Akademi Refraksioptisi.docx

  • Uploaded by: Elfa Riani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akademi Refraksioptisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,650
  • Pages: 22
AKADEMI REFRAKSIOPTISI KARTIKA INDERA PERSADA JAKARA

JUDUL : LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Disusun oleh : FERDI HERFANDI. T NIM : 14009

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syrat – Syarat Guna Mencapai Gelar Program Diploma III Ahli Madya Refraksi Optisien Tahun 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini. Kerja Praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh di kampus ARO KARTIKA INDERA PERSADA. Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang 2 minggu untuk memenuhi kegiatan peraktek kerja lapang kesehatan di jakarta. Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Dosen 2. Pimpinan yayasan ARO KARTIKA INDERA PERSADA. 3. Karyawan OMEGA OPTICAL DUMAI. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Terimakasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I A. B. C. D. E.

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MAKSUD DAN TUJUAN DEFINISI KELAINAN REFRAKSI PADA MATA PENENTUAN VISUS

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN PKL DI OPTIK OMEGA

BAB III KASUS PADA KELAINAN REFRAKSI PADA MATA BAB IV SARAN DAN KESIMPULAN

BAB V PENUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG: Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab utama lowvision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antaraInternational Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) dan World Health Organization (WHO),menyatakan bahwa pada tahun 2006 diperkirakan 153 juta penduduk duniamengalami gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Dari153 juta orang tersebut, sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15tahun dimana prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara Low visionadalah istilah yang menunjukkan tingkat penglihatanyang 20/70 atau lebih buruk dan tidak dapat sepenuhnya dikoreksi dengan kacamata konvensional. Low visiontidak sama dengan kebutaantidak seperti orang yang buta, orang dengan low visionmemiliki beberapa pandangan yang berguna. Namun, low visionbiasanya menghambat kinerja kegiatan sehari-hari, seperti membaca atau mengemudi. Seseorang dengan low visionmungkin tidak mengenali gambar di kejauhan atau tidak dapat membedakan warna dengan nada yang sama. Menurut Lueck (2004) mendefinisikan low visionsebagai kehilangan penglihatan yang cukup buruk, dapat menghambat kemampuan individu untuk belajar atau melakukan tugas dalam kehidupan sehari-hari, tetapi masih memungkinkan beberapa fungsional penglihatan yang berguna. Low visiontidak dapat dikoreksi menjadi normal dengan kacamata biasa atau lensa kontak. Definisi WHO menyebutkan, jika kacamata biasa atau lensa kontak tidak dapat mengembalikan ketajaman penglihatan seseorang dalam keadaan normal, berarti ada kerusakan pada sistem penglihatannya dan orang tersebut dapat dikatakan menderita low vision.Tajam penglihatan setelah koreksi refraktif > 3/60 –< 3/10 dan lapang penglihatannya < 100. Low visionberbeda dengan buta, penderita low vision hanya kehilangan sebagian penglihatannya dan masih memiliki penglihatan sebagian yang dapat ditingkat kanapa bila difungsikan dengan baik. Berdasarkan perkiraan low vision WHO kasus itu angkanya 3 –4 kali lebih besar dari angka kebutaan. Di Indonesia diperkirakan jumlah anak usia 0 –15 tahun berjumlah 70 juta orang. Prevalensi kebutaan pada anak-anak adalah 0.9/1000 anak, maka diperkirakan jumlah anak dengan low visionadalah 210.000 orang. .

1.2. Maksud dan Tujuan : Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa ARO JAKARTA tentang dunia kerja kesehatan mata. 2. Memberikan pemahaman yang lebih dari teori yang selama ini diajarkan di sekolah pada dunia nyata. 3. Memberikan gambaran bagaimana dunia kerja di Indonesia.

1.3. DEFINISI

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris, selain member warna pada mata iris juga dapat mengubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat

gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang berkeja pada mata bekerja sebagaimana berikut. Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan ke retina.Semua system yang telah kami sebutkan tadi berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan system perekaman gambar buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata. Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk Kristal yang penuh dengan buahbuahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehinggasel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk dan kemudian mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin. Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel. Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energy listrik energy ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata.Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit terjadi energy listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain. Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil mencapai pusat

penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna yang terdiri atas ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.

Pemeriksaan Visus Mata Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus:

V =D/d Keterangan: V = ketajaman penglihatan (visus) d = jarak yang dilihat oleh penderita D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki.

