LAPORAN KASUS MODUL 3 (LESI JARINGAN LUNAK MULUT)
“STOMATITIS APHTOSA REKUREN (MINOR)” Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik pada Modul 3
Oleh: AINUL MARDIAH 1310070110032
Dosen Pembimbing : drg. Fitria Mailiza, Sp.PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan kasus ” STOMATITIS APHTOSA REKUREN (MINOR)“ untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang terhormat drg.Fitria Mailiza, Sp.PM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Padang, November 2017
Ainul Mardiah
MODUL 3 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan Laporan Kasus stomatitis aphtosa rekuren (minor) guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 3.
Padang, November 2017 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing
(drg. Fitria Mailiza, Sp.PM. )
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE
Data Pasien 1. Nama
: Rio Andika
2. Umur
: 22 tahun
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Alamat
: Belimbing Kuranji
5. Pekerjaan
: Mahasiswa
6. Agama
: Islam
7. No. Rekam Medis
: 046306
Hari/tanggal Rabu/ 13 November 2017
Kasus Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor
Tindakan yang dilakukan 1. Anamnesa
Operator Ainul Mardiah
2. Pemeriksaan klinis
(17-028)
3. Pemberian Resep
Padang, November 2017 Pembimbing
(drg. Fitria Mailiza, Sp.PM)
STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR) MINOR (LAPORAN KASUS) Ditulis oleh Ainul Mardiah *, Fitria Mailiza** *Mahasiswa ** Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah Jl. Raya by. Pass KM. 14 Aie Pacah, Padang *) E-mail :
[email protected] ABSTRACT Introduction: Hormonal imbalances during stress emotional can result in changes of oral mucosa. Oral mucosal abnormalities in common ie Recurrent aphthous stomatitis (SAR) Minor. Objectives: This case report is to report a case of Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor when stress. Case and management: Male patients aged 22 years came to the Hospital University Baiturrahmah with the complaints uper the inner lip sore, and patients admitted to frequent canker sores before test. Based on the results of the examination of patients diagnosed with Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. The treatments for this case is educating patients to maintain oral hygiene and do not much mind. Patients are also instructed to consume fruits and vegetables and drink lots of water. Patients are given prescriptions betadine gargel and vitamin becom-c. Conclusion: giving betadine gargel can accelerate healing SAR minor. Keyword: Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) minor, management.
ABSTRAK Pendahuluan: Ketidakseimbangan hormon pada saat stres dapat mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada mukosa mulut. Kelainan pada mukosa mulut yang umum terjadi yaitu Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. Tujuan: Melaporkan penatalaksanaan sebuah kasus Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor akibat faktor stres. Kasus dan penatalaksanaan: Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan keluhan bibir atas bagian dalam terasa perih, pasien mengaku sering sariawan saat akan menghadapi ujian. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosis Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor . Perawatan kasus ini diberikan edukasi untuk menjaga oral hygiene pasien dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pasien disarankan mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayuran serta banyak minum air putih. Pasien juga diberikan resep obat betadine gargel yang dikumur 2 kali sehari setelah makan, dan vitamin becom-c yang dimakan satu kali sehari. Kesimpulan: Pemberian obat kumur betadine dan mempercepat proses penyembuhan SAR minor. Kata kunci : Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor, penatalaksanaan.
BAB I PENDAHULUAN
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan penyakit mulut yang paling sering diderita manusia dengan ciri khas ulkus single atau multiple, kambuhan, kecil, bulat atau oval dengan batas jelas kemerahan, dan dasar abu-abu atau kuning. Dikalangan awam, SAR dikenal sebagai sariawan yang merupakan salah satu jenis ulkus yang muncul di rongga mulut. Istilah stomatitis memiliki arti peradangan jaringan lunak mulut, aphtosa yang berarti terbakar dan rekuren berarti ulkus pada rongga mulut selalu timbul tiba-tiba tanpa penyebab yang pasti (Junhar,dkk, 2015). SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali. Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan tetap dapat mengurangi kualitas kehidupan karena pada saat makan, menelan atau saat berbicara akan menyebabkan rasa sakit. (Banuarea, 2009). Etiologi stomatitis apthosa rekuren (SAR) sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada stomatitis apthosa rekuren (SAR) bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan (Swain dkk 2012). Gambaran klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa laboratorium yang spesifik yang dapat
diandalkan untuk menegakkan diagnosa stomatitis apthosa rekuren (SAR). Karakter klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) dibagi menjadi 4 tahap yaitu premonitori, pre-ulseratif, ulseratif dan penyembuhan. Tahap premonitori terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan oedema akan mulai berkembang. Tahap pre-ulserasi terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap preulserasi ini. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. Tahap penyembuhan terjadi pada hari ke – 4 hingga 5. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR) pernah muncul (Haikal 2010). Stomatitis aphtosa rekuren secara klinis terbagi kedalam tiga jenis : SAR minor, SAR mayor, dan SAR herpetiformis. Tipe minor mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75% sampai dengan 85% dari keseluruhan SAR, yang ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter 1-10 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut (Cawson dan Odell, 2008 cit Marwati, 2011).
