Laporan Kasus Tinpus.docx

  • Uploaded by: Limastani Febriana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Tinpus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,757
  • Pages: 43
LAPORAN KASUS P2A0 dengan Kista Ovarium

Pembimbing dr. Anindhita T, SpOG

Disusun oleh Limastani Febriana 03012149

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI RUMAH SAKIT TNI AL Dr. MINTOHARDJO PERIODE 10 DESEMBER 2018 – 15 FEBUARI 2019

RUMAH SAKIT TNI – AL dr. MINTOHARDJO KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PERIODE 10 DESEMBER 2018 – 15 FEBRUARI 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul

‘P2A0 dengan Kista Ovarium’ telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Periode 10 Desember 2018 – 15 Februari 2019

Jakarta, Januari 2019

dr. Anindhita T, SpOG

1

DAFTAR ISI Judul ..............................................................................................................................i Lembar pengesahan ......................................................................................................ii Daftar isi........................................................................................................................iii BAB I Pendahuluan ..................................................................................................................1 BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................................................5 BAB III 3.1 Identitas pasien........................................................................................................20 3.2 Anamnesis ...............................................................................................................21 3.3 Pemeriksaan fisik ....................................................................................................22 3.4 Pemeriksaan penunjang ..........................................................................................23 3.5 Resume....................................................................................................................24 3.6 Diagnosis kerja........................................................................................................25 3.7 Tatalaksana .............................................................................................................26 3.8 Prognosis .................................................................................................................27 3.9 Follow – up post- op ...............................................................................................28 BAB IV Analisa kasus ................................................................................................................32 BAB V Kesimpulan ...................................................................................................................42 Daftar pustaka.............................................................................................................43

2

BAB I PENDAHULUAN Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita.1 Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1 Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpeluntir. Ada beberapa kista yang dapat menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause1. Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Insidensi keganasan ovarium memiliki variasi yang luas rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika, insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 19913,4. Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak semua kista ovarium ditatalaksanai melalui pembedahan, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.1 3

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi Ovarium Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri dengan

mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira- kira 4 cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm.5 Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya ke atas dan belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum.5 Struktur ovarium terdiri atas : 1. Korteks ovarium ; terletak di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel- folikel primordial 2. Medulla ; terletak di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut – serabut saraf dan sedikit otot polos. Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang- kadang dua folikel yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel – folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan selsel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likour folikulli, 5

mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.5,6. Folikel de Graff yang matang terdiri atas : 1. Ovum ; yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula 2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel- sel granulisa, yakni sel- sel bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likour folikuli 3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel- sel yang lebih kecil daripada sel granulosa 4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak Pada ovulasi, folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel- sel granulosa yang melekat pada ovum yang membentuk korona radiata bersama- sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi. 5,6 Setelah ovulasi, sel- sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likour folikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh- pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel- selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel- selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat diantaranya. 5,6 Di tengah- tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum, sel- sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan 4 bulan. 5,6

6

Gambar 1. Anatomi ovarium

2.2.

Definisi Tumor Ovarium Secara harfiah, Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam

tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas. Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain memisahkan antara tumor dengan kista. Perlu diketahui bahwa definisi kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan.Karena secara definisi tumor adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur membedakan antara kista dengan tumor ovarium.

7

Gambar 2 : Ilustrasi Tumor Ovarium 2.3.

Epidemiologi Berdasarkan data penilitian di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium

ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal dan transrektal.Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah postmenopause.Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.5 2.4.

Sifat Kista

2.4.1 Kista Fisiologis Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein.4 8

2.4.2 Kista Patologis Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.1 Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak disadari penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.1,2 Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium.Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur.Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.1,2,3

2.5

Klasifikasi Kista Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.

Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid 1.

Tumor Non Neoplastik a.

Tumor akibat radang i. Abses ovarial 9

ii. Abses tubo-ovarial iii. Kista tubo-ovarial b.

Tumor lain i. Kista folikel ii. Kista korpus lutein iii. Kista teka-lutein iv. Kista inklusi germinal v. Kista endometrium

2.

Tumor Neoplastik Jinak a.