1. Data Penggolongan Visus dalam Desimal 2. Data Penggolongan Visus Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

PEMERIKSAAN VISUS MATA

Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak. Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal. Visus terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus perifer. Visus sentralis dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. Visus sentralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. Visus sentralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina.

Visus perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya 20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan kurang. Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sederetan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus:

V =D/d Keterangan: V = ketajaman penglihatan (visus) d = jarak yang dilihat oleh penderita D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki.

Data Penggolongan Visus dalam Desimal.

Data Penggolongan Visus

a. Penglihatan normal

Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat.

b. Penglihatan hampir normal

Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebabnya. Mungkin suatu penyakit masih dapat diperbaiki. c. Low vision sedang

Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat.

d. Low vision berat

Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat. Membaca menjadi lambat. e. Low vision nyata

Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset.

f.

Hampir buta Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

g.

Buta total

Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau tidak mata. Di bawah ini ditunjukkan tabel penggolongan keadaan tajam penglihatan normal, tajam penglihatan kurang (low vision) dan tajam penglihatan dalam keadaan buta.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. PELAKSANAAN KEGITAN : Kegitan pelaksanaan : SETIAP HARI HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMA’AT SABTU MINGGU

JAM MASUK 7.15 WIB 7.15 WIB 7.15 WIB 7.15 WIB 7.15 WIB 7.15 WIB 7.15 WIB

MULAI KERJA 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB 8.00 – 12.00 WIB

ISTIRAHAT 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB 12.00 – 1.00 WIB

LANJUT KERJA 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB 1.00 – 9.30 WIB

Bab III KASUS : 01. NAMA : HARI BUDIMAN UMUR : 24 TAHUN KELUHAN: MELIHAT JAUH BURAM DAN BERBAYANG DIKOREKSI: R : S- 12.00 C – 0.50 X 180 L : S – 11.00 DIAGNOSA : mata kanan mengalami myiopia astigmat Dan mata kiri mengalami myiopia. TATA LAKSANA : pasien diterapi dengan lensa singgel vision (SV)

02. NAMA : DESI UMUR : 30 TAHUN KELUHAN: MELIHAT JAUH DAN DEKAT BURAM

VISUS SEBELUM : R : 20/25 L : 20/25 DIKOREKSI: R : S + 0.50 L : S + 0.50 ADD: + 2.50 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Hypermetropia dan prespiopia TATA LAKSANA : pasien diterapi dengan lensa kacamata BIFOCAL

03. NAMA : SISKA UMUR : 17 TAHUN KELUHAN : melihat jauh buram VISUS SEBELUM: R : 20/80 L : 20/60 DIKOREKSI : R : S- 1.50 L : S- 1.25 C- 0.50 X 180 DIAGNOSA : mata kanan mengalami Myiopia dan mata kiri mengalami Myiopia Astigmat TATA LAKSANA: pasien diterapi dengan lensa kacamata Singgel Vision (SV)

04. NAMA : BERTA PANJAITAN UMUR : 27 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM DAN BERBAYANG VISUS SEBELUM : R : 20/30 L : 20/30 DIKOREKSI : R : S- 1.25 C- 0.75 X 90 L : S- 1.25 DIAGNOSA : mata kanan mengalami Myiopia Astigmat dan mata kiri mengalami Myiopia TATA LAKSANA : pasien diterapi dengan lensa kacamata Singgel Vision (SV) 05. NAMA : NATHAEL . H UMUR : 14 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/30 L : 20/30

DIKOREKSI : R : S- 1.75 L : S- 0.75 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia TATA LAKSANA : pasien di terapi dengan lensa kacamata Singgel Vision (SV) 06. NAMA : HARIBUDIMAN . H UMUR : 35 TAHUN KELUHAN :MELIHAT DEKAT BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/20 L : 20/20 DIKOREKSI : R : S+ 2.00 L : S+ 2.00 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Hypermetropia TATA LAKSANA : diberi lensa kacamata Singgel Vision untuk dekat

07. NAMA : RABIATUL . ADAWIYAH UMUR : 40 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH DAN DEKAT BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/30 L : 20/30 DIKOREKSI : R : S+ 0,50 L : S+ 0,50 ADD: + 2.00 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Hypermetropia TATA LAKSANA: diberi lensa kacamata Bifocal.

