Laporan Kasus Hipertensi

  • Uploaded by: Kevin Lau Wen
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Hipertensi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,482
  • Pages: 9
BAB 1 – ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien Nama

:

Bapak S

Umur

:

68 tahun

Alamat

:

Talaga Bestari

Jenis Kelamin

:

Laki - laki

No. Rekam Medis

:

-

Pekerjaan

:

Sudah tidak bekerja

B. Anamnesis Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Febuari 2017 pukul 09.18 di Puskesmas Cempaka Raya i. Keluhan Utama Nyeri kepala ii. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengaku bahwa adanya keluhan nyeri kepala sejak 2 minggu sebelum pasien datang ke puskesmas. Pasien mengaku bahwa sakit kepalanya itu seperti ditekan di bagian atas kepala pasien, lalu menjalar ke bagian belakang kepala pasien. Menurut pasien, nyeri kepala yang dialami hilang timbul dan berlangsung selama 15 menit. Pasien mengaku mengkonsumsi obat paracetamol untuk meringankan sakit kepalanya. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan tambahan berupa penglihatan terkadang menjadi kabur. iii. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami sakit ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis. Pasien tidak memiliki riwayat kolestrol. Pasien tidak memiliki riwayat asam urat. Pasien menyangkal adanya riwayat operasi. Pasien juga menyangkal adanya alergi terhadap obat – obat tertentu. iv. Riwayat Dalam Keluarga Pasien mengaku tidak ada yang mengalami gejala serupa di dalam keluarga pasien. Pasien mengaku bahwa ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit pada ibunya.

v. Riwayat Sosial Pasien menyangkal adanya tetangga atau orang yang mengalami penyakit serupa di lingkungan sekitarnya. Pasien mengaku merokok, serta minum kopi setiap bangun pagi. Pasien juga mengaku mengkonsumsi alkohol, tetapi tidak sering. Pasien juga jarang berolahraga dan pola makannya tidak teratur. vi. Pemeriksaan Fisik o Pemeriksaan General dan Tanda – Tanda Vital Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah : 160 / 100 mmHg Nadi

: 90x / menit

Pernafasan

: 20x / menit

Temp. Tubuh

: 37,4 °C

Berat Badan

: 52 kg

Tinggi Badan

: 171 cm

BMI

: 17,8

o Pemeriksaan Sistem (Head to Toe) Mata :   

Konjungtiva anemis : (-) Sklera ikterik : (-) Pergerakan bola mata, serta refleks pupil normal

 

Inspeksi : jaundice (-), sianosis (-), palmar erythema (-) Palpasi : turgor normal

Kulit :

Hidung : 

Inspeksi : darah (-), discharge (-), deformitas (-),

Telinga : 

Inspeksi : pus pada telinga -/-, darah pada telinga -/-, bekas luka pada telinga -/-

Mulut : 

Inspeksi : sianosis (-), bibir berwarna merah, bibir lembab, mukosa oral dan lidah tidak kering

Leher : 

Inspeksi : deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar parotis (-), pembesaran vena (-), pembesaran KGB (-)

Jantung :    

Inspeksi : bekas luka (-), bekas operasi (-), spider naevi (-), iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 4 midclavicula sinistra Perkusi : batas kanan jantung di ICS 4 parasternal dextra, batas kiri jantung di ICS 4 midclaviculasinistra, Auskultasi : S1 dan S2 normal, gallop (-), murmur (-)

Thorax :    

Inspeksi : barrel chest (-), pectus excavatum (-), pectus carinatum (-), bekas luka (-), bekas operasi (-), retraksi (-), pergerakan napas dari kedua lapang dada pasien normal tidak tertinggal. Palpasi : fokal taktil fremitus normal, chest expansion normal Perkusi : sonor di kedua lapang paru Auskultasi : ronki -/-, wheezing -/-, vesikular -/-

Abdomen :    

Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, bekas luka (-), bekas operasi (-), caput medusa (-), frog belly (-) Auskultasi : bising usus normal, metallic sound (-), Palpasi : palpasi ringan = nyeri tekan (-), palpasi dalam = nyeri tekan (-), pembesaran organ (-) Perkusi : timpani pada seluruh region abdomen, shifting dullness (-)

Ekstremitas : 

Inspeksi : edema (-), CRT < 2 detik, akral hangat di keempat ekstremitas.

