Lapkas Lokal Sar Minor (1) Revisi.docx

  • Uploaded by: Elfa Riani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapkas Lokal Sar Minor (1) Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,221
  • Pages: 12
Laporan Kasus Modul 3 LESI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor pada wanita berusia 45 tahun” Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik di Bagian Oral Medicine

Oleh : Elfa Riani Herfa Oktari 15100707360804116

Pembimbing : drg. Rifani

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2018

MODUL 3 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

HALAMAN PENGESAHAN Telah didiskusikan Laporan Kasus “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor Pada Wanita Berusia 45 Tahun” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 3.

Padang, September 2018 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

drg. Rifani

LESI JARINGAN LUNAK MULUT Nama Operator

: Elfa Riani Herfa Oktari

Hari/ Tanggal

: Senin, 12 September 2018

Nama

: Ny. M

Umur

: 45 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Sungai Sapih, Kurao

Pekerja

: Ibu Rumah Tangga

Status

: Menikah

Agama

: Islam

No. RM

: 032903

Hari/tanggal

Kasus

Senin, 12 - 09- 2018

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor

Tindakan yang dilakukan    

Anamnesa Pemeriksaan klinis Pemberian obat KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

Padang,

Operator Elfa Riani Herfa Oktari (15-116)

September 2018

Pembimbing

drg. Rifani

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor pada wanita berusia 45 tahun” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan. Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Rifani selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Padang, September 2018

Elfa Riani Herfa Oktari

STOMATITIS APHTOSA REKUREN (SAR) MINOR - (LAPORAN KASUS) Ditulis oleh Elfa Riani Herfa Oktari *, Rifani** *Mahasiswa ** Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah Jl. Raya by. Pass KM. 14 Aie Pacah, Padang *) E-mail : [email protected] ABSTRACT Introduction: Stress is the body's response in adapting to continuous environmental changes that affect the physical and emotional. Stress is considered to be one factor that indirectly contributes to the emergence of Recurrent Aphthous Stomatitis (SAR) Minor. Recurrent aftous stomatitis (SAR) is the most common lesion in the oral cavity. The day before the ulcer appears, there are prodromal symptoms of incidence of discomfort and redness for 1-3 days. Objectives: To report management of a minor recurrent aphthous stomatitis case at the time of stress Cases and management: A 45-year-old female patient presented with complaints of mucosa in the lower lip and tongue and felt uncomfortable from the past 5 days. Temuan intra oral Based on the results of the diagnosis is obtained a minor recurrent aphthous stomatitis. Treatment for this case are CIE (Communication, Information, Education) and prescribing of topical corticosteroids (Kenalog in Orabase 0.1%) serves to treat pain, inflammation, and injury to the patient's mouth. After re-examination on the second visit, the interval of two weeks, the wound on the tongue and lower lip of the patient was healed and the patient the was no complain on the 2nd visit. Conclusions: Minor recurrent aftosa stomatitis (SAR) cured completely without scar tissue formation within 7 days dan dibantu dengan menggunakan Obat kortikosteroid topical… Keyword: Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) minor, management, stress ABSTRAK Pendahuluan: Stres adalah respons tubuh dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang berkelanjutan mempengaruhi fisik dan emosional. Stres dianggap sebagai salah satu faktor yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap munculnya Recurrent Aphthous Stomatitis (SAR) Minor. Stomatitis aphthous rekuren (SAR) adalah lesi yang paling umum di rongga mulut. Sehari sebelum ulkus muncul, ada gejala prodromal insidensi ketidaknyamanan dan kemerahan selama 1-3 hari. Tujuan: Melaporkan penatalaksanaan kasus stomatitis aphthous rekuren minor pada saat stres. Kasus dan manajemen: Seorang pasien wanita berusia 45 tahun datang dengan keluhan luka pada mukosa bibir bawah dan lidah serta terasa tidak nyaman dari 5 hari yang lalu .Berdasarkan hasil diagnosis didapatkan stomatitis aphthous rekuren minor. Perawatan untuk kasus ini pasien yang diberikan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dan pemberian kortikosteroid topikal (Kenalog di Orabase 0,1%) berfungsi untuk mengobati rasa sakit, peradangan, dan luka pada mulut pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan kedua selang waktu dua minggu luka yang terdapat pada bagian lidah dan bibir bawah pasien sudah sembuh serta yang dikeluhkan pasien pada saat pertama datang juga sudah tidak ada keluhan lagi. Kesimpulan: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor sembuh sempurna tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 7 hari Kata kunci : Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor, Penatalaksanaan, Stres