Kistik i. Kistoma ovarii simpleks ii. Kistadenoma ovarii musinosum iii. Kistadenoma ovarii serosum iv. Kista endometroid v. Kista dermoid

b.

Solid i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma ii. Tumor Brenner iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).1

1.

Kista Ovarium Non-Neoplastik a. Tumor Akibat Radang Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada adneksa. Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului oleh masuknya bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian salfing dan menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi proses imunologis sehingga terbentuk abses.1

b. Kista Folikel 10

Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm.Dalam menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3 Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH (folikel stimulating hormon) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.1

Gambar 3 : Kista Folikel c. Kista Korpus Lutein Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua. 11

Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas.Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu,kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.1,3

Gambar 4 : Kista Korpus Luteal d. Kista Teka Lutein Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka.Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan.1,3 Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan

membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh

penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur, serta terapi hormon.

12

Gambar 5 : Kista Teka Lutein e. Kista Inklusi Germinal Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1,3

Gambar 6 : Kista Inklusi Germinal 13

f. Kista Endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Akibat proliferasi dari sel yang mirip dinding endometrium, umumnya berisi darah yang merupakan hasil peluruhan dinding saat menstruasi.1

1.

Neoplasia Jinak 1.1.

Kistik:

1.1.1. Kistoma Ovari Simpleks Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.1,3

1.1.2. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)

14

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas. Tidak

ada

gejala

proliferatif. Kebanyakan

klasik

yang

menyertai

ditemukan

pada

pemeriksaan

tumor rutin

serosa dari

pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal. 1,2,6 Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma ovarium ganas (clinicaly malignant). Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya kemungkinan

keganasan perlu dilakukan

pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,3 15

Gambar 7 : Kista Ovarium Serosum 1.1.3. Kistadenoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua

tumor ini

merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala (lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%). Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan

16

terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik: tampak dinding kista dilapisi oleh epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan

peritoneum

rongga

perut,

dan

sekresinya

menyebabkan

pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul penyakit menahun

dengan

musin

terus

bertambah

dan

menyebabkan

banyak

perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadangkadang ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler.1,3

1.1.4. Kista Endometroid Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.1,3

Gambar 8 :Kista Endometroid 17

1.1.5. Kista Dermoid Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas.Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis.Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan,

serat

otot

jaringan

ikat

(mesodemal)

dan

mukosa

traktus

gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.1,3

Gambar 9 : Kista Dermoid 1.2. Solid

18

Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma.Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.1,6

1.2.1. Fibroma ovarii Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause. Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks). 1,2,6 1.2.2. Tumor Brenner Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium. Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

19

histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.1,2,6 1.2.3. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor) Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara.

2.6

Etiologi Penyebab

terjadinya

kista

ovarium

yaitu

terjadinya

gangguan

pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.1 Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4 a. Riwayat kista ovarium sebelumnya b. Siklus menstruasi yang tidak teratur c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas d. Menstruasi dini e. Tingkat kesuburan f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang g. Terapi tamosifen pada kanker mamma Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

2.7.

Patofisiologi Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus 20

luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.1,6 Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadangkadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.1,2 Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadangkadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.1,2 Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2 2.8.

Tanda dan Gejala Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.4,6 21

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa: a. Gangguan haid b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut. d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut: a. Asites b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan d. Gangguan buang air besar dan kecil. e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4 2.9.

Diagnosis Diagnosis

kista

ovarium

dapat

ditegakkan

melalui

pemeriksaan

fisik.Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik.Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah : 1. Ultrasonografi (USG) Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6 Dari gambaran USG dapat terlihat: a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi

22

belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

Gambar 11 : Gambaran Kista pada USG 2. Pemeriksaan Lab Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium. 

Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.



Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.



Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.



Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang 23

spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium. 3. Pemeriksaan Patologi Anatomi Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.6 2.10. Penatalaksanaan 1. Observasi dan Manajemen Gejala Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 12 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID1,2,4 2. Operasi Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke8 atau ke-9.1,2,4 Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui screening USG umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.1,2,4,6

24

2.11. Prognosis Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1 Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1,6

25

BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Identitas Pasien Nama

: Ny. TS

Nomor RM

: 159316

Tempat & Tanggal lahir

: Jakarta, 09 Februari 1967

Umur

: 51 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Puri Bojong Lestari Blok Ax/19 Bojong Gede, Bogor

Pekerjaan

: PNS DKI

Agama

: Islam

Status pernikahan

: Menikah

Pendidikan terakhir

: S1

Tanggal masuk bangsal

: 20 Januari 2019

2.2 Anamnesis Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 21 Januari 2019 di Bangsal P. Bunyu RS TNI – AL Mintohardjo.