BAB II LAPORAN KASUS
Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan keluhan bibir atas bagian dalam terdapat sariawan yang dirasakan 4 hari yang lalu. Sariawan tersebut belum pernah diobati. Pasien mengatakan kadaan tersebut menimbulkan rasa sakit, sakit semakin parah saat memakan makanan pedas dan minum minuman asam. Pasien mengaku sering mengalami sariawan hampir setiap akan mengikuti ujian. Dari anamnesa pasien tidak menderita penyakit sistemik. Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limpnode tidak teraba. Pasien tidak memiliki kelainan TMJ. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat ulser berukuran 3 mm pada bibir atas bagian dalam berbentuk bulat berwarna ke abuabuan dikelilingi daerah eritem dan dangkal. Oral hygiene pasien baik.
Gambar 1. Stomatitis Apthosa Rekuren Minor Sebelum Perawatan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan diagnosis untuk pasien tersebut adalah Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor. Perawatan yang dilakukan yaitu DHE dan pemberian resep obat. Operator menjelaskan bahwa keadaan tersebut tidak berbahaya. Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) Minor merupakan suatu kondisi yang umum terjadi akibat pengaruh stres. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya. Pasien juga dijelaskan untuk mengkonsumsi air putih, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang cukup. Pasien juga diberikan resep obat Triamnisolone actinide salep dengan dioleskan pada daerah yang sakit 2 kali sehari pagi san sore, betadine gargel yang dikumur 2 kali sehari setelah makan, dan vitamin becom-c yang diminum satu kali sehari. RESEP RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009 Jl.Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp.0751-463871
Dokter : drg. Fitria Mailiza,Sp.PM Tanggal : 23 November 2017
R/
Triamsinolone actinide 0,1% ube 5 gr No.I ∫ 2 dd applic part dol M.et.V
R/
Chlorhexidine gluconate 0,2% gargle fls, No.I ∫ 2 dd garg pc
R/
Vitamin C tab 100 mg No. XII ∫ 2 dd I tab pc
Pro : Rio Andika Umur : 22 tahun
Setelah mengonsumsi obat yang diberikan selama 5 hari, mukosa labial pasien yang mengalami SAR minor telah mengalami penyembuhan tanpa meninggalkan jaringan parut .
Gambar 2. Stomatitis Apthosa Rekuren Minor Setelah Perawatan
BAB III PEMBAHASAN
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan manifestasi yang timbul dalam rongga mulut yang dipicu oleh faktor predisposisi. SAR dapat terjadi pada berbagai kalangan usia dengan prevalensi sangat tinggi pada negara maju. Etiologi SAR tidak sepenuhnya jelas dan sangat bervariasi tergantung faktor predisposisi (Junhar, 2015). Pada stadium awal stomatitis apthosa rekuren (SAR) tipe minor timbul rasa sakit dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang-kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur-angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami kadang demam ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter <1 cm. Permukaan abu-abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang-kadang bisa sampai 8. Lokasi biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut (Haikal, 2010). Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor yang dikatakan berperan dalam pemunculan SAR, yaitu imunologi, alergi, herediter, trauma, kelainan saluran gastro intestinal,defisiensi nutrisi, infeksi bakteri dan virus, perubahan hormonal, stres (Putra, 2015).
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres
dapat
mengganggu proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stress (Lewis, 1998). Pada laki-laki SAR sering muncul karena tingkat stress pada laki-laki lebih tinggi. Keadaan stress dapat memicu timbulnya SAR, stress dipengaruhi oleh hormon kortisol dan adrenalin yang meningkat dan di kelenjar adrenal. Stress diartikan sebagai respon nonspesifik tubuh akibat perubahan sosial dari modernisasi (Junhar, 2015).
Diagnosa banding dari SAR minor adalah ulkus traumatikus dan herpes simplek. Ulkus traumatikus adalah bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma. Ulkus traumatikus dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer lidah. Ulkus traumatikus disebabkan oleh trauma berupa bahan-bahan kimia, panas, listrik, atau gaya mekanik (Regezi JA, 2008 cit Anindita dkk, 2013).
