Laporan Kasus Herpes Simplex Genitalis: Pendamping: Dr. Brama Rachmantyo, Sp. Kk

  • Uploaded by: Ayu Antari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Kasus Herpes Simplex Genitalis: Pendamping: Dr. Brama Rachmantyo, Sp. Kk as PDF for free.

More details

  • Words: 1,215
  • Pages: 17
Laporan Kasus Herpes Simplex Genitalis Pendamping : Dr. Brama Rachmantyo, Sp. KK

Oleh : Komang Ayu Pradnya Antari

Wayan Swandedy

BAB I PENDAHULUAN Penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit herpes ini disebabkan oleh virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2 yang merupakan penyakit yang sangat umum. HSV berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapapun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres. HSV tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi dengan HIV dan HSV bersamaan biasanya mengalami jangkitan

herpes kambuh lebih sering. Jangkitan lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif.

BAB II LAPORAN KASUS

Identitas Pasien Nama

: Tn. T

Umur

: 31 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki- laki

Anamnesa KU

: Luka lecet dikemaluan

RPS

:Pasien datang dengan keluhan muncul luka lecet dikemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Sebelum

timbul luka lecet tersebut pasien mengaku melalukan hubungan sexual 2 minggu yang lalu dengan WTS ( Wanita Tuna Susila ), kemudian muncul plentingan seperti bentukan cacar air yang mudah yang kemudian pecah menjadi

luka lecet selain itu kemaluan terasa perih dan nyeri pada saat melakukan hubungan sexual dengan istri sejak 2 hari yang lalu serta dan badan yang mudah lelah. RPD

: belum pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini

RPK

: Istri juga terdapat plentingan pada kemaluan

R. Alergi

: Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

R. Pengobatan : Belum pernah konsumsi obat sebelumnya

Pemeriksaan Fisik  Status Dermatologi Lokasi

: Shaft penis/ batang penis

Distribusi : Terlokalisir

Ruam

:

Erosi multiple post vesikel.

Diagnosa Banding • Herpes (Simpleks) Genitalis • Ulkus Mole (Chancroid) • Sifilis (Ulkus Durum)

Pemeriksaan Penunjang • Tzank test ( Tidak dilakukan ) • Pengecatan gram ( Tidak dilakukan ) • Dark field ( Tidak dilakukan )

Diagnosa • Herpes (Simpleks) Genitalis + infeksi sekunder

Penatalaksaan

Edukasi

• Terapi Kausatif : • Acyclovir tablet 5 x 200 mg / hari selama 7 hari • Salep Gentamicin 0,1% 5gram • Terapi suportif : istirahat yang cukup, peningkatan status nutrisi.

• Obat tablet yang diberikan harus diminum sampai tuntas, terapi simtomatis dan suportif dapat dan sebaiknya dilakukan. • Penyakit ini memiliki kecenderungan untuk berulang. • Penyakit ini memiliki potensi untuk ditularkan/menularkan pada pasangan seksual, oleh karena itu, bila memungkinkan istri (pasangan seksual tetapnya) dapat diperiksakan juga. • Tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu selama luka-luka di kemaluan belum sembuh.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Herpes simpleks

Etiologi

Virus (HSV) tipe I atau tipe II

Vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan

Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi. HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital

infeksi primer virus tipe II

Gejala Klinis

fase laten

infeksi rekuren

• • • •

demam malaise anoreksia Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi

• Tidak ditemukan kelainan klinis • Herpes simplek virus dapat ditemukan dala keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis

• Semula tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) • Dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya

Analisa Kasus Pasien laki- laki, 31 tahun, sudah menikah, dan aktif secara seksual. Telah aktif secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis, dimana penularannya terutama oleh hubungan seksual. Pada kasus ini di diagnosis Herpes simplex genital berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Dari anamnesis didapatkan timbul pelintingan disertai luka lecet dan keluhan nyeri pada daerah kemaluannya. Pasien mengatakan terasa nyeri dan terasa perih pada saat melalukan hubungangan sexual dengan istri, keluhan dirasakannya sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Hubungan seksual terakhir diketahui 2 minggu yang lalu dengan WTS ( Wanita Tuna Susila ) dan pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari data ini, infeksi HSV yang dialami pasien kemungkinan besar merupakan infeksi primer. Masa inkubasi infeksi genital dari HSV-1 atau HSV-2 rata-rata 4 hari (berkisar 3 hingga 7 hari).

Dari pemeriksaan fisik, pada shaft penis didapatkan erosi multiple post vesikel dan distibusi terlokalisir. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosa Herpes simpleks genitalis. Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel dan erosi dengan dasar eritem. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) secara garis besar dapat menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Diagnosis banding dari ulserasi primer dari herpes genitalis adalah chancroid dan sifilis primer. Ulserasi chancroid¸ disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, ditandai dengan lesi yang nyeri, lunak, tidak ada

indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus berwarna merah, dasarnya kotor dan mudah berdarah, multipel. Sífilis primer disebabkan oleh Treponema pallidum, ditandai dengan lesi yang tidak nyeri, sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan berwarna merah, soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah tzank test dan pewarnaan gram. Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi bakteri dan untuk menyingkirkan diagnosis banding Chancroid, dimana pada Chancroid pada pewarnaan gram dari sediaan yang diambil dengan mengorek tepi ulkus akan ditemukan gambaran khas kelompok basil gram negatif yang tersusun seperti barisan ikan. Tzank test digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sel-sel yang berasal dari vesikel, bulla, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan tzank pada pasien ini didapatkan nucelated giant cell dimana sel-sel ini jauh lebih besar dibanding sel epidermis dan mengandung inti (umumnya multipel) di dalam satu sel. Nilai diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes simplex, pemphigus, dan infeksi staphylococcus. Dark field, hasil positif jika ditemukan T. pallidum yang berbentuk spiral, akan menyingkirkan diagnosis banding sifilis (ulkus durum) dimana bahan yang digunakan adalah serum yang keluar dari ulkus kemudian dijepit dengan pinset ditaruh di object glass dan tepi sediaan diberi vaselin kemudian diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap.

Terapi yang diberikan untuk pasien adalah terapi kausatif yaitu Asiklovir 5 x 200 mg selama 7 hari dan terapi salep Gentamicin 0,1% 5gram. Asiklovir ini berkerja dengan mengganggu replikasi DNA virus, secara klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Prognosis hasil pengobatan pada pasien ini adalah baik bila mengingat waktu datang berobat masih pada saat-saat awal munculnya gejala, tinggal bagaimana kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, merawat hygiene luka, dan meningkatkan imunitas dirinya.

Pemeriksaan Laboratorium (Tes Serologi)

Mengidentifikasi antibodi yang spesifik terhadap virus dan jenis virus herpes simpleks 1 (HSV-1) atau virus herpes simpleks 2 (HSV-2) 12-16 minggu setelah terpapar virus

Herpe Select

Dua tes yaitu ELISA (enzyme-linked Immunosorbent assay) atau Immunoblot. Keduanya sangat akurat dalam mendeteksi kedua jenis herpes simplex virus

Biokit HSV-2 (SureVue HSV2)

Tes ini mendeteksi HSV-2 saja. Keunggulan utamanya adalah tes ini hanya membutuhkan satu jari untuk diambil sampel darahnya dengan cara ditusuk dan hasil bisa didapatkan dalam waktu kurang dari 10 menit.

Western Blot Test

Tes Ini merupakan standar terbaik bagi para peneliti dengan tingkat akurasi 99%.

Related Documents


More Documents from ""