Laporan Kel 3 Pembuatan Pakan.docx

  • Uploaded by: anggel
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kel 3 Pembuatan Pakan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,724
  • Pages: 30
Program Sertifikasi Pendidik dan Sertifikasi Keahlian Bagi Guru SMK/SMA (Keahlian Ganda) “LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PAKAN DENGAN METODE ALJABAR”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK IV ANGGELINA MORANTRI BILI, S.Pd DARSONO, S. Pd MARNIATI KUMAMBONG, S.Pd MARGARITJE E. SASELAH, S. Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya ikan terutama dalam energi ikan dalam melakukan aktifitas, berkembang, reproduksi dan lain-lain. Pakan merupakan kebutuhan termahal dari kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi pakan yang baik yang harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan dan tingkat kebutuhan ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup ikan tersebut. Dialam ikan dapat memenuhi kebutuhan makanannya dengan pakan yang tersedia di alam.pakan yang berasal dari alam selalu sesuai dengan selera ikan (Hany, 2010). Tetapi di lingkungan budidaya ikan tidak bisa memilih ikan tergantung kepada pakan buatan. pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan (Gusrina, 2003). Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber energi utama Sehingga sebelum membuat suatu formulasi pakan, hal penting untuk diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang akan memanfaatkan bahan pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis bahan pakan apa saja yang digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan. Dalam membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan perlu diketahui terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan tergantung dari spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa kandungan gizi yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu. Selain itu juga perlu diketahui kandungan airnya, sehingga dapat ditentukan perlu tidaknya ditambahkan suatu bahan antioksidan dalam suatu formulasi pakan. Dengan mengetahui semua itu diharapkan pakan yang dibuat memiliki kualitas

yang tinggi yakni dapat meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.

perkembangan

dan

Menurut Murtidjo (2001) bahwa Pakan yang berkualitas mengandung 70 % protein, 15 % karbohidrat, 10 % lemak, dan 5 % vitamin, air, dan mineral. Suryaingsih (2010) menyatakan bahwa kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya; digestibility (kecernaanya); dan biovaibility (daya serap). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta kualitas secara fisik perlu diketahui. Komposisi suatu pakan perlu kita ketahui baik sebelum atau sesudah pembuatan pakan sebagai database dalam pembuatan pakan. Sebelum pembuatan pakan bobot masing-masing bahan harus diketahui untuk menghasilkan jumlah pakan dengan nilai nutrisi tertentu. Demikian juga setelah dalam bentuk pakan. Berdasrkan uraian sebelumnya maka pengetahuan mengenai cara pembuatan pakan (penyediaan bahan baku) dan teknik pengujian pakan (uji proksimat, uji daya tahan, uji daya apung, dan uji biologis). Presentasi biaya operasional dalam budidaya yaitu 50-70 %, pakan di butuhkan dalam usaha budidaya ikan dapat berasal dari pakan alami,terutama Pembesaran ikan intensif yaitu pembesaran ikan yang dalam proses pemeliharaannya mengandalkan pakan buatan dalam pemberian pakannya serta dilakukan pada wadah yang terbatas dengan kepadatan maksimal. buatan Seperti diketahui bahwa pakan buatan harus mengandung energi lebih dari 3000 kilokalori agar dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi ikan budidaya (gusrina 2003). Oleh karena itu harus dibuat suatu manajemen pakan yang baik agar pakan yang digunakan benar efesien dan efektif terutama dalam penyusunan nutrisi pada ikan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum berikut:

pembuatan pakan ikan adalah sebagai

1. Memahami dan mengetahui cara menghitung formulasi pakan sehingga diperoleh komposisi bahan baku yang digunakan dan cara persiapan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan ikan.

2. Mengetahui cara menghitung protein, karbohidrat dan lemak yang terkandng dalam pakan 3. Mengetahui cara menghitung ratio energy protein pakan. 4. Mengetahui teknik pembuatan pakan buatan . 5. Mengetahui tekhnik uji fisik kualitas pakan buatan. 1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat di laksanakannya praktikum pembuatan pakan buatan adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui berbagai macam bahan baku yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan ikan, menghitung formulasi pakan sehingga diperoleh komposisi bahan baku yang digunakan serta bagaimana cara membuatnya. 2. Dapat memahami tekhnik yang dilakukan untuk pengujian mutu pakan secara fisika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Pakan Ikan

Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan kegiatan budidaya karena menentukan pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan membutuhkan makanan dalam jumlah cukup serta berkualitas untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pakan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan untuk keberhasilan usaha budidaya ikan. Mufidah et al. (2009) menyatakan bahwa makanan berfungsi sebagai sumber energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, pengganti jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan, aktifitas dan kelebihan makanan tersebut digunakan untuk reproduksi. Ikan membutuhkan materi (nutrien) dan energi untuk aktifitas kehidupannya. Nutrien yang dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam jumlah yang memadai. Sebagai organism heterotrof, ikan membutuhkan semua itu yang berasal dari makanan. Berdasarkan makanan utamanya ikan dapat dikelompokkan menjadi herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan hewan), omnivora (pemakan tumbuhan dan hewan) dan detrivora (Rahardjo et al., 2010). Nilai nutrisi suatu makanan pada umumnya tergantung pada kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, kadar air dan energi. Kebutuhan nutrisi bagi hewan air misalnya ikan, jika dilihat dari kandungan protein umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis unggas maupun mamalia yang hidup di darat. Pakan ada dua yaitu pakan alami, yang disebut juga dengan pakan hidup. Pakan alami sangat penting bagi larva ikan dan udang. Pakan buatan merupakan pakan tambahan yang diformulasikan dari bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan hewan tersebut. Pelet dan pakan yang diformulasi dari campuran berbagai bahan pakan yang disusun secara khusus sesuai dengan jenis dan masa pertumbuhan ikan disebut pakan buatan (Yuwono & Sukardi, 2008). Pakan ikan mempunyai kadar protein yang cukup tinggi sehingga apabila penyimpanannya kurang baik akan mudah ditumbuhi bakteri maupun jamur dan dapat menyebabkan ikan menjadi sakit (Hanif et al., 2011). Webster & Lim (2006) menyebutkan bahwa ikan bawal memiliki laju pertumbuhan yang baik pada kadar protein dan konsentrasi energi optimum yakni 24-50%. Makanan yang ditelan dan dicerna oleh ikan akan diubah menjadi energi yang digunakan bagi berbagai fungsi dalam kehidupan ikan untuk tumbuh dan bereproduksi atau untuk mengganti sel-sel yang rusak pada suatu jaringan. Ikan dikenal sebagai binatang yang bersifat poikiloterm atau suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan air tempat hunian ikan. Hal ini akan menentukan laju metabolisme ikan dan oleh karena itu, kebutuhan nutrisi berkaitan

dengan suhu lingkungan (Rahardjo et al., 2010). Molekul pakan yang besar dan kompleks harus dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorpsi dan selanjutnya digunakan di dalam tubuh. Pemecahan molekul dilakukan dengan cara pencernaan (Yuwono & Sukardi, 2008). Protein merupakan komponen pakan terpenting bagi hewan air, terutama pada ikan. Akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan kematian karena gejala kelebihan protein. Ikan dapat menerima protein tinggi karena mempunyai kemampuan tambahan untuk melepaskan nitrogen yang berlebihan melalui insangnya. Ikan dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa protein sebagai ammonia secara cepat dan terus menerus. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan, serta dapat pula sebagai sumber energi untuk aktifitas. Protein tubuh terdiri atas rantai panjang asam-asam amino. Hanya 20 macam asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis molekul protein dalam tubuh (Hanif et al., 2011). Menurut Gustiano & Otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam, umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan, sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat individu ikan, maka dapat ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan. Berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan terhadap pakan yang diberikan dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan Pakan adalah makanan / asupan yang diberikan kepada hewan (peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup . Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein . Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang . Hal Penting Mengenai Pakan Hal yang harus diperhatikan dalam mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh disimpan dalam 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak lembap). Apabila pakan dibeli di pabrik sebaiknya dipastikan pabrik tersebut memproduksi pakan dengan kualitas yang baik . Kualitas pakan dapat menentukan kualitas ternak . Jika pakan disimpan dalam wadah, sebaiknya wadah tersebut ditutup rapat dan tidak ada udara yang masuk . Pakan yang terkontaminasi udara lembap akan berjamur . Fungsi pakan Bagi semua maklukh hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber

energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan . Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll . Namun pemberian pakan berlebih dapat membuat hewan peliharaan menjadi rentan terhadap penyakit, produktifitasnya pun akan menurun . Macam-Macam Pakan Pada industri peternakan masa kini, pakan yang diberikan biasanya berupa campuran dari bahan alami dan bahan buatan (komposisi) yang telah ditingkatkan kandungan gizinya. salah satunya yaitu yang berasal dari limbah perkebunan. Kadang- kadang pada pakan ditambahkan pula hormon dan vitamin tertentu untuk memacu pertumbuhan ternak dan membebaskannya dari stress . 2.1.1 Pakan buatan Pakan Buatan Pakan buatan adalah pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia . Pakan buatan bersifat basa, seperti bentuk pasta atau emulsi (cairan pekat), tidak perlu disimpan. Jenis pakan basah sebaiknya dihabiskan dalam satu kali pemberian /aplikasi karena pakan jenis ini mudah rusak jenis kandungannya. Namun bila memang harus disimpan, sebaiknya disimpan dalam ruangan pendingin (lemari es), itu pun tidak bisa terlalu lama, hanya 2 s.d 3 hari. Jika terlalu lama disimpan, kualitas pakan turun dan tidak bagus untuk dikonsumsi . Bahan baku yang digunakan untuk menentukan kualitas pakan buatan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya , bernilai gizi, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, dan bukan merupakan kebutuhan pokok manusia . Golongan Pakan Buatan Pakan buatan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu pakan lengkap (complete feed) dan pakan suplemen (suplemental feed) . Pakan lengkap adalah pakan yang diformulasi sedemikian rupa sehingga memiliki semua vitamin esensial dalam jumlah yang diperlukan oleh ternak. Pakan ini lebih ditujukan untuk memberikan pertumbuhan normal pada hewan yang tidak mendapatkan suplai vitamin dari pakan alami. Pakan suplemen adalah pakan yang diformulasi sedemikian rupa hingga mengandung protein dan energi yang memadai, tetapi mungkin kekurangan mikronutrien tertentu. Keuntungan Pakan Buatan Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan buatan, diantaranya yaitu, bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian, perikanan, peternakan, dan makanan yang bernilai ekonomi rendah, tetapi masih mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Pakan buatan juga dapat disimpan dalam waktu relatif lama, tanpa terjadi perubahan kualitas yang drastis. Dengan demikian kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap saat. Selain itu pakan buatan juga dapat mengubah warna dan rasa, contohnya pada ikan . Penambahan lemak pada jumlah tertentu menjadikan daging ikan bertambah gurih . Selain itu pemberian kepompong ulat sutera dapat memperbaiki aroma daging ikan . Penambahan ekstrak bunga marigold ke dalam pakan, seperti banyak yang dilakukan oleh petani di Jepang, dapat menghasilkan aroma daging ikan yang lebih baik dan warna yang lebih menarik

Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya (Millamena, 2002) 2.2. Tepung Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan (Sofiya 2006). Tepung (bila dilihat di bawah mikroskop) akan terlihat zat tepung yang terdiri atas granula yang berbeda. Tepung dibuat dari jenis padi-padian dan umbi-umbian yang melalui proses beberapa tahap sampai menjadi tepung yang kering. Tepung tidak larut dalam air sehingga tepung akan mengendap di dalam air, dan bila dipanaskan sambil diaduk-aduk akan mengembang dan mengental. Prose ini disebut “gelatinasi” (Soejoetu 1998).Tepung mulai mengetal pada suhu 64-720 C Celcius. Setelah melampaui suhu 1090 Celcius, tepung akan betul-betul matang. Makin tinggi konsentrasi larutan tepung, makin cepat mengental meskipun belum semua granula pecah. Jadi, masih ada rasa mentah, berarti belum semua bagian matanf. Bila membuat bubur tepung kurang cukup cairan, dan pengaduknya kurang sempurna, butir-butir granula menjadi keras dan liat, tidak rata atau menggumpal. Jika dimasak dengan air, tepung tapioka (tepung kanji, tepung aci), tepung kentang dan tepung maizena serta tepung hungkue akan menjadi bubur kental dan bening, lebih jernih daripada bubur dari tepung beras atau tepung terigu.(Soejoeti 1998). 2.2.1 Tepung Ikan Tepung Ikan adalah ikan atau bagian-bagian ikan yang minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian digiling. Kegunaan utama tepung ikan adalah sebagai bahan campuran pada makanan ternak. Tepung ikan yang bermutu baik harus bebas dari kontaminasi serangga. Jamur, mikroorganisme pathogen. Dalam susunan makanan ternak, tepung ikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan terutama ternak ayam dan babi selain itu juga sebagai komponen makanan ikan. Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : butiran – butirannya harus seragam bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta bau khas ikan amis (Afrianto dan Liviawaty, 2005). 2.2.2 Tepung kedelai Tepung Kacang Kedelai adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Kacang Kedelai mengandung energi sebesar 347 kilokalori, protein 35,9 gram, karbohidrat 29,9 gram, lemak 20,6 gram, kalsium 195 miligram, fosfor 554 miligram, dan zat besi 8 miligram. Selain itu di dalam Tepung Kacang Kedelai juga terkandung vitamin A sebanyak 140 IU, vitamin B1 0,77 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung

Kacang Kedelai, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/ Gizi Pada Tepung Kacang Kedelai : Nama Bahan Makanan : Tepung Kacang Kedelai Nama Lain / Alternatif : Tepung Kacang Kedele Banyaknya Tepung Kacang Kedelai yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Tepung Kacang Kedelai yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Tepung Kacang Kedelai = 347 kkal Jumlah Kandungan Protein Tepung Kacang Kedelai = 35,9 gr Jumlah Kandungan Lemak Tepung Kacang Kedelai = 20,6 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Kacang Kedelai = 29,9 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Kacang Kedelai = 195 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Kacang Kedelai = 554 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Kacang Kedelai = 8 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Kacang Kedelai = 140 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Kacang Kedelai = 0,77 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Kacang Kedelai = 0 mg. 2.2.3 Tepung Jagung Tepung jagung Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Tepung jagung merupakan bahan makanan populer yang biasa digunakan sebagai bahan pengental sup atau saus, dan digunakan untuk membuat sirup jagung dan pemanis lainnya.Sejarah Hingga tahun 1850, tepung jagung paling banyak digunakan untuk mencuci pakaian dan proses industri. Pemanfaatan Tepung jagung digunakan sebagai bahan pengental pada makanan berbasis cairan (seperti sup). Tepung jagung dapat membentuk adonan ketika dicampur dengan air dingin. Nugget ayam menggunakan tepung jagung untuk meningkatkan penyerapan minyak dan kerenyahan ketika penggorengan. Tepung jagung dapat diolah menjadi bioplastik. Tepung jagung juga digunakan sebagai bahan anti lengket pada proses transportasi gula dan produk yang terbuat dari lateks, termasuk kondom dan sarung tangan medis.Proses pembuatan Jagung direndam air hangat selama 30 hingga 48 jam yang memfermentasikannya sedikit. Lembaga atau inti biji jagung dipisahkan dan endosperma dihancurkan lalu dilarutkan dalam air untuk mendapatkan patinya. Setelah itu, pati dipisahkan dengan cara sentrifugasi, lalu dikeringkan. Produk samping dari proses ini dapat dijadikan pakan hewan ternak, bahan baku minyak jagung, dan sebagainya. Pati jagung dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. 2.2.4 Dedak Halus Dedak Halus Dedak adalah limbah dari proses penggilingan padi yang tidak menjadi butiran-butiran beras, ada yang menjadi kasar dan ada yang halus, keduanya kalau dicampur air yang kasar terasa banyak sekali serat, sebaliknya yang halus seperti bubur kenyal, keduanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak bebek , pakan tambahan ikan dll.

2.2.5 Vitamin Vitamin berasal dari kata vitamin yang berarti zat hidup (vital) yang mengandung N (amine) atau disebut juga biokatalis. Vitamin merupakan senyawa organik dengan berat molekul rendah (berat molekulnya biasanya kurang dari 1000) dengan komposisi dan fungsi yang beragam yang sangat penting bagi kehidupan tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh. Vitamin termasuk kedalam komponen pelengkap yang mana kehadirannya dalam makanan sangat diperlukan untuk menormalkan pertumbuhan dan perawatan kesehatan dan ketidakcukupan dalam bahan makanan dapat mengakibatkan pengembangan kondisi specific pathologic. 2.2.6 Mineral Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh organisme perairan (ikan) untuk proses hidupnya secara normal. Ikan sebagai organisme air mempunyai kemampuan untuk menyerap beberapa unsur anorganik ini, tidak hanya dari makanannya saja tetapi juga dari lingkungan. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan adalah sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar antara 2 – 5% dari total jumlah baha baku dan bervariasa bergantung pada jenis ikan yang akan mengkonsumsinya. 2.3. Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991). Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Winarno, 1997). 2.3.1 Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992). Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan

dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno 2004). Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno 2004). 2.3.2. Abu Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600o C sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994). 2.3.3. Serat Kasar Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998). Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan

pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990). 2.3.4. Protein Kasar Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah. 2.3.5. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).