PENDAHULUAN

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan penyakit mulut yang paling sering diderita manusia dengan ciri khas ulkus single atau multiple, kambuhan, kecil, bulat atau oval dengan batas jelas kemerahan, dan dasar abu-abu atau kuning. Dikalangan awam, SAR dikenal sebagai sariawan yang merupakan salah satu jenis ulkus yang muncul di rongga mulut. Istilah stomatitis memiliki arti peradangan jaringan lunak mulut, aphtosa yang berarti terbakar dan rekuren berarti ulkus pada rongga mulut selalu timbul tiba-tiba tanpa penyebab yang pasti.1 SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali. Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan tetap dapat mengurangi kualitas kehidupan karena pada saat makan, menelan atau saat berbicara akan menyebabkan rasa sakit.2 Etiologi stomatitis apthosa rekuren (SAR) sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada stomatitis apthosa rekuren (SAR) bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan .3 Gambaran klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa laboratorium yang spesifik yang dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosa stomatitis apthosa rekuren (SAR). Karakter klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) dibagi menjadi 4 tahap yaitu premonitori, pre-ulseratif, ulseratif dan penyembuhan. Tahap premonitori terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan oedema akan mulai berkembang. Tahap pre-ulserasi terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap preulserasi ini. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. Tahap penyembuhan terjadi pada hari ke – 4 hingga 5. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan

luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR) pernah muncul .4 Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap stomatitis aftosa rekuren minor.5

LAPORAN KASUS Pasien perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan keluhan bibir bawah bagian dalam dan lidah terdapat sariawan yang dirasakan 5 hari yang lalu. Sariawan tersebut belum pernah diobati. Pasien mengatakan keadaan tersebut menimbulkan rasa sakit, sakit semakin parah saat memakan makanan pedas dan minum minuman asam. Pasien mengaku beberapa bulan yang lalu pasien juga mengalami sariawan hanya saja munculnya pada lokasi yang berbeda. Pasien mengatakan bahwa sariawan muncul terkadang saat sedang ada masalah dalam keluarga. Dari anamnesa pasien tidak menderita penyakit sistemik. Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limpnode tidak teraba. Pasien tidak memiliki kelainan TMJ. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat ulser pada lidah berukuran 2 mm pada lidah dan ulcer pada bibir bawah bagian dalam berukuran 1 mm berbentuk bulat berwarna ke abu-abuan dikelilingi daerah eritem dan dangkal. Oral hygiene pasien sedang. (Gambar 1)

Gambar 1 : Gambaran Stomatitis Apthous Rekuren(SAR) Minor sebelum perawatan

Berdasarkan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral yang telah dilakukan didapatkan diagnosis untuk pasien tersebut adalah Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor. Perawatan yang dilakukan pada pasien yaitu pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan pemberian obat oles kortikosteriod (Triamsinolone Acetinide 0,1%) dua kali sehari dengan cara di oleskan tipis-tipis pada luka tersebut sesudah makan. Triamsinolone Acetinide 0,1% ini berfungsi sebagai untuk mengobati nyeri, bengkak, peradangan, dan luka pada mulut atau gusi. Dengan pemberian Triamsinolone Acetinide 0,1% diharapkan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Operator juga memberikan informasi bahwa keadaan tersebut tidak berbahaya, yang mana Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) minor merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi karena berbagai faktor dan biasanya sembuh dalam waktu 7- 14 hari. Pasien juga diminta untuk mengkomsumsi air putih, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang cukup. Setelah itu dilakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan kedua selang waktu dua minggu luka yang terdapat pada bagian lidah dan

bibir bawah pasien sudah sembuh serta keluhan yang

dikeluhkan pasien pada saat pertama datang juga sudah tidak ada keluhan lagi. (Gambar 2)

RESEP RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009 Jl.Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp.0751-463871

Dokter : drg. Rifani Tanggal : 12 September 2018

R/

Triamsinolone actinide 0,1% ube 5 gr No.I ∫ 2 dd applic part dol M.et.V

Pro : Ny. M Umur : 45 th

Gambar 2 : Gambaran Stomatitis Apthous Rekuren (SAR) Minor setelah perawatan (berapa lama)