26

1. Keluhan Utama Benjolan di perut sebelah kanan disertai nyeri kadang-kadang. Benjolan semakin lama semakin membesar. 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien P2A0 datang ke poli Kebidanan dan Kandungan RS TNI – AL Mintoharjo dengan keluhan pinggang terasa sakit dan perut dirasa semakin membesar seperti ada yang menganjal. Perut terasa begah dan kembung. Pasien sudah berobat 3x ke poli kebidanan dan kandungan RS TNI-AL mintoharjo sejak 5 bulan yang lalu dengan keluhan perdarahan untuk melepas spiral dan perut terasa sakit sampai ke pinggang yang kemudian di usg dan hasil usg menunjukkan adanya kista dan di sarankan untuk operasi kista, tetapi pasien masih merasa takut dan hanya meminta obat, pasien diberikan obat setelah pulang kontrol tetapi pasien lupa nama obatnya, dan pada kontrol ke 3x pasien merasa sudah tidak enak perutnya karena terlalu menganjal, dan pasien di rencanakan operasi kista histektomi pada tanggal 21 januari 2019. Pasien mengatakan siklus haid masih lancar setiap bulannya walau frekuensi hari nya berkurang. 3. Riwayat penyakit dahulu Pasien mempunyai riwayat sakit asma sejak kecil dan mengkomsumsi obat ventolin . 4. Riwayat penyakit keluarga Tidak terdapat riwayat hipertensi dari orangtua pasien, stroke(-),penyakit jantung (-),diabetes mellitus (-) 5. Riwayat Kebiasaan Kebiasaan mengonsumsi herbal & jamu (-), merokok (-), minuman alcohol (-) 6. Riwayat pengobatan Pasien mengonsumsi obat obat dari poli kandungan dan kebidanan RSAL untuk mengurangi rasa sakit perut dan pinggangngya tetapi pasien lupa nama obatnya , dan pasien mengkomsumsi obat ventolin untuk sakit asma.

27

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Lalu No

1

2

8.

Suami

Tn. S

Tn. S

Tahun

Tempat

Jenis

Persalinan

Persalinan

Persalinan

1993

Bidan

Normal

1997

Bidan

Normal

Penolong

Jenis

BB

PB

Bidan

Laki-

2500

50

laki

gram cm

Laki-

2700

laki

gram cm

Bidan

Riwayat Menstruasi 

Menarche pertama kali : 16 tahun



Siklus

: 28 hari



Durasi

: 2-3 hari



Keluhan saat haid

: (+) dismenorea

9.

Riwayat KB 

Riwayat KB

: (+) Suntik Kb 3 bulan, Spiral tahun 2008



Keluhan

: Perdarahan saat memakai spiral.



Rencana KB selanjutnya

:Steril

28

49

2.3 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesan gizi

: perawakan sedang

TB

: 158 cm

BB

: 69 kg

2. Tanda Vital a. Tekanan darah : 100/80 mmHg b. Nadi

: 70 kali/menit

c. Pernapasan

: 20 kali/menit

d. Suhu

: 36,4oC

3. Status Generalis a) Kepala

: normocephali

b) Mata 

Konjungtiva

: anemis (-/-)



Sklera

: ikterik (-/-)



Gerakan

: normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus



Pupil

: bulat, isokor, diameter 3mm/3mm reflex cahaya

langsung positif pada mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung positif pada mata kanan dan kiri. c) Telinga 