2.3.5.1 Karbohidrat Karbohidrat (‘hidrat dari karbon’, hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti “gula”) adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil- aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus

fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

2.3.5.2. Lemak Kasar Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

BAB III METODELOGI A. Waktu dan Tempat Hari : Kamis, Tanggal : 4 Mei 20017 Waktu : 13.00 wib - selesai Tempat : Laboratorium Kering SMK N 2 Turen B. Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu sebagai berikut : Nampan besar Ayakan Baskom Mesin Penggilingan Timbangan Gelas Ukur Sendok pengaduk Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu sebagai berikut : Tepung ikan Tepung jagung Tepung terigu Tepung kedelai Ampas Tahu Dedak halus Air hangat C. Langkah kerja Adapun prosedur kerja dalam melakukan pembuatan pakan dan pengujian mutu dari pakan ini sendiri yaitu sebagai berikut : 1) Pertama-tama siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum pembuatan pakan. 2) Ayak bahan baku untuk memisahkan bahan baku yang halus dan yang kasar sehingga diperoleh bahan baku yang lebih halus untuk digunakan. 3) Timbang bahan baku sesuai dengan dosis yang sudah kita tentukan 4) Campurkan adonan hingga menjadi adonan yang homogen. 5) Tambahkan air hangat sebagai penyatu adonan 6) Setelah adonan menyatu dan tidak mudah lepas kemudian timbang berat adonan untuk memperoleh hasil dari berat basah pakan 7) Cetak adonan tadi dengan menggunakan mesin pencetak pakan

8) Masukkan hasil cetakan tersebut kedalam nampan besar lalu jemur untuk mendapatkan hasil dari berat kering pakan yang kita buat 9) Selama proses pengeringan dibawah media sinar matahari,kita harus selalu memperhatikan proses penjemuran yaitu agar pakan kering secara merata hendaknya kita harus selalu mengaduk / membolak-balik pakan yang kita buat ini agar proses pengeringan terjadi secara menyeluruh 10) Setelah pakan kering,lalu kita timbang berat total pakan kering 11) Kemudian kita lakukan pengujian mutu terhadap kualitas pakan yang telah kita buat secara fisika.

a. Uji fisik meliputi: Uji fisik meliputi stabilitas pakan dalam air, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, kecepatan tenggelam, serta daya pikat dan daya lezat pakan.

1. Stabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur. Stabilitas pakan didalam air, meliputi uji kecepatan pecah dan disperse padatan.

2. Uji kecepatan pecah mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di dalam air. Uji pecah diamati secara visual. Pakan sebanyak 10 batang dimasukkan ke dalam gelas beaker yang diisi 1L air, pengamatan dilakukan setiap 5 menit untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan sampai pakan pecah/hancur.

3. Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs dkk. (1973).Pakan sebanyak 5g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan pori-pori sekitar 1mm, selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan yang masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam oven pada suhu 105 oC selama 10 jam. Selanjutnya

didinginkan dalam desikator, lalu di timbang sampai berat konstan. Dispersi padatan dihitung dengan menggunakan formula:

Dispersi padatan (%) =

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100% 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙!

4. Uji tingkat kekerasan pakan diukur dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan berbagai ukuran.

5. Uji tingkat homogenitas pakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Pakan sebanyak 5 g digerus sampai pecah kemudian diayak menggunakan sievenet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5 mm.

6. Uji kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan sebanyak 5 batang dimasukkan kedalam gelas beaker dengan ketinggian dasar wadah 20 cm dari permukaan air. 7. Stopwatchdijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan air. Kecepatan tenggelamadalah jarak di bagi waktu pakan sampai berada didasar gelas ukur.

8. Uji daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga kedalaman 15–25 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan

hingga tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan buatan tersebut.

Lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), , hydrogen (H) dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa di antaranya ada yang mengandung nitrogen (N) dan fosfor (P) . Lemak berguna sebagai sumber energy dalam beraktivitas dan membantu penyerapan mineral tertentu. Lemak juga berperan dalam menjaga keseimbangan dan daya apung pakan dalam air.

9. Uji daya pikat dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang yang dibutuhkan kultivan mendekati atau mengkonsumsi (awal) pakan uji. Stopwatch dijalankan saat pakan berada didalammedia pemeliharaan pada jarak 50 cm dari kultivan, sedangkan daya lezat pakan dilakukan dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi udang per bobot tubuh dalam sehari dengan 4 kali pemberian pakan.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. 4.1.1.