PEMBAHASAN Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan manifestasi yang timbul dalam rongga mulut yang dipicu oleh faktor predisposisi. SAR dapat terjadi pada berbagai kalangan usia dengan prevalensi sangat tinggi pada negara maju. Etiologi SAR tidak sepenuhnya jelas dan sangat bervariasi tergantung faktor predisposisi.6 Pada stadium awal stomatitis apthosa rekuren (SAR) tipe minor timbul rasa sakit dan terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang-kadang dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur-angsur membesar dengan rasa yang sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami kadang demam ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter <1 cm. Permukaan abu-abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang-kadang bisa sampai 8. Lokasi biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.4

Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor yang dikatakan berperan dalam pemunculan SAR, yaitu imunologi, alergi, herediter, trauma, kelainan saluran gastro intestinal,defisiensi nutrisi, perubahan hormonal,

infeksi bakteri dan virus,

stres.7

Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stress.8

Commented [dR1]: patofisiologi

Diagnosa banding dari Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor yaitu ; 1. Ulkus traumatikus merupakan salah satu lesi di rongga mulut yang sering terjadi pada masyarakat. Ulkus traumatikus adalah jenis ulser yang disebabkan oleh faktor lokal. Gambaran klinis ulkus traumatikus akibat trauma mekanik bervariasi, sesuai dengan intensitas dan ukuran dari penyebabnya. Biasanya berupa ulser tunggal yang berbentuk oval dan cekung. Bagian tengah ulkus bisanya kuning-kelabu atau berwarna putih/abu-abu dengan pinggir eritematosus.9 Ulkus traumatikus dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer lidah. Secara simtomatis, kebanyakan Ulkus traumatikus terasa sakit. Ketidaknyamanan biasanya terjadi pada 24 – 48 jam setelah terjadinya trauma.

Gambar 3 : Ulkus Traumatikus 2. Ulkus Bacterial seperti pada penyakit Syphilis dan Tuberculosis. Ciri klinis dari penyakit syphilis pada tahap primary syphilis adalah terdapat lesi single, indurasi,

Commented [dR2]: Traumatic ulcer

ulkus tak sakit, sembuh spontan, 4-6 minggu, lokasi di genital, bibir, oral, kadang di jari-jari, terjadi di regional limfadenopati. Pada Tuberculosis terdapat manifestasi di rongga mulut seperti di palatum dan lidah berupa ulkus kronis, indurasi, dan sakit.9

Gambar 4 : ulkus pada penderita HIV- AIDS

3. Stomatitis Apthosa Rekuren Herpetiform biasanya berukuran 1-3mm dan jumlah nya multipel kira-kira 10-100 ulser Penyebabnya virus herpes simplek yang disertai demam dan usia yang sering dijumpai berkisar 20-29 tahun, mulanya ulser muncul kecil dan membesar apabila mengalami penyatuan dengan ulser kecil lainnya, ulser ini sangat sakit, dan masa penyembuhan tidak dapat diramalkan namun dibutuhkan waktu lama dalam masa penyembuhan SAR herpetiform.10

Gambar 5: Stomatitis Afthosa Rekuren Herpetiform

KESIMPULAN Stomatitis Apthosa Recurent adalah suatu keadaan yang ditandai dengan munculnya ulser yang berulang di mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda dari penyakit lainnya. Ulser dapat berjumlah tunggal atau multiple dengan bentuk bulat atau oval disertai pseudomembran fibrinous berwarna putih pada bagian tengahnya dan dikelilingi oleh eritematosa. Ulser terasa cukup menyakitkan selama 10 sampai 14 hari dan dapat sembuh secara spontan. Etiologi dari SAR minor ini tidak diketahui tetapi faktor stres, menstruasi defisiensi nutrisi, defisiensi hematologik ( zat besi, asam folat, vit B12), trauma, herediter serta kelainan imun dapat berperan. Perawatan dari SAR minor ini berupa DHE dan instruksi pada pasien agar meningkatkan asupan nutrisi yang baik serta pemberian kenalog in orabase 0,1% untuk meredakan gejala dari SAR tersebut.

REFERENSI

Related Documents

Sar
May 2020 24
Minor
June 2020 30
Minor Project 1
November 2019 19
Sk Lokal
April 2020 24

More Documents from "Elfa Riani"