Bentuk

: normotia



Liang telinga

: lapang



Serumen

: tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri



Nyeri tarik helix : tidak ada nyeri tarik pada helix kanan maupun kiri



Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

d) Hidung 

Bagian luar

: normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada nyeri tekan 29



Septum



Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema

: simetris, tidak ada deviasi

e) Mulut dan tenggorok 

Bibir

: normal, tidak pucat, tidak sianosis



Gigi-geligi

: hygiene baik



Mukosa mulut

: normal, tidak hiperemis, tidak halitosis



Lidah

: normoglosia, tidak tremor, tidak kotor



Tonsil

: ukuran T2/T2, tidak hiperemis



Faring

: tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

f) Leher 1. Bendungan vena : tidak ada bendungan vena 2. Kelenjar tiroid

: tidak membesar

3. Trakea

: di tengah

g) Kelenjar Getah Bening 

Leher

: tidak terdapat pembesaran di KGB leher



Aksila

: tidak terdapat pembesaran di KGB aksila



Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

h) Thorax Paru-paru 

Inspeksi : Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal, tipe pernapasan abdomino-thorakal



Palpasi

: Vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax



Perkusi

: Sonor pada kedua hemithorax



Auskultasi

: suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun

wheezing pada kedua lapang paru. Jantung  

Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictu s cordis Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5



Perkusi



Auskultasi : bunyi jantung I&II regular, tidak terdengar gallop maupun

: batas jantung sesuai

murmur i) Abdomen 

Inspeksi : terdapat striae gravida, luka post - op 30



Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, terdapat nyeri tekan pada

area sekitar bekas operasi 

Perkusi



Auskultasi : bising usus (-)

: timpani

j) Ekstremitas 

Inspeksi : Tidak tampak deformitas



Palpasi

: Akral hangat pada keempat ekstremitas, Terdapat oedema

minimal pada kedua ekstremitas bawah, nyeri tekan(-).

31

4.

Status Ginekologis 

Payudara

: simetris, retraksi putting susu -/-, massa -/-, kelainan kulit -/-



Abdomen

: Teraba massa kistik berukuran 8x6 cm, mobile, nyeri tekan

(+) 

Anogenital 

:

Inspeksi genitalia eksterna :  Vulva : Oedema (-), varises (-), hematom (-), hiperemis (-)  Ostium uretra eskternum : Muara (+), oedem (-), hiperemis (-)  bekas jahitan perineum (-), Hemoroid (-) Fluor Albus (-) darah (-)



Inspeksi genitalia interna :  Inspekulo

: tidak dilakukan

 Pemeriksaan Dalam

: tidak dilakukan

32

2.4

Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pre – op tanggal 14/1/2019 Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Leukosit

6,600

5000 – 10000 /µL

Eritrosit

4,23

4,2 – 5,4 juta / µL

Hemoglobin

13,1

12 – 14 g/dl

Hematokrit

41

37– 42 %

Trombosit

270.000

150000-450000 ribu/uL

Natrium

134

134 – 146

Glukosa

92 mg/dL

< 200 mg/dl

Hemostasis Masa perdarahan/BT

2’00

1 -3 menit

Masa pembekuan

10’30

5 – 15 menit

Kimia klinik Glukosa Darah GDS

92

< 200 mg/dl

AST (SGOT)

13

<31 U/I

ALT (SGPT)

10

<34 U/I

Ureum

21

17 – 43 mg/dl

Kreatinin

1,2

0,8 – 1,1

Natrium

137

134 – 146 mmol/L

Kalium

4,12

3,4 – 4,5 mmol/L

Clorida

107

96 – 108 mmol/L

Fungsi Hati

Fungsi Ginjal

Elektrolit

33

Immunoserologi HbsAg

Negatif

Negatif

Anti HCV

Negatif

Negatif

Anti HIV

Non - reaktif

Non – reaktif

Hasil pemeriksaan lab post – op tanggal 21 Januari 2019 Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Leukosit