Pemilihan Bahan Baku Dan Bahan Tambahan Bahan Baku Bahan baku adalah tepung ikan, tepung kedele, ampas tahu, dedak padi, tepung terigu, tepung jagung. Ampas tahu dipilih karena kandungan karbohidratnya dan mudah diperoleh karena merupakan limbah industri tahu. Pemilihan bahan baku ini sesuai dengan persyaratan pemilihan bahan baku. Menurut Afrianto dan Liviawati (2005), terdapat lima persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam pemilihan bahan baku pakan, yaitu nilai gizi, kemudahan dalam pencernaan, tidak mengandung racun, ketersediaan dan kaitannya dengan bahan pangan kebutuhan pokok manusia. 4.1.2. Bahan tambahan Selain bahan baku tersebut untuk melengkapi ramuan dalam pembuatan pakan buatan biasanya diberikan beberapa bahan tambahan. Jenis-jenis bahan tambahan antara lain terdiri dari : Vitamin dan mineral. Jumlah pemberian vitamin dan mineral dalam pakan buatan berkisar antara 2 – 5%. Merek dagang vitamin dan mineral tersebut antara lain adalah Aquamix, Rajamix, P fizer Premix A, P frizer Premix B, Top Mix dan Rhodiamix 273. 4.2. Formulasi Pakan Pada awal sebelum menghitung forrmulasi pakan kita menentukan berapa kilogram pakan yang hendak dibuat misalnya 1 kilogram atau 1000 gram pakan yang mau dibuat, maka bahan tambahan yang perlu ditambahkan yaitu vitamin 3 % dan mineral 2 % sehingga jumlahnya 5 % dikali dengan 1000 gram pakan yang hendak di buat sama dengan 50 gram. Jadi 1000 gram kurang 50 gram sama dengan 950 gram.Bahan baku pakan sama dengan 950 gram dan bahan tambahan sama dengan 50 gram. Formulasi pakan ini dibuat untuk ikan Lele dengan bahan baku tepung ikan, tepung kedele, ampas tahu, dedak padi, tepung terigu, tepung jagung. Pakan ini diharapkan mengandung protein 30%. Untuk menyelesaikan formulasi ini, digunakan metode aljabar. Melakukan pengelompokkan bahan baku berdasarkan kadar proteinnya yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku protein suplemen dan bahan baku protein basal. Dalam metode aljabar dapat dibuat suatu formulasi pakan ikan yang sangat sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan mengkonsumsi pakan ikan tersebut. Pada metode segiempat semua bahan baku dari kelompok protein basal dan kelompok protein suplemen dibuat sama, padahal seperti kita ketahui ada kebutuhan bahan baku

yang berbeda untuk setiap jenis ikan. Seperti dalam rekombinasi penggunaan bahan baku bahwa penggunaan bahan mempunyai batas optimum yang dapat digunakan untuk menyusun formulasi pakan. Oleh karena itu dalam menggunakan metode aljabar rekomendasi penggunaan bahan baku dapat diterapkan sesuai dengan jenis ikan yang akan disusun formulasinya. Misalnya dalam formulasi pakan ini ingin dibuat kandungan bahan baku yang berasal dari tepung ikan dan tepung bekicot sebagai sumber bahan baku hewani adalah 2 kali lebih banyak dari komposisi bahan baku lainnya. Maka komposisi kelompok sumber bahan protein suplemen adalah sebagai berikut:

Tabel Kandungan Nutrient Bahan Baku NO JENIS BAHAN PROTEIN KARBOHIDRAT BAKU % % 1 Ikan teri kering 63,76 4,1

LEMAK % 3,7

2

Tepung kedelai

39,6

29,50

14,30

3

Ampas tahu

23,55

43,45

5,54

4

Dedak padi

11,35

28,62

12,15

5

Tepung terigu

8,90

77,30

1,30

6

Tepung jagung

7,63

74,23

4,43

7

Vitamin

8

Mineral

Menghitung Formulasi Pakan ikan dengan metode Aljabar Protein Suplemen 2 : 1 Protein Basal 3 :1 Protein suplemen 2 : 1 1 Ikan teri kering 2 2 Tepung kedelai 1 3 Ampas tahu 1 Jumlah 4 Rata - rata Protein suplemen

bagian bagian bagian bagian 190.6700 %/4

63,76 % 39,6% 23,55 %

127.52 39.60 23.55 190.6700

=

47.6675%

=

0.4767

11.35 8.9 7.63

34.0500 8.9000 7.6300 50.5800

= =

10.116% 0.10116

Protein basal 3 : 1 1 2 3

Dedak padi Tepung terigu Tepung jagung Jumlah Rata - rata Protein basal

3 1 1 5

bagian bagian bagian bagian 50.5800 % /5

Langkah selanjutnya menetapkan komponen X dan Y X adalah kelompok sumber protein suplemen Y adalah kelompok sumber protein basal Berdasarkan persamaan aljabar akan diperoleh dua persamaan yaitu : X = suplemen Y = basal X + Y = 100 ……..(1) 0.4767 X + 0.10116 Y = 30 ………(2) X + Y = 100 X = 100 - Y …….(3) substitusikan persamaan 3 ke dalam persamaan 2 0.4767 X + 0.10116 Y = 30 0.4767 (100 - y) + 0.10116 Y = 30 47.67 -0.4767 y + 0.10116 Y = 30 -0.4767 y + 0.10116 Y = 30 - 47.67 Y = -17.67/-0.37554 Y = 47.052245 X = 100 - Y X = 100 - 47.052245 X = 52. 947755