08. NAMA : NABILA . PUTRI TRISNA UMUR : 14 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM

VISUS SEBELUM : R : 20/20 L : 20/20 DIKOREKSI : R /L : PLANO DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri Emetropia TATA LAKSANA: diberi lensa kacamata pelindung anti radiasi. 09. NAMA : ISHAK UMUR : 40 TAHUN KELUHAN : MELIHAT DAN DEKAT KABUR VISUS SEBELUM : R : 20/50 L : 20/50 DIKOREKSI : R : S- 1.75 C- 0.25 X 90 L: C- 1.25 X 90 ADD : + 1.75 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia Astigmat dan prespiopia TATA LAKSANA : mata kanan dan mata kiri diberi lensa kacamata Bifocal

10. NAMA : FAWWAZ UMUR : 13 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH KABUR VISUS SEBELUM : R : 20/80 L : 20/80 DIKOREKSI : R : S- 1.75 L : S- 1.75 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia TATA LAKASANA : diberi lensa kacamata Singgel Vision 11. NAMA : MUSLENA UMUR : 35 TAHUN KELUHAN : MELIHAT DEKAT BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/50 L : 20/50

DIKOREKSI : R : S+ 0.50 L : S+ 0.50 C- 1.00 X 90 ADD: + 2.25 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Hypermetropia Astigmat dan Prespiopia TATA LAKSANA : kedua mata diberi lensa kacamata Bifocal 12. NAMA : WATTY POSMAIDA BARU UMUR : 26 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BERBAYANG VISUS SEBELUM : R : 20/50 L : 20/50 DIKOREKSI : R : CLY- 0.75 X 140 L : CLY- 0.75 X 180 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia Astigmat TATA LAKSANA : kedua mata diberi lensa kacamata Singgle Vision 13. NAMA : MAYA ULANDARI UMUR : 16 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/400 L : 20/400 DIKOREKSI : R : S- 5.00 C- 0.50 X 90 L : S- 5.50 C- 0.50 X 90 DIAGNOSA : mata kanan dan kiri mengalami Myiopia Astigmat TATA LAKSANA : kedua mata pasien diberi lensa kacamata Singgle Vision 14. NAMA : DESI APRIAYANTI UMUR : 20 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/400 L : 20/400 DIKOREKSI : R : S- 3.50 L : S- 3.50 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia TATA LAKSANA : kedua mata pasien diberi lensa kacamata Singgle Vision 15. NAMA : BRAIN UMUR : 28 TAHUN KELUHAN : MELIHAT JAUH BURAM VISUS SEBELUM : R : 20/80 L : 20/70

DIKOREKSI : R : S- 2.75 L : S- 0.50 DIAGNOSA : mata kanan dan mata kiri mengalami Myiopia TATA LAKSANA : kedua mata pasien diterapi dengan lensa kacamata SV

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari pelaksanaan proses, penulisan dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa dalam menangani suatu masalah pada kendaraan, maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan dengan test penguji pengukuran pada mata. Setelah ditemukan gangguannya, lalu langkah selanjutnya, yaitu mencari penyebab gangguan tersebut dengan cara langsung melakukan pencegahan ganguan pada mata. Hal ini akan motivasi kepada pelaggan agar menjaga mata tetap sehat. B.

Saran

1.

Bagi Pendidikan

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka diperlukan peran aktif siswa dan guru

2.

Bagi AKADEMI REFRAKSI OPTISI

Ilmu yang dimiliki para REFRAKSI OPTISI dan kepercayaan konsumen terhadap ARO KARTIKA PERSADA jangan pernah dikotori oleh sifat ketidakjujuran karena ketidakjujuran merupakan modal utama untuk kemajuan suatu usaha.

BAB V PENUTUP Demikian proses pembelajaran selama 3 tahun ini dalam akademi refraksi optisi. Dalam proses pelaksanaan kerja ini penulis tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, karena yang sering dilakukan di dunia praktek. Jadi, penulis dapat memahami mekanisme kerja sehingga mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi pada sistem tersebut. Penulis menyadari bahwasanya di dalam penjelasan laporan ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan baik di lihat dari segi penulisan atau dari segi pembahasan, hal ini di luar kehendak penulis. Di samping itu juga karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh.

Related Documents

Akademi
June 2020 19
Akademi Ramadhan
December 2019 23
Akademi Imam Syafie_ais
December 2019 19

More Documents from "ima"