perokok aktif/pasif) f) Frekuensi infeksi pernafasan g) Masalah penyakit padamasa lalu h) Penggunaan obat 3) Adanya batuk dan penanganan 4) Kebiasaan merokok 5) Masalah pada fungsi system kardiovaskular (kelemahan, dyspnea) 6) Faktor risiko yang memperkuat masalah oksigenasi a) Riwayat hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit CVA b) Merokok c) Usia paruh baya atau lanjut d) Obesitas e) Diet tinggi-lemak f) Peningkatan kolesterol 7) Riwayat penggunaan medikasi 8) Stressor yang dialami 9) Status atau kondisi kesehatan c. Pemeriksaan Fisik 1) Mata Amati adanya konjungtiva pucat (karena anemia), Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis) 2) Kulit Amati adanya Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer), Penurunan turgor (dehidrasi), Edema, Edema periorbital.
3) Jari dan kuku Amati adanya Sianosis , Clubbing finger. 4) Mulut dan bibir Amati membrane mukosa sianosis, bernapas dengan mengerutkan mulut. 5) Hidung Pernapasan dengan cuping hidung. 6) Vena leher Adanya distensi / bendungan. 7) Dada a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan) b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan. c) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan d) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) e) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction) f) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness) 8) Pola pernapasan a) Pernapasan normal (eupnea) b) Pernapasan cepat (tacypnea) c) Pernapasan lambat (bradypnea) 2. Masalah / Diagnosa keperawatan a. Pengertian Nanda : keperawatan klinik tentang respon individu dan masyarakat tentang masalah aktual/potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai kewenangan keperawatan. Diagnosa keperawatan : suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat dapat ditanggulangi. b.
Macam- macam diagnosa keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah : 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafa, sekresi di bronkus, eksudat di alveoli, sekresi yang tertahan, benda asing di jalan nafas.
2) Ketidakefektifan pola nafas b/d hipoventilasi, hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, deformitas dinding dada. 3) Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru, ketidakseimbangan ventilasi perfusi. c.
Rumusan diagnosa keperawatan 1) Aktual P+E+S 1) P+E berhubungan dengan 2) E+S ditandai dengan 2) Resiko P+E 1) P+E berhubungan dengan 3) Wellnes : P 4) Keterangan : a) P (problem) 1. Gambaran keadaan pasien = terapi keperawatan yang harus diberikan. 2. Penyimpangan dari keadaan yang seharusnya tidak terjadi. b) E(etiologi) 1. Menyebab/faktor resiko 2. Mempengaruhi perkembangan masalah 3. Faktor yang mendukung terhadap masalah kesehatan= sasaran intervensi c) S(sindrome/sign) 1. Ciri tanda dan gejala (definisi karateristik) 2. DS dan DO sebagai komponen pendukung DP.
3. Rencana Tindakan keperawatan No. Dx 1
Tujuan/ kriteria hasil
INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi
dada
RASIONAL untuk 1. Pernafasan rochi, wheezing
keperawatan selama … x
karakter bunyi nafas dan
menunjukkan
24
adanya secret.
secret obstruksi jalan nafas
jam
bersihan efektif
diharapkan jalan
sesuai
napas 2. Berikan air minum hangat 2. Membantu dengan
kriteria: 1. Menunjukkan jalan nafas bersih 2. Suara nafas normal tanpa
tertahannya
mengencerkan
secret 3. Beri posisi yang nyaman 3. Memudahkan pasien untuk seperti posisi semi fowler
bernafas
4. Sarankan keluarga agar 4. Pakaian tidak memakaikan pakaian
yang
ketat
menyulitkan pasien untuk
suara tambahan
ketat kepada pasien
3. Tidak ada penggunaan 5. Kolaborasi otot bantu nafas 4. Mampu
2
bernafas
penggunaan 5. Kelembapan mempermudah
nebulizer
pengeluaran dan mencegah
melakukan
pembentukan mucus tebal
perbaikan bersihan jalan
pada
nafas
membantu pernafasan
Setelah
dilakukan 1. Kaji
tindakan
keperawatan
selama….X24 diharapkan
bronkus
frekuensi 1. Mengetahui
pernafasan pasien.
frekuensi
pernafasan pasien
jam 2. Tinggikan kepala dan 2. Duduk
pola
napas
bantu mengubah posisi.
tinggi
memungkinkan
efektif dengan kriteria :
paru
1. Menunjukkkan
pernafasan
nafas
dan
pola
efektif dengan 3. Ajarkan teknik bernafas 3.
frekuensi nafas 16-20
dan relaksasi yang benar
kali/menit dan irama teratur menunjukkan
perilaku
peningkatan
memudahkan
Perawat
dapat
memberikan pengetahuan pada pasien tentang teknik
4. Kolaborasikan
2. Mampu
dan
ekpansi
dalam
pemberian obat
bernafas 4. Pengobatan mempercepat penyembuhan
fungsi paru
dan
memperbaiki pola nafas
3
Setelah tindakan selama
dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Weezing keperawatan ….X
24
jam
karakter bunyi nafas dan
mengiindikasi
adanya secret.
sekret
akumulasi atau
diharapkan pertukaran gas
ketidakmampuan
dapat
membersihkan
dipertahankan
jalan
dengan kriteria :
napas
sehingga
otot
1. Menunjukkan
aksesori
digunakan
dan
perbaikan ventilasi dan
kerja
oksigenasi jaringan
meningkat.
2. Tidak ada sianosis
pernapasan
2. Beri posisi yang nyaman 2. Memudahkan pasien untuk seperti
-
atau
posisi
semi
fowler
3. Mengurangi
3. Anjurkan untuk bedrest, batasi
bernafas
dan
bantu
oksigen respirasi.
pada
konsumsi periode
aktivitas
sesuai 4. Perawat dapat memberikan
kebutuhan
pengetahuan pada pasien
4. Ajarkan teknik bernafas dan
relaksasi
yang 5. Memaksimalkan
benar. 5. Kolaborasikan
tentang teknik bernafas sediaan
oksigen khususnya ventilasi terapi
menurun
oksigen
4. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi secara umum dinilai dari kemampuan dalam mempertahankan jalan nafas secara efektif, mempertahankan pola nafas secara efektif, mempertahankan pertukaran gas secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.