Menghitung berat kering masing – masing bahan baku

BAHAN

Jumlah bahan Jumlah bahan yang yang dibutuhkan dibutuhkan % (gram)

No

JENIS BAKU

1

Ikan teri kering

26.4738775

251.5018363

2

Tepung kedelai

13.23693875

125.7509181

3

Ampas tahu

13.23693875

125.7509181

4

Dedak padi

28.231347

268.1977965

5

Tepung terigu

9.410449

89.3992655

6

Tepung jagung

9.410449

89.3992655

7

Vitamin

3

30

8

Mineral

2

20

Total

1000

Protein 30 %

No

JENIS BAKU

1

Ikan teri kering

63.76

26.4738775

16.87974429

2

Tepung kedelai

39.6

13.23693875

5.241827745

3

Ampas tahu

23.55

13.23693875

3.117299076

4

Dedak padi

11.35

28.231347

3.204257885

5

Tepung terigu

8.9

9.410449

0.837529961

6

Tepung jagung

7.63

9.410449

0.718017259

Total (%)

BAHAN PROTEIN %

Jumlah bahan yang dibutuhkan Hasilnya (%) %

29.99867622

Karbohidrat Kandungan karbohidrat dalam bahan baku (%) (a)

Jumlah bahan yang dibutuhkan (%) Hasil kali (%) (b) (axb)

No

Nama bahan

1

Ikan teri kering

4.1

26.4738775

1.085428978

2

Tepung kedelai

29.5

13.23693875

3.904896931

3

Ampas tahu

43.45

13.23693875

5.751449887

4

Dedak padi

28.62

28.231347

8.079811511

5

Tepung terigu

77.3

9.410449

7.274277077

6

Tepung jagung

74.23

9.410449

6.985376293 33.08124068

Lemak

Nama bahan

Kandungan lemak dalam bahan baku (%) (a)

Jumlah bahan yang dibutuhkan (%) Hasil kali (%) (b) (axb)

1

Ikan teri kering

3.7

26.4738775

0.979533468

2

Tepung kedelai

14.3

13.23693875

1.892882241

3

Ampas tahu

5.54

13.23693875

0.733326407

4

Dedak padi

12.15

28.231347

3.430108661

5

Tepung terigu

1.3

9.410449

0.122335837

6

Tepung jagung

4.43

9.410449

0.416882891

NO

Total (%)

7.575069504

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa kadar protein yang terkandung dalam pakan adalah 35%, kadar karbohidrat sebesar 31,65% dan lemak 9,28 %, sehingga nilai protein energi (P/e) ratio nya adalah sebagai berikut Protein Karbohidrat Lemak Total

= 300gramX 4,48 kkal/gram =1.3 44,00 kkal = 332 gram X 3,28 kkal/gram = 1.088,96 kkal = 75 gram X 7,52 kkal/gram = 564 kkal = 2.996,96 kkal

Maka protein energi (P/e) ratio nya adalah 2.996,96 dibagi 300 = 9,98 kkal.Hal ini berarti dalam satu gram protein yang dihasilkan dari formulasi pakan tersebut diimbangi dengan energi sebesar 9,98 kkal. 4.3. Pembuatan Pakan 4.3.1. Penepungan Dalam proses penepungan terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu penggilingan dan pengayakan. Penggilingan bertujuan untuk menghaluskan bahan baku dengan menggunakan mesin blender. Bahan baku yang telah halus kemudian diaya menggunakan ayakan yang terbuat dari bahan nilon dengan diameter output sebesar 90 mesh. Setelah proses pengayakan selesai diperolehlah tepung yang akan digunakan untuk pencampuran 4.3.2. Penimbangan Setelah bahan baku dibuat tepung, proses selanjutnya adalah penimbangan tiap - tiap tepung menggunakan timbangan elektronik. Berat tiap - tiap tepung harus berdasarkan formulasi Tepung ikan 250,04 gram, Tepung kedele 125,02 gram,Ampas tahu 125,02 gram, dedak padi 270 gram,90 gram, Tepung jagung 90 gram, vitamin 30 gram dan mineral 20 gram. 4.3.3. Pencampuran

Bahan yang telah ditimbang dicampur dalam baskom dari bahan yang paling sedikit sampai yang paling besar dan campur menjadi homogen. Setelah dicampur, masukan air hangat sedikit demi sedikit sampai campuran hingga homogen. 4.3.4. Pencetakan Bahan baku yang telah dicampur menjadi adonan kemudian dicetak dengan mesin pellet berukuran kecil. Bahan yang telah di pellet, diletakan diatas baki. 4.3.5. Pengeringan Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (sekitar 10%). Proses pengeringan dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari yang memakan waktu 1 s/d 2 hari.