14.100

5000 – 10000 /µL

Eritrosit

3,98

4,2 – 5,4 juta / µL

Hemoglobin

12,3

12 – 14 g/dl

Hematokrit

38

37– 42 %

Trombosit

242.000

150000-450000 ribu/uL

34

2.5

Resume Pasien P2A0 datang ke Poli Kandungan RS TNI – AL MIntohardjo dengan keluhan

pinggang terasa sakit dan perut dirasa semakin membesar seperti ada yang menganjal. Perut terasa begah dan kembung. Pasien sudah berobat 3x ke poli kebidanan dan kandungan RS TNI-AL mintoharjo sejak 5 bulan yang lalu dengan keluhan perdarahan untuk melepas spiral dan perut terasa sakit sampai ke pinggang yang kemudian di usg dan hasil usg menunjukkan adanya kista dan di sarankan untuk operasi kista, tetapi pasien masih merasa takut dan hanya meminta obat, pasien diberikan obat setelah pulang kontrol tetapi pasien lupa nama obatnya, dan pada kontrol ke 3x pasien merasa sudah tidak enak perutnya karena terlalu menganjal, dan pasien di rencanakan operasi kista histektomi pada tanggal 21 januari 2019. Pasien mengatakan siklus haid masih lancar setiap bulannya walau frekuensi hari nya berkurang. hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80, HR 88x/menit, RR 20x/menit dan suhu 36,8 derajat celcius, TB 158 cm dan BB 69 kg. 2.6

Diagnosis Kerja P2A0 dengan kista Ovarium 2.7

Tatalaksana Medika mentosa :

Operatif 2.8

-

Infus RL : D5 2 : 3

-

Injeksi Ceftriaxone 2x1g

-

Injeksi gentamisin 2x80g

-

Asam mefenamat 3x500mg

-

Etabion 2x1 : Laparatomi

Prognosis  Ad Vitam  Ad functionam  Ad sanationam

: bonam : bonam : dubia ad bonam

35

2.9

Follow-up Post OP Hari 1 : Dilakukan di bangsal P.Bunyu pada tanggal 21 Januari 2019

S O

Nyeri luka operasi Keadaan Umum

: Baik, conjungtiva anemis (-)

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Suhu

: 36,6 C

Nadi

: 80 x/menit

RR

: 18 x/menit

Luka Post Operasi

: rembesan darah (-), nyeri (+)

Produksi urin

: 500 cc/ 4 jam

Bising usus (-), flatus (-)

A P

P2A0 post Laparatomi (Histektomi) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

IVFD RL : D5% = 2 : 3  20 gtt/ menit Injeksi Ceftriaxone 2x 1g Injeksi Gentamisin 2x 80g Tidur terlentang s/d 24 jam post-op Tidak berpuasa Cek Hb post – op  transfusi jika Hb < 8 gr/dl.

36

Hari 2 : Dilakukan di bangsal P.Bunyu pada tanggal 22 Januari 2019

S O

A P

Nyeri luka operasi mulai berkurang Keadaan Umum

: Baik, conjungtiva anemis (-)

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Suhu

: 36,7 C

Nadi

: 82 x/menit

RR

: 20 x/menit

P2A0 post laparotomi hari ke II 1. Aff infus 2. Asam mefenamat 3 x 500 mg 3. Etabion 2 x 1 tab 4. Observasi KU/ tanda vital 5. Rencana pulang 23/1/2019

37

BAB III ANALISA KASUS Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam.Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Keluhan

utama

pada

kista

ovarium

adalah

.Perut

terasa

penuh,

berat,

kembung,Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil),Haid tak teratur,nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar kepanggul bawah dan paha,nyeri senggama,mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil. Pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri pada perut sejak 5 bulan yang lalu di sertai perut yang semakin membesar. Selain itu pasien juga mengeluhkan beberapa bulan terakhir buang air kecil menjadi sedikit. Penyebab kista ovarium adalah stimulasi yang berlebihan terhadap gonadotropin. Selain itu,Gestational tropoblastic neoplasma ( molahidatidosa dan khoriokarsinoma),Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik, dan Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik. Pada pasien ini penyebabnya masih perlu dicari. Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Terdapat juga rasa penuh di perut.Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidaknyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering. Pada pasien anamnesa yang didapatkan adalah keluhan benjolan di perut sebelah kanan disertai nyeri kadangkadang sejak 5 bulan yang lalu.Nyeri juga dirasakan saat perut ditekan dan disertai.Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.Riwayat haid teratur tiap bulan,lama 3-4 hari,ganti pembalut 3-4 kali sehari. Pasien tidak merasakan nyeri saat haid dan saat berhubungan.Hari pertama menstruasi terakhir 03 januari 2019.Pasien sering BAK tetapi sedikit.