PERBEDAAN SAR MINOR DENGAN ULKUS TRAUMATIKUS ULKUS KETERANGAN TRAUMATIKUS SAR MINOR Ukuran lesi Tergantung trauma Jumlah Biasanya tunggal Masa penyembuhan 2 minggu
< 5 mm 2-8 7-10 hari
Usia yang terkena Etiologi
Remaja / usia 20 tahun
bisa Semua usia Trauma
Belum diketahui
Faktor predisposisi
Trauma dari bahan-bahan: Kimia Panas Listrik Gaya mekanik
Genetik Hematologik Gastrointestinal Hormonal Trauma Stress Kebiasaan merokok Kondisi medik Pengobatan Infeksi
Ciri-ciri
Lesi dangkal Rasa sakit dan terbakar Warna abu-abu sampai kuning Tepi lesi dikelilingi jaringan eritema yang mengembung Tidak meninggalkan jaringan parut
Lokasi
Ulser tunggal yang tidak teratur Lesi cekung dan oval Bagian tengah lesi biasanya kuning kelabu. Batasnya tidak jelas dan mengandung kulit permukaan yang terkoagulasi dan mengelupas Permukaan lesi halus Bewarna merah atau putih kekuningan dengan eritema tipis Palpasi lunak Mukosa pipi Palatum Gingiva Lateral lidah
Lidah Mukosa labial Mukosa bukal Dasar mulut
Bentuk Perawatan
Gambar
Bulat Oval Umunya sembuh dalam waktu ± 2 minggu. Untuk mencegah infeksi dapat diberikan obat kumur antiseptic
Lesi berbentuk bulat atau oval Obat yang dapat digunakan antara lain: anestetikum (benzocaine 4% dalam borax glycerine) Obat kumur antibiotika (chlorhexidine gluconate 0,2%, larutan tetrasiklin 2%) Anti inflamasi dan anti udema (sodium hyaluronat) Obat muko-adhesive dan anti inflamasi (bentuk kumur atau gel) Vitamin C
BAB IV PENUTUP Stomatitis Apthosa Recurent adalah suatu keadaan yang ditandai dengan munculnya ulser yang berulang di mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda dari penyakit lainnya. Ulser dapat berjumlah tunggal atau multiple dengan bentuk bulat atau oval disertai pseudomembran fibrinous berwarna putih pada bagian tengahnya dan dikelilingi oleh eritematosa. Ulser terasa cukup menyakitkan selama 10 sampai 14 hari dan dapat sembuh secara spontan. Etiologi dari SAR minor ini tidak diketahui tetapi faktor stres, menstruasi defisiensi nutrisi, defisiensi hematologik ( zat besi, asam folat, vit B12), trauma, herediter serta kelainan imun dapat berperan. Perawatan dari SAR minor ini berupa DHE dan instruksi pada pasien agar meningkatkan asupan nutrisi yang
baik serta
pemberian chlorhexidine gluconate dan vitamin C untuk meredakan gejala dari SAR tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Anindita, PS., Dkk. 2013. Gambaran Ulkus Traumatik pada Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi. Banuarea, T.H.P, 2009. Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universita Sumatra Utara Yang Berpengalaman SAR, Medan. Haikal, M. 2009, Aspek Immunologi Stomatitis Aftosa Rekuren, Disertasi, Universitas Sumatra Utara , Medan. Junhar. Melky G., dkk, 2015, Gambaran Stomatitis Aftosa Rekuren dan Stress Pada Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Bitung, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Lewis, M.A.o dan Lamey,P-J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut.Editor: Alih Wirawan. Jakarta : 1998.pp.48-49 Marwati, Enny. 2011. Penatalaksanaan Rasa Nyeri pada Stomatitis Aphtosa Rekuren. Jakarta Selatan : Universitas Trisakti. Putra, R.H, 2015. Perbedaan Waktu Sembuh Klinis Pengobatan Salep Ekstrak Daun Sirih 35% dengan Salep Povidone Iodine 1% pada Stomatitis Apthosa Rekuren (Eksperimental Klinis). Surabaya : Universitas Airlangga. Selye H. Stress and the general adaptation syndrome. British Medical Journal June 1950; 1383-92. Sulling, PL,. Dkk. 2012. Angka kejadian lesi yang diduga sebagai Stomatitis Aftosa Rekuren pada mahasiwa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi. Swain, N., Pathak, J., Poonja, L, S., Penkar, Y. 2012, ‘Etiological Factors of Recurrent Aphtous Stomatitis’, J. Contempt Dent, vol. 2, no. 3, hlm. 96100.