4.3.6.

Pengemasan Dan Penyimpanan

Pengemasan dan penyimpanan pakan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan pakan. Pengemasan yang baik akan meningkatkan daya simpan pakan buatan semakin lama dan tetap mempertahankan kualitas pakan. Berdasarkan perhitungan tersebut terbukti bahwa formulasi pakan dengan menggunakan metode aljabar dapat dengan mudah dibuat dengan kelebihan dapat menggunakan bahan baku sesuai dengan kebutuhan ikan atau kebiasaan makan ikan dan kebutuhan optimal pemakaian bahan baku.

Sebelum dikemas ambil sampel pakan untuk dilakukan uji fisik 1. Uji tingkat kekerasan pakan diukur dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan berbagai ukuran.Yang diayak 0, 46 gram dan sisanya 1, 54 gram. 2. Uji tingkat homogenitas pakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Pakan sebanyak 5 g digerus sampai pecah kemudian diayak menggunakan sievenet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5 mm. Pakan yang diayak 3,61 gram dan sisanya 1, 39 gram. 3. Uji kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media

pemeliharaan. Pakan sebanyak 5 batang dimasukkan kedalam gelas beaker dengan ketinggian dasar wadah 20 cm dari permukaan air. Stopwatchdijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan air. Kecepatan tenggelamadalah jarak di bagi waktu pakan sampai berada didasar gelas ukur. Waktu yang diperlukan 63 detik jadi kecepatan tenggelamnya 20 cm dibagi 63 detik sama dengan 0,317 cm/s atau 0,2 m dibagi 63 detik sama dengan 0,00317 m/s . 4. Uji daya apung pakan buatan dapat di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah di isi air hingga kedalaman 15–25 cm. Waktu yang di perlukan oleh pakan sejenak ditebarkan hingga tenggelam di dasar bejana merupakan gambaran mengenai daya apung pakan buatan tersebut.Jadi daya apung pakan tersebut 63 detik 5. Uji daya pikat dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang yang dibutuhkan kultivan mendekati atau mengkonsumsi (awal) pakan uji yaitu 4 detik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan penyusunan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam penyusunan formulasi pakan, terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan, diantaranya adalah metode trial error, metode persegi empat pearson’s dan metod Aljabar. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Aljabar. Dalam penyusunan formulasi pakan pula, kita dapat menentukan kandungan protein 30 %, karbohidrat 33 %, lemak 7,5 % dan dosis bahan baku yang akan dibuat serta protein energy (P/e) ratio 9,98 kkal. 2. Dalam membuat pakan dibutuhkan proses seperti Penepungan, Pencampuran, Pengukusan, Pencetakan, Pengeringan, dan Penyimpanan. Dalam proses penepungan terdapat proses penggilingan dan pengayakan. Dalam proses pencampuran terdapat proses penimbangan. 3. Pengujian mutu pakan ikan secara fisika meliputi : Uji tingkat kekerasan pakan 0, 46 gram dan sisanya 1, 54 gram, tingkat homogenitas pakan 72,2 %, Uji kecepatan tenggelam 0,317 cm/s, Uji daya apung 63 detik, Uji daya pikat 4 detik, Uji kecepatan pecah 11 menit 45 detik. 5.2

Saran Dalam pembuatan pakan harus di perhatikan dalam pencampuran pakanya tersebut agar menghasilkan pakan dan bentuk yang sempurna karena salah menanambahkan air akan berakibat fatal terhadap pakan tersebut makan akan menyebabakan terlalu kering atau terlalu lembab.

DAFTAR PUSTAKA Afrianto Eddy, Liviawaty E. 2002. Pakan Ikan Dan Perkembangannya. Jakarta: Kanisius. Afrianto Eddy, Liviawaty E. 2002.Pemeliharaan Kepiting. Jakarta: Kanisius. Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Azhari. 2003.Jakarta city tour: tragedi, ironi, dan teror. Jakarta: AgroMedia. Gusrina Produksi pakan buatan Jilid 1 untuk SMK. 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Gusrina Produksi pakan buatan Jilid 1 untuk SMK. 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

LAMPIRAN Foto waktu pmbuatan pakan

Pengemasan

Related Documents


More Documents from "Pricella Mutiari"