vii.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan : 1. Pemeriksaan Laboratorium : Tes CBC (Complete Blood Count) Untuk pemeriksaan rutin. Uji Serum Kreatinin Untuk pemeriksaan fungsi ginjal ( kecurigaan kerusakan target organ ). EKG Untuk deteksi dini curiga terhadap komplikasi penyakit jantung atau kardiovaskular lainnya. viii.Resume Pasien datang dengan keluhan utama berupa nyeri kepala yang sudah berlangsung sejak 2 minggu sebelum pasien datang ke puskesmas. Pasien mengalami nyeri kepala seperti ditekan di bagian atas kepala pasien yang menyebar sampai ke bagian belakang kepala pasien. Menurut pasien, nyeri kepalanya hilang timbul, serta berlangsung selama 15 menit. Pasien mengaku mengkonsumsi Paracetamol untuk meringankan nyeri kepalanya. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan tambahan berupa penglihatan menjadi kabur sesaat. ix. Diagnosis Diagnosis

:

Hipertensi Primer

Diagnosis Banding

:

Hipertensi Sekunder Tension Type Headache

BAB 2 - TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg secara kronis. Berdasarkan klasifikasi JNC VII, hipertensi dapat dikategorikan menjadi prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2.

Klasifikasi dan Etiologi Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi : 1. Hipertensi primer : hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder : hipertensi akibat suatu penyakit atau kelainan mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronisme, dan sebagainya.

Patogenesis Hipertensi primer adalah penyakit multifactorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor – faktor risiko tertentu. Faktor – faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah : 1. Faktor risiko, seperti : diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetik. 2. Sistem saraf simpatis a. Tonus simpatis b. Variasi diurnal 3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir. 4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosterone.

Kerusakan Target Organ Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ – organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah 1. Jantung a. Hipertrofi ventrikel kiri b. Angina atau infark miokardium c. Gagal jantung 2. Otak a. Stroke atau transient ischemic attack 3. Penyakit ginjal kronis 4. Penyakit arteri perifer 5. retinopati Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ – organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, Stress oksidatif, down refulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dll. Penelitian lain juga membutktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan target organ, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF – β). Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami tekanan darah menjadi hipertensi ; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130 – 139 / 80 – 89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik :   

risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115 / 75 mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20 / 10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya. Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi.

Tanda dan Gejala Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik, tetapi hipertensi juga memiliki gejala – gejala umum yang biasa dialami beberapa pasien, seperti : 1. Sakit kepala, rasa seperti ditekan 2. Wajah akan menjadi kemerahan. 3. Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebar-debar. 4. Pandangan mata menjadi kabur atau menjadi tidak jelas. 5. Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi. 6. Sering mudah kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas. 7. Sering terjadi pendarah di hidung atau mimisan. 8. Gejala hipertensi yang parah bisa menyebabkan seseorang mengalami tension headache 9. Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitif dan mudah marah terhadap hal-hal yang tidak dia sukai.

BAB 3 – DISKUSI KASUS

Berdasarkan gejala yang dialami pasien, dapat disimpulkan bahwa gejala – gejala yang dialami pasien lebih mengarah ke hipertensi primer. Walaupun gejala nyeri kepala pasien memiliki kesamaan karakteristik pada penyakit Tension Type Headache, tetapi tetap saja lokasi nyeri serta durasi nyeri yang pasien alami tidak mendukung diagnosa Tension Type Headache. Ditambah lagi pasien mengeluhkan adanya penglihatan yang kabur dimana itu salah satu tanda dan gejala yang cukup khas pada penyakit hipertensi sehingga diagnosa hipertensi bisa ditegakkan. Berdasarkan pembagian hipertensi yang ada, hipertensi sekunder juga bisa dijadikan diagnosa yang pasti, tetapi pada hipertensi sekunder dibutuhkan faktor pencetus yang jelas yang menyebabkan hipertensi tersebut. Lalu, berdasarkan anamnesis yang dilakukan pada pasien, pasien tidak memiliki faktor pencetus yang mendasari terjadinya hipertensi sekunder. Riwayat sosial yang dimiliki pasien juga ikut serta dalam mendukung diagnosis hipertensi primer karena pasien mengkonsumsi alkohol, kopi, serta pasien merokok. Ditambah lagi usia pasien yang bisa dibilang sudah tua dapat menjadi salah satu faktor resiko hipertensi primer.

DAFTAR PUSTAKA

Barton M. Aging and Endothelin : determines of disease. Life SCI. 2014:S0024-3205(14)

Kaplan NM, Victor RG. Kaplan’s Clinical hypertension. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins : 2010

Tobe S, Porier L. 2012 CHEP recommendations for management of hypertension. Markham: Hypertension Canada;2012

Related Documents


More Documents from "tyas galuh"