Dari tampakan klinis pasien dimana keadaaan umum baik, tidak didapatkan gejala yang mengganggu dari system lain misalnya gangguan BAB, BAK, sesak ataupun penuran berat badan dan nafsu makan,mengarahkan massa tersebut jinak, tetapi hal tersebut tidak menyingkirkan adanya keganasan dimana diperlukan investigasi lebih lanjut pada pasien ini Kecurigaan keganasan pada massa adnexa dapat dievaluasi dengan suatu system yaitu Relative Malignancy index. Penghitungannya dapat dilihat pada table di bawah ini:

38

System RMI ini dapat menolong memprediksi seorang pasien mengidap keganasan yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.Pada pasien ini, RMI tidak dapat dihitung dikarenakan belum ada data mengenai pemeriksaan CA125. Nilai batas maksimal CA 125 terukur di darah adalah 35 U/ml. Marker ini sangat berguna untuk memonitoring wanita dalam terapi kanker ovarium, tetapi sangat sedikit memberikan informasi untuk tujuan diagnostic. Terdapat berbagai kondisi yang dapat meningkatkan CA 125, baik karena keganasan ataupun bukan keganasan.8 Pada pasien dilakukan tindakan laparatomi, tampak massa kistik kanan berukuran 8 cm, lengket dengan jaringan sekitar. Saat dibuka keluar pus. Kesan yang didapat dari penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista ovarium jinak, untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan patologi anatomi (PA).Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan mengambil contoh jaringan secara langsung. Hal ini dilakukan setelah tindakan operasi. Penatalaksanaan kista ovarium terdiri dari tindakan operatif dan non operatif. Penatalaksanaan kista pada kasus ini adalah tindakan operatif, ini sudah tepat dilakukan. Indikasi tindakan bedah yaitu kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus 39

menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. .

40

BAB IV KESIMPULAN Kista ovarium merupakan suatu bentuk tumor pada ovarium yang memiliki berbagai jenis, baik dari jenis neoplastik maupun non neoplastik.Kista tersebut dapat tumbuh pada masa apapun dalam kehidupan wanita, termasuk pada masa post menopause. Temuan klinis berupa massa intraabdomen perlu dipertimabangkan system-sistem yang mungkin enjadi asal tumor tersebut sehingga dibutukan pendekatan diagnosis yang baik, baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Penatalaksanaan pasien dengan kista ovarii pada ini sudah tepat, yakni dengan tindakan operatif dikarenakan massa tumor dan keberadaaan tumor yang sudah menimbulkan gejala pada pasien. Temuan kista pada pasien ini dimana pasien dalam masa post menopause, harus dipikirkan kemungkinan adanya keganasan sehingga jaringan kista pada temuan intraoperatif sebaiknya di periksa jaringannya melalui pemeriksaan histopatologi.

41

DAFTAR PUSTAKA 1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14 2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta, 1998 3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000. 4. Medscape

Reference,

Ovarium

Anatomy,

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3, Last Update October 3, 2018. Accessed on Januari 25, 2019. 5. Medscape Reference, Ovarian Cysthttp://emedicine.medscape.com/article/255865overview#a0101, Last Update Desember, 2018. Accessed on Januari 25, 2019. 6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008 7. Jim Baum. Ovarian Pathology. Illustrated Review of obgyn sonography. Tersedia dalam http://prosono.ieasysite.com/2.2_gyn_pathology_ovary.pdf 8. Giede. Ovarian cyst in Post-menopausal Women: when to worry. Tersedia dalam http://www.stacommunications.com/journals/cme/2007/24-Januari%202019/021Case%20In-Ovarian%20Cysts.pdf

42

Related Documents

Laporan Kasus
June 2020 61
Laporan Kasus
June 2020 56
Laporan Kasus
June 2020 53
Laporan Kasus
June 2020 47
Laporan Kasus
July 2020 55
Laporan Kasus
August 2019 77

More Documents from "Muzammil Bin Yusuf"

Oklusi Tuba
June 2020 26
Laporan Asuhan Gizi Iv.docx
October 2019 38
B.jawa.docx
May 2020 10